PEMBAHASAN
2.1 PT. PERTAMINA Refinery Unit (RU) II Dumai
PT. PERTAMINA RU II merupakan salah satu dari tujuh unit pengilangan
minyak bumi yang ada Indonesia. RU II mempunyai dua kilang yang mengolah
minyak mentah dari sumber yang sama yaitu Kilang Dumai dan Sei Pakning. RU
II memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi : Menjadi Kilang Minyak Kebanggaan Nasional Yang Kompetitif mulai
tahun 2012
Misi : Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang dikelola secara
profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai unggulan untuk
memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan,
pekerja dan lingkungan
2.2 Sejarah
Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama PERTAMINA Nomor
334/KPTS/DM/1967, dibangunlah kilang minyak PERTAMINA Unit Pengolahan
II pada bulan April 1969. Pembangunan ini merupakan hasil kerja sama
PERTAMINA dengan Far East Sumitomo Jepang, atas dasar perjanjian Turn
Key Project. Pelaksana teknis pembangunan dilakukan oleh kontraktor asing
yaitu:
IHHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) yang membangun permesinan
dan instalasi.
TAISEI Construction Co. yang membangun kontruksi kilang minyak RU II
Dumai.
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU), selesai
pada bulan Juni 1971 dan berhasil melakukan test run pengolahan minyak jenis
Sumatra Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 bbl/day atau 6 juta
liter/hari. Pada tanggal 9 September 1971 operasi kilang ini diresmikan dan diberi
nama Kilang Putri Tujuh, yang diambil dari cerita rakyat setempat. CDU ini
terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer dengan produk yaitu mogas, kerosene,
dalam negeri, sedangkan residu diekspor ke Jepang sebagai dana angsuran untuk
pembayaran hutang pembangunan kilang.
Dalam jangka waktu tiga tahun, seluruh hutang pembangunan kilang dapat
dilunasi. Selanjutnya pengiriman residu ke Jepang tersendat-sendat karena pihak
Jepang menunda-nunda pembelian residu, sehingga residu yang menumpuk di
tangki menjadi melimpah. Karena kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri
meningkat, maka pemerintah dalam hal ini PERTAMINA membangun proyek
Hydrocracking, yang bertujuan mengolah residu menjadi kerosene dan solar
semaksimum mungkin.
Pada tahun 1980 ditandatangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses
kilang Dumai dari Universal Oil Product (UOP), dimana Amerika Serikat sebagai
pemegang hak patent. Pada tanggal 27 April 1981 ditandatangani kontrak
pembangunan perluasan kilang dengan kontraktor utama Technidas Reunidas dan
Centunion Spanyol.
Tahap tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain :
1. Survey tanah dilakukan oleh SOFOKO (Indonesia) dan dievaluasi oleh
HASKONING (Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir
timbunan diambil dari pulau Jelintik (8 km dari area proyek) dengan cutter
section dredger.
3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT Jaya Sumpiles Indonesia
dengan jumlah tiang pancang 18.000 buah dan panjang 706 km.
4. Pembangunan unit-unit proses beserta fasilitas penunjang dikerjakan oleh
kontraktor utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol yang
bekerjasama dengan Jaya Group, dan sub kontraktor :
a.
b.
c.
d.
PT. Jaya
Sumpiles Indonesia
e.
f.
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup
beberapa proses dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit-unit proses sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM yang telah
diproduksi oleh kilang PERTAMINA RU II Dumai dan kapasitas produksinya
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 2.1 Kapasitas Produk Pertamina RU II Dumai
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Produk
Fuel gas
LPG
Premium
Avtur
Kerosene
Automotive Diesel Oil (ADO)
Low Sulphur Wax Residue (LSWR)
Coke
Kapasitas (ton/hari)
14,93
14,2
81,28
46,42
132,30
418,05
81,27
41,7
2006
Revamp Mechanical Completion pada November 2007
LBO Plant Mechanical Completion pada Mei 2008
On stream LBO Plant pada juni 2008
Pembentukan PT. Patra SK oleh Pertamina dan SK Corporation didasari
SK Corporation :
Mempunyai teknologi
Unit.
Pembangunan Control Room, Kantor dan Electric Substation
3. Daerah Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga
aman untuk mendirikan dan memperluas kilang di kemudian hari.
4. Daerah Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan
perluasan daerah maupun pengembangan pabrik.
5. Kota Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga di
harapkan dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan penyebaran
penduduk.
6.
KEP-18/MBU/2010,
KEP-122/MBU/2006,
KEP-
perusahaan yang dinilai sehat dan baik sehingga mampu mendukung operasi dan
pengembangan proyek.
e.
Direktorat Hulu
Tugas daripada Direktorat ini adalah mempertahankan atau meningkatkan
produksi minyak dan gas bumi, baik yang diperlukan di dalam negeri maupun di
luar negeri guna meningkatkan devisa negara den mengembangkan pemanfaatan
panas bumi sebagai sumber energi panas alternatif yang digunakan sehemat
mungkin.
f.
produk-produk migas berupa BBM maRUun bahan baku untuk kebutuhan dalam
negeri serta pemasaran luar negeri. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan cara
menggunakan seperangkat kilang-kilang minyak, gas dan petrokimia yang ada
maupun yang akan dibangun kemudian pengoprasiannya secara optimal, ekonomi
dan efisien.
Direktorat pengolahan ini membawahi 7 unit pengolahan yaitu:
-
2.4.2
menganalisis
serta
b. Man. Procurement
Bertugas dan bertanggungjawab terhadap adanya kegiatan penyediaan,
pengadaan material suku cadang yang diperlukan operasi perusahaan. Bidang
ini membawahi bagian pengadaan, kontrak, fasilitas umum dan marine.
c. Senior Man. Operation & Manufacturing
Bertugas dan bertanggungjawab atas kegiatan pengolahan minyak menjadi
produk- produk kilang. Mulai dari strategi
1.
Hydrocracker Unibon
Hydrogen Plant
Nitrogen Plant
HighVacuum Unit
4. Utilitas
Bertanggung jawab terhadap unit - unit penunjang operasi kilang meliputi:
5. Oil Movement ( OM )
Berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan
produk dan pengapalan (distribusi). Bertanggung jawab atas pergerakan minyak di
dalam kilang yang meliputi kegiatan-kegiatan :
-
Tank Yard
Melaksanakan
blending
komponen
c. Blending Part
Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak
untuk mendapatkan produk jadi, antara lain :
mentah
b. Deballasting
Berfungsi sebagai tangki penampungan ballast (air cucian kapal) yang
masih mengandung minyak yang dipompakan dari separator
3. Area Dermaga (Jetty)
Fungsi dari jetty adalah tempat loading atau unloading dari/ ke kapal, baik
distribusi BBM dalam dan luar negeri maupun pelaksanaan eksport/import. ITP
memiliki enam buah jetty, yakni:
a. Jetty I dengan kapasitas 10.000-100.000 ton memiliki fasilitas:
-
d. Jetty IV dengan
Laboratorium
Tugas utamanya adalah sebagai berikut:
Quality Control (QC)
Quality Insurance
Feed Intermediate Product
Feed Finished Product (Contoh : pengapalan)
Peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan
Pemeriksaan kualitas material suku cadang.
Laboratorium di kilang menggunakan parameter - parameter penguji, peralatan
uji terdiri dari 2 bagian yaitu konvensional terdiri dari gravity dan titrimetry, dan
instrumental terdiri dari AAS, GC, spektro, dan potensiograf. Parameterparameter pengujinya khusus untuk :
Avtur
Premium
Kerosin
Air minum
Solar
LPG
Coke
Air limbah
Moisture Content
Volatile Matter
Ash Content
Heating Value
Sulfur Content
Pengembangan Lingkungan
2.
Bertugas membuat rapat master program. Serta alokasi tangki dan jadwal
kedatangan kapal.
3.
ini
membawahi
Bagian
Proses
Engineering,
Fasilitas
Engineering, dan Proyek Engineering, Energy conservasi & loss control serta
Quality Management .
1.
Mengenai
problem
yang
terjadi
pada
peralatan operasi
1.
Proyek Engineering
2.
3.
Quality Management .
e. Man. Reliability
Terdiri dari 2 section head :
Plant Reliability Section Head
Equipment Reliability Section Head
bagian
operasi
pengembangan informasi.
j. Director of Pertamina Hospital
telekomunikasi
dan
jaringan
serta
Uraian Proses
Pada RU II Dumai ini terdapat tiga tahapan proses pengolahan minyak
bumi dimana masing-masing proses akan menghasilkan produk yang berbedabeda. Proses-proses tersebut adalah :
1. HSC (Hydro Skimming Complex)
2. HCC (Hydro Cracking Complex)
3. HOC (Heavy Oil Complex)
2.5.1
HSC ini terdiri dari pengolahan tingkat pertama (Primary Process) dan
pengolahan tingkat kedua (Secondary Process). Pada pengolahan tingkat pertama
fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika, kemudian pengolahan tingkat
kedua dilakukan untuk menyempurnakan produk dari pengolahan tingkat pertama.
Unit-unit proses yang terdapat dalam HSC meliputi :
a. Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit (# 100)
Feed
Kapasitas
: 870 m3/jam
Tabel 2.2 Sifat Fisika Kimia SLC(Sumatera Light Crude) dan Duri Crude
Klasifikasi
SLC
Duri
35.2
0.8487
95oF
0.088
0.341
15.75
20.4
0.9317
75oF
0.203
1.440
8.770
Pada unit ini berlangsung proses pengolahan campuran SLC crude dan
Duri crude. Unit ini berfungsi memisahkan fraksi minyak bumi berdasarkan
perbedaan titik didih masing-masing fraksi pada tekanan atmosferik. Dimana
temperatur Top 130 oC dan Bottom 330 oC, sedangkan tekanan Top kolom 0,9-1
kg/cm2 (Aktual) dan tekanan flash zone 1,4-1,5 kg/cm2 (Aktual). Proses
pengolahan crude oil terjadi secara kontinyu, crude ditarik dari tangki feed 101
106 dengan pompa booster P-10 dialirkan ke pompa P-1 melalui 2 train preheater
yang terdiri dari sembilan deret, ke heater H-1. Dari heater, crude bersuhu 330oC
dialirkan ke flash zone (fraksionator) T-1. Dalam fraksionator, crude oil
dipisahkan berdasarkan titik didihnya menjadi fraksi - fraksi. Dari puncak menara
diambil uap fraksi minyak teringan yang kemudian diembunkan didalam
kondenser E-8 dengan air laut. Kondensat ditampung dalam D-1 dan sebagian dari
liquid D-1 dengan pompa P-2 dikembalikan ke tray puncak T-1 sebagai reflux.
Uap yang tidak terkondensasi dari D-1 dikeluarkan dari fuel gas mengalir
menuju fuel gas kompresor KO drum D-3 dan dibakar sebagai bahan bakar untuk
heater dan penyalaan burner. Dari tray 32 dengan pompa P-7 ditarik sie stream
yang disebut TPA (Top Pump Around) yang setelah melalui penukar panas E-1 dan
didinginkan dengan pendingin air laut dalam E-10 dan dikembalikan ke puncak
menara. Fraksi kerosene diambil dari tray 24 dan mengalir ke stripper T-2A secara
gravity.
Dalam stripper dimasukkan stream untuk mengalir fraksi ringan yang
tidak diinginkan. Dengan pompa P-3 kerosene diambil dari T-2A melalui penukar
kalor E-2 dan pendingin E-11 ke tangki produk. LGO diambil dari tray 12
mengalir ke dalam stripper T-2B secara gravity untuk dihilangkan fraksi
ringannya. Produk LGO diambil dari dasar T-2B dengan pompa P-4 dialirkan ke
crude exchanger E-5 dan pendingin E-12 ke dalam tangki penyimpanan dengan
menggunakan pompa P-5. Dari dasar menara T-1 diambil residue, setelah
dihilangkan fraksi ringannya dengan injeksi stripping steam ke dasar menara,
residue dialirkan dengan pompa P-6 menuju exchanger E-7, E-4 dan pendingin
box cooler E-14 dan akhirnya ke tangki penyimpanan.
Produk yang dihasilkan unit ini antara lain :
-
Straight Run Naphta (SRN), diambil sebagai produk atau diolah lebih
lanjut dalam Naftha Rerun Unit (RNU)
Light Gas Oil, diambil sebagai komponen blending kerosene atau ADO
agar produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan standar
mutu.
Long Residue, sebagian besar dialirkan ke unit Heavy Vacuum Unit (HVU)
dan sebagian kecil diambil sebagai Low Sulphur Wax Residue (LSWR) yang
digunakan juga dalam fuel oil.
b.
Feed
Kapasitas
Unit ini mengolah Straight Run Naphtha (SRN) produk dari Topping Unit
Dumai dan Sei. Pakning. Dimana fungsinya adalah untuk memisahkan fraksifraksi dari SRN, prosesnya disebut sebagai Distilasi bertekanan. Pada unit ini
terjadi pemisahan Light Naphhta (titik didih 36 oC 90 oC) dengan Heavy
Naphtha (titik didih 80 oC 140 oC).
SRN dari tangki dipompa P-1 menuju kolom (Tower) 1 yang sebelumnya
melalui pemanas Exchanger agar mencapai temperatur flash feed. Bagian atas
kolom ditarik ke kolom 2 dan bagian bawah kolom (bottom produk) dipompa
dengan pompa P-2 kembali ke HE yang semula berfungsi untuk memanfaatkan
panas, kemudian dilanjutkan ke cooler dan diperoleh hasil Heavy Naphtha yang
akan digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming (PL I). Sebagian dari
bottom produk dikembalikan ke kolom 2 yang sebelumnya masuk di boiler. Dari
atas kolom gas dimasukkan ke dalam kondenser dan cairannya ditampung dalam
drum D-1 kemudian di pompa kembali ke atas kolom dan sebagian didinginkan di
dalam cooler, dengan temperatur 127 oC akan menghasilkan Light Naphtha yang
akan digunakan sebagai komponen blending mogas menjadi premium, gas masuk
ke kondenser, liquidnya ditampung dalam D-1 dan dikembalikan ke top splitter
dengan pompa P-5 untuk sirkulasi saja, sedangkan gas yang tidak terkondensasi
dialirkan ke system flaire / fuel gas. Tekanan operasi pada kedua kolom yaitu 1,4
Kg/cm2 dan 5,2 Kg/cm2.
Produk yang dihasilkan :
- Off gas, yang digunakan sebagai fuel gas (dikirim ke tangki) atau dibuang ke
flare.
- Light Naftha, yang digunakan sebagai komponen blending untuk mogas
- Heavy Naftha, digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming I
c.
Feed
Kapasitas : 41 m3/jam
Unit ini berfungsi untuk mengolah light oktan mogas komponen menjadi
high oktan mogas komponen dengan menggunakan katalis platina (0,2 0,3%)
dan carrier alumina.
Sebagai umpan adalah Heavy Naphtha yang telah dimurnikan dari NRU
(mengandung C6-C11 parafin, nafthenes, dan aromatik) dan akan terjadi reaksi
pada reaktor bertekanan operasi 28 35 Kg/cm dan temperatur 500 oC. Heavy
Naphtha yang dicampur dengan hidrogen sebelumnya dipanaskan didapur dan
kemudian dialirkan ke reaktor-reaktor, produk yang keluar reaktor akan
dilewatkan pada cooler. Top dari stabilizer dialirkan ke kondensor dan
dimanfaatkan sebagai fuel gas. Sedangkan Bottom berupa cairan panas yang
masih menguap dan tidak menguap yang akan digunakan untuk blending
premium. Temperatur maksimum Platforming I adalah 482oC.
Reaksi reaksi yang terjadi adalah :
a. Dehydrogenation of Nafthenes
Isomerisasi yang terjadi endotermik, dimana reaksi terjadi karena adanya
metal catalist, pada reaksi dengan temperatur tinggi dan tekanan rendah.
b. Isomerisasi nafthenes dan parafin
Reaksi isomerisasi merupakan hasil dari reaksi intermediate Ion Carbonium.
Reaksi ini terjadi karena adanya Acidic katalis dan hanya tergantung dari
tekanan operasi.
c. Dehydrocyclization of parafin
Dehydrocyclization ini berlangsung pada tekanan rendah dan temperatur
tinggi. Metal dan katalis dibutuhkan agar reaksi ini dapat berlangsung.
d. Hydrocracking
Hydrocracking parafin berlangsung cepat dan dalam kondisi tekanan dan
temperatur tinggi. Reaksi ini membutuhkan hidrogen dan hasil yield
(perolehan) dari reformate rendah.
e. Dealkylation of Aromatics
Reaksi ini berlangsung pada tekanan dan temperatur yang tinggi.
Platinum (Wt%)
0.735
Rhenium (Wt%)
-
Chloride (Wt%)
0.9 1.0
R-16F
0.2
0.2
0.9 1.0
R-16G
0.375
0.375
0.9 1.0
R-16H
0.375
0.2
0.9 1.0
R-18
0.375
0.375
1.1 1.2
R-22
0.375
0.9 1.0
R-50
0.25
0.25
0.9 1.0
R-56
0.25
0.4
0.9 1.0
R-62
0.22
0.44
1.0 1.1
R-72
0.3
1.0 1.1
C dan tekanan sistem 52,7 Kg/cm2. Produk yang dihasilkan pada unit ini adalah
gas untuk fuel gas, Light Naphtha sebagai over head produk yang akan digunakan
untuk blending mogas dan Heavy Naphtha treated sebagai produk bawah untuk
umpan CCR-Platforming.
Produk yang dihasilkan :
- Light Naphtha, kemudian dialirkan ke dalam tangki penyimpanan
- Heavy naphtha, feed bagi unit Platforming-CCR
- Off gas
e.
#300)
Feed
Kapasitas
: 58,7 m3/jam
Unit ini berfungsi untuk menaikkan low octane number straigth run
naphtha menjadi octane tinggi blending komponen oleh reaksi kimia katalitik.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada reaktor ini adalah :
1. Dehidrogenasi Naphtha menjadi aromatik; reaksi ini bersifat endotermik dan
berlangsung dengan mudah oleh fungsi metal katalis
2. Hydrocracking Paraffin; reaksi ini bersifat eksotermis, karena reaksi dapat
dilihat dari kenaikan temperatur, khususnya pada reaktor 3 (R-3)
3. Isomerisasi; perubahan rumus bangunan molekul tanpa merubah rumus
molekul, reaksi bersifat eksotermis.
4. Dehidrosiklasi Paraffin menjadi Naphtha berifat endotermis dan merupakan
reaksi yang paling sulit dilaksanakan dalam Platforming.
Pada CCR, unit ini dirancang untuk meregenerasi katalis bimetalitik R-134
yang digunakan di platforming secara terus menerus karena selama proses yang
terjadi di platforming I, katalis mengalami deaktivasi akibat keracunan dan
pembentukan coke.Temperatur reaktor adalah sebesar 498 0C 515 0C dengan
tekanan 7,4 Kg/cm2 .
Platinum
Chloride
R-30
Diameter (mm)
1.6
(Wt%)
0.6
(Wt%)
1.1 1.2
R-32
1.6
0.375
1.1 1.2
R-34
1.6
0.29
1.1 1.2
R-132
1.6
0.375
1.2 1.3
R-134
1.6
0.29
1.2 1.3
Katalis
Pertamina RU II Dumai, HCC ini didisain oleh Universal Oil Product (UOP)
yang terdiri dari 5 unit proses yaitu :
a.
Feed
Kapasitas
: 185 m3/jam
a. Seksi Reaktor
b. Seksi Fraksinasi
Variabel Proses :
1.
2.
Konsumsi Hydrogen
Kualitas Produk
Fresh Feed Rate (LHSV)
LHSV
3.
FreshFeed (m 3 / jam)
CatalisVol ume(m 3 )
4.
5.
6.
( H 2 / HC )ratio
7.
8.
H2
= 95% vol
Methane + H2 = 5%
CO dan CO2 = 10 50 ppm
9.
Katalis, komponen CO, MO dan Tungsten dari VIII metal group on silica
Alumina base dalam 1/16 in sphare shape
b.
Feed
Feed
Kapasitas
: 1.7 MBSD
Gas umpan dari unit unit ditampung di drum V-1 untuk memisahkan
cairan yang terbawa bersama gas. Cairan di alirkan ke sour water stripper (SWS)
sistem sedangkan gas dipanaskan di E-3 kemudian dipanaskan lebih lanjut di H-1
sebelum masuk bagian atas recycle V-3. Hasil reaksi dialirkan dari bawah untuk
pemanas di E-3 dan didinginkan di E-4 dan masuk ke pemisah tekanan tinggi V-8.
Cairan low pressure dimasukkan ke debutanizer untuk menghilangkan gas
hidrogen. Bottom produk debutanizer sebagian dikembalikan ke kolom. Uap
setelah di embunkan ditampung di V-19. Cairannya sebagian diumpankan ke
naphtha splitter V-20.
Hasil bawah splitter didinginkan dan diambil sebagai produk naftha berat
dari settler drum LPG dialirkan ke soda wash drum V-11, gas dicuci dengan
larutan soda caustic. LPG yang telah ditreating di deetanizer diinginkan.
Produk dasar dialirkan ke spare tank sistem dengan terlebih dahulu membersihkan
panas untuk memanasi umpan di deetanizer feed/bottom exchanger dan
selanjutnya didinginkan di pendingin E-15.
Produk yang dihasilkan :
- LPG dengan senyawa sulfur rendah
- Gas untuk fuel gas
d.
Kapasitas
: 10.300 BPSD
Unit ini berfungsi untuk menurunkan kadar H2S dan
NH3
yang
terkontaminasi
air
dari
Refinery
Sour
Water
sebelum
: Udara bebas
Kapasitas
: 12.000 Nm3/hari
Kapasitas
: 614 m3/jam
Fungsi High Vacuum Unit sama dengan Crude Distillation Unit yaitu
memisahkan residu. Residu untuk umpan HVU terdiri dari 70 % Long Residu dari
Topping Unit dan 30 % residu dari CDU Sei. Pakning, dipisahkan menjadi tiga
fraksi berdasarkan titik didihnya. Namun unit ini beroperasi pada tekanan yang
kurang dari 1 Atmosfir (Vacuum) supaya temperatur yang berlebihan dapat
dicegah agar tidak terjadi Cracking.
Prinsip dasar High Vacuum Unit adalah proses pemisahan fraksi dalam
LSWR dengan jalan penurunan titik didih dan akan meghasilkan Ligh Vacuum
Gas Oil (LVGO) sebagai komponen diesel. High Vacuum Gas Oil ( HVGO)
sebagai umpan Hydrocracker Unibon dan Short Residue sebagai umpan Delayed
Coker.
Variabel Prosesnya antara lain :
1. Suhu
Suhu keluar dapur dapat bervariasi guna mencapai spesifikasi produk bottom
coloum yang dikehendaki. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendahnya
aliran umpan yang dapat menyebabkan terbentuknya positif olefin pada
vacuum bottom, indikasi cracking terjadi pada tube dapur. Ini dapat diperbaiki
dengan menambah aliran injeksi steam kedalam tube. Tidak ada pengatur suhu
pada
menara
seperti
kebanyakan
menara.Vacuum
dioperasi
untuk
hasilnya dicapai vacuum yang tidak bagus. Tekanan vacuum coloum yang rendah
berarti rendahnya suhu keluar dapur yang dibutuhkan untuk spesifikasi produk
bottom coloum yang sama dan pemisahan gas oil dari produk bottom berjalan
sempurna. Pada HVU tekanan top 25 mmHg, dan tekanan bottom 30 35 mmHg.
Produk yang dihasilkan :
- Gas 2%, akan dipakai sebagai fuel gas (untuk konsumsi sendiri)
- Light Coker Gas Oil (LVGO) 12% , digunakan untuk komponen blending
- Heavy Coker Gas Oil (HCGO) 14,2% , digunakan sebagai umpan HC
Unibon
- Short Residue 46,6%, digunakan sebagai umpan DCU
b.
Kapasitas
: 234 m3/jam
Unit ini berfungsi untuk mengolah Short Residue dari HVU menjadi
fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dengan cara Thermal cracking dengan
tujuan menghasilkan middle distillat dan green coke yang memenuhi persyaratan
sebagai feed calciner.
Proses yang terjadi adalah pemutusan rantai panjang Hydrocarbon
menjadi rantai-rantai yang lebih pendek pada temperatur tinggi ( 5000C),
sehingga disini juga terjadi reaksi polimerisasi membentuk padatan kokas (coke).
Feed gas dari bottom vacuum unit atau tangki dikumpulkan dalam charge surge
drum dan setelah melewati alat penukar panas dimasukkan ke fraksinator yang
menghasilkan :
f. Unstabillezed naphtha dari top
g. Light Coker Gas Oil (LCGO) dari side stream
h. High Vacuum Gas Oil (HVGO) dari side stream
i. Combined feed dari bottom
Variabel proses :
1. Crude Sources dan jenis Feed Stock
Kandungan karbon yang tinggi dari fuel akan menyebabkan yield coke
akan semakin tinggi. Kandungan asphaltent, resin dan aromatic, dan level
impurities akan berakibat terhadap kualitas coke.
2. Coke Chamber Temperature
Meningkatkan
temperature
drum,
akan
meningkatkan
penguapan
hidrokarbon berat, hal ini akan mengurangi volatile carbon content dari
coke, sehingga akan dihasilkan coke yang lebih keras.
3. Coke Chamber Pressure
Tekanan top desain adalah 4.22 kg/cm2. Gunanya untuk meningkatkan
resident time akan meningkatkan yield dari coke naik.
4. Combine Feed Ratio (CFR)
Merupakan volume bottom fraksinasi dibagi dengan volume fresh feed.
Jika CCR diturunkan, produk heavy cooking gas oil akan meningkatkan
disbanding produk lainnya. Coke yang diproduksi akan lebih lembut, dan
memiliki Volatil Carbon Matter (VCM) dan level impurities yang lebih
tinggi.
Produk yang dihasilkan antara lain:
: 10.000 m3/jam
LPG
: 9 ton/jam
Hydrocracker
-
c.
: Green Coke
Coke Spesification
Real Density
Apprent Density
Kapasitas
: 84 m3/jam
5. H2/HC ratio
Menaikkan H2/HC ratio akan meningkatkan reaksi hydrotreatingdan
menurunkan laju deaktivasi katalis.
Produk yang dihasilkan :
2.6
Gas untuk feed Amine dan LPG Recovery dan sebagai fuel gas
kilang karena sebagian besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini.
Fasilitas utilitas yang terdapat pada Pertamina RU II Dumai adalah :
1.
2.
3.
4.
Unit- unit proses yang merupakan bagian dari unit utilitas adalah :
Coagulant Aid
Didalam clearator air baku dan bahan kimia diaduk dengan rapid mixer
sehingga akan terjadi reaksi koagulasi antara bahan kimia dengan kotoran dan
akan terbentuk flok. Reaksi yang terjadi adalah :
Al2(SO4)3.18H2O + 3Na2CO3 3Na2SO4 + 2Al(OH)3 + 18H2O
Flok-flok yang akan terbentuk akan mengendap dan dibuang secara periodik. Air
jernih akan mengalami over flow dan ditampung dalam intermediate pond.
Intermediate Pond hanya berfungsi sebagai bak penampung air jernih. Lalu air
jernih dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk memisahkan carry over flok
dari clearator. Air jernih dari sand filter secara gravitasi ditransfer menuju treated
water pond. Dari treated water pond air didistribusikan dengan pompa melalui
sistem manifold. Manifold untuk kilang diinjeksikan corrosion inhibitor,
sedangkan air untuk perumahan diinjeksikan Cl2 atau Ca(OCl)2 untuk desinfektan.
Refinery Water (raw water) dari WTP Bukit Datuk dikirim ke new plant
dan dikirim ke sand filter. Outlet sand filter ditampung pada filtered water tank.
Dari tangki tersebut diditsribusikan dengan pompa menuju :
1.
2.
3.
Demineralizer
4.
5.
1.
1
bar, T = 398oC, Kapasitas = 60
2
ton
Middle Pressure Steam (MPS), P = 11 bar, T = 200 oC, Kapasitas = 60
2.
ton
3.
1
bar, T = 190oC, Kapasitas = 60 ton
2
dilakukan dengan blow down. Untuk menghindari pertumbuhan jasad renik (algae
dan lumut), diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 kg selama
6 jam dalam satu hari. Di samping itu, diinjeksikan juga corrosion inhibitor
berupa dulcam 704 (untuk satu shift diberikan sebanyak 37,5 liter) yang berfungsi
untuk membentuk lapisan pada pipa sehingga tidak terjadi kontak langsung antara
air dengan material pipa yang bisa mengakibatkan perkaratan.
d. Unit Penyedia Udara Bertekanan
Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah sebagai
berikut, yaitu :
1. Unit Instrumen
Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke dalam
receiver. Udara biasa masuk melalui filter dihisap oleh kompresor dan ditekan
keluar melalui pendingin dan cyclone untuk memisahkan air, setelah itu masuk ke
receiver. Tekanan udara dijaga dengan pressure recorder controller (PRC) sebesar
6,5 kg/cm2.
2. Udara Kilang
Digunakan sebagai pembersih dan flushing pipa-pipa. Didalam unit
kompresor juga terdapat cooling water untuk mengatur air pendingin yang
mendinginkan pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar suhu air tetap rendah
digunakan fan. Untuk mencegah korosi, diinjeksikan polycrin I dan polycrin AI
(merupakan corrosion inhibitor).
e. Unit Penyediaan Fuel
Sistem penyediaan fuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari
tangki penampungan didistribusikan dengan pompa menuju :
1.
Boiler Utilitas
2.
Vacuum Unit
3.
Platforming Unit
4.
5.
6.
Hydrocracking Unibon
Power Generation
TG-I
TG-II
: tidak beroperasi
TG-III
TG-IV
2.
Power Distribution
3.
Bengkel Listrik
Pembangkit listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lsitrik
Pengolahan Limbah
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai
1.
2.
3.
Limbah gas yang dihasilkan oleh pertamina RU II Dumai adalah emisi gas
yang mengandung SOx, NOx, H2S, NH3, CO2, CO, hidrokarbon, debu, jelaga, dan
bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya
penanggulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong
yang didesain dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan
baku mutu ambient. Upaya lain yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai
adalah dengan memasang CEM (Continuous Emission Monitoring), yang
diletakkan pada cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang setelah
dianalisa menghasilkan emisi gas terbesar.
Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas udara di RU II Dumai
dicantumkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Tolak Ukur Dampak Kualitas Udara
No.
Parameter
Baku mutu
0,1
260
20
2260
0,05
92,5
0,24
160
Satuan
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3
1.
SO2
2.
CO
3.
NOx
4.
HC
5.
H2S
42
kg/cm3
6.
Partikulat/debu
260
kg/cm3
Pendekatan
yang
ditempuh
dalam
rangka
pengendalian
dan
Untuk
mengatasi
tumpahan-
tumpahan
pada tahap ini akan dipompakan menuju slope tank untuk kemudian diproses lagi
menjadi produk, sedangkan air yang telah terpisahkan akan masuk ke tahap
selanjutnya untuk kemudian diolah lagi sebelum dibuang ke badan air. Pada unit
separator ini terdapat 2 buah pompa untuk memompakan minyak menuju slope oil
tank. Pompa yang digunakan menggunakan tenaga listrik.
Pertamina RU II Dumai memiliki 3 oil separator yang berada di bawah
tanggung jawab bagian Oil Mov (OM).
c. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang bersifat
asam
yang
keluar
dari
proses.
Unit
ini
terletak
pada
area
Parameter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BOD5
COD
Oil Content
Sulfida terlarut
Ammonia terlarut
Phenol total
Temperatur
pH
Debit limbah maksimum
Kadar Maksimum
(mg/L)
100
200
25
1.0
10.0
1.0
45oC
6.0-9.0
1000 m3/m3 bahan
baku minyak
Beban Pencemaran
Maks. (gr/cm3)
100
200
25
1.0
10.0
1.0
45oC
6.0-9.0
1000 m3/m3 bahan
baku minyak
Sumber : Laboratory Test Report (Identifikasi 18 Juli 2001, diterima 10 Juli 2006)
Air limbah unit produksi yang mengandung sulfat dan ammonia akan
dialirkan ke SWS. Kandungan sulfat dan ammonia pada air limbah tersebut akan
dikurangi kadarnya sampai seminimal mungkin untuk kemudian diproses dalam
pengolahan limbah cair selanjutnya. Dahulu, air yang keluar dari SWS ini
sebenarnya direncanakan untuk digunakan unit Desalter. Namun karena unit ini
tidak terpakai, maka air yang keluar dari SWS langsung dialirkan ke (930) ME57.
Unit 930 ME-57 menampung semua limbah yang berasal dari kilang baru
untuk kemudian dipompakan menuju separator II dan separator III (jika
mengaktifkan screw pump). Penggunaan pompa pada unit ini sangat dibutuhkan.
Pompa yang tersedia pada unit ini 3 buah pompa 930 P5ABC dan 2 buah screw
pump P54AB.
d. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah secara
fisika yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih terbawa dalam air
limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan menuju slope tank untuk
kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi dan menghasilkan suatu produk.
Selain itu bak ekualisasi ini juga berfungsi untuk menghindari shock loading
dalam pengolahan limbah secara biologi (pada kolam aerasi).
e. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif. Pada
proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang berjalan.
Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendegradasi
senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah. Kolam aerasi ini berukuran
besar dan menggunakan 3 buah aerator dalam pengoperasiannya. Pemberian
nutrisi dilakukan setiap harinya dengan perbandingan N : P adalah 15 kg N : 15 kg
P. Unsur N dan P ini merRUakan mayor element nutrisi mikroorganisme dan
diperlukan mikroorganisme sabagai energinya dalam mendegradasi senyawa
polutan. Selain itu suplai udara juga sangat dibutuhkan mikroorganisme dalam
proses lumpur aktif ini. Untuk itulah digunakan aerator. Nutrisi diberikan secara
kontinyu setiap harinya pada kolam aerasi.
f. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu diendapkan
di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai pengendap, aliran air dikolam ini
diusahakan laminar. Endapan yang ada pada kolam pengendap ini sewaktu-waktu
dipompa dan ditampung pada tangki pembiakan. Di dalam tanki tersebut juga
terdapat mikroba yang akan dibiakkan. Hal ini dilakukan tidak tentu waktunya.
Namun lumpur yang telah aktif tersebut akan secara rutin dimasukkan ke dalam
kolam aerasi satu kali dalam seminggu.
g. Separator III
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari unit
biotreatment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi pencampuran limbah hasil
proses pengolahan dengan limbah yang belum mengalami proses.
Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk
menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut,
maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan di RU II
Dumai termasuk cara pengolahannya antara lain adalah :
Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat
dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga yang dinamakan SOR(Sludge Oil
Recovery) dengan cara mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar terpisah fase
minyak dan air. Minyak yang diperoleh dari metode ini akan dikembalikan ke unit
crude distilling untuk diolah kembali.
Spent katalis
RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat digunakan untuk
mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak digunakan biasanya dijual,
karena banyak mengandung unsure platina yang cukup bernilai ekonomis.
Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi,
dicampur dengan coke dan dijual.
Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1993; Transport Processes and Unit Operation
thirdedition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Glitsch. 1993; Bulletin 4900 sixth edition ;Glitsch International Inc Companies.
Perry, Robert H & Green, D W. 1999; Perrys Chemical Engineers
Handbook;7th Edition; McGraw Hill Book Company; New York.
SODC, Blue Esso Book., 1950.
Technical Data Book Petroleum Refining. Volume I, 5th ed. 1992. American
Petroleum Institute.
Treybal, Robert Ewald. 1981;Mass Transfer Operations; 3rd Edition; McGraw
Hill Book Company; New York.
Universal Oil Product, Project Specification. UOP HC Unibon Process for Dumai
HCC.
http;//10.52.1.21.intra-net pertamina.com