Anda di halaman 1dari 50

BAB II.

PEMBAHASAN
2.1 PT. PERTAMINA Refinery Unit (RU) II Dumai
PT. PERTAMINA RU II merupakan salah satu dari tujuh unit pengilangan
minyak bumi yang ada Indonesia. RU II mempunyai dua kilang yang mengolah
minyak mentah dari sumber yang sama yaitu Kilang Dumai dan Sei Pakning. RU
II memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi : Menjadi Kilang Minyak Kebanggaan Nasional Yang Kompetitif mulai
tahun 2012
Misi : Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang dikelola secara
profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai unggulan untuk
memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan,
pekerja dan lingkungan
2.2 Sejarah
Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama PERTAMINA Nomor
334/KPTS/DM/1967, dibangunlah kilang minyak PERTAMINA Unit Pengolahan
II pada bulan April 1969. Pembangunan ini merupakan hasil kerja sama
PERTAMINA dengan Far East Sumitomo Jepang, atas dasar perjanjian Turn
Key Project. Pelaksana teknis pembangunan dilakukan oleh kontraktor asing
yaitu:
IHHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) yang membangun permesinan
dan instalasi.
TAISEI Construction Co. yang membangun kontruksi kilang minyak RU II
Dumai.
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU), selesai
pada bulan Juni 1971 dan berhasil melakukan test run pengolahan minyak jenis
Sumatra Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 bbl/day atau 6 juta
liter/hari. Pada tanggal 9 September 1971 operasi kilang ini diresmikan dan diberi
nama Kilang Putri Tujuh, yang diambil dari cerita rakyat setempat. CDU ini
terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer dengan produk yaitu mogas, kerosene,

solar dan 55% - 60% residu. Kerosene dan

solar dipakai untuk kebutuhan

dalam negeri, sedangkan residu diekspor ke Jepang sebagai dana angsuran untuk
pembayaran hutang pembangunan kilang.
Dalam jangka waktu tiga tahun, seluruh hutang pembangunan kilang dapat
dilunasi. Selanjutnya pengiriman residu ke Jepang tersendat-sendat karena pihak
Jepang menunda-nunda pembelian residu, sehingga residu yang menumpuk di
tangki menjadi melimpah. Karena kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri
meningkat, maka pemerintah dalam hal ini PERTAMINA membangun proyek
Hydrocracking, yang bertujuan mengolah residu menjadi kerosene dan solar
semaksimum mungkin.
Pada tahun 1980 ditandatangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses
kilang Dumai dari Universal Oil Product (UOP), dimana Amerika Serikat sebagai
pemegang hak patent. Pada tanggal 27 April 1981 ditandatangani kontrak
pembangunan perluasan kilang dengan kontraktor utama Technidas Reunidas dan
Centunion Spanyol.
Tahap tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain :
1. Survey tanah dilakukan oleh SOFOKO (Indonesia) dan dievaluasi oleh
HASKONING (Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir
timbunan diambil dari pulau Jelintik (8 km dari area proyek) dengan cutter
section dredger.
3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT Jaya Sumpiles Indonesia
dengan jumlah tiang pancang 18.000 buah dan panjang 706 km.
4. Pembangunan unit-unit proses beserta fasilitas penunjang dikerjakan oleh
kontraktor utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol yang
bekerjasama dengan Jaya Group, dan sub kontraktor :
a.

DAELIM (Korea) mengerjakan kontruksi: High Vacuum


Unit, HC Unibon Unit, Hidrogen Plant Unit, Naptha Hidrotreater Unit,
CCR Platformer Unit, Delayed Coking Unit, serta Amine dan LPG
Recovery Unit.

b.

HYUNDAI (Korea) mengerjakan kontruksi unit penunjang


dan Offsite Facilities yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke
Calciner Unit, Water Treated Boiler, Waste Water Treatment Unit, Tank
Inter Connection dan Sewer System.

c.

Pembangunan tangki tangki penyimpanan dilakukan oleh


Toro Kanetsu Indonesia.

d.

Pembangunan Fasilitas Jetty dikerjakan oleh

PT. Jaya

Sumpiles Indonesia
e.

Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung


kilang lama dan kilang baru, gedung laboratorium, gedung Fire & Safety,
perkantoran dan perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktorkontraktor Indonesia.

f.

Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan PERTAMINA


dibantu oleh konsultan CF dari Amerika Serikat.
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan

oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup
beberapa proses dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit-unit proses sebagai
berikut:
1.

High Vacuum Distillation Unit (110)

2.

Delayed Coking Unit (140)

3.

Coke Calciner Unit (170)

4.

Naptha Hydrotreating Unit (200)

5.

Hydrocracker Unibon (211/212)

6.

Distillat Hydrotreating Unit (220)

7.

Continuous Catalyst Regeneration Platforming Unit (300/310)

8.

Hidrobon Platforming Unit /PL-I (310)

9.

Amine LPG Recovery Unit (410)

10.

Hydrogen Plant (701/702)

11.

Sour Water Stripper Unit (840)

12.

Nitrogen Plant (940)

13.

Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas)

14.

Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru

Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non BBM yang telah
diproduksi oleh kilang PERTAMINA RU II Dumai dan kapasitas produksinya
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 2.1 Kapasitas Produk Pertamina RU II Dumai
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Produk
Fuel gas
LPG
Premium
Avtur
Kerosene
Automotive Diesel Oil (ADO)
Low Sulphur Wax Residue (LSWR)
Coke

Kapasitas (ton/hari)
14,93
14,2
81,28
46,42
132,30
418,05
81,27
41,7

Pada April 2006 PT. PERTAMINA melakukan proyek pembangunan unit


tambahan pada RU II Dumai yaitu unit Lube Base Oil (LBO) yang mengolah
Unconverted Oil (UCO) yang berasal dari unit Hidrocracker Unibon (HCU)
menjadi bahan baku minyak pelumas yaitu Lube Base Oil. Proyek LBO ini
dikenal dengan sebutan L-Project yang mana dijalankan selama periode 1 April
2006 hingga 30 juni 2008 dengan total investasi sebesar USD 215.000.000. LProject merupakan kerjasama antara PT. Patra Niaga (anak perusahaan Pertamina)
dengan SK Energi Asia (Anak Perusahaan SK Corporation) dengan rasio modal
35 : 65. L-Proyek dijalankan melalui empat perode yaitu
Pembentukan PT. Patra SK sebagai pengelola unit LBO pada September

2006
Revamp Mechanical Completion pada November 2007
LBO Plant Mechanical Completion pada Mei 2008
On stream LBO Plant pada juni 2008
Pembentukan PT. Patra SK oleh Pertamina dan SK Corporation didasari

pada kemampuan masing-masing pihak yaitu :


Pertamina :

Mempunyai pengalaman dalam pengoperasian kilang

Mempunyai aset yang dapat mendukung adanya kilang

LBO Group III (feedstock, utility, lahan)


Lokasi kilang yang berdekatan dengan pasar LBO Group
III

SK Corporation :

Mempunyai teknologi

Mempunyai pasar LBO Group III

Mempunyai brand LBO Group III yang sudah dikenal


pasar.
Mempunyai jaringan distribusi dalam pemasaran

Kegiatan L-Project meliputi :


Revamping Unit HVU (High Vacum Unit) 92.6 MBSD 106.0 MBSD
Revamping Unit HCU (Hydrocracker Unibon) 55.6 MBSD 63.0 MBSD
Pembangunan Unit VDU (Vacuum Distillation Unit) 25.0 MBSD
Pembangunan Unit CDW (Catalytic Dewaxing Unit) 9.0 MBSD
Pembangunan Fasilitas Utility dan Offsite antara lain Storage Tank, Waste
Water Treating Unit, Cooling Water System, Air Compressor, Nitrogen

Unit.
Pembangunan Control Room, Kantor dan Electric Substation

2.3 Lokasi Pabrik


PERTAMINA RU II terletak di kota Dumai, yang berjarak 200 km dari
kota Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera, Propinsi Riau. Sebelah utara kilang
berbatasan dengan Pulau Rupat, sebelah selatan merupakan perkampungan
penduduk, sebelah barat terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8
km dari kilang), dan disebelah timur terdapat perumahan penduduk.

Gambar 2.1 Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT PERTAMINA UP II


Dipilihnya kota Dumai sebagai lokasi kilang minyak disebabkan beberapa
faktor yang menguntungkan yaitu :
1. Terletak di tepi pantai (selat Rupat) yang memiliki perairan tenang dan luas
sehingga dapat dikunjungi oleh kapal-kapal berat dan super tanker, serta
merupakan persimpangan lalu lintas dari barat ke timur.
2.

Letaknya berdekatan dengan daerah pengeboran minyak yang


merupakan bahan baku kilang.

3. Daerah Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga
aman untuk mendirikan dan memperluas kilang di kemudian hari.
4. Daerah Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan
perluasan daerah maupun pengembangan pabrik.
5. Kota Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga di
harapkan dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan penyebaran
penduduk.
6.

Tanah Dumai merupakan tanah yang kurang subur sehingga


tidak merugikan bila didirikan kilang.

2.4 Struktur dan Manajemen Organisasi


Struktur organisasi di PERTAMINA RU II Dumai-Sei Pakning berbentuk
staff line yang dipimpin oleh General Manager yang bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Pengolahan PERTAMINA Pusat di Jakarta. General Manager ini
membawahi bidang-bidang kegiatan seperti yang terlihat pada bagan organisasi
Pertamina RU II Dumai.
2.4.1 Struktur Organisasi Pertamina Pusat
Pertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi perusahaan dan diawasi
suatu komisaris atau pemerintah RI. Pelaksanaan kegiatan diawasi oleh
seperangkat pengawas yaitu lembaga negara unsur PERTAMINA itu sendiri.
Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang
Saham Nomor KEP-68/MBU/2010 tertanggal 5 Mei 2010 tentang Pemberhentian
dan Pengangkatan Anggota-Anggota Dewan Komisaris PT PERTAMINA
(Persero), telah diputuskan memberhentikan dengan hormat anggota Dewan
Komisaris yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor:
KEP-10/MBU/2005,

KEP-18/MBU/2010,

KEP-122/MBU/2006,

KEP-

29/MBU/2009 dan KEP-234/MBU/2009. Dewan Komisaris PERTAMINA


sebagaimana dicantumkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN terdiri dari
seorang Komisaris Utama, seorang Wakil Komisaris Utama, dan lima orang
Anggota Dewan Komisaris.
Dalam menjalankan operasinya, Direktur Utama PERTAMINA dibantu
oleh seorang Direktur untuk tiap Direktorat. Direktorat tersebut adalah:
a.

Direktorat Pemasaran dan Niaga


Tujuan yang akan dicapai dari direktorat ini adalah meningkatkan

kelancaran distribusi produk BBM dan memperluas pemasaran produk Non-BBM


untuk kebutuhan dalam negeri dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan
tepat waktu, ekonomi, efisien, sejalan dengan kebijakan Pemerintah dan tuntutan
Pembangunan Nasional.
b. Direktorat Umum dan Aset
Tujuan yang akan dicapai dari direktorat ini adalah meningkatkan
pembinaan organisasi dan sumber daya manusia. Mengusahakan peningkatan

volume penjualan dan perluasan daerah pemasaran luar negeri. Meningkatkan


citra PERTAMINA di mata masyarakat internasional dengan mempromosikan
iklim usaha yang menarik. Meningkatkan kesadaran hukum dan meningkatkan
kepastian hukum untuk setiap kegiatan perusahaan. Mengelola dan meningkatkan
sistem informasi terpadu melalui penerapan teknologi informasi mutakhir.
c.
d.

Direktorat Sumber Daya Manusia


Direktorat Keuangan
Tugas dari Direktorat ini adalah mengelola keuangan dan pendanaan proyek

perusahaan yang dinilai sehat dan baik sehingga mampu mendukung operasi dan
pengembangan proyek.
e.

Direktorat Hulu
Tugas daripada Direktorat ini adalah mempertahankan atau meningkatkan

produksi minyak dan gas bumi, baik yang diperlukan di dalam negeri maupun di
luar negeri guna meningkatkan devisa negara den mengembangkan pemanfaatan
panas bumi sebagai sumber energi panas alternatif yang digunakan sehemat
mungkin.
f.

Direktorat Pengolahan Pertamina


Tujuan yang akan dicapai Direktorat ini adalah mengusahakan tersedianya

produk-produk migas berupa BBM maRUun bahan baku untuk kebutuhan dalam
negeri serta pemasaran luar negeri. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan cara
menggunakan seperangkat kilang-kilang minyak, gas dan petrokimia yang ada
maupun yang akan dibangun kemudian pengoprasiannya secara optimal, ekonomi
dan efisien.
Direktorat pengolahan ini membawahi 7 unit pengolahan yaitu:
-

Unit Pengolah I di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara

Unit Pengolahan II di Dumai dan Sei Pakning, Riau

Unit Pengolahan III di Plaju dan Sei Gerong, Sumatera Selatan

Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah

Unit Pengolahan V di Balikpapan, Kalimantan Timur

Unit Pengolahan VI di Balongan, Jawa Barat

Unit Pengolahan VII di Kasim-Serong, Irian Jaya

2.4.2

Struktur Organisasi di PERTAMINA RU II Dumai


Struktur organisasi di PERTAMINA RU II Dumai-Sei Pakning dipimpin

oleh General Manager dan bertanggung jawab langsung kepada direktur


pengolahan PERTAMINA di Jakarta. General manager ini membawahi bagianbagian dibawah ini :
a.

Manager Healthy Safety Enviromental ( HSE )


Dalam melaksanakan tugasnya HSE dibagi menjadi empat seksi yaitu :
1.

Fire & Insurance Section Head


Tugas dan tanggung jawabnya :
Menciptakan sistem penanggulangan kebakaran yang handal bagi operasi
kilang, melalui pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, dan
pembinaan sumber daya manusia.
Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan
Melaksanakan penyelenggaraan tertib administrasi umum.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh bagian ini adalah :
Mobil pemadam yang dilengkapi dengan water tender, foam tender,
powder tender, triple agent, dll.
Alat pemadam portable, terdiri dari APAR (Alat Pemadam Api Ringan),
alat pemadam beroda, pompa pemadam kebakaran dan perlengkapannya.
Alat pemadam tetap terdiri dari foam chamber, sprinkler, hydrant,
emergency pump, jockey pump.
Alat deteksi kebakaran yang terdiri dari alat deteksi panas dan alat
deteksi asap.

2. Safety Section Head


Tugas dan tanggung jawabnya adalah :
Membuat dan me-review prosedur kerja
Mengidentifikasi,

menganalisis

dan mengendalikan bahaya

melaksanakan audit K3.


Melakukan pengawasan penggunaan peralatan keselamatan kerja.

serta

Memberikan penjelasan tentang pencegahan dan penanggulangan


kecelakaan kerja.
Sarana yang dimilikinya adalah :
Alat monitoring bahaya kesehatan, antara lain alat ukur bahaya kimiawi
dan fisika.
Alat perlindungan seperti helm dan safety shoes.
Perlengkapan P3K.
Pengendalian bahaya biologi.
3. Environmental Section Head
Tugas dan tanggung jawabnya adalah :
Menciptakan lingkungan bersih dengan mengupayakan pengurangan dan
pemantauan emisi udara, cair dan limbah padat yang menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan.
Menerapkan sistem manajemen lingkungan (SMR) ISO 14001.
Meyakinkan bahwa peralatan perlindungan lingkungan dirawat dan
dioperasikan dengan baik.
Menciptakan citra perusahaan yang berwawasan lingkungan.
Sarana dan prasarana yang dimilikinya adalah :
Tiga unit oil separator untuk memisahkan kandungan air dengan minyak
Sour Water Stripper (SWS) untuk mengurangi kandungan sulfide dan
ammonia dari air buangan.
Empat unit ballast tank untuk menampung air ballast dari kapal serta
pemisahaan settlement.
Tiga unit alat ukur debit limbah.
Satu unit return sea water pond yang berfungsi sebagai bak kontrol atau
separator terhadap buangan air pendingin.
Tempat penampungan sementara (TPS) limbah padat.
Empat unit flare.
Silencer yang berfungsi mengurangi intensitas kebisingan.

Peralatan penanggulangan tumpahan minyak.


Penghijauan sebagai buffer zone.
Sarana monitoring seperti pH, temperatur dan lainnya.
4.

Occupational Health Section Head


Mengatasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan tentang penyakit
yang ditimbulkan dari resiko pekerjaan.

b. Man. Procurement
Bertugas dan bertanggungjawab terhadap adanya kegiatan penyediaan,
pengadaan material suku cadang yang diperlukan operasi perusahaan. Bidang
ini membawahi bagian pengadaan, kontrak, fasilitas umum dan marine.
c. Senior Man. Operation & Manufacturing
Bertugas dan bertanggungjawab atas kegiatan pengolahan minyak menjadi
produk- produk kilang. Mulai dari strategi

dan pola pengoperasian kilang,

pemeliharaan peralatan-peralatan produksi engineering. Dipimpin oleh seorang


manajer kilang dan membawahi bidang - bidang antara lain:

Man. Production Sei Pakning


Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Sei Pakning yang
dipimpin oleh seorang manajer produksi BBM Sei Pakning. Adapun bagianbagiannya :

1. Production Section Head


2. Maintenance Section Head
3. HSE Section Head
4. Procurement Section Head
5. General affairs Section
6. Reliability Sr. Engineer
7. Plant Engineering Supervisor
8. Distribution BBM Supervisor
Man. Production Dumai
Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Dumai yang
dipimpin oleh seorang manajer produksi BBM Dumai.
Bidang ini dibagi menjadi enam bagian yang masing-masing diketuai oleh
seorang section head. Bagian-bagian tersebut antara lain:

1.

Hydro Skimming Complex (HSC)

Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut:


Crude Distillation Unit (CDU)
Platforming I (Existing)
Naphta Rerun Unit (NRU)
Platforming II/ CCR
Naphta Hydrotreating Unit (NHDT)
2. Hydro Cracker Complex (HCC)
Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses berikut:

Hydrocracker Unibon

Hydrogen Plant

Amine & LPG Recovery

Sour Water Stripper

Nitrogen Plant

3. Heavy Oil Complex (HOC)


Bertanggung jawab terhadap unit-unit proses sebagai berikut:

HighVacuum Unit

Delayed Coking Unit

Distillate Hydrotreating Unit

Coke Calcining Unit

4. Utilitas
Bertanggung jawab terhadap unit - unit penunjang operasi kilang meliputi:

Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant)

Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)

Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)

Unit Penyediaan Udara Bertekanan

Unit Penyediaan Fuel

Unit Penyediaan Power

Unit Pengolahan Limbah

5. Oil Movement ( OM )
Berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan
produk dan pengapalan (distribusi). Bertanggung jawab atas pergerakan minyak di
dalam kilang yang meliputi kegiatan-kegiatan :
-

mengatur pergerakan minyak, mengatur produk-produk unit proses untuk


ditampung dalam tangki produksi maRUun tangki lain yang berupa
fasilitas produksi

mengatur pekerjaan BBM dan non-BBM untuk pengapalan ke tangker

melaksanakan pencampuran (blending) produk-produk setengah jadi


menjadi bahan bakar yang memenuhi spesifikasi pasaran.

Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian:


1. Area Tangki (tank farm)
a.

Tank Yard

Kegiatan ini operasinya meliputi :

Menerima dan mempersiapkan crude oil dari PT Chevron


untuk bahan baku

Melayani kebutuhan bahan baku (feed) untuk unit-unit

Menyediakan flushing oil untuk


keperluan start-up

Menerima dan mengirim produk


intermediate dan produk akhir ke tangki-tangki produk sesuai dengan
jenisnya

Melaksanakan

blending

komponen

mogas untuk membuat premium 88/Pertamax

Mengatur pergerakan minyak

Menyediakan fuel oil untuk keperluan


operasi

Menerima dan mengolah kembali


ballast dari kapal

Pemompaan untuk loading unit.

Kapasitas tangki yang ada di tank yard yaitu:

Crude oil sebanyak enam buah masing-masing dengan


kapasitas 20967 KL

Intermediate dan Finished product sebanyak


54 buah dengan kapasitas masing- masing 638.740 m3

Tangki LPG sebanyak empat buah dengan


kapasitas 10.741 m3

Silo penampung Calcined Coke sebanyak


tiga buah dengan kapasitas masing-masing 30.000 ton.

b. Loading dan Unloading


Kegiatan ini operasinya adalah sebagai berikut

Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal

Menerima pengiriman minyak dari kapal ke tangki

Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilitas

Menerima slop oil dan ballast dari kapal

Fasilitas darat dalam pengiriman minyak ke PT Chevron.

c. Blending Part
Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak
untuk mendapatkan produk jadi, antara lain :

Premium dari naphtha dan komponen mogas

Diesel dari LVGO, HCGO dan ADO

Kerosene dari komponen ADO dan kerosene.

2. Separator dan Deballasting


a. Separator

mentah

Berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air berdasarkan specific


gravity, dan mengolah limbah cair yang berasal dari seluruh unit produksi.

Di bagian ITP terbagi dalam 3 buah separator

b. Deballasting
Berfungsi sebagai tangki penampungan ballast (air cucian kapal) yang
masih mengandung minyak yang dipompakan dari separator
3. Area Dermaga (Jetty)
Fungsi dari jetty adalah tempat loading atau unloading dari/ ke kapal, baik
distribusi BBM dalam dan luar negeri maupun pelaksanaan eksport/import. ITP
memiliki enam buah jetty, yakni:
a. Jetty I dengan kapasitas 10.000-100.000 ton memiliki fasilitas:
-

1 buah LSWR loading arm 16

1 buah kerosene/solar loading arm 12

1 buah premium loading arm 8

1 buah line bunker dengan selang 3 dan 6

b. Jetty II dengan kapasitas 5.000-10.000 ton memiliki fasilitas:


-

1 loading arm solar/kerosene 8

1 loading arm premium 12

1 line bunker dengan selang 3 dan 6

c. Jetty III dengan kapasitas 5.000-35.000 ton memiliki fasilitas:


-

1 loading arm solar 12

1 loading arm kerosene/ avtur 12

1 loading arm premium 12

1 line bunker dengan selang 3 dan 6

d. Jetty IV dengan

kapasitas 10.000- 25.000 ton khusus diperuntukkan

pemuatan coke dengan belt conveyor


e. Jetty V dengan kapasitas 5.000- 35.000 ton memiliki fasilitas:
-

1 loading arm solar 12

1 loading arm kerosene/ avtur 12

1 loading arm premium 12

1 loading arm LPG 6

1 line bunker dengan selang 3 dan 6

f. Jetty VI dengan kapasitas 1.000- 3.000 ton memiliki fasilitas 1 loading


arm LPG 6
6.

Laboratorium
Tugas utamanya adalah sebagai berikut:
Quality Control (QC)
Quality Insurance
Feed Intermediate Product
Feed Finished Product (Contoh : pengapalan)
Peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan
Pemeriksaan kualitas material suku cadang.
Laboratorium di kilang menggunakan parameter - parameter penguji, peralatan

uji terdiri dari 2 bagian yaitu konvensional terdiri dari gravity dan titrimetry, dan
instrumental terdiri dari AAS, GC, spektro, dan potensiograf. Parameterparameter pengujinya khusus untuk :

Avtur
Premium
Kerosin
Air minum
Solar
LPG
Coke
Air limbah

Berdasarkan fungsinya, laboratorium terbagi atas bagian sebagai berikut:


a. Stream Produk dan Pengapalan (SPP)
Bagian ini berfungsi untuk melakukan analisa terhadap produk-produk jadi
hasil dari refinery dan produk dari atau ke kapal.
b. Laboratorium Analitika
Laboratorium ini menganalisa baik stream (produk setengah jadi) secara
kimia melalui reaksi-reaksi kimia, titrasi dan spektrometri. Adapun peralatan-

peralatan yang dimiliki antara lain: Flow Injection Analysis (FIA),


Potensiometer, Foster ATLAS dan spektofotometri.
c. Sub Seksi Gas Analisis
Bagian ini berfungsi menganalisa stream dari unit-unit khususnya produk gas
dan LPG. Analisa yang diambil meliputi komposisi, SG Schilin serta analisa
orsat. Peralatan yang dimiliki diantaranya adalah Gas Chromatography (GC).
d. Laboratorium Coke
Laboratorium ini khusus menganalisa produk coke dari Delayed Cooking
Unit DCU. Analisa terhadap coke tersebut meliputi:

Moisture Content

Volatile Matter

Ash Content

Carbon Content Fixed

Heating Value

Sulfur Content

Particle Size +4 Mesh


1.

Pengembangan Lingkungan

2.

Quality Insurance/ Quality Control (QA/QC)

Man. Refinery Planning & Optimization (RPO)


Terdiri dari 3 bagian :
1. Refinery planning section head
Membawahi bagian Perencanaan Crude, Produksi dan Keekonomian
atau keuntungan serta Bagian Penjadwalan Crude. Bertanggung jawab kepada
pengolahan dan produksi minyak. Perencanaan akan kapasitas produk yang
akan dihasilkan bisa berupa perencanaan tahunan, bulanan, maupun harian.
Sebagai contoh, untuk perencanaan produksi 2 bulan kedepan, maka jumlah
konsumsi BBM untuk masyarakat, jumlah BBM yang dihasilkan kilang,
jumlah crude oil yang tersedia di kilang, berapa banyak yang diolah dan berapa
jumlah yang diproduksi harus sudah diketahui bulan ini.
2.

Supply Chain Optimization Section Head

Bertugas membuat rapat master program. Serta alokasi tangki dan jadwal
kedatangan kapal.
3.

Budget & Performance Section Head


Bertugas membuat laporan, menghitung margin serta membuat bahan rapat
dari general manager.

Man. Maintenance Execution

Man. Maintenance Planning & Support

Man. Area P. Brandan

d. Manager Engineering & Development


Mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
Memberikan saran-saran kepada bagian kilang untuk mendapatkan kondisi
operasi yang optimum dari segi unjuk kerja, ekonomis, dan keamanan.
Evaluasi kondisi operasi dan bila diperlukan memberikan saran untuk
memodifikasikan peralatan produksi serta memajukan teknik perbaikan.
Evaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjuk kerja, perbandingan kondisi
operasi sebelum dan sesudah Turn Around (TA).
Memberikan saran pada pemeliharaan sistem instrumentasi.
Melaksanakan studi-studi/modifikasi peralatan/ proses.
Bidang

ini

membawahi

Bagian

Proses

Engineering,

Fasilitas

Engineering, dan Proyek Engineering, Energy conservasi & loss control serta
Quality Management .
1.

Process Engineering dibagi empat seksi yaitu :

a. Seksi Optimasi dan Kesisteman


b. Seksi Pengembangan
c. Seksi Proses Kontrol
d. Seksi Safety dan Environmental
e. Seksi Plant Engineering
2. Facility Engineering

Bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan kilang dari sisi engineering


mengenai non proses seperti rotating equipment dan non rotating equipment,
seperti :

Mengenai

problem

yang

terjadi

pada

peralatan operasi

Menganalisa rencana pengembangan pada


suatu alat operasi

1.

Proyek Engineering

Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan produksi, modifikasi peralatan


produksi, pembuatan paket kontak dan pengawasan proyek-proyek yang meliputi
kegiatan :

Teknik perencanaan, mekanikal, listrik, instrumentasi dan


sipil

Penyiapan pembuatan paket kerja yang dikontrak oleh


rekanan

Pengawasan proyek proyek yang sedang dikerjakan di


kilang

2.

Energy conservasi & loss control serta

3.

Quality Management .

e. Man. Reliability
Terdiri dari 2 section head :
Plant Reliability Section Head
Equipment Reliability Section Head

f. Man. General Affairs


Bidang ini membawahi bagian hukum dan pertahanan, hubungan pemerintah
dan masyarakat, serta bagian sekuriti.

Terdiri dari 3 section head :


Legal Section Head
Public Relation Section Head
Security Section Head
g. Man. HR Area/Business Partner RU II
Terdiri dari 6 section head :
Head of People Development
Head of Industrial Relation
HR Consultant
Analyst Organization Development
Head of HR Service
Head of Medical
Tugas pokok bagian ini adalah bertanggung jawab atas pembinaan sumber
daya manusia dan fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawankaryawan PERTAMINA. Bidang umum ini dipimpin oleh seorang manajer
umum yang membawahi sub bidang sesuai fungsinya seperti organisasi dan
tata laksana, personalia, kesehatan, hukum dan hubungan dengan pemerintah
serta masyarakat luas.
h. Man. Keuangan
Bertugas dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan yang meliputi
fungsi administrasi, kebendaharaan, dan anggaran keuangan minyak dan
akuntansi perusahaan. Bidang ini membawahi bagian kontroler, akuntansi
kilang dan perbendaharaan.
i. Man. IT
Membawahi

bagian

operasi

pengembangan informasi.
j. Director of Pertamina Hospital

telekomunikasi

dan

jaringan

serta

Terdiri dari 4 section head :


Head of Patient & Nursing
Head of Out Patient & Medical Support
Head og General Affairs
Head of Finance
2.5

Uraian Proses
Pada RU II Dumai ini terdapat tiga tahapan proses pengolahan minyak

bumi dimana masing-masing proses akan menghasilkan produk yang berbedabeda. Proses-proses tersebut adalah :
1. HSC (Hydro Skimming Complex)
2. HCC (Hydro Cracking Complex)
3. HOC (Heavy Oil Complex)

Gambar 2.2 Diagram Alir PT PERTAMNA (Persero) UP II)

2.5.1

HSC (Hydro Skimming Complex)


HSC meliputi kilang lama (Existing Plant) dan kilang baru (New Plant).

HSC ini terdiri dari pengolahan tingkat pertama (Primary Process) dan
pengolahan tingkat kedua (Secondary Process). Pada pengolahan tingkat pertama
fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika, kemudian pengolahan tingkat
kedua dilakukan untuk menyempurnakan produk dari pengolahan tingkat pertama.
Unit-unit proses yang terdapat dalam HSC meliputi :
a. Crude Distillation Unit (CDU) / Topping Unit (# 100)
Feed

: Crude SLC 85% + Duri 15% pada suhu 45 oC

Kapasitas

: 870 m3/jam

Tabel 2.2 Sifat Fisika Kimia SLC(Sumatera Light Crude) dan Duri Crude
Klasifikasi

SLC

Duri

API Gravity at 60oF


SG at 60/60oF
Pour point
Sulfur content wt%
Asphaltene content wt%
Wax content

35.2
0.8487
95oF
0.088
0.341
15.75

20.4
0.9317
75oF
0.203
1.440
8.770

Pada unit ini berlangsung proses pengolahan campuran SLC crude dan
Duri crude. Unit ini berfungsi memisahkan fraksi minyak bumi berdasarkan
perbedaan titik didih masing-masing fraksi pada tekanan atmosferik. Dimana
temperatur Top 130 oC dan Bottom 330 oC, sedangkan tekanan Top kolom 0,9-1
kg/cm2 (Aktual) dan tekanan flash zone 1,4-1,5 kg/cm2 (Aktual). Proses
pengolahan crude oil terjadi secara kontinyu, crude ditarik dari tangki feed 101
106 dengan pompa booster P-10 dialirkan ke pompa P-1 melalui 2 train preheater
yang terdiri dari sembilan deret, ke heater H-1. Dari heater, crude bersuhu 330oC
dialirkan ke flash zone (fraksionator) T-1. Dalam fraksionator, crude oil
dipisahkan berdasarkan titik didihnya menjadi fraksi - fraksi. Dari puncak menara
diambil uap fraksi minyak teringan yang kemudian diembunkan didalam
kondenser E-8 dengan air laut. Kondensat ditampung dalam D-1 dan sebagian dari

liquid D-1 dengan pompa P-2 dikembalikan ke tray puncak T-1 sebagai reflux.
Uap yang tidak terkondensasi dari D-1 dikeluarkan dari fuel gas mengalir
menuju fuel gas kompresor KO drum D-3 dan dibakar sebagai bahan bakar untuk
heater dan penyalaan burner. Dari tray 32 dengan pompa P-7 ditarik sie stream
yang disebut TPA (Top Pump Around) yang setelah melalui penukar panas E-1 dan
didinginkan dengan pendingin air laut dalam E-10 dan dikembalikan ke puncak
menara. Fraksi kerosene diambil dari tray 24 dan mengalir ke stripper T-2A secara
gravity.
Dalam stripper dimasukkan stream untuk mengalir fraksi ringan yang
tidak diinginkan. Dengan pompa P-3 kerosene diambil dari T-2A melalui penukar
kalor E-2 dan pendingin E-11 ke tangki produk. LGO diambil dari tray 12
mengalir ke dalam stripper T-2B secara gravity untuk dihilangkan fraksi
ringannya. Produk LGO diambil dari dasar T-2B dengan pompa P-4 dialirkan ke
crude exchanger E-5 dan pendingin E-12 ke dalam tangki penyimpanan dengan
menggunakan pompa P-5. Dari dasar menara T-1 diambil residue, setelah
dihilangkan fraksi ringannya dengan injeksi stripping steam ke dasar menara,
residue dialirkan dengan pompa P-6 menuju exchanger E-7, E-4 dan pendingin
box cooler E-14 dan akhirnya ke tangki penyimpanan.
Produk yang dihasilkan unit ini antara lain :
-

Gas sebagai fuel gas atau dibuang ke flare

Straight Run Naphta (SRN), diambil sebagai produk atau diolah lebih
lanjut dalam Naftha Rerun Unit (RNU)

Kerosene, langsung dialirkan ke dalam tangki produk

Light Gas Oil, diambil sebagai komponen blending kerosene atau ADO
agar produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan standar
mutu.

Heavy Gas Oil (HVGO), diambil sebagai komponen blending ADO

Long Residue, sebagian besar dialirkan ke unit Heavy Vacuum Unit (HVU)
dan sebagian kecil diambil sebagai Low Sulphur Wax Residue (LSWR) yang
digunakan juga dalam fuel oil.

b.

Naphtha Rerun Unit / NRU (#102)

Feed

: SRN (Straight Run Naphtha) dari Topping Unit

Kapasitas

: Balance dengan Platforming (biasanya 62 m3/jam)

Unit ini mengolah Straight Run Naphtha (SRN) produk dari Topping Unit
Dumai dan Sei. Pakning. Dimana fungsinya adalah untuk memisahkan fraksifraksi dari SRN, prosesnya disebut sebagai Distilasi bertekanan. Pada unit ini
terjadi pemisahan Light Naphhta (titik didih 36 oC 90 oC) dengan Heavy
Naphtha (titik didih 80 oC 140 oC).
SRN dari tangki dipompa P-1 menuju kolom (Tower) 1 yang sebelumnya
melalui pemanas Exchanger agar mencapai temperatur flash feed. Bagian atas
kolom ditarik ke kolom 2 dan bagian bawah kolom (bottom produk) dipompa
dengan pompa P-2 kembali ke HE yang semula berfungsi untuk memanfaatkan
panas, kemudian dilanjutkan ke cooler dan diperoleh hasil Heavy Naphtha yang
akan digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming (PL I). Sebagian dari
bottom produk dikembalikan ke kolom 2 yang sebelumnya masuk di boiler. Dari
atas kolom gas dimasukkan ke dalam kondenser dan cairannya ditampung dalam
drum D-1 kemudian di pompa kembali ke atas kolom dan sebagian didinginkan di
dalam cooler, dengan temperatur 127 oC akan menghasilkan Light Naphtha yang
akan digunakan sebagai komponen blending mogas menjadi premium, gas masuk
ke kondenser, liquidnya ditampung dalam D-1 dan dikembalikan ke top splitter
dengan pompa P-5 untuk sirkulasi saja, sedangkan gas yang tidak terkondensasi
dialirkan ke system flaire / fuel gas. Tekanan operasi pada kedua kolom yaitu 1,4
Kg/cm2 dan 5,2 Kg/cm2.
Produk yang dihasilkan :
- Off gas, yang digunakan sebagai fuel gas (dikirim ke tangki) atau dibuang ke
flare.
- Light Naftha, yang digunakan sebagai komponen blending untuk mogas
- Heavy Naftha, digunakan sebagai umpan Hydrobon Platforming I
c.

Hydrobon Platforming Unit /PL-1 (#301)

Feed

: Heavy Naphtha dari NRU

Kapasitas : 41 m3/jam
Unit ini berfungsi untuk mengolah light oktan mogas komponen menjadi
high oktan mogas komponen dengan menggunakan katalis platina (0,2 0,3%)
dan carrier alumina.
Sebagai umpan adalah Heavy Naphtha yang telah dimurnikan dari NRU
(mengandung C6-C11 parafin, nafthenes, dan aromatik) dan akan terjadi reaksi
pada reaktor bertekanan operasi 28 35 Kg/cm dan temperatur 500 oC. Heavy
Naphtha yang dicampur dengan hidrogen sebelumnya dipanaskan didapur dan
kemudian dialirkan ke reaktor-reaktor, produk yang keluar reaktor akan
dilewatkan pada cooler. Top dari stabilizer dialirkan ke kondensor dan
dimanfaatkan sebagai fuel gas. Sedangkan Bottom berupa cairan panas yang
masih menguap dan tidak menguap yang akan digunakan untuk blending
premium. Temperatur maksimum Platforming I adalah 482oC.
Reaksi reaksi yang terjadi adalah :
a. Dehydrogenation of Nafthenes
Isomerisasi yang terjadi endotermik, dimana reaksi terjadi karena adanya
metal catalist, pada reaksi dengan temperatur tinggi dan tekanan rendah.
b. Isomerisasi nafthenes dan parafin
Reaksi isomerisasi merupakan hasil dari reaksi intermediate Ion Carbonium.
Reaksi ini terjadi karena adanya Acidic katalis dan hanya tergantung dari
tekanan operasi.
c. Dehydrocyclization of parafin
Dehydrocyclization ini berlangsung pada tekanan rendah dan temperatur
tinggi. Metal dan katalis dibutuhkan agar reaksi ini dapat berlangsung.
d. Hydrocracking
Hydrocracking parafin berlangsung cepat dan dalam kondisi tekanan dan
temperatur tinggi. Reaksi ini membutuhkan hidrogen dan hasil yield
(perolehan) dari reformate rendah.
e. Dealkylation of Aromatics
Reaksi ini berlangsung pada tekanan dan temperatur yang tinggi.

Tabel 2.3 Jenis-jenis Katalis yang Digunakan pada PL-I


Katalis
R-9X

Platinum (Wt%)
0.735

Rhenium (Wt%)
-

Chloride (Wt%)
0.9 1.0

R-16F

0.2

0.2

0.9 1.0

R-16G

0.375

0.375

0.9 1.0

R-16H

0.375

0.2

0.9 1.0

R-18

0.375

0.375

1.1 1.2

R-22

0.375

0.9 1.0

R-50

0.25

0.25

0.9 1.0

R-56

0.25

0.4

0.9 1.0

R-62

0.22

0.44

1.0 1.1

R-72

0.3

1.0 1.1

Produk yang dihasilkan :


- Reformate (octane number 92), yang kemudian disimpan didalam tangki
produk untuk digunakan sebagai komponen blending premium.
- LPG, yang kemudian dikirim ke LPG recovery
- Off Gas, digunakan untuk fuel gas dan sisanya dibuang ke flare
- Gas H2 dengan purity 75% yang digunakan sebagai recycle gas dalam proses
d.
Feed

Naphtha Hydro Treating Unit / NHDT (#200)


: - Naphtha dari HCU (heavy naftha)
- Naphtha dari DCU (crack naftha)

Kapasitas : 67,7 m3/jam


NHDT berfungsi untuk menghilangkan kontaminan seperti sulfur,
oksigen, nitrogen dan menjenuhkan olefin yang terdapat dalam stabilized naphtha
dari delayed coker dan naphtha dari hydrocracker dengan bantuan katalis
sehingga memenuhi spesifikasi untuk umpan CCR-Platforming Unit. Kandungan
sulfur dan nitrogen maksimal dalam umpan platformer masing masing adalah
0,5 ppm untuk mencegah keracunan katalis.
Umpan untuk unit ini adalah Cracker Naphtha dari Delayed Cooking Unit

dan Heavy Naphtha dari Hydrocracker Unibon. Prosesnya disebut dengan


Hydrotreater Naphtha. Dimana besar temperatur inlet reaktor adalah 280 0C 340
0

C dan tekanan sistem 52,7 Kg/cm2. Produk yang dihasilkan pada unit ini adalah

gas untuk fuel gas, Light Naphtha sebagai over head produk yang akan digunakan
untuk blending mogas dan Heavy Naphtha treated sebagai produk bawah untuk
umpan CCR-Platforming.
Produk yang dihasilkan :
- Light Naphtha, kemudian dialirkan ke dalam tangki penyimpanan
- Heavy naphtha, feed bagi unit Platforming-CCR
- Off gas
e.

Continuous Catalitic Regeneration-Platforming II / CCR-PLII (#310-

#300)
Feed

: Naftha dari NHDT

Kapasitas

: 58,7 m3/jam

Unit ini berfungsi untuk menaikkan low octane number straigth run
naphtha menjadi octane tinggi blending komponen oleh reaksi kimia katalitik.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada reaktor ini adalah :
1. Dehidrogenasi Naphtha menjadi aromatik; reaksi ini bersifat endotermik dan
berlangsung dengan mudah oleh fungsi metal katalis
2. Hydrocracking Paraffin; reaksi ini bersifat eksotermis, karena reaksi dapat
dilihat dari kenaikan temperatur, khususnya pada reaktor 3 (R-3)
3. Isomerisasi; perubahan rumus bangunan molekul tanpa merubah rumus
molekul, reaksi bersifat eksotermis.
4. Dehidrosiklasi Paraffin menjadi Naphtha berifat endotermis dan merupakan
reaksi yang paling sulit dilaksanakan dalam Platforming.
Pada CCR, unit ini dirancang untuk meregenerasi katalis bimetalitik R-134
yang digunakan di platforming secara terus menerus karena selama proses yang
terjadi di platforming I, katalis mengalami deaktivasi akibat keracunan dan
pembentukan coke.Temperatur reaktor adalah sebesar 498 0C 515 0C dengan
tekanan 7,4 Kg/cm2 .

Tabel 2.4 Jenis-jenis Katalis yang Digunakan pada CCR-Platforming II


Nominal

Platinum

Chloride

R-30

Diameter (mm)
1.6

(Wt%)
0.6

(Wt%)
1.1 1.2

R-32

1.6

0.375

1.1 1.2

R-34

1.6

0.29

1.1 1.2

R-132

1.6

0.375

1.2 1.3

R-134

1.6

0.29

1.2 1.3

Katalis

Produk yang dihasilkan :


- Reformate, dengan nilai octane 94
- LPG, dikirim ke LPG Recovery unit
- Off gas, yang kemudian digunakan sebagai fuel gas sistem
- Gas H2 dengan purity 85% yang kemudian di recycle dan sebagian dikirim ke
H2 plant.
2.5.2

HCC (Hydro Cracking Complex)


Hydrocracking Complex merupakan salah satu proyek perluasan kilang

Pertamina RU II Dumai, HCC ini didisain oleh Universal Oil Product (UOP)
yang terdiri dari 5 unit proses yaitu :
a.

Hydrocarcker Unibon / HCU( #211 / #212)

Feed

: 80% HVGO dari HVU


20% HCGO dari DCU

Kapasitas

: 185 m3/jam

Fungsi unit adalah untuk merengkahkan hidrokarbon yang mempunyai


rantai molekul panjang menjadi hydrokarbon dengan rantai molekul pendek yang
mempunyai berat molekul lebih ringan dengan memakai Hydrocracking
menggunakan gas H2 dan katalis.
Disamping memecah rantai karbon juga terjadi penghilangan sulfur, nitrogen,
oksigen dan penjenuhan olefin.
Unit ini terdiri dari :

a. Seksi Reaktor
b. Seksi Fraksinasi
Variabel Proses :
1.

2.

Fresh Feed Quality. Merupakan kualitas feed yang akan mempengaruhi :

Temperatur yang dibutuhkan di katalis bed

Konsumsi Hydrogen

Lama waktu regenerasi katalis

Kualitas Produk
Fresh Feed Rate (LHSV)
LHSV

3.

FreshFeed (m 3 / jam)
CatalisVol ume(m 3 )

CFR (Combined Feed Ratio)


CFR

4.

Tekanan Parsial Hydrogen

5.

Recycle gas rate

6.

( H 2 / HC )ratio

FreshFeed Liquid Re cycle


FreshFeed

Re cycleGasRate( SCFD) xH 2 Purity


FreshFeed ( BPD)

7.

Temperatur, normal temperature adalah 343 482oC

8.

Kualitas make up hydrogen


Spesifikasi :

H2

= 95% vol

Methane + H2 = 5%
CO dan CO2 = 10 50 ppm
9.

Katalis, komponen CO, MO dan Tungsten dari VIII metal group on silica
Alumina base dalam 1/16 in sphare shape

Produk dari unit ini antara lain :


o

Gas dari Top sebagai umpan LPG Recovery

Heavy Naphtha sebagai umpan unit NHDT

Light Naphtha yang digunakan untuk blending mogas

Light Kerosene,yang merupakan komponen blending Kerosene/avtur/JP-5

Heavy Kerosene, merupakan komponen blending kerosene/avtur/JP-5

Automotive Diesel Oil (ADO)

Bottom Fractinator/recycled feed

b.
Feed

Hydrogen Plant / H2 Plant ( #701 / #702)


: - Gas dari Platforming I dan Platforming II
- Gas Amine dan LPG Recovery
- LPG (sebagai cadangan)

Kapasitas : 2 plant @ 43.914 Nm2/jam


Unit Hydrogen Plant berfungsi untuk menghasilkan gas hidrogen dengan
kemurnian tinggi (97 %) untuk memenuhi kebutuhan hydrogen yang diperlukan
pada porses Hydrotreating dan Hydrocracking pada Hydrocracker Unibon.
Umpan yang diolah adalah gas yang berasal dari Delayed Coke dan HC Unibon.
Kandungan sulfur pada gas dari berbagai unit di Dumai diasimilasi didalam
kolom desulfurizer dengan katalis zineoxide. Aliran yag keluar desulfurizer
dicampur dengan steam menjadi gas H2 dan CO. selanjutnya gas CO dikonversi
menjadi CO2 dan terjadi absorbsi CO2 pada CO2 absorber. Gas CO dan CO2 yang
masih terbawa dikonversikan menjadi gas hydrokarbon kembali.
Tahapan reaksi yang terjadi di Hydrogen Plant :
a. Desulfurisasi (menggunakan katalis ZnO)
b. Steam Reforming (menggunakan katalis Ni)
c. Shift Converter (menggunakan katalis Cu)
d. CO2 Removal (menggunakan katalis Fe, Benfil DEA)
e. Methanator
Produk yang dihasilkan : - Gas H2 dengan purity minimum 97%,
- Kandungan CO + CO2 maksimum 30 ppm,
- Kandungan CH4 maksimum 3%
Diagram alir proses Hydrogen Plant / H2 Plant ( #701 / #702) di RU II
Dumai dapat dilihat pada Lampiran A.8.
c.

Amine & LPG Recovery (#410)

Feed

: - Gas, LPG dan light naphtha dari HC Unibon


- LPG dari CCR-Platforming Unit
- Gas dari Platforming
- Gas dari Naphtha Hrydrotreating Unit
- Gas dari Destilat Hydrotreating Unit

Kapasitas

: 1.7 MBSD

Unit ini dirancang untuk menghilangkan senyawa sulfur yang terkandung


dalam gas dan LPG yang dihasilkan unit-unit lain dengan proses absorber MEA
(Monoetamolamine) untuk mencegah terjadinya korosi di tangki LPG, dan untuk
mendapatkan produk-produk LPG dengan kadar C3 dan C4 yang diinginkan.
Amine dan LPG Recovery terbagi menjadi 2 bagian :
a. Absorben Section (off gas amine absorber and LPG amine absorber),
untuk menghilangkan H2S dari off gas dan LPG
b. Amine Regeneration (vapor amine stripper), untuk me-recovery lean
amine dari rich amine.
Variabel Operasi :
1. Absorbtion
Low Temperatur, dimana lean amine harus diatas 3 oC dari
temperatur gas fee stream, untuk mencegah kondensasi uap
hidrokarbon.
Acid gas loading
High Amine Concentration
2. Regeneration
Temperatur yang tinggi sekitar 250oF
Low pressure (35-100 Kpa)
High stripping steam rates, operasi stripper kondisi normal
memerlukan heat input 1.2 lb steam reboiler per gallon etanol
amine.
Low amine concentration, membutuhkan 15-20%Wt amine
concentration.

Gas umpan dari unit unit ditampung di drum V-1 untuk memisahkan
cairan yang terbawa bersama gas. Cairan di alirkan ke sour water stripper (SWS)
sistem sedangkan gas dipanaskan di E-3 kemudian dipanaskan lebih lanjut di H-1
sebelum masuk bagian atas recycle V-3. Hasil reaksi dialirkan dari bawah untuk
pemanas di E-3 dan didinginkan di E-4 dan masuk ke pemisah tekanan tinggi V-8.
Cairan low pressure dimasukkan ke debutanizer untuk menghilangkan gas
hidrogen. Bottom produk debutanizer sebagian dikembalikan ke kolom. Uap
setelah di embunkan ditampung di V-19. Cairannya sebagian diumpankan ke
naphtha splitter V-20.
Hasil bawah splitter didinginkan dan diambil sebagai produk naftha berat
dari settler drum LPG dialirkan ke soda wash drum V-11, gas dicuci dengan
larutan soda caustic. LPG yang telah ditreating di deetanizer diinginkan.
Produk dasar dialirkan ke spare tank sistem dengan terlebih dahulu membersihkan
panas untuk memanasi umpan di deetanizer feed/bottom exchanger dan
selanjutnya didinginkan di pendingin E-15.
Produk yang dihasilkan :
- LPG dengan senyawa sulfur rendah
- Gas untuk fuel gas
d.

Sour Water Stripper / SWS ( # 840)


Feed

: Air dari HCU, DCU, DHU, NHDT, HVU

Kapasitas

: 10.300 BPSD
Unit ini berfungsi untuk menurunkan kadar H2S dan

NH3

yang

terkontaminasi

air

dari

Refinery

Sour

Water

sebelum

dikeluarkan/dibuang sebagai limbah. Proses yang terjadi adalah pemanasan dalam


kolom sampai 1100C (stripping) untuk menghilangkan gas-gas H2S, HCI, dan
NH3. H2S dan NH3 yang terlepas, kemudian dibuang/dibakar di Flare sedangkan
airnya digunakan lagi sebagai desalater water di HVU.
Air yang telah digunakan pada berbagai unit dikumpulkan di sour water
drum V-1 dimana air, minyak dan gas yang terikut akan dipisahkan. Air dialirkan
kemenara stripper V-2 bagian atas dengan pompa P-1A/B. Sebelum masuk

menara dipanaskan di E-1. Minyak yang terpisahkan dialirkan ke slop tank


dengan pompa P-2 sedangkan gasnya dialirkan ke sour drum dan selanjutnya
dibakar di incinerator.
Di stripper air akan kontak dengan caustic 20 Be yang diinjeksikan oleh
pompa P-5 yang akan menstabilkan pH air yang dihasilkan dari dasar menara.
Temperatur dasar kolom dijaga tetap 121oC dengan mengalirkan sebagian produk
dasar ke stripper reboiler E-2. Air bebas hydrogen sulfide dan amoniak dari dasar
menara dengan pompa P-3A/B dialirkan ke E-1 dan E-3 lalu dikirim ke desalter
water surge drum VDU. Bila air tersebut berlebih, maka dibuang dengan
didinginkan sebelumnya di E-5 dengan air laut.
Produk yang dihasilkan antara lain : Air dengan kadar 3% volume H 2S dan 10%
volume NH3
e.

Nitrogen Plant / N2 Plant ( # 300)


Feed

: Udara bebas

Kapasitas

: 12.000 Nm3/hari

Unit berfungsi menghasilkan nitrogen yang diperlukan untuk start-up dan


shut down unit-unit proses, regenerasi katalis dan blangketting. Prinsip operasinya
adalah pemisahan nitrogen (N2) dari oksigen (O2) dan CO2 dalam udara
berdasarkan titik embunnya pada temperatur operasi 1800C. Karena nitrogen
mempunyai titik embun lebih rendah daripada oksigen, sehingga nitrogen akan
mengalir ke bagian atas kolom dan oksigen akan berkumpul di bagian dasar
kolom sebagai cairan. Proses ini menggunakan molecular steve absorber untuk
menyerap uap air dalam udara.
Produk yang dihasilkan : N2 (nitrogen)
2.5.3

HOC (Heavy Oil Complex)


Heavy Oil Complex menghasilkan bahan bakar minyak dan coke. Bahan

yang diolah berupa Long Residue dari Topping Unit.


Unit-unit yang terdapat dalam HOC adalah :
1. High Vacuum Distillatiuon Unit (HVU)
2. Delayed Coking Unit (DCU)

3. Coke Calciner Unit (CCU)


4. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)
a.

High Vacuum Unit/HVU ( # 110)


Feed

: LSWR dari CDU

Kapasitas

: 614 m3/jam

Fungsi High Vacuum Unit sama dengan Crude Distillation Unit yaitu
memisahkan residu. Residu untuk umpan HVU terdiri dari 70 % Long Residu dari
Topping Unit dan 30 % residu dari CDU Sei. Pakning, dipisahkan menjadi tiga
fraksi berdasarkan titik didihnya. Namun unit ini beroperasi pada tekanan yang
kurang dari 1 Atmosfir (Vacuum) supaya temperatur yang berlebihan dapat
dicegah agar tidak terjadi Cracking.
Prinsip dasar High Vacuum Unit adalah proses pemisahan fraksi dalam
LSWR dengan jalan penurunan titik didih dan akan meghasilkan Ligh Vacuum
Gas Oil (LVGO) sebagai komponen diesel. High Vacuum Gas Oil ( HVGO)
sebagai umpan Hydrocracker Unibon dan Short Residue sebagai umpan Delayed
Coker.
Variabel Prosesnya antara lain :
1. Suhu
Suhu keluar dapur dapat bervariasi guna mencapai spesifikasi produk bottom
coloum yang dikehendaki. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendahnya
aliran umpan yang dapat menyebabkan terbentuknya positif olefin pada
vacuum bottom, indikasi cracking terjadi pada tube dapur. Ini dapat diperbaiki
dengan menambah aliran injeksi steam kedalam tube. Tidak ada pengatur suhu
pada

menara

seperti

kebanyakan

menara.Vacuum

dioperasi

untuk

memanfaatkan condensable material.


2. Tekanan
Coloum dirancang beroperasi pada tekanan 45 mmHg absolute di area
flash zone, 15 mmHg pada puncak kolom hendaknya dioperasikan pada tekanan
yang terendah yang dapat dicapai tanpa menambah beban ejector atau condenser.
Kelebihan jumlah steam yang ke ejector bisa menambah beban condenser dalam

hasilnya dicapai vacuum yang tidak bagus. Tekanan vacuum coloum yang rendah
berarti rendahnya suhu keluar dapur yang dibutuhkan untuk spesifikasi produk
bottom coloum yang sama dan pemisahan gas oil dari produk bottom berjalan
sempurna. Pada HVU tekanan top 25 mmHg, dan tekanan bottom 30 35 mmHg.
Produk yang dihasilkan :
- Gas 2%, akan dipakai sebagai fuel gas (untuk konsumsi sendiri)
- Light Coker Gas Oil (LVGO) 12% , digunakan untuk komponen blending
- Heavy Coker Gas Oil (HCGO) 14,2% , digunakan sebagai umpan HC
Unibon
- Short Residue 46,6%, digunakan sebagai umpan DCU
b.

Delayed Cooking Unit / DCU ( # 140)


Feed

: Short residu dari HVU

Kapasitas

: 234 m3/jam

Unit ini berfungsi untuk mengolah Short Residue dari HVU menjadi
fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dengan cara Thermal cracking dengan
tujuan menghasilkan middle distillat dan green coke yang memenuhi persyaratan
sebagai feed calciner.
Proses yang terjadi adalah pemutusan rantai panjang Hydrocarbon
menjadi rantai-rantai yang lebih pendek pada temperatur tinggi ( 5000C),
sehingga disini juga terjadi reaksi polimerisasi membentuk padatan kokas (coke).
Feed gas dari bottom vacuum unit atau tangki dikumpulkan dalam charge surge
drum dan setelah melewati alat penukar panas dimasukkan ke fraksinator yang
menghasilkan :
f. Unstabillezed naphtha dari top
g. Light Coker Gas Oil (LCGO) dari side stream
h. High Vacuum Gas Oil (HVGO) dari side stream
i. Combined feed dari bottom
Variabel proses :
1. Crude Sources dan jenis Feed Stock
Kandungan karbon yang tinggi dari fuel akan menyebabkan yield coke

akan semakin tinggi. Kandungan asphaltent, resin dan aromatic, dan level
impurities akan berakibat terhadap kualitas coke.
2. Coke Chamber Temperature
Meningkatkan

temperature

drum,

akan

meningkatkan

penguapan

hidrokarbon berat, hal ini akan mengurangi volatile carbon content dari
coke, sehingga akan dihasilkan coke yang lebih keras.
3. Coke Chamber Pressure
Tekanan top desain adalah 4.22 kg/cm2. Gunanya untuk meningkatkan
resident time akan meningkatkan yield dari coke naik.
4. Combine Feed Ratio (CFR)
Merupakan volume bottom fraksinasi dibagi dengan volume fresh feed.
Jika CCR diturunkan, produk heavy cooking gas oil akan meningkatkan
disbanding produk lainnya. Coke yang diproduksi akan lebih lembut, dan
memiliki Volatil Carbon Matter (VCM) dan level impurities yang lebih
tinggi.
Produk yang dihasilkan antara lain:
: 10.000 m3/jam

Gas (Refinery fuel)

LPG

Cracked Naphta sebagai umpan Naphta Hydrotreater

Ligh Coker Gas Oil ( LCGO) untuk umpan Distillation

: 9 ton/jam

Hydrocracker
-

Heavy Coker Gas Oil ( HCGO) untuk Hydrocracker Unibon


(HCU)

Green Coke sebagai umpan Calciner.

Dengan Perbandingan tertentu LCGO dan HCGO di blend, untuk


menghasilkan JDF (Industrial Diesel Fuel)/ MDF (Marine Diesel Fuel)

c.

Coke Calciner Unit /CCU ( # 170)


Feed

: Green Coke

Unit ini berfungsi mengkalsinasi Green coke yang dihasilkan oleh


Delayed Cooking menjadi Calcined coke. Prosesnya menggunakan Rotary Kiln

pada temperatur 1300 oC untuk menghilangkan semua material karbon yang


mudah menguap dan kandungan air, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan
Rotary Cooler dengan kemiringan tertentu untuk mendinginkan coke. Gas Panas
dari Calciner di manfaatkan sebagai panas pembantu pembuatan Steam di Waste
Heat Boiler untuk tujuan efisiensi.
Variabel Proses :
1. Tipe Green Coke
Sponge Coke, memiliki pori- pori kecil dan dilapisi oleh dinding tipis.
Honey Comb Coke, adalah coke intermediate, interconnent pores, dan
menunjukkan struktur honey comb.
Needle Coke, memiliki pori- pori besar, eliptikal dan dilapisi oleh lapisan
dinding tipis.
2.

Coke Spesification
Real Density
Apprent Density

3. Ukuran Green Coke


Size Distribution
Size Segregation di dalam kiln
4. Rotary Kiln Capacity, 3 12% dari volume kiln terisi oleh material.
Green coke dari DCU, diperoleh dalam alat pemecah coke, dengan alat
belt conveyer melalui saringan, coke berukuran lebih besar 1225 mm
dikembalikan untuk dipecah lagi. Green coke halus dengan belt conveyer
dikumpulkan dalam stock pile selanjutnya dikirim ke calciner V-201 dengan belt
conveyer. Green coke akan bergerak secara lambat ke zone pemanasan sampai
suhu feed masuk. Untuk pemanasan dipakai hasil pembakaran bahan bakar gas
yang dimasukkan ke rotary calciner dari bagian bawah. Aliran gas berlawanan
dengan aliran cok. Coke keluar kiln dengan suhu 1204 1370 oC dan didinginkan
di rotary cooler E-209 dengan menyemprotkan air keluar dengan temperatur
204oC. Udara keluar dari cooler dibersihkan di cooler dust colektor V-212 dan
dimanfaatkan di rotary cooler dan dialirkan ke incinerator untuk dibakar dengan

off gas dari kiln.


Selanjutnya gas proses incinerator dialirkan ke Waste Heat Boiler (WHB)
untuk menghasilkan steam pada suhu 398oC dan dialirkan ke stock untuk dibuang
ke atmosfir. Calciner coke cooler ditampung di storage silo.
Produk yang dihasilkan : Calcined Coke. Namun pada saat ini unit
calciner tidak diaktif lagi sehingga Pertamina tidak menghasilkan produk
calcined cokes.
d.

Distillate Hydrotreating Unit/DHDT ( # 220)


Feed

: LCGO dari DCU

Kapasitas

: 84 m3/jam

Proses Hydrotreating bertujuan untuk meningkatkan kualitas Ligh Coker


Gas Oil (LCGO) dari Delayed Coker Unit (DCU) menjadi gas, Naphtha, Light
Kerosene melalui proses Hydrotreating Cataytis. Proses ini bertujuan untuk
menjenuhkan material yang tidak stabil dari hasil cracking dan membuang
impurities seperti sulfur dan nitrogen dengan bantuan gas hidrogen bertekanan.
Campuran produk hasil reaksi dipisahkan di coloum stripper dan splitter. Ada 6
reaksi yang terjadi pada DHDT yaitu penjenuhan olefin, sulfur removal, nitrogen
removal, oksigen removal, metal removal, dan halide removal.
Variabel Operasi :
1. Temperatur Reaktor
Dibawah 400oC, temperature reactor akan meningkatkan level dan deaktivasi
katalis. Jika temperature diatas 400oC katalis bed temperature, maka
pembentukan coke menjadi lebih cepat.
2. Feed Boiling Range
3. Liquid Hourly Super Velocity (LHSV)
Peningkatan LHSV membutuhkan temperature reactor yang lebih tinggi dan
akan meningkatkan laju deaktivasi.
4. Hydrogen Purity
Menaikkan hydrogen purity akan meningkatkan reaksi hidrocracking, dan
menurunkan laju deaktivasi katalis.

5. H2/HC ratio
Menaikkan H2/HC ratio akan meningkatkan reaksi hydrotreatingdan
menurunkan laju deaktivasi katalis.
Produk yang dihasilkan :

2.6

Naphtha untuk feed NHDT

Gas untuk feed Amine dan LPG Recovery dan sebagai fuel gas

Light Kerosene sebagai blending kerosene

Heavy Kerosene sebagai blending diesel.


Utilitas
Utilitas merupakan suatu bagian yang penting guna menunjang operasi

kilang karena sebagian besar jalannya operasi ditentukan oleh adanya utilitas ini.
Fasilitas utilitas yang terdapat pada Pertamina RU II Dumai adalah :
1.

Air tawar, yang berfungsi sebagai :


a. Air pendingin pompa
b. Air umpan boiler
c. Air minum
d. Water Hydrant
e. Air bersih untuk perumahan

2.

Steam, yang berfungsi sebagai :


a. Penggerak turbin
b. Pemanas
c. Proses

3.

Udara bertekanan (Pressed Air), yang berfungsi sebagai :


a. Udara instrument, untuk menjalankan instrument pengontrol
b. Pembersihan alat- alat

4.

Air Laut, yang berfungsi sebagai :


a. Air pendingin pada cooler dan condenser
b. Pendingin mesin- mesin di power plant
c. Fire Safety

Unit- unit proses yang merupakan bagian dari unit utilitas adalah :

a. Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant)


Sumber air tawar diperoleh dari sungai Rokan. Pengolahan air ini terutama
ditujukan untuk memperoleh air yang memenuhi syarat sebagai air minum dan air
pendingin, sedangkan air untuk umpan boiler (Boiler Feed Water) perlu
pengolahan lebih lanjut di demineralizer. Air sungai Rokan diolah untuk
menghilangkan turbiditas, COD, suspended solid, dan warna atau untuk
menghindari korosi yang disebabkan oleh pH air yang rendah, maka diinjeksikan
larutan NaOH sampai netral. Untuk kebutuhan air minum dilakukan proses
sterilisasi dengan menginjeksikan desinfektan seperti Cl2 atau Ca(OCL)2.
Air baku dari sungai Rokan dipompa menuju WTP (Water Treatment
Plant) Bukit Datuk yang berjarak 45 km, kemudian ditampung dalam raw water
pond. Di dalam raw water pond terjadi pengendapan Lumpur, pasir, dan
partikulat. Kemudian air baku dipompa menuju clearator dan diinjeksikan :

Aluminium Sulfat : Al2(SO4)3.18H2O

Caustic Soda : NaOH

Coagulant Aid
Didalam clearator air baku dan bahan kimia diaduk dengan rapid mixer

sehingga akan terjadi reaksi koagulasi antara bahan kimia dengan kotoran dan
akan terbentuk flok. Reaksi yang terjadi adalah :
Al2(SO4)3.18H2O + 3Na2CO3 3Na2SO4 + 2Al(OH)3 + 18H2O
Flok-flok yang akan terbentuk akan mengendap dan dibuang secara periodik. Air
jernih akan mengalami over flow dan ditampung dalam intermediate pond.
Intermediate Pond hanya berfungsi sebagai bak penampung air jernih. Lalu air
jernih dialirkan ke sand filter yang berfungsi untuk memisahkan carry over flok
dari clearator. Air jernih dari sand filter secara gravitasi ditransfer menuju treated
water pond. Dari treated water pond air didistribusikan dengan pompa melalui
sistem manifold. Manifold untuk kilang diinjeksikan corrosion inhibitor,
sedangkan air untuk perumahan diinjeksikan Cl2 atau Ca(OCl)2 untuk desinfektan.
Refinery Water (raw water) dari WTP Bukit Datuk dikirim ke new plant
dan dikirim ke sand filter. Outlet sand filter ditampung pada filtered water tank.
Dari tangki tersebut diditsribusikan dengan pompa menuju :

1.

Portable Water Tank

2.

Plant Water Calciner

3.

Demineralizer

4.

Make RU Cooling Water

5.

Plant Water dan House Station

b. Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant)


Air umpan boiler memiliki persyaratan khusus karena dalam air masih
terdapat zat- zat yang bisa membentuk kerak pada tube boiler dan zat- zat yang
korosif. Kerak pada tube boiler disebabkan oleh garam-garam silikat dan
karbonat. Kerak ini akan menyebabkan over heating sebab menghambat transfer
panas. Korosi pada pipa disebabkan adanya gas-gas korosif seperti O 2, CO2, pH
air yang rendah, karena itu gas-gas harus dihilangkan dan pH air dijaga tetap
netral di dalam BFW. Garam-garam mineral yang larut dalam air bisa
mengakibatkan buih sehingga perlu dihilangkan dengan demineralizer yang terdiri
dari kation dan anion.
Outlet demineralizer ditampung dalam tangki lalu dipompakan ke dearator
guna mengurangi kandungan O2 terlarut. Air yang keluar dearator diinjeksikan
hydrazine untuk menghilangkan O2 sisa kemudian didistribusikan ke boiler
dengan pompa. Steam yang dihasilkan terbagi menjadi tiga jenis :
High Pressure Steam (HPS), P = 40

1.

1
bar, T = 398oC, Kapasitas = 60
2

ton
Middle Pressure Steam (MPS), P = 11 bar, T = 200 oC, Kapasitas = 60

2.
ton
3.

Low Pressure Steam (LPS), P = 3

1
bar, T = 190oC, Kapasitas = 60 ton
2

c. Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit)


Unit ini berfungsi untuk menampung air yang akan digunakan sebagai air
pendingin pompa dan compressor. Air yang digunakan adalah air tawar dari WTP
Bukit Datuk. Cooling tower di new plant berpusat di utilitas circulation. Air dari
tangki didistribusikan ke cooling tower maka diperlukan make-upkarena air yang
kembali return cooling towersangat sedikit. Untuk membuang sludge dan lumpur

dilakukan dengan blow down. Untuk menghindari pertumbuhan jasad renik (algae
dan lumut), diinjeksikan chlorine ke dalam cooling tower sebanyak 10 kg selama
6 jam dalam satu hari. Di samping itu, diinjeksikan juga corrosion inhibitor
berupa dulcam 704 (untuk satu shift diberikan sebanyak 37,5 liter) yang berfungsi
untuk membentuk lapisan pada pipa sehingga tidak terjadi kontak langsung antara
air dengan material pipa yang bisa mengakibatkan perkaratan.
d. Unit Penyedia Udara Bertekanan
Fungsi dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh unit ini adalah sebagai
berikut, yaitu :
1. Unit Instrumen
Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke dalam
receiver. Udara biasa masuk melalui filter dihisap oleh kompresor dan ditekan
keluar melalui pendingin dan cyclone untuk memisahkan air, setelah itu masuk ke
receiver. Tekanan udara dijaga dengan pressure recorder controller (PRC) sebesar
6,5 kg/cm2.
2. Udara Kilang
Digunakan sebagai pembersih dan flushing pipa-pipa. Didalam unit
kompresor juga terdapat cooling water untuk mengatur air pendingin yang
mendinginkan pompa dan kompresor. Untuk menjaga agar suhu air tetap rendah
digunakan fan. Untuk mencegah korosi, diinjeksikan polycrin I dan polycrin AI
(merupakan corrosion inhibitor).
e. Unit Penyediaan Fuel
Sistem penyediaan fuel oil di new plant berpusat di utilitas. Fuel oil dari
tangki penampungan didistribusikan dengan pompa menuju :
1.

Boiler Utilitas

2.

Vacuum Unit

3.

Platforming Unit

4.

Naphtha Hydrotreating Unit

5.

Distillate Hydrotreating Unit

6.

Hydrocracking Unibon

f. Unit Penyediaan Power (Power Plant)


Merupakan unit yang penting dalam operasi kilang. Unit berfungsi sebagai
penyedia tenaga listrik untuk kebutuhan kilang maupun perumahan karyawan.
Unit terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.

Power Generation
TG-I

: 51,20 ton/h dengan 8,3 MW steam

TG-II

: tidak beroperasi

TG-III

: 31,47 ton/h dengan 8,3 MW steam

TG-IV

: 43,77 ton/h dengan 10 MW steam

2.

Power Distribution

3.

Bengkel Listrik
Pembangkit listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lsitrik

perumahan, kantor dan pabrik adalah :


Kilang lama (existing plant), mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) dengan empat buah engine kapasitas masing-masing 3,5 MW dan
Pembangkit Tenaga Listrik Gas (PLTG) terdapat dua buah dengan kapasitas
masing-masing 17,5 MW.
Kilang baru (new plant), terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
yang terdiri empat engine dengan kapasitas masing-masing 14 MW dengan
tegangan 11 kV, dengan supply steam dari boiler.
Untuk menggerakkan turbin generator dipakai steam yang digerakkan oleh
boiler, sedangkan untuk operasi pembangkit listrik di dua kilang tersebut
diintegrasikan dengan trafo integrasi. Untuk keperluan perumahan, PLTG dengan
tegangan 10,5 kV dinaikkan menjadi 11 kV dan dinaikkan lagi menjadi 27 kV.
2.7

Pengolahan Limbah
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai

dalam menekan dampak dari limbah industrinya, adalah :

1.

Melaksanakan Good Housekeeping di lingkungan kerja,


dengan cara mengoptimasi pengunaan air, energi, dan bahan baku.

2.

Pada saat pembangunan pabrik, pertamina RU II Dumai


dilengkapi dengan unit-unit untuk mengelola dan mereduksi limbah.

3.

Sistem proses yang digunakan dilengkapi dengan recycle


dan recovery bahan, produk.
Adapun unit-unit yang digunakan untuk mengelola dan mereduksi

kuantitas dan bahaya limbah adalah :


Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan oleh pertamina RU II Dumai adalah emisi gas
yang mengandung SOx, NOx, H2S, NH3, CO2, CO, hidrokarbon, debu, jelaga, dan
bau yang sebagian besar berasal dari flare atau gas cerobong. Upaya
penanggulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan stack atau cerobong
yang didesain dengan ketinggian tertentu agar memenuhi baku mutu emisi dan
baku mutu ambient. Upaya lain yang dilakukan oleh pertamina RU II Dumai
adalah dengan memasang CEM (Continuous Emission Monitoring), yang
diletakkan pada cerobong (stack) unit HVU, yang merupakan unit yang setelah
dianalisa menghasilkan emisi gas terbesar.
Tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas udara di RU II Dumai
dicantumkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Tolak Ukur Dampak Kualitas Udara
No.

Parameter

Baku mutu
0,1
260
20
2260
0,05
92,5
0,24
160

Satuan
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3
ppm
kg/cm3

1.

SO2

2.

CO

3.

NOx

4.

HC

5.

H2S

42

kg/cm3

6.

Partikulat/debu

260

kg/cm3

Sumber :No.1 s/d 6 : Kep-02/menKLH/I/1998 lamp. III

Pendekatan

yang

ditempuh

dalam

rangka

pengendalian

dan

penanggulangan dampak terhadap kualitas udara adalah dengan menerapkan


program waste minimization yang didalamnya terdapat empat tahap :
a. Reduksi limbah dari sumbernya
b. Reuse
c. Recycle
d. Recovery (perolehan kembali)
Limbah Cair
Limbah cair yang dominant berasal dari aktivitas kilang, yaitu berupa
minyak, sludge, sour water. Limbah tersebut berasal dari hasil proses maupun
tumpahan dari sistem pemproses. Peralatan yang digunakan untuk menangani
limbah cair tersebut antara lain :
a.

Untuk

mengatasi

tumpahan-

tumpahan

minyak di perairan (laut) digunakan peralatan :

Oil boom, digunakan untuk menahan tumpahan minyak di perairan


agar tidak tersebar luas. Oil boom tersebut berupa pembatas yang ditarik
oleh dua buah kapal.

Oil skimmer, digunakan untuk menghisap tumpahan minyak yang


telah terkumpul.

Oil sorbent, digunakan untuk menyerap minyak yang masih tersisa


di perairan, yang berupa lapisan film.

Oil dispersant, merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk


menghilangkan sisa- sisa minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan
peralatan lainnya seperti diatas. Prinsip dari oildispersant adalah
membentuk koloid antara minyak dispersant sehingga berat jenisnya
meningkat dan larutan minyak dispersant tenggelam ke dasar laut.

b. Oil separator II, digunakan untuk memisahkan campuran air-minyakyang


terkandung di dalam air limbah. Pada tahap ini hanya akan terjadi pemisahan
antara minyak dan air. Oleh karena itu kandungan senyawa polutan lain selain
minyak yang ada di dalam air limbah akan tetap sama. Minyak yang tertampung

pada tahap ini akan dipompakan menuju slope tank untuk kemudian diproses lagi
menjadi produk, sedangkan air yang telah terpisahkan akan masuk ke tahap
selanjutnya untuk kemudian diolah lagi sebelum dibuang ke badan air. Pada unit
separator ini terdapat 2 buah pompa untuk memompakan minyak menuju slope oil
tank. Pompa yang digunakan menggunakan tenaga listrik.
Pertamina RU II Dumai memiliki 3 oil separator yang berada di bawah
tanggung jawab bagian Oil Mov (OM).
c. Sour Water Stripper, digunakan untuk mengolah limbah cair yang bersifat
asam

yang

keluar

dari

proses.

Unit

ini

terletak

pada

area

hydrocrackingComplex (HCC). Baku mutu limbah cair yang harus dicapai


yakni :
Tabel 2.6 Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Pengilangan Minyak Bumi
No.

Parameter

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

BOD5
COD
Oil Content
Sulfida terlarut
Ammonia terlarut
Phenol total
Temperatur
pH
Debit limbah maksimum

Kadar Maksimum
(mg/L)
100
200
25
1.0
10.0
1.0
45oC
6.0-9.0
1000 m3/m3 bahan
baku minyak

Beban Pencemaran
Maks. (gr/cm3)
100
200
25
1.0
10.0
1.0
45oC
6.0-9.0
1000 m3/m3 bahan
baku minyak

Sumber : Laboratory Test Report (Identifikasi 18 Juli 2001, diterima 10 Juli 2006)

Air limbah unit produksi yang mengandung sulfat dan ammonia akan
dialirkan ke SWS. Kandungan sulfat dan ammonia pada air limbah tersebut akan
dikurangi kadarnya sampai seminimal mungkin untuk kemudian diproses dalam
pengolahan limbah cair selanjutnya. Dahulu, air yang keluar dari SWS ini
sebenarnya direncanakan untuk digunakan unit Desalter. Namun karena unit ini
tidak terpakai, maka air yang keluar dari SWS langsung dialirkan ke (930) ME57.
Unit 930 ME-57 menampung semua limbah yang berasal dari kilang baru
untuk kemudian dipompakan menuju separator II dan separator III (jika

mengaktifkan screw pump). Penggunaan pompa pada unit ini sangat dibutuhkan.
Pompa yang tersedia pada unit ini 3 buah pompa 930 P5ABC dan 2 buah screw
pump P54AB.
d. Kolam Ekualisasi
Pada dasarnya proses yang terjadi di kolam ekualisasi ini adalah secara
fisika yaitu menurunkan suhu, menangkap minyak yang masih terbawa dalam air
limbah. Minyak yang terkumpul akan dipompakan menuju slope tank untuk
kemudian diolah lagi ke dalam unit produksi dan menghasilkan suatu produk.
Selain itu bak ekualisasi ini juga berfungsi untuk menghindari shock loading
dalam pengolahan limbah secara biologi (pada kolam aerasi).
e. Kolam Aerasi
Proses yang terjadi pada kolam aerasi ini adalah proses lumpur aktif. Pada
proses ini kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses yang berjalan.
Mikroorganisme mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendegradasi
senyawa polutan yang terdapat dalam air limbah. Kolam aerasi ini berukuran
besar dan menggunakan 3 buah aerator dalam pengoperasiannya. Pemberian
nutrisi dilakukan setiap harinya dengan perbandingan N : P adalah 15 kg N : 15 kg
P. Unsur N dan P ini merRUakan mayor element nutrisi mikroorganisme dan
diperlukan mikroorganisme sabagai energinya dalam mendegradasi senyawa
polutan. Selain itu suplai udara juga sangat dibutuhkan mikroorganisme dalam
proses lumpur aktif ini. Untuk itulah digunakan aerator. Nutrisi diberikan secara
kontinyu setiap harinya pada kolam aerasi.
f. Kolam Pengendap
Limbah dari kolam aerasi yang masuk ke dalam kolam ini mengandung
partikel-partikel dari lumpur aktif dan hasil degradasi. Untuk itu perlu diendapkan
di kolam pengendap. Karena berfungsi sebagai pengendap, aliran air dikolam ini
diusahakan laminar. Endapan yang ada pada kolam pengendap ini sewaktu-waktu
dipompa dan ditampung pada tangki pembiakan. Di dalam tanki tersebut juga
terdapat mikroba yang akan dibiakkan. Hal ini dilakukan tidak tentu waktunya.
Namun lumpur yang telah aktif tersebut akan secara rutin dimasukkan ke dalam
kolam aerasi satu kali dalam seminggu.

g. Separator III
Separator III sebagai penampung terakhir air limbah yang berasal dari unit
biotreatment dan area ME-57. Di kolam ini akan terjadi pencampuran limbah hasil
proses pengolahan dengan limbah yang belum mengalami proses.
Limbah Padat
Upaya pengolahan limbah padat khususnya limbah B3 bertujuan untuk
menurunkan kadar parameter-parameter pencemar terhadap air tanah, air laut,
maupun kualitas udara agar memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan pengolahan limbah padat domestik bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan dan kebersihan lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan di RU II
Dumai termasuk cara pengolahannya antara lain adalah :
Lumpur (sludge) bercampur minyak dari drain tangki dan oil separator.
Lumpur tersebut diolah dengan cara melakukan mixing bersama air
hangat, kemudian dilakukan pengenceran agar minyak terapung dan dapat
dipisahkan dari sludge. Dilakukan juga yang dinamakan SOR(Sludge Oil
Recovery) dengan cara mengencerkan sludge, lalu disentrifusi agar terpisah fase
minyak dan air. Minyak yang diperoleh dari metode ini akan dikembalikan ke unit
crude distilling untuk diolah kembali.
Spent katalis
RU II Dumai tidak mempunyai perangkat yang dapat digunakan untuk
mengolah spent katalis. Maka katalis yang sudah tidak digunakan biasanya dijual,
karena banyak mengandung unsure platina yang cukup bernilai ekonomis.
Karbon aktif
Karbon aktif yang tidak digunakan lagi, jika masih memenuhi spesifikasi,
dicampur dengan coke dan dijual.
Limbah perbengkelan berupa logam, kaleng, dan bungkus
Pertamina RU II Dumai tidak memiliki pusat pengolahan limbah yang
tersendiri, oleh karena itu limbah padat lainnya akan ditampung sementara
kemudian dibuang atau dikirim ke PPLI.

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1993; Transport Processes and Unit Operation
thirdedition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Glitsch. 1993; Bulletin 4900 sixth edition ;Glitsch International Inc Companies.
Perry, Robert H & Green, D W. 1999; Perrys Chemical Engineers
Handbook;7th Edition; McGraw Hill Book Company; New York.
SODC, Blue Esso Book., 1950.
Technical Data Book Petroleum Refining. Volume I, 5th ed. 1992. American
Petroleum Institute.
Treybal, Robert Ewald. 1981;Mass Transfer Operations; 3rd Edition; McGraw
Hill Book Company; New York.
Universal Oil Product, Project Specification. UOP HC Unibon Process for Dumai
HCC.
http;//10.52.1.21.intra-net pertamina.com

Anda mungkin juga menyukai