14
Geometris
Trigonal planar
Tetrahedral
Oktahedral
Bujur sangkar/ segi empat planar
Bipiramida trigonal
Oktahedral
Contoh
[HgI3][Zn(NH3)4]2+
[Fe(CN)6]3[Ni(CN)4]2[Fe(CO)5]2+
[FeF6]3-
15
dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong
dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua macam kemungkinan
hibridisasi. Jika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d
yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka
kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer
orbital complex. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah
orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks
tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex.
Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil dibandingkan kompleks orbital
luar, karena energi yang dilibatkan dalam pembentukan kompleks orbital
dalam lebih kecil dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan
kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital d yang berada di dalam
orbital s dan p diperlukan energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya
tidak terlalu jauh.
Contoh :
[Ni(CO)4]; memiliki struktur geometris tetrahedral
Ni28
4s2
4p0
Ni28
: [Ar]
3d8
4s
4p
hibridisasi sp3
Orbital hibrida sp3 yang telah terbentuk kemudian digunakan untuk berikatan
dengan 4 ligan CO yang masing-masing menyumbangkan pasangan elektron
bebas
[Ni(CO)4]
: [Ar]
16
3d10
sp3
Fe3+
4s1
4p0
Dua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan
dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut, sehingga 2 orbital d yang
semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan
untuk membentuk orbital hibridal d2sp3
Fe3+
: [Ar]
hibridisasi d2sp3
Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang
berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida
semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)
[Fe(CN)6]3-
: [Ar]
3d6
d2sp3
Orbital hibrida d2sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan
CN-
4s2
4p0
17
: [Ar]
membentuk orbital hibrida dsp3
Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan
elektron lain, sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk
membentuk orbital hibrida dsp3
[Ni(CN4)]2-
: [Ar]
3d8
dsp3
[FeF6]3-,
memiliki
bentuk
geometris
oktahedral.
Jika
Berarti
ion
Fe3+
dalam kompleks
mengalami
4s1
4p0
4d0
membentuk orbital hibrida sp3d2
18
Elektronetralitas
Ligan
donor
elektronegativitas
umumnya
yang
tinggi,
merupakan
sehingga
atom
atom
dengan
ligan
tidak
Backbonding
Pada atom logam dengan tingkat oksidasi yang rendah,
kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik
(backbonding) atau resonansi ikatan partial. Ionpusat memberikan
kembali pasangan elektron kepada ligan melalui pembentukan
ikatan phi ().
19
dengan ligan adalah murni interaksi elektrostatik. Logam yang menjadi pusat
dari kompleks dianggap sebagai suatu ion positif yang muatannya sama
dengan tingkat oksidasi dari logam tersebut. Logam pusat ini dikelilingi oleh
ligan-ligan bermuatan negatif atau ligan netral yang memiliki pasangan
elektron bebas (PEB). Jika
bermuatan, maka sisi dipol negatif dari ligan terarah pada logam pusat.
Medan listrik pada logam akan saling mempengaruhi dengan medan listrik
ligan.
Dalam Teori Medan Kristal, berlaku beberapa anggapan berikut :
a. ligan dianggap sebagai suatu titik muatan
b. tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan
c. orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi
yang sama, akan tetapi, jika terbentuk kompleks, maka akan terjadi
pemecahan tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya tolakan dari
elektron pada ligan, pemecahan tingkat energi orbital d ini tergantung
orientasi arah orbital logam dengan arah datangnya ligan
Bentuk Orbital-d
Karena orbital d seringkali digunakan pada pembentukan ikatan dalam
kompleks, terutama dalam teori TMK, maka adalah penting untuk
mempelajari bentuk dan orientasi ruang orbital d. Kelima orbital d tidak
identik, dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t 2g dan eg. Orbitalorbital t2g dxy; dxz; dan dyz memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi
arah di antara sumbu x, y, dan z. Orbital-orbital e g dx2-y2 dan dz2 memiliki
bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu.
20
dxy
dxz
dyz
dx2-y2
dz2
Kompleks Oktahedral
Pada kompleks oktahedral, logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di
setiap sudutnya. Arah mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu x, y dan z.
Karena orientasi arah orbital d x2-y2 dan dz2 adalah sepanjang sumbu x; y; z, dan
menghadap langsung ke arah mendekatnya ligan, maka kedua orbital
tersebut mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan orbital d xy;
dxz dan dyz yang berada di antara sumbu-sumbu x; y; dan z. Dengan demikian
orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan (splitting) tingkat
energi dimana orbital-orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih besar
dibandingkan orbital t2g.
dx2-y2
dz2
eg
Y
L
M+
X
dxz
0,6o
dxy
dxz
t2g
dyz
21
dxy
0,4o
(a)
(b)
Jarak antara kedua tingkat energi ini diberi simbol 0 atau 10Dq. Setiap
orbital pada orbital t2g menurunkan energi kompleks sebesar 0,40, dan
sebaliknya setiap orbital pada orbital e g menaikkan energi kompleks sebesar
0,60. Tingkat energi rata-rata dari kedua tingkat energi orbital t 2g dan eg
merupakan energi hipotetik dari orbital d yang terdegenerasi.
Besarnya harga o terutama ditentukan oleh kuat atau lemahnya suatu
ligan. Semakin kuat medan suatu ligan, makin besar pula pemecahan tingkat
energi yang disebabkan, sehingga harga 0 juga semakin besar. Harga 0
dalam suatu kompleks dapat ditentukan melalui pengukuran spektra UV-Vis
dari kompleks. Kompleks akan menyerap energi pada panjang gelombang
yang sesuai untuk mempromosikan elektron dari tingkat energi t 2g ke tingkat
eg. Panjang gelombang yang diserap dapat ditentukan berdasarkan puncak
serapan dari spektrum serapan UV-Vis.
Karena setiap orbital t2g menurunkan energi sebesar 0,40 dari tingkat
energi
hipotetis,
setiap
elektron
yang
menempati
orbital
t 2g
akan
22
Konfigurasi
t2g
eg
CFSE
-0,40
-0,80
-1,20
-0,60
-1,60
0
-2,00
-0,40
-2,40
-0,80
-1,80
-1,20
-0,60
0
23
I-< Br- < Cl- < F- < OH- < C2O42- < H2O < NCS- < py < NH3 < en < bipy <
o-
t2g
eg
d3
d5
d6
d8
d10
Medan
ligan
kuat atau
lemah
kuat atau
lemah
Contoh
TiIVO2; [TiIVF6]2-; [TiIVCl6]2[CrIII(oksalat)3]3-; CrIII(H2O)6]3+
lemah
[MnIIF6]4-; [FeIIIF6]3-
kuat
[FeII(CN)6]4-; [CoIII(NH3)6]3+
lemah
[NiIIF6]4-; [Ni(H2O)6]2+
kuat atau
lemah
[ZnII(NH3)6]2+; [ZnII(H2O)6]2+
Penataan asimetris
Jumlah
elektron d
d4
t2g
eg
Medan
ligan
lemah
Contoh
Cr(+II); Mn(III+)
d7
d9
24
kuat
Co(+II); Ni(+III)
kuat dan
lemah
Cu(+II)
Jika orbital dz2 berisi lebih banyak elektron dibandingkan orbital d x2-y2,
maka ligan yang berada pada sumbu z akan mengalami gaya tolak yang lebih
besar dibandingkan keempat ligan lainnya (yang berada pada sumbu x dan
y). Gaya tolak yang tidak seimbang tersebut akan menghasilkan distorsi
berupa perpanjangan oktahedron di sepanjang sumbu z, dan disebut sebagai
distorsi tetragonal. Lebih tegasnya, distorsi berupa pemanjangan sumbu x
semacam ini disebut sebagai elongasi (perpanjangan) tetragonal.
Sebaliknya, jika orbital yang berisi lebih banyak elektron adalah orbital
dx2-y2, elongasi akan terjadi sepanjang sumbu x dan sumbu y, sehingga ligan
dapat lebih mendekat ke arah logam pusat melalui sumbu z. Berarti akan ada
empat ikatan yang panjang dan dua ikatan yang lebih pendek, dan struktur
yang terbentuk mirip dengan oktahedron yang ditekan sepanjang sumbu z.
Distorsi semacam ini disebut kompresi tetragonal.
Distorsi berupa elongasi tetragonal lebih sering terjadi dibandingkan kompresi
tetragonal.
Gambar (c)
25
Gambar (d)
Gambar (c)
Elongasi tetragonal yang terjadi pada suatu kompleks oktahedral. Elektronelektron pada orbital dz2 menimbulkan gaya tolak yang meneybabkan ligan
pada sumbu z menjauh dari logam pusat
Gambar (d)
Dapat disimpulkan bahwa jika pengisian orbital d x2-y2 dan dz2 tidak
sama, maka akan terjadi distorsi. Hal ini disebut sebagai Distorsi Jahn Taller.
Teorema Jahn-Taller menyatakan bahwa : sistem molekuler yang
tidak linear dalam suatu keadaan elektron yang terdegenerasi
tidaklah stabil; dan akan mengalami distorsi untuk menurunkan
simetrinya dan menghilangkan degenerasi yang terjadi.
Orbital-orbital terisi
eg
26
t2g
Gambar (e)
Gambar (f)
Gambar (e) Penataan elektron yang simetris di orbital t 2g dan eg pada logam dengan
konfigurasi elektron d8
Gambar (f) Pemecahan tingkat energi orbital e g, untuk mencapai kestabilan, kedua
elektron mengisi orbital dz2 yang tingkat energinya lebih rendah
Elektron yang berada pada orbital d x2-y2 mengalami tolakan dari empat
ligan yang berada pada sumbu x dan y; sementara elektron yang ada pada
orbital dz2 hanya mengalami tolakan dari dua ligan yang berada pada sumbu
z. Jika medan ligan cukup kuat, maka perbedaan energi di antara dua orbital
ini (orbital dx2-y2 dan dz2) menjadi lebih besar dibandingkan energi yang
diperlukan
untuk
memasangkan
elektron.
Pemecahan
orbital
eg
ini
27
memiliki tingkat
X
Y
Ligan
(g)
Gambar g. Struktur kompleks tetrahedral sebagai suatu kubus
28
E (t)
(h)
Gambar (h) Pemecahan tingkat energi yang terjadi dalam kompleks tetrahedron
29
[Ni(CO)4]
tidak
mengalami
gaya
tarik-menarik
3.
menunjukkan
berpasangan
pada
keberadaan
ligan,
hal
ini
densitas
elektron
mengindikasikan
tidak
adanya
Teori
Orbital
Molekul
(Molecular
Orbital
Theory)
melibatkan
30
PEMBENTUKAN ORBITAL
Pembentukan ikatan melalui orbital yang paling sederhana dapat
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul
H2.
orbital * (orbital molekul antibonding)
1s
1s
H
H2
mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul yang
terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital
tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari
kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi
molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektronelektronnya berada pada orbital molekul yang tingkat energinya lebih
rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
orbital * (orbital molekul antibonding)
1s
1s Dalam Kompleks
Bab III Teori Ikatan
31
He
He
He2
orbital (orbital molekul bonding)
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat
orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital
molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital dan *. Elektronelektron mula-mula mengisi orbital bonding yang tingkat energinya lebih
rendah, kemudian mengisi orbital antibonding *. Karena baik orbital bonding
maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan
saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk
molekul diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan
dalam pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada
molekul diatomik yang heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital
atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi
antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan
ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.
Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :
orbital *
a
1s
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
32
A
1s
orbital
AB
Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih
rendah dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM)
yang terbentuk memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B.
Selisih energi antara orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a,
menunjukkan ukuran sifat ionik ikatan yang terbentuk antara A dan B.
Sedangkan selisih energi antara OM dengan orbital atom B, dinotasikan
dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.
senyawa
kompleks,
orbital
molekul
terbentuk
sebagai
gabungan/kombinasi dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan.
Orbital atom logam dapat bergabung dengan orbital atom ligan jika orbitalorbital atom tersebut memiliki simetri yang sama.
Untuk logam transisi pertama, orbital yang dapat membentuk orbital
molekul adalah orbital-orbital eg (dx2-y2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz.
Orbital-orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dari logam tidak dapat membentuk orbital
karena orientasi arahnya yang berada di antara sumbu x, y dan z. Oleh
karena itu ketiga orbital tersebut disebut sebagai orbital nonbonding.
Meskipun tidak dapat membentuk oribtal , orbital-orbital t 2g tersebut dapat
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
33
membentuk orbital molekul dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah
dengan orbital atom logam.
Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam
jika
*s
*p
4p
*d
4s
0
3d
x2-y2 z2
xy xz
yz
34
Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan
3dz2 dari logam Co bergabung dengan keenam orbital p x dari atom ligan NH3
membentuk orbital molekul. Orbital molekul yang terbentuk masing-masing
diisi dengan sepasang elektron dari ligan NH 3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari
Co3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut
merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara
tingkat energi nonbonding dengan orbital * (orbital antibonding) merupakan
harga 0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM, splitting/pemecahan tingkat
energi yang
besar
kompleks
[CoF6]3-,
selisih
tingkat
energi
antara
orbital
*p
4p
4s
35
*d
3d
x2-y2 z2
xy xz
yz
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung
dengan 6 buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat
tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau
non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital
antibonding * yang terbentuk dinotasikan dengan 0. Pada kompleks
[CoF6]3-, karena harga 0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital
nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan mengisi orbital *
terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital * yang merupakan orbital
antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital
antibonding ini mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan NH 3
tersebut menjadi lebih lemah. Karena
PEMBENTUKAN ORBITAL
antar orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital dapat
terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital
atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh
bagaimana orbital dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan
36
Gambar (i)
Gambar (i)
Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital d xz berada sejajar
dengan orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom
logam dan orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul .
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz,
orbital molekul juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital p z
dari logam dengan orbital p z dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
+
+
(j)
37
Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul .
Ligan akseptor
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital kosong yang
dapat bertumpang tindih dengan orbital t 2g dari logam, membentuk
ikatan
Interaksi
semacam
ini
seringkali
disebut
sebagai
Ligan Donor
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t 2g dari logam, menghasilkan ikatan
. Rapatan elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui
ikatan ini. Selain dari ikatan yang terbentuk tadi, transfer elektron
dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan . Interaksi semacam ini
lebih sering terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan
oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut kekurangan elektron.
Orbital dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron dari
38
39
LATIHAN
A. Terangkan yang dimaksud dengan ligand, atom pusat,logam transisi,
dan ligand
B. Apa yang dimaksud dengan asam Lewis, basa lewis dan tentukan
asam/basa lewis dalam senyawa komplek.
C. Buat struktur lewis dari ligan berikut dan tentukan unsur pendonor
elektron (buat lingkaran)
a. Ion thiocyanate
b. Karbon monoksida
c. Ion oksalat
D. Tentukan Basa lewis, asam lewis donor atom dan bilangn koordinasi
senyawa komplek berikut
a. [Ni(NH3)6]2+
b. [Co(NH3)4Cl2]Cl
E. Buat contoh-contoh ligand, tentukan unsur yang bertindak sebagai
asam lewis dan sebutkan nama ligandnya
c. Ligand mono dentat (6 contoh)
d. Bidentat (3 contoh)
e. Threedentat (2 contoh)
f. Tetradentat (1 contoh)
F. Terangkan aplikasi/kegunaan dari senyawa komplek dalam industri,
lingkungan dan dalam kehidupan sehari-hari
G. Buat konfigurasi elektronik unsur Cr, Co2+, Ti4+, Pt, BrH. Tentukan bilangan oksidasi senyawa berikut
a. [Co(NH3)4Cl2]Cl
b. K[Pt(NH3)Cl3]
I. Tentukan bridisasi senyawa komplek berikut dan ganbar struktur
geometisnya
c. Fe(NH3)6]+3
d. [NiCl4]+2
e. [Pt(NH3)5Cl]+3
J. Sebutkan nama senyawa komplek berikut
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
40
a. [Fe(H2O)5(NO)]2+
b. [CoCl4]2c. [Cr(NH3)3(H2O)3]Cl3
d. (NH4)2[Ni(C2O4)2(H2O)2]
e. pentaamminechloroplatinum(IV) chloride
f. dichlorobis(ethylenediamine)platinum(IV) floride
g. Potasium tetrachloronickelate(II)
(NH4)2[Ni(C2O4)2(H2O)
]
b.
1.
Fe(H2O)5(NO)]2+
41
a. [Fe(H2O)6]3+
b. [Cr(NH3)6]3+
c. [CoCl4]2-