Anda di halaman 1dari 17

2.

1 Bahan-bahan Penelitian
2.1.1 Tanah Lempung
2.1.1.1 Tanah Lempung dan Mineral Penyusun
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks.

Mineral ini terdiri dari dua lempung kristal pembentuk kristal dasar, yaitu silika

tetrahedra dan aluminium oktahedra. Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat

atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon dan unit oktahedra terdiri dari

enam gugus ion hidroksil (OH) yang mengelilingi atom aluminium (Das, 1991).

Ciri tanah lempung adalah sangat keras dalam keadaan kering dan

bersifat plastis pada kadar air sedang sedangkan pada kadar air yang lebih tinggi

lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan

bahwa pada keadaan basah tanah memiliki kemampuan gaya tarik-menarik

yang besar sehingga partikel-pertikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan

plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu diubah-ubah

tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi

retakan- retakan atau terpecah-pecah.

Lempung merupakan mineral asli yang mempunyai sifat plastis saat

basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai komposisi berupa

hydrous aluminium dan magnesium silikat dalam jumlah yang besar. Mineral

lempung sebagian besar mempunyai struktur berlapis dimana ukuran

mineralnya sangat kecil yakni kurang dari 2 µm (1µm = 0,000001m), meskipun

ada klasifikasi yang menyatakan bahwa batas atas lempung adalah 0,005 m

(ASTM) dan merupakan partikel yang aktif secara elektrokimiawi yang

hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

Bowles (1991) menyatakan bahwa sumber utama dari mineral lempung

adalah pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung:


• felspar ortoklas

• felspar plagioklas

• mika (muskovit)

Dimana semuanya itu dapat disebut silikat aluminium kompleks (complex

aluminium silicates). Lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara

lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite group) dan mineral-

mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan yang ada (mika

group, serpentinite group). Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri

dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar tersebut

bersatu membentuk struktur lembaran.

Unit-unit silika tetrahedra berkombinasi membentuk lembaran silika

(silica sheet) dan unit-unit oktahedra berkombinasi membentuk lembaran

oktahedra (gibbsite sheet). Bila lembaran silika itu ditumpuk di atas lembaran

oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan menggantikan posisi ion

hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan muatan mereka.

(a) (b)

(c) (d)
(e)

Gambar 2.13 Struktur Atom Mineral Lempung ( a ) silica tetrahedra ; ( b )


silica sheet ; ( c ) aluminium oktahedra ; ( d ) lembaran oktahedra (gibbsite) ;
( e ) lembaran silika – gibbsite (Das, 1991).

a. Kaolinite

Istilah “kaolinite” dikembangkan dari kata “ Kauling” yang berasal dari

nama sebuah bukit yang tinggi di Jauchau Fu, China, dimana lempung kaolinite

putih mula-mula diperoleh beberapa abad yang lalu (Bowles,

1991). Kaolinite merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang

mengandung karbonat pada temperatur sedang dan umumnya berwarna

putih, putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.

Struktur unit kaolinite terdiri dari lembaran-lembaran silika tetrahedral yang

digabung dengan lembaran alumina oktahedran (gibbsite). Lembaran silika dan

gibbsite ini sering disebut sebagai mineral lempung 1:1 dengan tebal kira-kira

7,2 Å (1 Å=10-10 m). Mineral kaolinite berwujud seperti lempengan-

lempengan tipis dengan diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan ketebalan dari

100 Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik per unit massa± 15 m2/gr yang

memiliki rumus kimia:

(𝑂𝐻)8𝐴𝑙4𝑆𝑖4𝑂10

Keluarga mineral kaolinite 1:1 yang lainnya adalah halloysite. Halloysite

memiliki tumpukan yang lebih acak dibandingkan dengan kaolinite


sehingga molekul tunggal dari air dapat masuk. Halloysite memiliki rumus

kimia sebagai berikut.

(𝑂𝐻)8𝐴𝑙4𝑆𝑖4𝑂10 . 4𝐻2𝑂

Gambar dari struktur kaolinite dapat dilihat dalam Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Struktur Kaolinite (Das, 1991)

b. Illite

Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois.


Mineral illite bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai
hubungan dengan mika biasa (Bowles, 1991). Mineral illite memiliki rumus
kimia sebagai berikut:
(𝑂𝐻)4𝐾𝑦(𝑆𝑖8 − 𝑦 . 𝐴𝑙𝑦)(𝐴𝑙4. 𝑀𝑔6 . 𝐹𝑒4 . 𝐹𝑒6)𝑂20
Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan
kristal, tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite.
Perbedaannya ada pada:

• Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai
penyeimbang muatan.
• Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng
tetrahedral.
• Struktur mineral illite tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.
Pembentukan mineral lempung yang berbeda disebabkan oleh subtitusi
kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral. Bila sebuah anion
dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi
oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
disubstitusikan kedalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation,
maka mineral tersebut disebut brucite. Struktur mineral illite dapat dilihat dalam
Gambar 2.15

Gambar 2.15 Struktur Illite (Das, 1991)

c. Montmorillonite
Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung
yang ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847 yang memiliki
rumus kimia:
(𝑂𝐻)4𝑆𝑖8𝐴𝑙4𝑂20 . 𝑛𝐻2𝑂

Dimana nH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral


montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan
susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral
mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya.
Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng
SiO2. Inilah yang menyebabkan montmorillonite dapat mengembang dan
mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation
lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah 9,6 se pert i yan g ditunjukkan
pada Gambar 2.16. Gaya Van Der Walls mengikat satuan unit sangat lemah
diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika, oleh karena itu lapisan air
(nH2O) dengan kation dapat dengan mudah menyusup dan memperlemah
ikatan antar satuan susunan kristal. Sehingga menyebabkan antar lapisan
terpisah. Ukuran unit massa montmorillonite sangat besar dan dapat
menyerap air dengan sangat kuat sehingga mudah mengalami proses
pengembangan. Gambar dari struktur kaolinite dapat dilihat di dalam
Gambar 2.16.
Gambar 2.16 Struktur Montmorillonite (Das, 1991)

2.1.1.2 Sifat Umum Tanah Lempung


Bowles (1991) menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung adalah:
1. Hidrasi
Partikel lempung hampir selalu mengalami hidrasi, hal ini disebabkan
karena lempung biasanya bermuatan negatif, yaitu partikel dikelilingi oleh
lapisan-lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi (adsorbed
water). Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua molekul. Sehingga disebut
sebagai lapisan difusi (df fuse layer), lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktivitas
Aktivitas tanah lempung adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP)
dengan persentase butiran lempung,dan dapat disederhanakan dalam persamaan:

𝑃𝐼
𝐴 = 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 (2.21)

Dimana persentase lempung diambil sebagai fraksi tanah yang < 2 µm untuk
nilai A (Aktivitas),
A > 1,25 : tanah digolongkan aktif dan bersifat ekspansif
1,25 <A< 0,75 : tanah digolongkan normal
A < 0,75 : tanah digolongkan tidak aktif.

Nilai- nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.6 Aktivitas tanah lempung (Bowles, 1991)


Minerologi Tanah Nilai Aktivitas
Lempung
Kaolinite 0,4-0,5
Illite 0,5-1,0
Montmorillonite 1,0-7,0

a. Flokulasi dan Dispersi

Pengertian flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel lempung di

dalam larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai pH>7. Flokulasi

larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung

asam (ion H+), sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat

flokulasi. Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam.

Lempung yang baru saja terflokulasi dapat dengan mudah didispersikan kembali

ke dalam larutan dengan menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan antar

partikel jauh lebih kecil dari gaya goncangan. Apabila lempung tersebut

telahdidiamkan beberapa waktu dispersi tidak dapat tercapai dengan mudah, yang

menunjukkan adanya gejala tiksotropik, dimana kekuatan didapatkan dari

lamanya waktu.

b. Pengaruh Zat Cair

Air berfungsi sebagai penentu plastisitas tanah lempung. Molekul air

merupakan molekul yang dipolar, yaitu atom hidrogen tidak tersusun

simetri di sekitar atom-atom oksigen (Gambar 2.17a). Hal ini berarti bahwa

satu molekul air merupakan batang yang mempunyai muatan positif dan

negatif pada ujung yang berlawanan atau dipolar (dobel kutub) (Gambar

2.17b).
Gambar 2.17 Sifat dipolar molekul air (Hardiyatmo, 1992)
Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan

negatif pada ujung yang berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung secara

elektrik. Terdapat 3 mekanismenya, yaitu:

1) Tarikan antara permukaan bermuatan negatif dari partikel lempung dengan

ujung positif dari dipolar.

2) Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari

ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung yang

bermuatan negatif.

3) Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu dengan ikatan hidrogen

antara atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen dalam molekul-

molekul air (hydrogen bonding). Mineral lempung yang berbeda memiliki

defisiensi dan tendensi yang berbeda untuk menarik exchangeablecation.

Exchangeable cation adalah keadaan dimana kation dapat dengan mudah

berpindah dengan ion yang bervalensi sama dengan kation asli.


Gambar 2.18 Molekul air dipolar dalam lapisan ganda (Das,1991)
Montmorillonite memiliki defisiensi dan daya tarik exchangeable cation

yang lebih besar daripada kaolinite. Kalsium dan magnesium merupakan

exchangeable cationyang paling dominan pada tanah, sedangkan potassium dan

sodium merupakan yang paling tidak dominan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi exchangeable cation, yaitu valensi kation, besarnya ion dan

besarnya ion hidrasi. Kemampuan mendesak dari kation-kation dapat dilihat dari

besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:

Al+3>Ca+2>Mg+2>NH+4>K+>H+>Na+>Li+

Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain yang berada dikirinya (Das, 2008)

Semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang tertarik

secara elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda

jumlahnya akan semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang menyebabkan

sifat plastis pada tanah lempung. Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung

memberi bentuk dasar dari susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya

terikat satu sama lain lewat lapisan air serapannya. Selain itu jarak antara

partikel juga akan mempengaruhi hubungan tarik menarik atau tolak menolak

antar partikel tanah lempung yang diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen,
gaya Van der Walls serta macam ikatan kimia dan organiknya. Bertambahnya

jarak akan mengurangi gaya antar partikel.

Sehingga ikatan antar partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung

akan sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral,

tipe, konsentrasi dan distribusi kation-kation yang berfungsi untuk mengimbangi

muatannya.

Kapasitas pertukaran kation tanah lempung didefinisikan sebagai jumlah

pertukaran ion-ion yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram lempung

kering. Beberapa garam juga terdapat pada permukaan partikel lempung kering.

Pada waktu air ditambahkan pada lempung, kation-kation dan anion-anion

mengapung di sekitar partikelnya (Gambar 2.19).

Gambar 2.19 Kation dan anion pada partikel (Das,1991)

Pada penelitian ini akan dilakukan usaha penggantian kation-kation yang

terdapat pada lempung dengan kation-kation dari bahan semen yang dicampurkan

dengan arang tempurung kelapa dengan variasi yang berbeda-beda.

2.1.2 Semen
Semen merupakan perekat hidrolis dimana senyawa-senyawa yang
terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru
yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen mimiliki susunan yang
berbeda-beda, dan semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Semen non-hidrolik
Semen hidrolik adalah semen yang memiliki kemampuan untuk mengikat
dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain semen portland,
semen pozzolan, semen alumina, semen terak, semen alam dan lain-lain.
2. Semen hidrolik.
Semen non hidrolik adalah semen yang tidak memiliki kemampuan untuk
mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh
utama dari semen non hidrolik adalah kapur.

2.1.2.1 Semen Portland


Semen portland adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dari
penggilingan klinker dengan kandungan utamanya adalah kalsium silikat dan satu
atau dua buah bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan.
Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh
kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan
konstruksi, dalam perkembangannya dikenal berbagai jenis semen portland antara
lain :
1. Semen portland biasa
Semen portland jenis ini digunakan dalam pelaksanaan konstruksi secara
umum jika tidak diperlukan sifat-sifat khusus, seperti ketahanan terhadap
sulfat, panas hidrasi rendah, kekuatan awal yang tinggi dan sebagainya.
ASTM mengklasifikasikan semen portland ini sebagai tipe I.
2. Semen portland dengan ketahanan sedang terhadap sulfat
Semen ini digunakan pada konstruksi jika sifat ketahanan terhadap sulfat
dengan tingkat sedang, yaitu dimana kandungan sulfat (SO3) pada air tanah
dan tanah masing-masing 0,8% - 0,17% dan 125 ppm, serta PH tidak kurang
dari 6. ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe II.
3. Semen portland dengan kekuatan awal tinggi
Semen portland yang digiling lebih halus dan mengandung tricalsium silikat
(C3S) lebih banyak dibanding semen portland biasa. Semen jenis ini memiliki
pengembangan kekuatan awal yang tinggi dan kekuatan tekan pada waktu
yang lama juga lebih tinggi dibanding semen Portland biasa. ASTM
mengklasifikasikan semen ini sebagai tipe III.
4. Semen portland dengan panas hidrasi rendah
Semen jenis ini memiliki kandungan tricalsium silikat (C3S) dan tricalsium
aluminat (C3A) yang lebih sedikit, tetapi memiliki kandungan C3S yang lebih
banyak dibanding semen Portland biasa dan memiliki sifat-sifat :
a) Panas hidrasi rendah.
b) Kekuatan awal rendah, tetapi kekuatan tekan pada waktu lama
sama dengan semen Portland biasa.
c) Susut akibat proses pengeringan rendah.
d) Memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, terutama sulfat.
ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe IV.
5. Semen portland dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat
Semen jenis ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen ini
diklasifikasikan sebagai tipe V pada ASTM. Semen jenis ini digunakan
pada konstruksi apabila dibutuhkan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat,
yaitu kandungan sulfat (SO3) pada air tanah dan tanah masing-masing 0,17%
- 1,67% dan 125 ppm – 1250 ppm, seperti pada konstruksi pengolah
limbah atau konstruksi dibawah permukaan air.
6. Semen portland blended
Semen portland blended dibuat dengan mencampur material selain gypsum
kedalam klinker. Umumnya bahan yang dipakai adalah terak dapur tinggi
(balst- furnase slag), pozzolan, abu terbang (fly ash) dan sebagainya. Jenis-
jenis semen portland blended adalah :
a) Semen Portland Pozzolan (Portland Pozzolanic Cement)
b) Semen Portland Abu Terbang (Portland Fly Ash Cement)
c) Semen Portland Terak Dapur Tinggi (Portland Balst-Furnase
Slag Cement)
d) Semen Super Masonry
Persyaratan komposisi kimia semen portland menurut ASTM
Designation C 150-92, seperti terlhat pada Tabel. 2.7.

Tabel 2.7 Persyaratan standart komposisi kimia Portland Cement


(ASTM,1992)
2.1.3 Arang
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan
aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur
tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan
kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Selain itu arang tempurung adalah arang yang dibuat dengan cara kombinasi
dari tempurung atau batok kelapa. Pada proses pembakaran tempurung kelapa yang
terdiri dari karbohidrat yang sangat kompleks, akan menyebabkan suatu rentetan
reaksi yaitu peruraian secara termal serta menimbulkan panas sebagai hasil peruraian
dari bermacam-macam struktur molekul. Pada suhu 275° C, lingo selulosa mulai
melepaskan H2O dan CO2, disamping itu juga terbentuk arang dan metana. (BPPI,
1983). Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben.

Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai
sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
k. imia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume
pori- pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-
100% terhadap berat arang aktif.
Tiga metode pembuatan arang tempurung kelapa yaitu metode drum, metode
lubang dan metode tungku. Metode tungku dapat digunakan untuk
memproduksi arang aktif secara komersial, sedangkan metode yang paling sesuai
untuk pembuatan arang dengan skala kecil adalah metode drum. Deskripsi
pembuatan arang tempurung menurut Blando (1976) dan Sukardiyono (1995)
sebagai berikut:
1) Pilih drum bekas.
2) Masukkan tempurung kelapa yang sudah dipecah-pecah.
3) Bakar.

2.1.3.1 Sifat-sifat Arang


Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam
hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori,
yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing
berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga
merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan
dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian
kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,
dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah
atau dosis arang aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif,
tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi,
ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
3. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum
yang bisa diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam adsorpsi.
Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas
dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi
sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun
dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa
volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan
pada temperatur yang lebih kecil.
4. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam minreal. Ini disebabkan karena
kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
5. Waktu Kontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis
arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung.
Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif
untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang
mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih
lama (Sembiring, 2003)

Adanya hidrogen dan oksigen mempunyai pengaruh yang besar pada


sifat- sifat karbon aktif. Unsur unsur ini berkombinasi dengan unsur-unsur atom
karbon membentuk gugus fungsional misalnya: gugus karboksilat, gugus
hidroksifenol, gugus kuinon tipe karbonil, gugus normalakton, lakton tipe
flueresence, asam karboksilat anhidrida dan peroksida siklis. ( Jankowski, et al;
1991). Metode ini dilakukan dengan merendam bahan baku pada bahan kimia
seperti H3PO4, ZnCl2, HCl, H2SO4, CaCl2, K2S, NaCl, dan lain-lain.
(Juliandini dan Trihadiningrum, 2008). Arang aktif mengandung unsur selain
karbon yang terikat secara kimiawi, yaitu hidrogen dan oksigen. Kedua unsur
tersebut berasal dari bahan baku yang tertinggal akibat tidak sempurnanya
karbonisasi atau dapat juga terjadi ikatan pada proses aktivasi.

Tabel 2.8 Kandungan yang terdapat di arang (Muh,Alwi. 1998)

KOMPOSISI KADAR
K2O 45,07
Na2O 15,42
CaO 6,26
MgO 1,32
Fe2O3 1,39
Al2O3 1,39
P2O3 4,64
SO3 5,75
SLO3 4,64

2.1.3.2 Cara Pembakaran Arang dari Batok Kelapa


1. Drum dibagi atas empat bagian yaitu:bagian bawah drum yang
terbuka,tutup drum atas,cerobong dan lubang-lubang udara pada badan drum.
Bagiang tengah di tutup. Dibuat lubang diameter 10 cm untuk dihungungkan
dengan cerobong asap setinggi 30 cm.
2. Cerobong tersebut terbuat dari seng atau bahan metal lain.
3. Pada bagian tutup drum di buat 3 baris lubang, terdiri 4 lubang berdiameter
13 mm dengan jarak antar baris 30 cm.
4. Arang tempurung dibuat dengan cara membakar baku di dalam drum selama
beberapa jam.
5. Produksi arang yang bagus tidak boleh menyiram dengan air. Tunggu
sampe dia mati selam 6 jam.
6. Arang tersebut digiling ataupun dihaluskan dengan penghalus

Gambar 2.20 Arang

Gambar 2.21 Arang yang udah di haluskan

Anda mungkin juga menyukai