Anda di halaman 1dari 2

RESUME UNDANG – UNDANG REPUB;IK INDONESIA NOMOR 13

TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Dalam UU No 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa keterkaitan tidak


hanyadengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja
tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha,pemerintah dan masyarakat.
Dalam UU No 13 Tahun 2003 mengatur tentang kesempatan dan perlakuan yang
sama, perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan, pelatihan kerja,
penempatan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja, penggunaan tenaga kerja
asing, hubungan kerja, perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan, hubungan
industrial, pemutusan hubungan kerja, pembinaan, pengawasan, penyidikan,
ketentuan pidana dan sanksi administratif, dan ketentuan peralihan.

Menurut saya, UU No 13 Tahun 2003 cocok untuk mengatur tentang


perburuhan didalam proyek konstruksi para buruh pekerja konstruksi haus dilatih
dan dibina terlebih dahulu dan ditempatkan sesuai kemmapuan agar para pekerja
bekerja secara efektif dan meminimalisir kesalahan pada saat berkerja.

UU yang kurang sesuai dengan Pekerja Konstruksi

Bab 1 pasal 1 No 9 mengenai pelatihan kerja merupakan kegiatan memberi,


memperoleh, meningkatakan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, dan sikap. Pada tukang selaku pekerja kontruksi tidak ditemukan
adanya pelatihan kerja yang diberikan oleh instansi terkait. Tukang tersebut
langsung bekerja dengan arahan mandor dan beradaptasi sendiri dengan lingkungan
konstruksi.

Pasal 1 No 17 mengenai serikat pekerja. Jika kita melihat pekerja pabrik,


mereka memiliki serikat pekerja sehingga bila ada kebijakan yang tidak sesuai
makamereka atas nama serikat pekerja bisa menuntut balik dengan
memperjuangkanhak mereka ini tidak terlihat pada tukang selaku pekerja
konstruksi, ini juga dikarenakan tingkat pendidikan tukang yang rendah sehingga
kurang adanya penggerak.
Bab 5 pasal 10 No 12 Mengatur tentang pelatihan kerja yang mana menjadi
tanggung jawab perusahaan, pelatihan kerja juga harus sesuai dengan pasar kerja
dan kebutuhan yang ada. Namun pada pekerjaan tukang tidak diberikannya
pelatihan kerja, sehingga mereka tidak memenuhi pasar dan kebutuhan yang ada.

Pasal 99 No 1 Mengatur tentang jaminan sosialbagi pekerja dan juga


keluarganya. Pada pekerja konstruksi yaitu tukang mereka kurang mendapat
jaminan sosial yang baik karena mereka bekerja dengan sistem kontrak. Jaminan
sosial yang mereka dapat yaitu Jamsostek tidak sebaik BPJS tingkat yang bagus,
sedangkan resiko mereka dalam bekerja cukup tinggi. Karena tingkat pendidikan
rendah juga sehingga mereka tidak menyadari jaminan sosial tersebut dan hanya
menunggu dari kontraktor. Keluarga mereka juga tidak mendapatkan jaminan
sosial.

Pasal 173 No 1 Mengenai bahwa pemerintah melakukan pembinaan


terhadap unsur – unsur dan kegiatan yang berhubungan dengan ketanagakerjaan,
ini dimaksudkan agar bisa berdaya guna dan behasil guna untuk memperoleh hasil
yang baik untuk meningkatkan dan mengembangkan semua kegiatan yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan pembinaan ini juga tidak terlihat pada
tukang, sehingga pekerjaan yang mereka lakukan juga minim peningkatan

Anda mungkin juga menyukai