Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PERCOBAAN III

PENENTUAN ISOTHERMAL DAN KINETIKA ADSORPSI


METHYLEN BLUE MENGGUNAKAN ADSORBEN ZEOLIT
TERAKTIVASI

OLEH

NAMA : SUKMAWATI

STAMBUK : F1C119091

KELOMPOK : VI (ENAM)

ASISTEN : ANNISA RIZKY AMALIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri tekstil merupakan salah satu industri manufaktur di bidang

tekstil yang mengolah serat menjadi benang, kemudian menjadi kain, sampai

akhirnya menjadi tekstil. Tekstil itu kemudian dibuat menjadi pakaian atau benda-

benda lainnya. Kapas merupakan kain alami yang paling penting dalam industri

tekstil. Prosesnya adalah dengan cara menenun, pembentukan kain, penyelesaian

dan pewarnaan. Kerumitan proses-proses tersebut mampu menghasilkan berbagai

macam produk. Produk tekstil yaitu pakaian jadi, tekstil rumah tangga dan

kebutuhan industri.

Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses

pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan,

merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses

penyempurnaan menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat. Limbah

tekstil memiliki kandungan tinggi kandungan warna sintesis yang akan merusakan

ekosistem perairan, meningkatnya kekeruhan air, menghalangi cahaya matahari

yang masuk untuk berfotosintesis, serta adanya efek mutagenik dan karsinogen.

Salah satu senyawa yang banyak dipergunakan dalam industri tekstil

adalah methylen blue. Methylen blue merupakan salah satu senyawa pewarna yang

larut di dalam air, bersifat kationik dan sering dipergunakan dalam bidang kimia,

biologi, ilmu pengobatan dan industri pewarnaan. Pewarna ini tidak terlalu

beracun bagi manusia, tetapi dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit, efek

sistematik termasuk perubahan darah. Selain itu paparan senyawa ini pada tingkat
tertentu dapat menyebabkan muntah, mual, diare, pusing, keringat berlebih dan

radang pencernaan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengolah limbah

dengan kandungan zat pewarna tersebut adalah dengan menggunakan metode

adsorbsi.

Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas

atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari

molekul-molekul yang mengembun pada permukaan padatan. Adsorpsi

dipergunakan untuk mengolah limbah dengan kandungan zat pewarna karena

mempunyai sifat mudah dipergunakan, efisien dan rendah kebutuhan energi, serta

dapat mempergunakan berbagai bahan jenis adsorben. Adsorben dapat dibuat dari

bahan organik seperti rumput, daun, bunga, kulit buah yang tersedia dalam jumlah

banyak. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan isoterm

adsorbsi larutan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penentuan ishotermal dan kinetika adsorpsi

methylene blue menggunakan adsorben zeolit teraktivasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi larutan methylene blue?

2. Bagaimana variasi waktu kontak menggunakan zeolit teraktivasi?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan penentuan ishotermal dan kinetika adsorpsi

methylene blue menggunakan adsorben zeolit teraktivasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi larutan methylene blue.

2. Untuk mengetahui variasi waktu kontak menggunakan zeolit teraktivasi


D. Manfaat Percobaan

Manfaat pada percobaan penentuan ishotermal dan kinetika adsorpsi

methylene blue menggunakan adsorben zeolit teraktivasi adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui pengaruh variasi konsentrasi larutan methylene blue.

2. Dapat mengetahui variasi waktu kontak menggunakan zeolit teraktivasi.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Industri tekstil menempati urutan kedua setelah makanan di antara

keinginan utama kehidupan manusia. Industri tekstil mengubah serat menjadi

benang, mengubah benang menjadi kain atau komoditas sejenis, dan mewarnai

dan menyelesaikan bahan-bahan ini melalui beragam operasi produksi. Banyak

pewarna, bahan kimia, bahan kimia tambahan, dan bahan ukuran digunakan

selama pemrosesan basah di industri tekstil. Hal ini mengakibatkan timbulnya air

limbah yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Air limbah yang dihasilkan

selama pemrosesan basah perlu diolah secara menyeluruh sebelum dilepaskan ke

lingkungan. Komposisi limbah cair tekstil sangat heterogen. Masalah yang paling

relevan dari air limbah industri tekstil adalah penggunaan pewarna untuk memberi

warna (Madhav dkk., 2018).

Proses aktivasi dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu aktivasi fisik,

aktivasi kimia, dan aktivasi fisikokimia. Aktivasi fisik dilakukan di bawah

lingkungan gas pengoksidasi seperti uap air, O2 atau CO2 pada suhu aktivasi yang

lebih tinggi antara 800 dan 1100 °C, sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan

mereaksikan arang dengan zat pengaktif kimia seperti kalium hidroksida (KOH),

asam fosfat (H3PO4) dan seng klorida (ZnCl2). Disisi lain aktivasi fisikokimia

yaitu menggabungkan aktivasi fisik dan kimia. Dimulai dengan impregnasi arang

dengan pengaktif kimia, diikuti dengan perlakuan gasifikasi dengan mengoksidasi

gas pada suhu yang cukup tinggi (Firdaus dkk., 2021).


Adsorpsi merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi pencemaran

zat warna. Adsorpsi merupakan terserapnya suatu zat (molekul atau ion) pada

permukaan adsorben. Mekanisme adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

serapan secara fisika dan serapan secara kimia. Beberapa faktor yang

mempengaruhi proses adsorpsi yakni konsentrasi, luas permukaan, suhu, ukuran

partikel, dan waktu kontak. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan

digunakan arang aktif, zeolit, maupun bentonit sebagai adsorben (Fathoni dan

Rusmini, 2016).

Methylene blue merupakan salah satu zat warna thiazine yang sering

digunakan dalam industri tekstil, karena harganya yang ekonomis dan mudah

diperoleh. Dalam pewarnaan, senyawa Methylene blue hanya digunakan sekitar

5% sedangkan sisanya yaitu 95% dibuang sebagai limbah. Penggunaan Methylene

blue dapat menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan jika

tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh

oleh kulit (Machiri dkk., 2017).

Zeolit adalah alumino silikat yang sangat berpori dengan beragam

struktur rongga tiga dimensi yang memiliki kisi bermuatan negatif. Zeolit

merupakan penyerap mineral umum dengan deposit yang memadai dan kation

organofilik yang telah banyak digunakan untuk adsorpsi zat warna dari air limbah

contohnya adalah zeolit alam telah dilaporkan dalam banyak penyelidikan untuk

menghilangkan pewarna. Namun, kapasitas adsorpsi zeolit alam lebih rendah

sehingga membatasi kegunaanya secara luas sebagai penyerap (Yan dkk., 2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan penentuan isothermal dan kinetika adsorpsi methylene blue

menggunakan adsorben zeolit teraktivasi dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Juni

2021, pukul 13.00-15.29 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisika,

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan penentuan isoterm dan

kinetika adsorpsi methylene blue menggunakan adsorben zeolit teraktivasi adalah

gelas ukur 20 mL, pipet tetes, corong, botol vial kecil, spatula, spektrofotometer

UV- Vis dan shaker.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan isoterm dan

kinetika adsorpsi methylene blue menggunakan adsorben zeolit teraktivasi adalah

zeolit alam, asam klorida (HCl) 3 M, akuades, kertas saring, tissue dan methylene

blue(C16H18CIN3S).
C. Prosedur Kerja

1. Preparasi dan aktivasi zeolit

Batuan

-Zeolit
dihaluskan

- diayak menggunakan ayakan 270 mesh

- ditimbang

- dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL

- diberi HCL 3M sebanyak 100 mL

- dihomogenkan

- dicuci dengan akuades hingga pH rendah

- dikeringkkan ke dalam oven 100⁰C selama 2

jam

2. Pembuatan Kurva Standar

0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 30 ppm

Ditentukan adsorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-
Vis
Diplot perbandingan konsentrasi
larutan dan adsorben
3. Pengaruh Konsentrasi

0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 30 ppm

dikontakan dengan 0,020 gram


adsorben zeolite teraktivasi
dikocok dengan alat shaker 125 rm
selama 2 jam
disaring dianalisis menggunakan
spektrofotometer uv-vis
B. PEMBAHASAN

Adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben

dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya

gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada

permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena

tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan

zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Pada adsorpsi zat yang diserap

hanya terdapat pada permukaannya. Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis

tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap, makin besar bila temperatur kritis

semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari

suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat diserap.

Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap

satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis

adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas

Adsorben pada percobaan ini adalah zeolit dan adsorbatnya berupa

methyl blue. Umumnya ada dua cara yang dilakukan untuk menjadikan zeolit

alam sebagai adsorben yaitu yang pertama preparasi sampel dan dan aktivasi

sampel. preparasi sampel merupakan suatu proses yang dilakukan dengan

mengubah ukuran partikel sampel agar layak untuk diuji. preparasi awal yang

dilakukan yaitu menghaluskan zeolit hingga dihasilkan serbuk halus yang lolos

ayakan 270 mess. Penghalusan zeolit ini bertujuan untuk menghomogenkan

ukuran dan memperbesar luas permukaan kontak sehingga kemampuan zeolite


sebagai adsorben dapat lebih maksimal. Setelah dilakukan preparasi langkah

selanjutnya yaitu aktivasi zeolit.

Secara umum ada dua proses aktivasi yang bisa dilakukan terhadap

zeolit alam yaitu aktivasi secara fisika dengan pemanasan dan aktivasi secara

kimia dengan menggunakan asam. Proses aktivasi secara fisika dilakukan pada

suhu 100 °C. Menggunakan suhu 100 °C karena pada aktivasi secara kimia asam

yang digunakan adalah HCl dimana, memiliki titik didih 120 °C jika dipanaskan

melebihi. 100 °C maka HCl tersebut akan habis karena telah teruapkan. Proses

aktivasi secara fisika bertujuan untuk menghilangkan molekul-molekul air serta

zat-zat organik pengotor yang ada pada pori dan kerangka zeolit. Perlakuan termal

ini juga dapat menyebabkan perpindahan kation, yang akan mempengaruhi letak

kation serta ukuran pori dan pada akhirnya akan mempengaruhi kesetimbangan

serta kinetika adsorpsi. Pada aktivasi secara kimia menggunakan HCl bertujuan

untuk melarutkan dan menghilangkan oksida-oksida logam yang terjerap dan

menutupi permukaan zeolit sehingga pori-pori dan permukaan bidang kontak

menjadi lebih besar. Selanjurnya larutan dicuci dengan akuades untuk

menurunkan pH dan dikeringakn dalam oven untuk menguapkan uap air yang

terjerap dalam pori zeolite sehingga keaktifan zeolite meningkat disebabkan

karena terbukanya pori-pori zeolit.


Perlakuan selanjutnya, menentukan pengaruh konsentrasi adsorbsi

zeolit terhadap methyl blue. Perlakuan pertama yang dilakukan adalah yaitu

mengukur panjang gelombang methyl orange dengan menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis adalah

ketika cahaya monokromatik melewati media maka sebagian cahaya akan

terpantulkan, dibiaskan dan diserap.


DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, I. dan Rusmini, 2016, Pemanfaatan Bentonit Teknis sebagai Adsorben


Zat Warna, UNESA Journal of Chemistry, 5 (3).
Firdaus, M., Mohamad Y., Mohd A. A., Nur A. R. dan Mohd E. A. M, 2021,
Adsorbition of Cationic Methylene Blue Dye Using Microwave-Assisted
Activated Carbon Derived from Acacia Wood: Optimization and Batch
Studies, Arabian Journal of Chemistry, 14 (1).
Machiri, D., Jumaeri. dan Ella Kusumastuti, 2017, Interkalasi Montmorilonit
dengan Kitosan Serta Aplikasinya sebagai Adsorben Methylene Blue,
Indonesian Journal of Chemical Science, 6(2).
Madhav, S., Arif A., Pardeep S. dan Pradeep K. M, 2018, Environ Qual Manage.
A review of textile industry: Wet processing, environmental impacts, and
effluent treatment method, Environ Qual Manage, 27 (1).
Yan, M., Kai H., Zhenzhen H., Guangming Z., Anwei C., Min P., Hui L., Lei Y.,
Guiqiu C, 2019, Efficient Removal of Methylene Blue from Aqueous
Solutions Using Magnetic Graphene Oxide Modified Zeolite, Journal of
Colloid and Interface Science, 543 (1).

Anda mungkin juga menyukai