Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

PERCOBAAN IV.A
KECEPATAN REAKSI PEROKSIDISULFAT
DAN IODIDA

Nama : Kireina Gusti S


NIM : F24190088

Program Studi : Teknologi Pangan

Kelompok : 2 / P3

BAGIAN KIMIA FISIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Kecepatan Reaksi Peroksidisulfat dan
Iodida

Hari : Rabu NILAI PARAF


Tanggal : 10 Maret 2021
Asisten : M Syahrul Ramdan
PJP : Ibu Armi Wulanawati

I. HASIL PERCOBAAN
Tabel Data kecepatan reaksi peroksidisulfat dan iodida
Sistem Tabung I Tabung II Waktu [S2O82-] [I-] (M) 1/waktu
S2O8 2-
H2O -
[I ] H2O (detik) (M) (detik)
1 5,0 0,0 5,0 - 7,22 0,0091 0,045 0,1385
2 4,5 0,5 5,0 - 7,54 0,0081 0,045 0,1326
3 4,0 1,0 5,0 - 8,25 0,0072 0,045 0,1212
4 3,5 1,5 5,0 - 8,32 0,0063 0,045 0,1201
5 3,0 2,0 5,0 - 9,90 0,0054 0,045 0,1010
6 2,5 2,5 5,0 - 11,19 0,0045 0,045 0,0893
7 2,0 3,0 5,0 - 17,83 0,0036 0,045 0,0560
8 1,5 3,5 5,0 - 18,47 0,0027 0,045 0,0541
9 1,0 4,0 5,0 - 32,34 0,0018 0,045 0,0309
10 0,5 4,5 5,0 - 54,65 0,0009 0,045 0,0183
11 5,0 - 5,0 0,0 5,65 0,0091 0,0454 0,1769
12 5,0 - 4,5 0,5 6,16 0,0091 0,0409 0,1623
13 5,0 - 4,0 1,0 6,36 0,0091 0,0363 0,1572
14 5,0 - 3,5 1,5 7,93 0,0091 0,0318 0,1261
15 5,0 - 3,0 2,0 8,48 0,0091 0,0272 0,1179
16 5,0 - 2,5 2,5 11,97 0,0091 0,0227 0,0835
17 5,0 - 2,0 3,0 13,56 0,0091 0,0182 0,0737
18 5,0 - 1,5 3,5 13,80 0,0091 0,0136 0,0725
19 5,0 - 1,0 4,0 21,32 0,0091 0,0091 0,0469
20 5,0 - 0,5 4,5 37,47 0,0091 0,0045 0,0267

Laporan Praktikum Kimia 2


Fisik
Suhu : 26,00 °C
Volume larutan kanji : 0,50 mL
Volume larutan tiosulfat : 0,50 mL
Volume total campuran : 11,00 mL
Molaritas awal peroksidisulfat : 0,02 M
Molaritas awal ion iodida : 0,10 M

Reaksi : S2O82- + 2I- → 2SO42- + I2


I2 + 2SO → 2I + S4O62-
Indikator : amilum
Perubahan warna : tidak berwarna → biru

Contoh Perhitungan (Sampel 6)


¿¿¿ = ¿¿¿
0.02 M ×2.5 mL
=
11mL
= 0.00454545
¿¿ = ¿¿
0.1 M ×5 mL
=
11 mL
= 0.045454
0.01
0.01
0.01

KOsentrasi S2O82- (M)


0.01
0.01 f(x) = − 0 x + 0.01
R² = 0.67
0.01
0
0
0
0
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)

Gambar 1 Kurva hubungan konsentrasi S2O82- dan waktu pada orde 0


0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
-1

-2
ln[S2O82-] (M)

-3

-4

-5
f(x) = − 0.05 x − 4.69
-6 R² = 0.91

-7

-8
Waktu (s)

Gambar 2 Kurva hubungan ln[S2O82- ] dan waktu pada orde 1

1200

1000 f(x) = 20.17 x − 29.14


R² = 0.99
800
1/[S2O82-] (M)

600

400

200

0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Waktu (s)

Gambar 3 Kurva hubungan 1/[S2O82- ] dan waktu pada orde 2


0.05
0.05
0.04
0.04

Konsentrasi I- (M)
0.03 f(x) = − 0 x + 0.04
R² = 0.71
0.03
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 4 Kurva hubungan konsentrasi I- dan waktu pada orde 0

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40

-1

-2
ln[I-] (M)

-3
f(x) = − 0.07 x − 2.93
-4 R² = 0.93

-5

-6
Waktu (s)

Gambar 5 Kurva hubungan ln[I- ] dan waktu pada orde 1

250

200 f(x) = 6.26 x − 18.36


R² = 0.99

150
1/[I-] (M)

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (s)

Gambar 6 Kurva hubungan 1/[I- ] dan waktu pada orde 2


II. PERHITUNGAN

Persamaan kecepatan

reaksi
x

−d ¿ ¿ = kecepatan =k[S2 O 82−¿ ¿ ¿[ I x ¿3

II.1 Ordo Reaksi terhadap [S2O2-8 ] x


[I-] = tetap
1
t 2 v2
= = k 2¿ ¿ ¿ ¿ ¿
1 v1
t1
1
t2
= k ❑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿…….k1= k2
1
t1
0,1326
= k❑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
0,1385
0,1326 0,0081x
=
0,1385 0,0091x
0,0081 x
( 0,0091 )= 0,9574
0,8901x = 0,9674
x ≈1

II.2 Ordo Reaksi terhadap [I-] y

[S2O82-] = tetap
1
t 2 v2
= = k 2¿ ¿ ¿ ¿ ¿
1 v1
t1
1
t2
= k ❑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿…….¿ ¿1= ¿ ¿ 2
1
t1
0,1326
= ¿¿¿¿
0,1385
0,1326 [ 0,045 ] y
= y
0,1385 [ 0,045 ]
y
0,045
(0,045 ) = 0,9574

1y = 0,9674
y ≈1

II.3 Ordo Reaksi Total


Orde total reaksi =x+y
=1+1=2
II.4 Tetapan Laju Reaksi k
Sistem 1
V1 = k[S2O82-]x [I-]y
1
= k[S2O82-]1 [I-]1
t
0,1385 = k [0,0091]1 [0,045]1
k = 0,003 L2 mol-2 s-1

III. PEMBAHASAN
Laju reaksi menyatakan perubahan konsentrasi zat – zat yang terlibat dalam reaksi
per satuan waktu. Hubungan antara laju reaksi secara keseluruhan dalam suatu reaksi dan
konsentrasi zat – zat yang terlibat dalam reaksi dapat dituliskan dalam bentuk persamaan laju
reaksi. Persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan dan
tidak dapat dituliskan hanya dari persamaan reaksi. Berdasakan data tersebut, orde reaksi dan
konstanta laju reaksi (k) dapat ditentukan (Kaczmarek dan Thornton 2017). Laju reaksi
dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan konsentrasi reaktan (Narendra et al. 2020).
Konsentrasi reaktan berbanding lurus dengan laju reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan
maka akan semakin banyak jumlah partikel dalam suatu zat sehingga partikel-partikel yang
saling bertumbukan akan semakin banyak dan reaksi berlangsung lebih cepat. Orde reaksi
merupakan banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi.
Analisa kinetika didasarkan oada kinetika orde 0, orde 1, dan orde 2, Suatu reaksi dikatakan
mempunyai orde nol, jika besarnya llaju reaksi tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi
pereaksinya. Orde reaksi satu menunjukkan bahwa laju reaksi hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi satu reaktan saja, meskipun reaksi tersebut memiliki dua reaktan. Pada grafik
terlihat bahwa jika konsentrasi reaktannya bertambah tinggi, maka laju reaksi kimianya akan
lebih cepat. Oleh karena itu, rwaksi ini berbanding lurus terhadapa hasil kali konsentrasi dari
dua reaktannya (Ollis 2019). Faktor yang memengaruhi laju reaksi ada beberapa diantaranya
adalah ukuran materi, suhu, pengadukan, konsentrasi, molaritas, katalisator, dan luas
permukaan sentuh (Zhang et al. 2018).
Percobaan ini memiliki reaksi kimia yan terjadi berupa 2J - + S2O8-2 => I2 (aq) + 2SO42-
Reaksi ini sebenarnya memerlukan tumbukan dari tiga ion tetaoi kemungkinan ini sangat
kecil. Berdasarkan hasil percobaan, didaptkan hasil hitungan orde reaksi terhadap x
sebanding dengan 1, lalu orde reaksi trhadap y sebanding dengan 1. Hasil perhitungan
mendapatkan hasil konstanta k sebesar 0.003 L2 mol-2 s-1. Berdasarkan hasil hitungan tersebut,
dapat digambarkan dua model grafik yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi
perosidisulfat dan keceaptan reaksi serta konsentrasi iodeida dengan kecepatan reaksi. Hasil
ini juga dapat diperoleh persamaan laju reaksi, orde dan konstanta laju reaksi . Sistem AB
menggunakan larutan A dan B dengan mempertahankan konsentrasi I-. data-data yang
didapatkan diwakilkan oleh sebuah gari persamaan linier dengan gradien negatif. Semakin
besar konsentrasi S2O8-2, kecepatan reaksi akan menjadi cepat . Konsentrasi besar diebabkan
oleh jumlah volume yang besar juga. Sistem CD menggunakan larutan C dan D dengan
mempertahankan konsentrasi S2O8-2 . Semakin rendah konsenterasi I-, laju reaksi menjadi
lebih ambat, Angka yang didapatkan konstan. Fungsi perlakuan larutan Na 2S2O8 digunakan
untuk mengikat ion yang berlebih dalam KI. Larutan K2S2O8 berfungsi sebagai oksidator
yang berfungsi untuk membentuk iod dari amilase, dimana ion iodine yang berlebih jika
dilanjutkan untuk diikat oleh Na2S2O8 . Larutan KI digunakan sebagai reaktan yang akan
berikatan dengan amilum menjadi warna biru, menandakan berakhirnya reaksi karena S2O82-
telah habis terpakai. Perubahan larutan kanji sebagai indikator untuk amiumnya, Untuk
menandai terjadinya perubahan warna. Beberapa faktor kesalahan yang meneyebabkan hasil
percobaan kurang maksimal anata lain kelalaian praktikkan saat proses menekan stopwatch
saat praktikum sehingga saat diaplikasikan ke proses hitungan, hasil perhitungan yang
didapatkan kurang maksimal. Selain itu, kurangnya ketelitian saat proses perhitungan juga
dapat membuat hasil perhitungan kurang akurat.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan kali ini adalah kecepatan reaksi dapat
dipengaruhi oleh variasi konsentrasi pereaksi, konsentrasi pereaksi berbanding lurus dengan
laju reaksi. Hal itu ditandai dengan semakin tinggi konsentrasi pereaksi laju, maka laju reaksi
semakin cepat dan semakin tinggi juga konsentrasi iodide. Semakin tinggi konsentrasi iodide
akan menyebabkan zat akan bereaksi mengahsilkan warna biru yang semakin pekat.

V. PERTANYAAN

1. Dikatakan bahwa jumlah mol [S2O8 2-] yang direaksikan sangat kecil dibandingkan
dengan jumlah mol [S2O8 2-] yang ada pada awal sehingga konsentrasi [S2O8 2-] dapat
dianggap tetap. Hitung kesalahan dalam perkiraan itu.

Vawal S2O8 2- = 5 mL [S2O8 2-] = 0,02 N


Vakhir S2O8 2- = 0,5 mL
mmol
mol S2O8 2- awal = 5 mL x 0,02 =0,1 mmol
mL
mol S2O8 2- akhir = 0,05 mmol−¿

%Kesalahan = 100 %− ( 0,00975


0,01
x 100 % )=2,5 %

2. Percobaan ini diambil dari suatu textbook kimia, akan tetapi ada kelemahan di dalamnya,
yaitu suatu pengaruh pada kecepatan yang diabaikan penulisannya. Dimanakah
kelemahan itu dan berdasarkan pengertian anda tentang teori kecepatan reaksi, maka
hitunglah pengaruhnya
Kelemahan dalam percobaan ini yaitu tidak mempertimbangkan suhu sebagai
salah satu faktor yang memperngaruhi kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi selain
dipengaruhi oleh konsentrasi juga dipengaruhi oleh suhu berdasarkan persamaan
Arrhenius.

VI. PUSTAKA ACUAN

Kaczmarek SE, Thornton BP. 2017. The effect of temperature on stoichiometry, cation
ordering, and reaction rate in high-temperature dolomitization experiments.
Journal of Chemical Biology. 480(12) : 32 – 41. doi :
https://doi.org/10.1016/j.chemgeo.2017.08.004

Narendra N, Chen X, Wang J, Charles J, Cooks RG, Kubis T. Quantum mechanical


modeling of reaction rate acceleration in microdroplets. The Journal of Physical
Chemical A. 124(24) : 4984 – 4989. doi : https://doi.org/10.1021/acs.jpca.0c03225.

Ollis D. 2019. Kinetics of photocatalytic, self-cleaning surfaces: A decision tree approach


for determination of reaction order. Journal of Applied Catalyst B : Environmental.
242(102) : 431 – 440. doi : https://doi.org/10.1016/j.apcatb.2018.08.079

Zhang Z, Wang CJ, Huang G, Liu H, Yang S, Zhang A. 2018. Thermal degradation
behaviors and reaction mechanism of carbon fibre-epoxy composite from hydrogen
tank by TG-FTIR. Journal of Hazardous Material. 357(50) : 73.80. doi :
https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2018.05.057
\
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

PERCOBAAN IV.B
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN
ENERGI AKTIVASI

Nama : Kireina Gusti S


NIM : F24190088

Program Studi : Teknologi Pangan

Kelompok : 2 / P3
BAGIAN KIMIA FISIK
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Persamaan Arrhenius dan Energi
Aktivasi

Hari : Rabu NILAI PARAF


Tanggal : 3 Maret 2021
Asisten : M Syahrul Ramdan
PJP : Ibu Armi Wulanawati

I. HASIL PERCOBAAN

Tabel 1 Data hasil percobaan Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


Suhu rata-rata Waktu Reaksi T 1/T Ln 1/waktu
(detik) (K) (K-1) (detik-1)
(C)
5,0 224 278,00 3,597 × 10-3 -5,41165
15,5 114 288,50 3,335 × 10-3 -4,73620
33,1 91 306,10 3,266 × 10-3 -4,51086

-4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-4.2

-4.4

-4.6 f(x) = − 2681.8 x + 4.23


R² = 1
-4.8

-5

-5.2

-5.4

-5.6

Gambar 1 Kurva Hubungan 1/T dan ln 1/waktu

Laporan Praktikum Kimia 2


Fisik
II. PERHITUNGAN

II.1 Energi Aktivasi (kJ/mol)


Berdasarkan Gambar 1 kurva hubungan 1/T dan ln 1/t, didapatkan fungsi regresi linear
y= -2581,8x + 4,2301 dengan R2= 0,9981, maka:

Ea 1
ln A = ln A - x
R T
−Ea
b =
R
Ea = -b x R
= -(-2681,8) x 8,314
= 22.296,49 J/mol

II.2 Faktor Frekuensi  A


ln A =a
ln A
e = eA
A = eA
= e 4,2301
= 68,7241

III. PEMBAHASAN
Laju reaksi kimia dapat berubah menjadi lebih cepat ataupun lebih lambat pada
reaktan-reaktan yang sama. Perubahan ini dipengaruhi beberapa faktor seperti
konsentrasi zat pereaksi, luas permukaan molekul zat pereaksi, suhu reaksi, dan
katalisator. Konsentrasi yang memengaruhi laju reaksi adalah jumlah mol dalam satu liter
pelarut. Satuan konsentrasi yang digunakan adalah molaritas. Semakin besar molaritas
suatu reaktan, maka akan semakin cepat laju reaksinya berlangsung. Semakin tinggi
molaritasnya berarti semakin padat dan banyak molekul yang terkandung. Molekul
tersebut bergerak dan bertabrakan terus-menerus sehingga reaksi akan berlangsung
semakin cepat. Konsentrasi juga memengaruhi laju reaksi dalam bentuk tingkat reaksi
atau orde reaksi. Semakin tinggi orde reaksinya, maka akan semakin cepat reaksi tersebut
berlangsung. Suhu saat reaksi berlangsung memengaruhi seberapa cepat reaksi
berlangsung. Semakin besar suhu reaksi, maka akan semakin cepat laju reaksinya.
Kenaikan suhu menyebabkan meningkatnya energi kinetik dan membuat partikel akan
bergerak lebih cepat. Katalisator adalah zat kimia yang dapat mempercepat laju reaksi
tanpa terpakai dalam reaksi tersebut. Jika katalis ditambkan pada reaktan, kedua zat
tersebut bereaksi membentuk zat yang sangat mudah bereaksi dengan zat reaktan yang
lain. Inilah mengapa katalisator dapat mempercepat suatu reaksi kimia (Suneel et al.
2019).
Energi aktivasi atau energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum yang
harus dimiliki oleh molekul – molekul pereaksi agar menghasilkan reaksi ketika saling
bertumbukan (Muhammad et al. 2020). Hubungan antara energi aktivasi dan laju reaksi
digambarkan pada grafik reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Melalui energi aktivasi ini
dapat diketahui mengapa konsentrasi, suhu, luas permukaan bidang sentuh dan katalis
mempengaruhi laju reaksi (Khan et al. 2020). Persamaan Arrhenius menyebutkan
hubungan antara laju reaksi dengan temperature untuk reaksi kimia. Persamaan
Arrhenius dapat ditulis dalam persamaan k=Koef(-E/RT). Energi aktivasi merupakan
sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Svante Arrhenius, yang didefinisikan sebagai
energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga
diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat
terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan
kilo joule per mol (KJ/mol) (Bhatti et al. 2021).
Faktor -faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah konsentrasi, suhu, luas
permukaan dan katalis. Persamaan Arrhenius dan energi aktivasi dapat ditentukan dengan
melakukan percobaaan reaksi iodide dan peroksidisulfat. Reaksi ini dilakukan dengan
perlakuan suhu yaitu suhu dingin, suhu panas dan suhu ruang. Energi aktivasi dibutuhkan
dalam memulai sebuah reaksi. Energi aktivasi yang didapatkan dari hasil perhitungan
adalah 22.296,49 kJ/mol. Hal tersebut sesuai dengan perubahan laju reaksi yang
bertambah seiring kenaikan suhu sesuai tabel 1. Pereaksi yang digunakan dalam
percobaan ini adalah KI, K2S2O8. dan Na2S2O3. Faktor frekuensi yang didapatkan dari
hasil perhitungan setelah didapatkan energi aktivasi, yaitu sebesar 68,7241. Hasil ln 1/T
yang didapatkan 1/T waktu berturut – turut adalah -5,41165, -4,73620, -4,51086.
Perbedaan hasil hitung yang didapatkan dapat disebabkan beberapa faktor. Beberapa
faktor tersebut antara kesalahan praktikkan saat menuang konsentrasi zat yang terlalu
banyak atau sedikit yang memengaruhi kecepatan laju reaksi. Selain itu, perbedaan suhu
pada saat melakukan praktikum juga dapat menyebabkan laju reaksi berubah. Selain itu,
pemberian katalisator yang terlalu banyak atau sedikit juga dapat memengaruhi
perbedaan kecepatan laju reaksi.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah faktor – faktor yang
memengaruhi kecepatan laju reaksi, yaitu konsentrasi, suhu, dan luas permukaan.
Semakin tinggi suhu, konsentrasi, dan luas permukaan, maka kecepatan laju reaksi akan
meningkat. Energi aktivasi dalam percobaan ini dapat ditentukan dari persamaan
Arrhenius.
V. PERTANYAAN

Bila reaksi di atas dilakukan pada suhu di atas 40C, ternyata akan terdapat
penyimpangan dari persamaa Arhennius. Berikan alasan yang mungkin menyebabkan
penyimpangan di atas!

Apabila reaksi dalam praktikum dilakukan pada suhu di atas 40℃, maka
amilum/kanji akan rusak. Kerusakan pada amilum/kanji yang berperan sebagai
indikator menyebabkan warna biru akan lama terbentuk atau bahkan tidak terbentuk
sama sekali karena ion iodida yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat
terdeteksi dengan baik. Penyimpangan pada pengamatan waktu dan persamaan
arhennius dapat terjadi jika indikator ini rusak.

VI. PUSTAKA ACUAN


Bhatti MM, Michaelides EE. 2021. Study of Arrhenius activation energy on the thermo-
bioconvection nanofluid flow over a Riga plate. Journal of Therm Anal Calorim.
143(120) :  2029–2038. doi : https://doi.org/10.1007/s10973-020-09492-3.
Khan NS, Shah Z, Shutaywi M. 2020. A comprehensive study to the assessment of
Arrhenius activation energy and binary chemical reaction in swirling flow. Journal of
Sci Rep. 10(3) : 68 – 78. doi : https://doi.org/10.1038/s41598-020-64712-y
Muhammad R, Khan MI, Jameel M, Khan NB. 2020. Fully developed Darcy-Forchheimer
mixed convective flow over a curved surface with activation energy and entropy
generation. Journal of Computer Methods and Programs in Biomedicine. 108(1050 :
473 – 480. doi : https://doi.org/10.1016/j.cmpb.2019.105298.
Suneel G, Rajasekaran S, Selvakumar J, Kaushik CP, Gayen JK, Ravi KV. 2019.
Determination of reaction kinetics during vitrification of radioactive liquid waste for
different types of base glass. Journal of Nucler Engeenering and Technology. 51(3) :
746 – 754. doi : https://doi.org/10.1016/j.net.2018.12.002.

Anda mungkin juga menyukai