Anda di halaman 1dari 23

TEORI KEADAAN

TRANSISI
MUHAMMAD MUZAKIR
H311 14 320

Kelemahan Teori Tumbukan


Tidak semua tumbukan
menghasilkan reaksi

sebab ada energi tertentu yang


harus dilewati untuk dapat
menghasilkan reaksi.

Kelemahan Teori Tumbukan


Teori tumbukan
didasarkan atas
teori kinetik gas
Molekul Tunggal A
Molekul A - A

Laju reaksi didasarkan pada jumlah tumbukan


per satuan volume per satuan waktu

Kelemahan Teori Tumbukan


Molekul A - B

Kelemahan Teori Tumbukan


Reaksi yang hanya melibatkan satu jenis partikel mekanismenya sederhana
dan kita tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari arah tumbukan.

Reaksi yang melibatkan tumbukan antara dua atau lebih partikel


yang berbeda akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih rumit.

Molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan


yang tidak sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang
sederhana struktur ruangnya.

contoh reaksi elementer peruraian NOCl gas menghasilkan gas NO dan


gas Cl2 . Reaksinya:

Tetapan laju hasil pengukuran dari reaksi ini adalah 0,16 kali tetapan
laju hasil perhitungan (Oxtoby, 2008). Ini menunjukkan bahwa tidak
semua tumbukan mampu menghasilkan reaksi, meskipun

molekulnya

memiliki energi kinetik yang relatif memadai. Hasil perhitungan


ini nampaknya masuk akal, sebab orientasi relatif dari molekul
yang

bertumbukan

akan berperan dalam menentukan apakah

tumbukan tertentu akan menghasilkan reaksi stau tidak.

Dari reaksi tersebut dan gambaran tersebut. Jelas bahwa agar


molekul
sedemikian

Cl2 memisah, dua


rupa

sehingga

molekul
terjadi

saling mendekat menghasilkan Cl2

NOCl

harus mendekat

tumbukan dan atom klorin

Perbandingan

tetapan

laju

hasil

perhitungan

dan

yang

diperkirakan

menghasilkan nilai-nilai factor sterik. Semakin besar dan semakin rumit molekul yang
bertumbukan, semakin kecil harga p, sebab semakin kecil fraksi tumbukan yang efektif
yang dapat menghasilkan reaksi.
Faktor sterik merupakan koreksi empiris yang hanya dapat diramalkan untuk
kasus sederhana saja. Nilai dari factor sterik (p) cenderung berada pada daerah 1
sampai 10 -6. Oleh sebab itu, faktor sterik ini perlu untuk dimasukkan ke dalam
persamaan , sehingga dapat dijelaskan mengapa reaksi yang satu berjalan cepat,
sedangkan yang lain berjalan lambat, bahkan ada tumbukan yang tidak menghasilkan
reaksi

TEORI KEADAAN TRANSISI


Pada

keadaan

transisi,

pereaksi

akan

berada

sebagai

kompleks

teraktivasi, yang kemudian akan berubah menjadi produk.


Perubahan pereaksi menjadi produk hanya tergantung pada dapat
tidaknya pereaksi mencapai keadaan transisi.
keadaan transisi tergantung pada keberhasilan pereaksi melampaui
energi penghalang reaksi yang besarnya sama dengan besar energi
aktivasi

Teori keadaan transisi mengacu pada apa yang biasanya terjadi selama
tumbukan. Hal ini menyangkut energy dan orientasi molekul pereaksi yang
bertumbukan.
Tumbukan antara dua molekul tidak seperti tumbukan antara dua kelereng.
Karena awan elektron suatu molekul tidak memiliki batas yang jelas.
Ketika dua molekul mendekat satu sama lain, awan elektron
mengembang karena terjadi tarikan, sehingga gerakan molekul menurun.
Energi kinetik molekul secara bertahap berubah menjadi energi potensial.
Bila pasangan tumbukan bergerak lambat, molekul-molekul
kembali melayang dan tidak dapat bereaksi.

Ketika dua molekul yang bertumbukan bergerak


sangat cepat, mereka memiliki energi kinetik yang
sangat besar sehingga sebagian dapat berubah
menjadi energi potensial. Berarti mereka mampu
mengatasi gaya Tarik antara awan elektron, dan
mereka mendekat sangat rapat sampai kedua
molekul reaktan telah mencapai suatau derajat
kedeketan

dan

distorsi

yang

apabila

di

lanjutkan lagi terbentuk produk. Keadaan kritis


inilah yang disebut dengan keadaan transisi.

Aspek Termodinamika TST


The statistical thermodynamic version of transition state
theory rapidly runs into difficulties because only in some
cases is anything known about the structure of the activated
complex. However, the concepts that it introduces, principally
that of an equilibrium between the reactants and the
activated complex, have motivated a more general, empirical
approach in which the activation process is expressed in
terms of thermodynamic functions

Anda mungkin juga menyukai