Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul : Pembuatan Larutan


II. Hari / Tanggal Percobaan : Rabu, 15 November 2017, Pukul 09.30
III. Selesai Percobaan : Rabu, 15 November 2017, Pukul 12.00
IV. Tujuan :
1. Membuat larutan dengan satuan konsentrasi Molar
2. Menghitung molaritas, molalitas dan fraksi mol
3. Melakukan pengenceran larutan
V. Tinjauan Pustaka
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi, baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Dalam larutan ada dua komponen, yaitu solven dan solute.
Solven disebut juga pelarut, dimana secara fisik tidak berubah saat
larutan terbentuk. Biasanya, air digunakan sebagai solven. Selain air,
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform,
benzene, minyak, asam asetat, dan lain sebagainya. Akan tetapi, apabila
kita menggunakan pelarut air terkadang tidak disebutkan. Semua
komponen lainnya yang larut dalam pelarut disebut solute atau zat yang
terlarut. Larutan garam dalam air misalnya air, yang cair adalah pelarut
(solven), dan garam yang dapat larut dalam air adalah zat terlarut
(solute).
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute,
relative terhadap jumlah pelarut. Suatu larutan dengan jumlah
maksimum zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut
yang seharusnya dapat melarutkan pada temperature disebut dengan
larutan lewat jenuh.
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya
karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap
campuran gas adalah homogen dan merupakan suatu larutan. Larutan
cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu
cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan
berair.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dimana suatu komponen
terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen
lainnya.
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan padat atau
dua larutan nonpolar yang membentuk larutan satu fase homogeny.
Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair padat
dan nonpolar membentuk dua fase. Sifat dari suatu larutan ditentukan
oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan.
Komponen dari larutan biner, yaitu zat terlarut dan zat pelarut adalah :
a. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut. Zat terlarut adalah suatu zat cair atau padat,
dan pelarut adalah suatu zat cair. Pada umumnya, konsentrasi
dinyatakan dalam satuan fisik dan satuan kimia. Cara menyatakan
konsentrasi dalam satuan fisik, yaitu persen berat (%), persen berat
volume berat (% , %), persen volume (%), persen berat volume (%),
gram zat terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam
satuan millimeter larutan, part per million (ppm), part per billion (ppb).
Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia, yaitu kemolaran (M),
kenormalan (N), keformalan (m), dan fraksi mol. Dalam bidang
kedokterdan dan ilmu-ilmu biologi, biasanya digunakan satuan
konsentrasi dalam persen berat volume, persen milligram, equivalen
(Eq), miliekivalen (m Eq) dan keosmolaran.
Secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Satuan
konsentrasi paling umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau
konsentrasi molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Molaritas didefinisikan melalu persamaan, yaitu:
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= Atau M = 𝑥
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑀𝑟 𝑚𝐿

Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui


adalah:
1. Menimbang zat terlarut secara akurat
2. Memasukkan zat terlarut yang sudah ditimbang ke dalam labu
volumetric melalui corong
3. Menambahkan air ke dalam labu volumetric sambil digoyang
perlahan untuk melarutkan zat terlarut padat
4. Menambahkan air sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda
volume
5. Molaritas larutan dapat diketahui apabila kita telah mengetahui
volume larutan, yaitu volume labu yang digunakan dan kuantitas
senyawa (jumlah mol) yang terlarut
b. Pelarutan
Pelarutan adalah membuat larutan dari padatan murni dengan
mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu, sehingga
konsentrasinya tetap. Molekul komponen-komponen larutan
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan,
tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan
tarikan antar pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat
terlarut sama-sama polar, maka akan terbentuk suatu struktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut tetap stabil.
Apabila komponen zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam
pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat
larut lagi. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi
oleh berbagai factor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan
kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat sebanding terhadap
suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, tetapi ada pengecualian
kelarutan zat cair dalam zat lainnya secara umum kurang peka terhadap
suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
c. Larutan Ideal
Larutan ideal dengan zat terlarut ionic didefinisikan sebagai larutan
yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain, dan tarik
menarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Untuk larutan ionic yang
sangat encer dapat dikategorikan mendekati perilaku ideal, sebab ion-
ion dalam larutan saling berjauhan, yang mengakibatkan interaksi
elektrostatisnya lemah. Bila reaksi antar molekul komponen-komponen
larutan sama besar dengan interaksi antar molekul komponen-
komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi
yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu
bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi
mol pelarut dalam larutan. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa
volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen
penyusunnya.
d. Larutan Non Ideal
Gaya antar atom, ion, atau molekul harus dipertimbangkan dalam
perhitungan. Larutan yang tidak memenuhi atau menyimpang dari
Hukum Roult disebut larutan non ideal. Terjadinya penyimpangan
(deviasi) disebabkan oleh adanya perbedaan gaya tarik antara molekul
sejenis dengan molekul tidak sejenis dalam larutan. Setiap ion
dikelilingi oleh molekul pelarut yang berlawanan muatan,
kecenderungan ini dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda
yang menyebabkan daya hantar listriknya lebih rendah dari harapan.
Larutan non ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidak sama dengan volume larutan. Larutan non ideal dibedakan
menjadi :
1. Larutan non ideal deviasi positif
2. Larutan non ideal deviasi negative

e. Sifat-Sifat Koligatif
Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek
kolektif jumlah partikel terlarut yang disebut dengan sifat koligatif.
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-
kira pada larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah
partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada
jenis terlarut. Keempat sifat tersebut adalah:
1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)
Yaitu selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dan larutannya.

ΔP = P0 – P

ΔP = Xb . P0

ΔP = Xa . P0

2. Kenaikan Titik Didih


Yaitu temperature yang menyebabkan tekanan uap jenuh cairan sama
dengan tekanan luar.

ΔTb = Tb – Tb0

ΔTb = m x Kb

3. Penurunan Titik Beku


Yaitu temperature pada saat tekanan uapnya sama dengan tekanan uap
pelarutnya. Penurunan tekanan uap pada pelarut padat lebih cepat
daripada zat cair.

ΔTf = Tf – Tf0

ΔTf = Kf x m

4. Tekanan Osmotik
Yaitu perpindahan molekul pelarut dari larutan encer menuju ke
larutan yang lebih pekat melalui selaput permeable
π=MxRxT
f. Kesetimbangan Kelarutan
Jika sejumlah besar zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah
terbatas pelarut. Pelarutan terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku
karena adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom,
ion, atau molekul) ke keadaam tak larut. Pada waktu pelarutan dan
pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan yang sama, kuantitas
terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu.
Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya
adalah larutan jenuh.
g. Pengenceran Larutan
Pengenceran (dilution) adalah prosedur untuk penyiapan larutan yang
kurang pekat dari larutan yang lebih pekat. Ketika melakukan
pengenceran, penambahan lebih banyak pelarut kedalam sejumlah
tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi tanpa
mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan.
Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zar terlarut setelah
pengenceran
Mol zat terlarut dapat diketahui dari persamaan :
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Gambar 1.1 Pengenceran Suatu larutan

Mawal x Vawal = Makhir x Vakhir

Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah


pengenceran

Dengan :

Mawal = konsentrasi awal larutan

Makhir = konsentrasi akhir larutan

Vawal = volume awal larutan

Vakhir = volume akhir larutan

Mawal > Makhir dan Vakhir > Vawal


VI. Cara Kerja
1. Alat
 Labu ukur 100 mL 1 buah
 Gelas Kimia 100 mL 2 buah
 Gelas Ukur 25 mL 1 buah
 Neraca Kasar 1 buah
 Pengaduk 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Corong gelas 1 buah
 Kaca Arloji 1 buah
2. Bahan
 NaOH Padat
 C2H2O4 Serbuk
 NH4OH Pekat
3. Alur
Percobaan 1

Padatan NaOH (Pengulangan 2 kali)

- Dihitung massa untuk membuat 100


ml NaOH 0.5 M
- Dihitung massa arloji kosong + massa
NaOH yang ingin ditimbang

2 gram NaOH

Aquades

- Dimasukkan labu ukur ¼ reagen


- Ditambah NaOH yang telah
ditimbang
- Dikocok perlahan
- Ditambah aquades sampai batas
- Ditutup
- Dikocok sampai 11 kali
- Dipindah ke botol reagen
- Diberi nama dan tanggal pembuatan

100 mL larutan NaOH 0.5 M


Percobaan 2

Padatan C2H2O4

- Dihitung massa untuk membuat 100


ml C2H2O4 0.5 M
- Dihitung massa arloji kosong +
massa C2H2O4 yang ingin ditimbang

4.5 gram C2H2O4

Aquades

- Dimasukkan labu ukur ¼ reagen


- Ditambah C2H2O4 yang telah
ditimbang
- Dikocok perlahan
- Ditambah aquades sampai batas
- Ditutup
- Dikocok sampai 11 kali
- Dipindah ke botol reagen
- Diberi nama dan tanggal
pembuatan
100 mL larutan C2H2O4 0.5 M
Percobaan 3
NH4OH 13.4 M
- Dihitung molaritasnya
- Dihitung mL NH4OH untuk membuat 100 mL NH4OH 0.5 M
- Diambil dengan pipet tetes
- Diukur dengan gelas ukur
- Dimasukkan dalam labu ukur
- Ditambah aquades secara perlahan sampai ½ bagian labu ukur
- Digoyangkan secara perlahan
- Ditambahkan aquades sampai tanda batas
- Ditutup
- Dikocok sampai larut
- Dipindah ke dalam botol reagen
- Diberi label nama zat dan tanggal pembuatan
100 mL NH4OH 0.5 M
VII.
VIII. Analisis
Pada percobaan pertama, kami menentukan konsentrasi NaOH.
Yang pertama kali kami lakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kami menimbang massa NaOH (menggunakan
neraca teknis) yang akan kami gunakan pada percobaan pertama dan
kedua dengan menggunakan persamaan :
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
Dimana massa NaOH yang kami dapat yakni sebesar 2 gram. Setelah
memperoleh massa NaOH yang akan digunakan, kami memasukkan 2
gram NaOH ke dalam gelas kimia dan ditambahkan sedikit air untuk
melarutkan 2 gram padatan NaOH, sambil diaduk menggunakan
spatula kaca. Setelah adukan dan penambahan sedikit air pertama,
kami memasukkan ke dalam labu ukur, kemudian kami menambahkan
sedikit air pada gelas kimia untuk melarutkan NaOH, tetapi masih ada
NaOH yang belum sepenuhnya larut untuk kemudian ditambahkan air
kembali setelah pelarutan yang kedua dimasukkan ke dalam labu ukur.
Untuk yang ketiga kalinya, kami menambahkan sedikit air kemudian
kami aduk hingga seluruh padatan NaOH telah terlarut, kemudian
kami masukkan kembali ke dalam labu ukur. NaOH yang berada pada
labu ukur ditambah dengan air hingga mencapai pada tanda. Setelah
menambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera, tutup labu ukur
dengan penutupnya, dan kocok labu ukur dengan perlahan sebanyak 11
kali, jika sudah dikocok sebanyak 11 kali, larutan dimasukkan ke
dalam botol reagen. . Pada percobaan dengan menggunakan NaOH
terjadi reaksi eksoterm yang berasal dari NaOH, namum setelah
ditambahkan dengan air atau pada saat massa NaOH semakin
berkurang, maka panas tersebut hilang. Percobaan pencampuran
dengan menggunakan padatan NaOH, dilakukan sebanyak dua kali,
dengan nilai molaritas dan massa NaOH yang sama.
Pada percobaan kedua, kami melakukan pencampuran C2H2O4
dengan air, untuk diperoleh suatu larutan C2H2O4. Hal pertama yang
kami lakukan adalah menentukan massa C2H2O4 yang digunakan pada
percobaan, dengan menggunakan persamaan :
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
Massa C2H2O4 yang kami peroleh yakni sebesar 4,5 gram. Setelah
memperoleh massa C2H2O4, kami menimbang C2H2O4 sebanyak 4,5
gram kemudian kami masukkan 4,5 gram C2H2O4 tersebut ke dalam
gelas kimia, dan ditambah sedikit air untuk dapat melarutkan padatan
C2H2O4. Kami memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur,
kemudian kembali menambahkan sedikit air untuk membantu proses
pelarutan padatan C2H2O4. Kami melarutkan padatan C2H2O4 dengan
bantuan spatula kaca, untuk mempercepat proses pelarutan, kemudian
kami masukkan kembali ke dalam labu ukur, larutan C2H2O4. Untuk
pelarutan yang ketiga, kami menambahkan lebih banyak air (tetapi
tidak mencapi 100 mL) untuk melarutkan padatan C2H2O4, setelahnya
kami masukkan kembali ke dalam labu ukur. Saat telah melarutkan 4,5
gram padatan C2H2O4 dengan tiga kali penambahan air, kami
menambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera, dan kami
mengocok labu ukur sebanyak 11 kali pengocokan. Jika telah
dilakukan pengocokan sebanyak 11 kali, kami memasukkan larutan
C2H2O4 ke dalam botol reagen yang telah tersedia. Percobaan ini
hanya dilakukan satu kali.
Pada percobaan ketiga, kami melakukan pengenceran larutan
NH4OH. Yang pertama kali kami lakukan adalah menentukan volume
NH4OH yang akan digunakan. Konsentrasi NH4OH yang kami
gunakan sebesar 13,4 M. Volume NH4OH yang kami gunakan pada
percobaan yakni sebesar 3,7 mL. Sebanyak 3,7 mL NH4OH kami
masukkan ke dalam labu ukur, kemudian kami tambahkan air hingga
mencapai tanda yang tertera. Setelah menambahkan air hingga
mencapai tanda yang tertera pada labu ukur, kami menutup labu ukur
dengan menggunakan penutupnya, dan kami mengocok sebanyak 11
kali pengocokan. Apabila telah dilakukan pengocokan sebanyak 11
kali, kami memasukkan laruta NH4OH ke dalam botol reagen yeng
telah tersedia. Percobaan ini hanya dilakukan sebanyak satu kali.
IX. Pembahasan
Pada percobaan pertama kami bertujuan untuk membuat larutan
NaOH 100 mL, 0.5 M. Pada dasarnya larutan adalah campuran
homogen antara dua atau lebih zat. Dalam larutan ada yang berperan
sebagai zat terlarut ada juga yang berperan sebagai pelarut. Larutan
berbeda dengan koloid dan suspensi. Perbedaan tersebut terletak pada
pemisahan antara zat terlarut dan pelarutnya. Dalam larutan, zat terlarut
dan pelarut tidak dapat disaring, keduanya melebur jadi satu namun
dalam koloid zat terlarut dan pelarutnya bisa disaring namun
menggunakan (metode) tertentu sedangkan zat terlarut dan pelarut
dalam suspense bisa disaring. Dalam percobaan pertama yang berfungsi
sebagai pelarut adalah air.dan zat terlarut nya adalah NaOH. Reaksi
yang terjadi adalah :
NaOH (s) + H2O (l) -> NaOH (aq)
Dalam suatu larutan, untuk menentukan zat terlarut dan pelarut adalah
dengan mengukur atau menghitung massa nya. Massa zat yang paling
banyak adalah yang berperan sebagai zat pelarutnya. Untuk membuat
100 mL larutan NaOH 0,5 molar perlu diketahui berapa gram NaOH
yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat diketahui melalui perhitungan
matematis dengan menggunakan rumus molaritas. Molaritas adalah
banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter pelarut. Dalam pembuatan
larutan NaOH, diperlukan proses pengocokan sebanyak 11 kali, hal ini
dilakukan agar larutan tersebut homogen.
Pada percobaan kedua kami bertujuan untuk membuat larutan
C2H2O4 100 mL, 0.5 M. Hal yang pertama dilakukan adalah
menimbang berapa C2H2O4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan
tersebut. Melalui perhitungan matematis dengan rumus molaritas
didapatkan bahwa untuk membuat 100 mL C2H2O4 0,5 M dibutuhkan
4,5 gram C2H2O4. Pembuatan larutan C2H2O4, tidak dilakukan dengan
langsung menambahkan 100 mL air, tetapi dengan cara dilarutkan
sedikit demi sedikit lalu ditambahkan air sampai batas ukur pada labu
ukurnya. Hal ini dilakukan agar padatan dari C2H2O4 dapat larut dengan
sempurna. Larutan C2H2O4 yang sudah dimasukkan ke dalam labu ukur,
kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas, ditambahkan
sedikit demi sedikit jangan sampai melebihi karena bisa mempengaruhi
molaritas dari larutan tersebut. Setelah itu, dilakukan pengocokan
sebanyak 11 kali, hal ini untuk membuat larutan menjadi homogen.
Reaksi yang terjadi adalah :
C2H2O4(s) + H2O(l) -> C2H2O4(aq)
Pada percobaan kedua kami bertujuan untuk mengencerkan larutan
NH4OH 13.4 M menjadi 100 mL larutan NH4OH 0.5 M. Sebelum
melakukan pengenceran dilakukan perhitungan dengan rumus
M awal x V awal = M akhir x V akhir
Dengan perhitungan matematis tersebut kami mendapatkan hasil bahwa
untuk membuat 100 mL larutan NH4OH 0,5 M dibutuhkan 3,7 mL
NH4OH 13,4 M. Dalam percobaan ketiga, pengenceran dilakukan
dengan cara menambahkan aquades (pelarut) agar molaritas dari larutan
NH4OH dapat berkurang. Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan. Sama halnya dengan percobaan pertama dan
kedua, larutan NH4OH dikocok sampai 11 kali, hal ini berfungsi agar
larutannya homogen. Dalam penulisan reaksi kimia biasanya larutan
dilambangkan dengan “aq” sedangkan cairan dilambangkan dengan “l”.
Perbedaan antara cairan dan larutan terletak pada kandungan zat nya.
Apabila hanya terdiri dari satu zat tanpa campuran apapun maka disebut
cairan, namun apabila sudah dicampur dengan zat pelarut lain seperti
air maka disebut larutan.

X. Kesimpulan
1. Dalam pembuatan 100 mL larutan NaOH 0,5 M dibutuhkan 2 gram
NaOH padat, sedangkan untuk membuat 100 mL larutan C2H2O4
0,5 M dibutuhkan 4,5 gram C2H2O4 padat.
2. Berdasarkan percobaan didapatkan molaritas NaOH sebesar 0,5 M,
molalitas sebesar 0,5 m, fraksi mol NaOH 0,009 dan fraksi mol H2O
0,99. Sedangkan untuk C2H2O4 didapatkan molaritasnya sebesar 0,5
M, molalitasnya sebesar 0.5 m, fraksi mol C2H2O4 0,009 dan fraksi
mol H2O 0,99.
3. Dalam pengenceran NH4OH untuk 100 ml NH4OH 0.5 molar
dibutuhkan 3,7 ml NH4OH 13,4 M sehingga didapatkan
molalitasnya sebesar 0.5 m, fraksi mol NH4OH 0,017 dan fraksi mol
air 0,98.

XI. Daftar Pustaka


Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta
Erlangga
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :
Universitas Indonesia
Tim Penulis Kimia Umum. 2003. Kimia Umum. Surabaya : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya

XII. Lampiran
Gambar

Gambar Keterangan
Bahan (padatan NaOH, padatan
C2H2O4 dan NH4OH 13,4 M)
Menimbang kaca arloji

Menimbang kaca arloji +


NaOH

Menuangkan NaOH ke labu


ukur yang sudah dilarutkan
sedikit demi sedikit di gelas
kimia.
Mengkocok larutan NaOH 11
kali

Mengkocok larutan NaOH 11


kali

Larutan NaOH 100 ml 0.5 M


Melarutkan C2H2O4

Mengkocok larutan C2H2O4 11


kali

Larutan C2H2O4 100 ml 0.5 M


Mengambil NH4OH 13,4 M

Menuangkan aquades

Mengkocok larutan NH4OH


Larutan NH4OH 100 ml 0,5 M

Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan
1. Tentukan molaritas (M) asam sulfat pekat 97% yang memiliki
kerapatan larutan 1,84 kg/L , dan massa molekul relative 98,08
g/mol.
2. Berapa mL asam sulfat pekat yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam sulfat 1 M?
3. Berapa mL asam klorida pekat yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam klorida 3 M?
4. Berapa mL asam klorida 3 M yang diambil jika anda diminta
membuat 50 mL asam klorida 1 M?
5. Berapa mL asam klorida 1 M yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam klorida 0,5 M?
6. Hitunglah berapa gram natrium hidroksida yang ditimbang
untuk membuat 100 mL konsentrasi 1 M?
7. Hitunglah volume larutan natrium hidroksida 1 M yang
diambil untuk membuat 100 mL natrium hidroksida 0,5 M.

Jawaban
1. Untuk menentukan molaritas asam sulfat pekat yang diketahui
persentasenya, maka kita menggunakan persamaan sebagai
berikut:
% 𝑥 𝜌 𝑥 10
𝑀=
𝑀𝑟
97 𝑥 1,84 𝑥 10
𝑀=
98,08
1784,8
𝑀=
98,08
𝑀 = 18,19 𝑀
Jadi, molaritas asam sulfat pekat adalah 18,19 M.

2. Untuk menentukan volume awal asam sulfat pekat, kita


menggunakan persamaan pengenceran, dimana konsentrasi
awal asam sulfat telah kita peroleh pada nomor 1, yaitu sebesar
18,19 M , maka:

M1 x V1 = M2 x V2
18,19 M x V1 = 1 M x 100 mL
100
𝑉1 =
18,19
V1 = 5,497 mL
Jadi, volume asam sulfat pekat yang diambil sebesar 5,497 mL.

3. Sebelum menentukan volume (mL) asam klorida pekat,


terlebih dahulu kita menentukan Molaritas awal asam klorida,
dengan persentase kita dapat dari hasil nomor 2, yaitu 37% dan
kerapatan sebesar 1,19 g/mol yang didapat dari perhitungan
gram dibagi volume, maka:
% 𝑥 𝜌 𝑥 10
𝑀1 =
𝑀𝑟
37 𝑥 1,19 𝑥 10
𝑀1 =
36,5
440,3
𝑀1 =
36,5
𝑀1 = 12,06 𝑀

Setelah memperoleh nilai konsentrasi awal asam klorida, kita


dapat menentukan volume awal asam klorida menggunakan
persamaan pengenceran, yaitu:
M1 x V1 = M2 x V2
12,06 M x V1 = 3M x 100 mL
300
𝑉1 =
12,06
V1 = 24, 87 mL
Jadi, volume (mL) asam klorida pekat yang diambil sebesar
24,87 mL.

4. Untuk menentukan volume larutan 3 M asam klorida, kita


menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal telah
diketahui volume dan konsentrasi akhir asam klorida, maka:
M1 x V1 = M2 x V2
3 M x V1 = 1 M x 50 mL
50
𝑉1 =
3
V1 = 16,6 mL
Jadi, volume (mL) asam klorida yang diambil sebesar 16,6 mL.

5. Untuk menentukan volume larutan 1 M asam klorida, kita


menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal
diketahui volume dan konsentrasi akhir asam klorida, maka:
M1 x V1 = M2 x V2
1 M x V1 = 0,5 M x 100 mL
V1 = 50 mL
Jadi, volume (mL) asam klorida yang diambil sebesar 50 mL.
6. Untuk menentukan massa natrium hidroksida, maka kita
menggunakan dengan menggunakan persamaan molaritas,
sebab volume dan konsentrasi telah diketahui, maka:
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
1 𝑥 40 𝑥 100
𝑔𝑟𝑎𝑚 =
1000
Gram = 4 gram
Jadi, massa natrium hidroksida yang ditimbang sebesar 4 gram.

7. Untuk menentukan volume larutan natrium hidroksida, kita


menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal
diketahui volume dan konsentrasi natrium hidroksida serta
konsentrasi awal natrium hidroksida, maka:
M1 x V1 = M2 x V2
1 M x V1 = 0,5 M x 100 mL
V1 = 50 mL
Jadi, volume (mL) natrium hidroksida yang diambil sebesar 50
mL.

Perhitungan
A. Data Perhitungan Larutan NaOH
1. Massa NaOH yang harus ditimbang untuk 100 mL konsentrasi
0,5 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1000
0,5 𝑥 40 𝑥 100
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1000

Gram = 2 gram
2. Massa kaca arloji = 24,8 gram
3. Massa kaca arloji + NaOH = (24,8 + 2) gram = 26,8 gram
4. Massa H2O di dalam larutan = 100 gram
5. Mol H2O di dalam larutan
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
100
𝑛= 18

n = 5,5 mol
6. Mol NaOH
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
2
𝑛=
40

𝑛 = 0,5 𝑚𝑜𝑙
7. Konsentrasi molal NaOH
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑚= 𝑥
𝑀𝑟 𝑃
2 1000
𝑚= 𝑥
40 100

m = 0,5 molal
8. Fraksimol NaOH
𝑛𝑇
𝑋𝑡 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
0,05
𝑋𝑡 = 0,05+5,5
0,05
𝑋𝑡 = 5,55

Xt = 0,009
9. Fraksimol H2O
𝑛𝑃
𝑋𝑝 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
5,5
𝑋𝑝 = 0,05+5,5
5,5
𝑋𝑝 = 5,55

Xp = 0,99
10. Molaritas NaOH
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
2 1000
𝑀= 𝑥
40 100

M = 0,05 M
B. Data Perhitungan Larutan C2H2O4
1. Massa C2H2O4 yang harus ditimbang untuk 100 mL
konsentrasi 0,5 M
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑚𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1000
0,5 𝑥 90 𝑥 100
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1000

Gram = 4,5 gram


2. Mol C2H2O4
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
4,5
𝑛= 90

𝑛 = 0,05 𝑚𝑜𝑙
3. Mol H2O
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
100
𝑛= 18

𝑛 = 5,5 𝑚𝑜𝑙
4. Konsentrasi molal C2H2O4
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑚= 𝑥
𝑀𝑟 𝑃
4,5 1000
𝑚= 𝑥
90 100

m = 0,5 molal
5. Fraksi mol C2H2O4
𝑛𝑇
𝑋𝑡 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
0,05
𝑋𝑡 = 0,05+5,5
0,05
𝑋𝑡 = 5,55

Xt = 0,009
6. Fraksi mol H2O
𝑛𝑃
𝑋𝑝 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
5,5
𝑋𝑝 = 0,05+5,5
5,5
𝑋𝑝 = 5,55

Xp = 0,99
7. Molaritas C2H2O4
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
4,5 1000
𝑀= 𝑥
90 100

M = 0,05 M

C. Data Perhitungan Larutan NH4OH


1. Molaritas NH4OH pada tabung reaksi = 13,4
Mr NH4OH= 35
2. NH4OH 25% memiliki massa jenis sebesar 0,91 g/cm3
𝑚
𝜌= 𝑉

m=𝜌𝑥𝑉
m = 0,91 x 3,7
m = 3,367 gram
3. Molaritas NH4OH
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑚𝐿
3,367 1000
𝑀= 𝑥
35 3,7

M = 26 M
4. Mol NH4OH
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
3,367
𝑛= 35

𝑛 = 0,0962 𝑚𝑜𝑙
5. Mol H2O di dalam Larutan
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑛= 𝑀𝑟
100
𝑛= 18

𝑛 = 5,5 𝑚𝑜𝑙
6. Konsentrasi Molal NH4OH
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑚= 𝑥
𝑀𝑟 𝑃
3,367 1000
𝑚= 𝑥
35 100

m = 0,962 molal
7. Fraksi mol NH4OH
𝑛𝑇
𝑋𝑡 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
0,0962
𝑋𝑡 = 0,0962+5,5
0,0962
𝑋𝑡 = 5,5962

Xt = 0,017
8. Fraksi mol H2O
𝑛𝑃
𝑋𝑝 = 𝑛𝑇+𝑛𝑃
5,5
𝑋𝑝 = 0,0962+5,5
5,5
𝑋𝑝 = 5,5962

Xp = 0,98

Anda mungkin juga menyukai