Anda di halaman 1dari 24

BAB IV.

FOTOKIMIA

BAB IV
FOTOKIMIA

Banyak reksi kimia dipicu atau dipengaruhi oleh cahaya. Contoh reaksi H 2(g) +
Cl2(g), reaksi ini tentu saja baik sekali secara termodinamik: H2(g) +Cl2(g)  2HCl(g) ΔH =
–118,6 kJ/mol, ΔGo = –191 kJ/mol (perhatikan mengapa ΔSo kecil, dapatkah anda
menjelaskannya, mengapa ? Hitung ΔSo298 !). H2 dan Cl2 tidak dapat bereaksi bila
direaksikan dalam gelap. Reaksi sangat cepat dan terjadi ledakan dengan adanya cahaya :
H2 (g) + Cl2 (g) 
h
2HCl (g) cepat
cahaya harus ada pada energi minimum untuk mampu memutuskan ikatan Cl–Cl, ini
adalah reaksi permulaan:
Cl2 (g) + h  2Cl
energi ikatan Cl–Cl adalah 242 kJ/mol. Jadi, energi yang diperlukan untuk memutuskan 1
ikatan Cl–Cl adalah 242.000/6,02 x 1023 = 4,02 x 1019 J. cahaya harus mempunyai paling
sedikit energi menurut persamaan hukum Planck :
E = h dan (1)
c = λ (2)
dengan c = 3,00 x 108 ms1, h = 6,626 x 1034 Js, maka kita akan mendapatkan frekuensi
cahaya  = 4,02 x 1019/6,626 x 1034 = 6,07 x 1014 s1 (= Hz) dan panjang gelombang-nya
adalah λ = 3 x 109 / 6,07 x 1014 = 4,97 x 107 m = 494 nm atau 4940 Å (cahaya hijau).
Cahaya yang mempunyai panjang gelombang lebih pendek (energi lebih tinggi)
juga mampu menghancurkan ikatan Cl–Cl.
h
Reaksi permulaan fotokimia Cl2  2Cl menimbulkan reaksi H2 + Cl  HCl +
H. Ini menimbulkan reaksi berantai yang berkembang dengan cepat seperti yang
digambarkan pada halaman 46 (Bab III).
Contoh: Jawab :
Hitung panjang gelombang satu mol Br–Br memerlukan 193.000 J untuk menghancurkan 6,02 x 10 23 ikatan.
maksimum suatu foton Jadi 1 ikatan mem-butuhkan suatu foton dengan energi minimum 193.000/6,02 x
1023 = 3,21 x 10–19 J. frekuensi foton ini diberikan oleh hukum Planck, v = E/h =
yang dapat menghancurkan
3,21 x 10–19 /6,626 x 1034 = 4,84 x 1014 s–1 dan panjang gelombang maksimum foton
ikatan Br–Br adalah 193 yang mampu menghancurkan ikatan Br–Br adalah λ = c/v = 3,0 x 108/8,84 x 1014 =
kJ/mol. 6,19 x 10–7 m atau 619 nm atau 6190 Å. Ini adalah cahaya orange merah.

Contoh: Jawab :
Jika cahaya tampak ini

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 54


BAB IV. FOTOKIMIA

dapat menghancurkan satu Dalam memikirkan pertanyaan ini, tanyakan diri anda apa yang menjadi
ikatan Br2, mengapa Br2 hasil dari reaksi terminasi. Perhitungan ini memberikan energi yang
stabil pada waktu siang? diperlukan untuk menghancurkan ikatan kimia, yaitu untuk
mengeksitasikan elektron dalam molekul dari keadaan dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Namun molekul seperti halnya atom juga
mempunyai keadaan eksitasi yang merupakan energi antara dan tidak
menimbulkan disosiasi. Dalam bagian berikut akan diberikan gambaran
singkat tentang tingkat energi elektronik, vibrasi, rotasi, dan magnetik
dalam molekul, dan jenis spektroskopi yang digunakan untuk mempelajari
transisi molekuler.

Gambar 4.1 Spektrum elektromagnet dan penggolongan daerah spektrum

1. Tingkat energi elektronik, vibrasi dan rotasi dalam molekul


Elektron dalam atom menempati tingkat–tingkat energi. Kasus sederhana dari
atom H, tingkat energi elektronik diberikan oleh persamaan :
 hcRH
En  (3)
n2
dengan n = 1,2,3, ….,  , h adalah tetapan Planck, c kecepatan cahaya, dan RH : adalah
tetapan Rydberg.
2
2 2 me 4  1 
RH    (4)
h 3C  4 0 
m = massa elektron, e = muatan elektron, o = permitivitas vakum. Faktor 1/(4o) =
faktor konversi SI dalam hukum Coulomb, R H = 109,677 cm–1 (unit konvensional) atau
11.0967,700 m–1. Bila bilangan kuantum utama n elektron berubah dapat terjadi
penyerapan (Δn = +). Atau pelepasan (Δn = –) energi.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 55


BAB IV. FOTOKIMIA

Transisi elektronik biasanya mempunyai energi


n=~
n=5 dalam daerah UV atau tampak pada spektrum
n=4
n=3 elektromagnetik. Misalnya, garis emisi spektrum
n=2 atom H menggambarkan transisi dari n = 3 ke n = 2
yang energinya:

 1 1 1 1
 n  hcRH  2  2  ΔE32 = 6,62x10–34 x 3x108x1.097 x   
 2 1  9 4
–19
= 3,03x10
Dan panjang gelombangnya :
n=1
c hc
Gambar 4.2 Tingkat energi elektronik atom H    6,56  10 7 , m = 656 mm = 650 Å.
u 
(cahaya merah)
Energi ionisasi untuk transisi untuk n = 1  n = .
2
 1 1
ΔEi = –6,62 x 10–34 x 3.108 x 1,097 x     2,18  1018 J atau 2,18x1018 x 6,02x1023
  1

= 1,31 x 106 J/mol atau 1,310 kJ/mol.

a. Tingkat energi elektronik dan transisi elektronik dalam molekul


Elektron valensi dalam molekul menempati orbital molekul. Penghitungan energi
mekanik kuantum orbital molekul masih sangt luas, tetapi untuk energi orbital molekul
sederhana dapat diperkirakan dengan ab initio beberapa tingkat dengan tepat.
Secara kualitatif, orbital molekul dapat disusun dengan mengkombinasikan
orbital atom dari atom dan molekul. Orbital molekul sebanyak orbital atom dalam atom
penyusunnya. Sebagai contoh, energi orbital molekul diatomik dari baris pertama tabel
periodik diberikan pada halaman berikut. Seperti atom, elektron valensi pertama kali
akan mengisi orbital dengan energi terendah, keadaan dasar dari molekul.
Transisi elektronik molekul terjadi bila suatu elektron valensi berpindah dari
orbital terendah ke orbital lebih tinggi. Dalam molekul sebagaimana dalam atom, transisi
elektronik menyerap atau melepaskan cahaya dalam daerah UV-Vis yang menimbulkan
warna pada snyawa (senyawa putih atau tak berwarna memiliki transisi hanya pada
daerah UV, tak tampak oleh mata manusia).

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 56


BAB IV. FOTOKIMIA

atom molekul atom

4 *
Li2 Be2 B2 C2 N2 O2 F2
4 *
2 *
2 *
2p 2p
3
1 * 1 *

Gambar 4.3 Diagram tingkat


energi orbital molekul untuk
2 *
homonuklir molekul diatomik. 3
Dikatakan dalam text,
diagram inidigunakan untuk
O2 (konfigurasi elektron yang 2 * 1
ditunjukkan) dan F2-

2s 2s

1

Gambar 4.4 Variasi energi orbital dari homonuklir diatomik periode -2

Keadaan elektronik dengan semua elektron berpasangan, total spin = 0 disebut


keadaan Singlet (S). Bila ada dua elektron tak berpasangan (total Spin = 1), dikatakan
keadaan Triplet (T). Keadaan dasar O2 adalah triplet. Keadaan triplet tereksitasi
mempunyai waktu hidup yang lama (molekul tidak mudah kembali ke keadaan dasar
karena aturan pemilihan mekanik kuantum yang menyatakan bahwa dalam transisi
elektronik total spin tidak berubah).
Bila energi orbital molekul lebih rendah (lebih negatif) daripada energi orbital
atom maka dikatakan orbital ikatan, jika energi orbital molekul lebih tinggi daripada
energi orbital atom dikatakan orbital non-ikatan atau orbital anti-ikatan.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 57


BAB IV. FOTOKIMIA

Suatu contoh orbital molekul elektron 


  2
1b*
(hanya dari elektron p) benzena, C6H6,
diberikan pada halaman sebelumnya. Keadaan
 dasar benzena adalah singlet. Keadaan dasar
2e*
Gambar 4.5 Orbital  Hückel benzena benzena2- dan benzena2+ adalah triplet (kedua-
dan hubungan tingkat-tingkat energi.
Karakter bonding dan anti bonding dari nya adalah ion yang tidak lazim, tetapi
orbital terdelokalisasi yang mencer-
minkan jumlah noda antara atom-atom. keduanya telah diamati dalam fasa gas pada
Dalam keadaan dasar, hanya orbital
bonding bersih yang terisi. percobaan dengan spektrometri massa atau

+ spektroskopi fotoelektron). Dalam spektroskopi


1e   elektronik molekul jarang diamati absorpsi
yang tajam atau garis emisi, spektra elektronik
 + 2
dikarakterisasi melalui pita spektral yang lebar.
1a 
Satu alasan untuk ini adalah aturan vibrasi
molekul.

b. Tingkat Energi Vibrasi dan Transisi Vibrasi


Atom-atom dalam molekul selalu bergerak, jadi molekul tidak pernah diam.
Vibrasi menyebabkan perubahan jarak antara atom-atom. Akibatnya energi potensial
meningkat. Kasus sederhana adalah molekul diatomik yang mempunyai isolasi
harmonik. Dikatakan harmonik bila tenaga sebanding dengan perubahan panjang ikatan
dari nilai kesetimbangannya, seperti hukum Hooke : F= –k(ℓ – ℓo ) (5)
sementara energi adalah E =  F.dl , maka diperoleh:
1 2
E= k (0  2 ) (6)
2
Fungsi ini adalah parabola dengan minimum energi pada panjang kesetimbangan ℓ = ℓo.

Mekanika kuantum menyatakan bahwa energi vibrasi yang diukur hanya vibrasi tertentu
yang mungkin, sehingga hanya energi tertentu yang mungkin. Persamaan untuk tingkat
energi vibrasional adalah :

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 58


BAB IV. FOTOKIMIA

 1 h
E     w (7)
 2  2
1/ 2
k 
dimana v = bilangan kuantum vibrasi, dan w =   , frekuensi vibrasi (S-1). Untuk
m
1 h
=0, kita mempunyai energi “titik nol” E o  w sebagai tingkat energi terendah.
2 2
Tingkat vibrasi adalah menuruti ruas persaman:
1
h h k 2
E + 1 – E = w   (8)
2 2  m 
K disebut sebagai konstanta tenaga dengan
N kg.m 2
satuan atau
m s2
Transisi vibrasi juga terukur dan untuk molekul
diatomik ditentukan oleh aturan seleksi Δv ± 1.
Semua tingkat energi dalam isolasi harmonik
murni sama sehingga hanya absorbsi tunggal
atau emisi puncak yang akan dilihat pada ΔE =
1
Gambar 4.6 Probabilitas distribusi h h k 
2

untuk tingkat keempat dari osilasi w=   Untuk sebagian molekul


2 2 m
harmonik yang ditunjukkan oleh
puncak gelombang dengan probabi-
litas tertinggi energi ini ada dalam daerah IR pada spektrum
elektronik.
Cahaya yang diabsorb atau dilepaskan mengalami perubahan dipol elektrik
sehingga transisi dalam molekul diatomik homonuklir tidak dapat diamati dalam
spektroskopi IR vibrasi murni. Ia dikatakan inaktif IR. Vibrasi non-simetris dalam
molekul poliatomik dapat diamati dalam spektrum IR.
Frekuensi fibrasi IR berjarak dari daerah “IR dekat” (1000 nm atau 10 4 cm –1
),
“IR normal” (5000-500 cm-1) sampai “IR jauh” (500-100 cm -1), daerah terakhir yang
hampir mencapai daerah “gelombang mikro”. Tingkat vibrasi berada di lapisan atas pada
transisi elektronik, sebagaimana akan dibicarakan pada bagian c.

c. Tingkat energi rotasi dan transisi rotasi


Frekuensi-frekuensi ratasional dari molekul ditentukan dengan mekanika
kuantum dan subyek untuk pengukurannya. Tingkat-tingkat energi rotasi adalah sangat
ditentukan dalam tingkat-tingkat energi vibrasional, yang biasanya energi rotasinya

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 59


BAB IV. FOTOKIMIA

rendah. Penyelesaian dengan persamaan Schorodinger untuk energi rotasional dari


sebuah rotor linear adalah :
Er = J (J+1) hcB, (9)
Dimana J = 0,1,2,…. Nomor kuantum rotasional, dan
h
B (10)
8 2 cI
I adalah moment inersia, I =  miri2 , B adalah “konstanta rotasional”
Energi Tingkat-tingkat energi diperoleh dari persamaan 9,
J
13
tingkat energi tersebut seperti pada gambar disebelah.
12 Karena penjarakkan antara tingkat-tingkat peningkatan
11 dengan pengurangan J, rotasi transional (ΔJ = + J) sangat
10 diperlukan oleh frekuensi vibrasional sebagai “deret
9
8 garis”, maka pelebaran teramati seperti vibrasional.
7
6 Spektra rotasi murni adalah berada dalam daerah IR
5
4
3
sangat jauh, dengan tipikal 10-200 cm-1. Sebagai contoh
2
0 1 adalah eksitasi gelombang mikro H2O dengan eksitasi
Gambar 4.7 Tingkat energi rotasi dari
rotor linear atau sperikal. Perhatikan rotasional sejati.
bahwa pemisahan energi antara
tingkat berdekatan meningkat dengan
meningkatnya J.

2. Elemen-elemen Spektroskopi.
Tingkat-tingkat energi dari atom-atom atau molekul-molekul dipelajari dengan
penentuan absorpsi atau emisi radiasi elektromagnetik (cahaya) pada frekuensi-frekuensi
karakteristik. Kita membicarakan spektroskopi secara optik ketika kita mengukur
absorpsi atau emisi dalam ketakhadiran medan-medan magtnetik. Kita membedakan UV,
VIS, IR dan spektroskopi Raman (Spektroskopi Raman adalah sebuah bentuk yang
spesial dari spektroskopi vibrasi, ketika cahaya dipancarkan oleh sebuah molekul yang
mempunyai panjang gelombang tambahan karena eksitasi vibrasional).
Spektroskopi UV/VIS biasanya mengukur elektronik transisi dalam atom atau
molekul. Warna material pada keduanya adalah untuk transisi elektronik. Range spektral
normalnya adalah 200-1000 nm.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 60


BAB IV. FOTOKIMIA

Spektroskopi IR mengukur transisi vibrasional sejati. Biasanya range spektralnya


adalah 1000-50000 nm atau 10000-200 cm-1. Spektroskopi IR secara rutin digunakan
untuk analisis kualitatif molekul-molekul organik sebab semua ikatan kimia bergetar
dengan frekuensi karateristik.
Spektroskopi Raman adalah terspesialisasi (specialized) dan yang melengkapi
spektroskopi IR (vibrasional).
Tripikal UV/VIS (klorofil, substansi yang menimbulkan hijau daun pada tumbuh-
tumbuhan) dan IR (suatu kompleks asam amino yang mengandung beberapa fungsional
grup dengan karateristik IR absorpsi ikatan) adalah diberikan dibawah ini.

Warna /nm /1014 Hz E/kJ.mol1


Infra-merah > 1000 < 3,0 < 120
Merah 700 4,3 170
Kuning 580 5,2 210
Biru 470 6,4 250
Ultra-ungu < 300 > 10 > 400

Gambar 4.8 Spektrum absorpsi


klorofil dalam daerah tampak.
Perhatikan bahwa klorofil meng-
absorpsi di daerah merah dan biru,
tetapi sinar hijau tidak diabsorpsi Bilangan gelombang vibrasi yang khas,
1
 /cm
CH ulur 2850 – 2960
CH lipat 1340 – 1465
CC ulur 700 – 1250
C=C ulur 1620 – 1680

Gambar 4.9 Spektrum absorpsi infra-merah (IR)


asam amina dan penetapan parsial

Catatan untuk contoh warna hijau pada klorofil sebenarnya adalah absorbsi pada
cahaya biru dan merah. Catatan juga bahwa konvensi (dasar dalam cara pengukuran yang
banyak dilakukan dalam beberapa tahun mendatang) untuk spektra absorbsi dicatat

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 61


BAB IV. FOTOKIMIA

dengan baseline (tanpa absorpsi) pada bahwa grafik, sementara spektra IR mempunyai
baseline diatas grafik.

a. Absorpsi, Intensitas dan Kooefisien Absorpsi.

dx
Ketika cahaya melewati suatu substansi maka
terserap sejumlah cahaya, intensitas I berkurang. Kita

Io I menganggap bahwa jumlah cahaya teradsorbsi, dI,


proporsional untuk intensitas I dan lebar wadah
Gambar 4.10 Pengurangan intensitas adalah dx :
cahaya setelah melewati sampel
dI = -  I dx (11)
saat substansi adalah material berwarna , dI juga akan menjadi proporsional pada
konsentrasi larutan [S] :
dI = -  I [S] dx (12)
Kita mengenal ini persis sama untuk kasus pada hukum kecepatan orde-satu, dengan
penyelesaian:
dI
 =   [S] dx = C  ln I =  [S] x + C ; x =0, I = Io c = ln Io
I
dan sebagai penyelesaian akhir :
I
ln = -  [S] x atau untuk x = ℓ, adalah panjang kuvet :
Io
I
ln = -  [S] ℓ (hukum lamber-beer). (13)
Io

Persamaan 13 dikenal sebagai Hukum Lambert-Beer.


Kita mendefinisikan bahwa koefisien ekstensi molar,  sebagai :
I
log = -  ℓ [S] (14)
Io
ln x
Saat log x = kita ketahui bahwa  =  ln 10 = 2,302  , untuk  biasa
ln Io
digunakan satuan Lmol-1cm-1.

Contoh: Jawab:
Koofesien absorbsi  dari ion log
I
= -  l [S]
Io
permanganat MnO4- pada 560 nm adalah
80 Lmol-1cm-1. = -80 Lmol –1 cm-1 x 10 cm x 0,001 mol/L-1
Berapa persen cahaya yang datang =-0,8

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 62


BAB IV. FOTOKIMIA

diabsorpsi untuk larutan 0,001 M pada I


= 10-0,8 = 0,158 atau 0,158 x 100 % = 15,8%
Io
panjang sel 10 cm ?
ditransmisikan dan 84,2% diserap.

Io
Absorban A didefinisikan A = log , kemudian larutan dengan absorban 1
I

Io
mempunyai nilai = 10 atau I = 0,1 x I o, dengan demikian ada 90% cahaya diserap.
I
Juga digunakan transmitan (T) :
Io
T= = 10A
I
Lalu variasi kuantitas dapat digambarkan sebagai berikut :
Io Io
log =   ℓ [S] atau log =+  ℓ [S]
I I
Io
A = log = +  ℓ [S]
I
I
T (%) = 100 x = 100 x 10A
Io

Spektrometer UV-VIS sebagaimana Spektronik 20 dikalibrasi untuk membaca


unit-unit absorban A (non unit-unit), biasanya pada skala 0  2 (A = 2 berarti hanya 1%,

1 1
x , cahaya ditransmisikan), atau suatu skala transmitan T, biasanya dibaca
10 10
sebagai % T, dengan ungkapan lain skala-T adalah I sebagai %Io.

Contoh : Jawab :
Suatu larutan hemoglobin 2x10–3M dalam 5 cm
kuvet mempunyai transmitan T= 91 %. Hitung T (%)
10–A = = + 0,91  – A = log 0,91 = – 0,041
koofesien ekstinsi molar  . 100
A = + 0,041
0,041 = +  x 5 cm x 2.10–3M
 = 4,10 Lmol–1cm–1

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 63


BAB IV. FOTOKIMIA

b. Spektroskopi Magnetik :NMR dan ESR


Keduanya relatif merupakan bentuk baru dan spektroskopi yang menggunakan
transisi antara tingkat-tingkat energi dengan perbedaan nomor kuantum magnetik.
Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR) digunakan secara luas diluar medan
magnetik untuk “Lift The Degeneracy” (memakai perbedaan tingkat energi) dari tingkat
energi magnetik inti. Electron Spin Resonance Spectroscopy (ESR) juga kadang disebut
EPR (artinya Electron Paramagnetik Resonance) digunakan sedikit lebih kecil/jarang
untuk membuat perbedaan tingkat energi dan perbedaan nomor kuantum spin pada
elektron tak berpasangan dalam molekul. ESR digunakan pada studi medan yang lebih
spesial (khusus), sebagian besar pada perhatian untuk penelitian, tetapi NMR sekarang
lebih luas digunakan secara teknik disemua bidang kimia, biokimia dan biologi serta
kedokteran. Inti tertentu memiliki momen magnetik yang dapat disamakan dengan
putaran magnet dan oleh karena itu disebut spin inti. Spin inti juga ditentukan oleh
bilangan kuantum, suatu spin tunggal dapat mempunyai bilangan kuantum S = +½ atau
S = -½ Biasanya disebut spin “atas”, S = +½  atau spin “bawah”, S= -½ . Tanpa
adanya medan luar, tidak ada perbedaan energi antara spin “atas” dengan spin “bawah”.
Bila suatu medan luar diberikan maka terbentuk spin “atas” dengan spin “bawah”. Bila
suatu medan luar diberikan maka spin “atas” akan mempunyai energi lebih rendah
daripada spin “bawah”. 
Dengan medan magnet
Inti akan berada pada keadaan dengan lebih

Tanpa medan magnet


rendah, tetapi dapat dieksitasikan pada keadaan
ml = -1/2
yang lebih tinggi oleh radiasi elektromagnetik.

Frekuensi yang dibutuhkan untuk menaikkan inti

gl .N B
dari s = +1/2 dan s = -1/2 adalah tergantung pada
kuat medan :


h = gNB (15)
Dimana  adalah frekuensi dari radiasi eksitasi
ml = + 1/2
atau disebut frekuensi resonansi, g faktor spesifik
Gambar 4.11 Tingkat energi spin nuklir dari
suatu inti spin -1/2 (contoh 1 H atau 13 C) dalam inti,  adalah magneton inti, suatu faktor konvensi
suatu medan magnetik. Resonansi terjadi ketika
separasi energi menandingi tingkat energi foton satuan, dan B adalah kuat medan luar. Bila B
dalam medan elektromagnetik
besar,  besar.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 64


BAB IV. FOTOKIMIA

Spektrometer modern mempunyai frekuensi resonansi 200, 300, 500, 600, dan
750 MHz. Semua spektrometer jenis ini membutuhkan elektromagnet superkonduksi
Helium cair dingin. Medan yang lebih tinggi, menghasilkan spektrometer dengan resolusi
yang lebih baik. Kegunaan teknik ini dalam menyelesaikan masalah kimia dan biologi
yang berasal dari kenyataan bahwa inti mempunyai frekuensi resonansi yang lebih kecil
tetapi masih tergantung pada adanya atom-atom lain disekitarnya. Ketergan-tungan
frekuensi resonansi pada molekul sekitarnya ini disebut “pergeseran kimia” ().
Proton (inti 1H) mempunyai spin 1/2 dan jarak pergeseran kimia 0-10 ppm
(ppm). Satu ppm pergeseran kimia berarti bahwa  v dibandingkan dengan frekuensi
referens sebesar 1/1.000.000 perbedaan, suatu perbedaan minimal yang mudah diukur
dengan elektronika modern.
Inti lain dengan S=1/2 adalah 13C, suatu isotop karbon yang terjadi secara alami
(kelimpahannya 1 %). Jarak pergeseran kimia untuk 13C adalah lebih besar , 0-300 ppm,
13
yang menyebabkan NMR C sangat berguna untuk identifikasi molekul, meskipun
sensivitasnya lebih rendah karena kelimpahannya yang rendah. Bentuk spektrum 1H
NMR dari etanol dilarutkan suatu pelarut protic ditunjukkan berikut. Resonansi proton
CH3 adalah pada pergeseran kimia  = 1 ppm, hasil resonansi proton CH 2 pada  = 3
ppm, dalam larutan yang terproton, proton pada OH dapat diilihat pada pergeseran kimia
 = 4 ppm. Tentu saja tidak semua molekul mempunyai spektra NMR yang dapat
diinterpretasikan dengan mudah. Berikut juga ringkasan bentuk-bentuk range pergeseran
kimia untuk reseonansi 1H dan 13C.

Gambar 4.12 Spektrum NMR dari etanol.


Huruf tebal menyatakan proton yang
menghasilkan puncak resonansi itu, dan kurva
seperti tangga merupakan sinyal integrasi.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 65


BAB IV. FOTOKIMIA

Gambar 4.13 Pergeseran kimia yang khas untuk (a) resonansi 1H dan (b) resonansi 13C

Spektrometer NMR yang modern mempunyai jumlah komponen yang terus


berkembang sesuai perkembangan teknologi, menyebabkan spektroskopi NMR menjadi
teknik yang sangat dibutuhkan. Tidak hanya teknologi magnet, tetapi juga elektronika
yang sensitif dan kompleks dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang sangat berguna dari
spektrometer medan tinggi. Spektrometer yang baru mengandalkan sistem pengambilan
dan pengumpulan data menggunakan perangkat lunak komputer yang khusus
dikembangkan untuk NMR. Hanya tiga perusahaan yang menyuplai pasar dunia untuk
teknologi ini yaitu Bruker (Jerman) dan Varian (USA) adalah pemimpin pasar, sedangkan
BEOL (Japan) sedang mencoba untuk bersaing dengan bruker dan Varian.

3. Spektra Absorbsi dan Emisi : Flouresens dan Flosforenens


Bila suatu foton cahaya (UV, Vis, atau IR) diabsorbsi oleh molekul maka molekul
itu tereksitasipada keadaan transisi atau vibrasi yang lebih tinggi, tetapi kemudian akan
kembali lagi pada keadaan dasar. Dalam sebagian besar kasus kembalinya ke keadaan
dasar tidak melibatkan emisi foton, tetapi melibatkan proses tumbukan atau vibrasi lain

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 66


BAB IV. FOTOKIMIA

dimana energi diubah oleh lingkungannya. Ini disebut transisi nonradiatif. Namun
sejumlah molekul mampu untuk mengimisikan kembali foton yang disebut luminesens.
Bila luminesens cepat (biasanya dalam nanodetik) disebut flouresens, dan bila emisi
berlangsung dalam milidetik atau lebih rendah disebut fosforesens.
Fluoresens melibatkan suatu proses
dimana kuantum cahaya yang diserap
Tingkat vibrasi eksitasi
menaikkan elektron dalam molekul ke
keadaan elektronik yang lebih tinggi
dengan spin yang sama. Molekul yang
Tingkat vibrasi dasar
tereksitasi biasanya akan menempati
tingkat vibrasi yang lebih tinggi karena
tingkat vibrasi berada pada bagian atas
tingkat energi elektronik. Seperti

Gambar 4.14 Urutan tahapan yang menghasilkan


ditunjukkan disamping, molekul yang
pendar flour. Setelah absorpsi awal, keadaan vibrasi
atas mengalami kehilangan tanpa radiasi dengan tereksitasi akan kembali ke keadaan
melepaskan energi disekitarnya. Transisi radiatif
kemudian terjadi dari keadaan dasar pada keadaan eksitasi dengan v = 0 oleh peluruhan tanpa
elektronik atas.
radiasi, diikuti oleh emisi foton ketika
molekul kembali pada keadaan elektronik
dasarnya. Oleh karena bilangan kuantum
spin tidak berubah dalam proses tersebut,
Gambar 4.15 Spektrum absorpsi (a) menunjuk-kan
struktur vibrasi yang umum keadaan atas. Spektrum
transisi itu semuanya mengikuti aturan
fluorosens (b) menunjukkan struktur yang umum
keadaan bawah; spektrum ini juga bergeser ke seleksi mekanika kuantum, dan emisi
frekuensi lebih rendah (tetapi transisi 0 – 0 nya
bertepatan) dan menyerupai bayangan cermin cahaya berjalan dengan cepat. Skala waktu
absorpsinya.
normal untuk flouresens adalah nanodetik
(10-9s).
Energi foton yang diemisikan selalu lebih rendah daripada energi foton yang
diserap, karena emisi berasal dari keadaan elektronik tereksitasi v = 0 (disebut S 1 atau
singlet 1) ke tingkat vibrasi keadaan dasar (disebut So atau singlet 0). Bila energi kecil,
hukum Planck E = h menyatakan frekuensi kecil, dan dengan c =   atau  = c/

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 67


BAB IV. FOTOKIMIA

panjang gelombang akan lebih besar. Spektrum flouresens dikatakan “pergeseran


merah” relatif terhadap spektrum absorbsi.
Spektroskopi flouresens adalah teknik yang sangat berguna karena sangat sensitif,
dan spektra flouresens spesifik untuk tiap molekul. Flouresens dapat diamati dari
pancaran cahaya yang masuk karena foton diemisikan dari segala arah, sehingga
sensivitasnya tinggi :

sumber sinar Prisma Detektor


atau kisi

Io If
If

I
If
Kuvet sampel
Sinar tak diserap
Gambar 4.16 Cara kerja spektrometer fluoresens

Suatu kesulitan tambahan mungkin


disebabkan oleh adanya keadaan tereksitasi dengan
energi yang lebih rendah dengan spin yang lebih
tinggi, misalnya keadaan elektronik triplet (ungat
aturan hund, spin yang sama mempunyai energi
yang lebih rendah). Meskipun transisi S  T
merupakan transisi terlarang menurut aturan
seleksi mekanik kuantum, peluruhan tanpa
kehilangan radiasi (misalnya melalui tumbukan)
Gambar 4.17 Diagram Jablonski (untuk
naftalena) merupakan gambaran yang mungkin membawa molekul pada keadaan triplet
disederhanakan tentang posisi relatif tingkat
energi elektronik molekul. Ting-kat keadaan energi rendah. Oleh karena itu, sulit bagi molekul
vibrasi keadaan elektronik tertentu, tersusun
satu di atas yang lain, tetapi lokasi horisontal kembali ke keadaan dasar So, dan proses ini
relatif kolom-kolom itu tidak ada
hubungannya dengan pemisahan inti dalam memerlukan waktu yang panjang dalam skala
keadaan tersebut. Keadaan vibrasi dasar
setiap keadaan elektronik mempunyai lokasi molekul, mikrodetik, milidetik, atau detik (tapi
vertikal yang sebenarnya, tetapi keadaan
vibrasi lainnya hanya ditunjukkan secara jarang). Emisi yang tertunda dari T1  So disebut
skematis.
fosforesens. Diagram Jablonsik yang diberikan di

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 68


BAB IV. FOTOKIMIA

atas memberikan gambaran yang sederhana dan skematik tingkat energi (elektronik S o,
S1, T1) dan tingkat energi teratas vibrasi. Transisi S 1  T1 dengan radiasi yang kecil
disebut Inter System Crossing (ISC); kemungkinan lain kehilangan radiasi adalah
konversi internal dari keadaan S1 v = 0 ke keadaan So vibrasi tinggi, menimbulkan proses
peluruhan tanpa radiasi.
Fluorensens dapat digunakan sebagai teknik “sidik jari” untuk mengenali dan
mengidentifikasi molekul yang tidak dikenal, tetapi aplikasinya yang terpopuler adalah
sebagai detektor dalam kromatografi cair, dimana kelebihan utamanya adalah
sensitivitasnya. Bila molekul yang dideteksi dengan HPLC tidak memfluoresens dirinya,
umumnya digunakan produser derivatisasi sebelum pemisahan dalam kolom. Dalam
prosedur ini zat kimia yang berfluoresens dicampur dengan analit nonfluoresens dengan
reaksi sederhana seperti esterifikasi. Ini disebut penandaan. Molekul yang ditandai
selanjutnya dapat dideteksi terpisah dari penanda tak bereaksi karena senyawa itu telah
dipisahkan dalam kolom. Kelebihan utama dari dari metode deteksi fluoresens melebihi
absorbsi adalah sensitivitasnya yang lebih besar. Kita sebut panjang gelombang eksitasi
(biasanya 300-400 nm) dari sinar yang masuk , dari panjang gelombang emisi (400-600
nm) dari cahaya yang diemisikan. Tidak hanya pemancaran cahaya masuk dan cahaya
deteksi dari panjang gelombang berbeda, mereka juga dapat digunakan pada sudut yang
relatif satu sama lain, khasnya 90o.
Detektor Absorbsi Detektor Fluoresens

I0 I I0 I
1 2 1 1
Sampel Detektor

If 2 1 Panjang gelombang emisi


I < Io ,  sama
 2 Panjang gelombang ekksitasi
 2 > 1
Detektor

4. Reaksi – Reaksi Fotokimia


Ketika suatu reaksi diinisiasi dengan absorbsi cahaya, kita sebut itu reaksi
fotokimia. Reaksi halogenasi pada suatu alkana seperti yang telah disebutkan
sebelumnya adalah suatu contoh khas, tetapi juga keseluruhan proses fotosintesis

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 69


BAB IV. FOTOKIMIA

didasarkan pada absorbsi cahaya merah dan hijau pada klorofil adalah reaksi fotokimia,
yang pada akhirnya yang terpenting untuk sintesis pada karbohidrat dan CO2 dan H2O.
Hukum Einstein tentang ekuivalen fotokimia menyatakan bahwa semua foton
yang diabsorbsi memberikan menaiknya proses fotokimia dalam satu molekul, antara
lain disini adlah korespondensi satu foton  satu molekul.
Kita telah menggunakan prinsip ini ketika kitamenghitung energi foton yang
dikehendaki untuk memecah suatu ikatan Cl-Cl. Sungguhpun satu molekul menyerap
satu foton, tetapi tak semua penyerapan foton berperan penting untuk perbedaan produk
final dari reaktan. Kita menetapkan untuk medan kuantum  sebagai nomor dari molekul
reaktan dimana sesungguhnya membentuk produk perfoton diserap.
molekul bereaksi
 (16)
Foton terabsorbsi
Ketika tak hanya dieksitasi molekul – molekul yang seharusnya membentuk produk,
maka  < 1. Bagaimanapun, dalam banyak kasus  lebih dari 1. Contoh reaksi fotokimia:
2 HI h
 H2 + I2
Mekanisme reaksinya adalah :
HI + h  H + I (1)
H + HI  H2 + I (2)
2I  I2 (3)

2 HI + h H2 + I2. Kita melihat bahwa proses ini  = 2.

Rantai reaksi seperti halogenasi alkana atau reaksi H2 + Cl2 dapat mempunyai 
>> 1. Kita memperlakukan hv sebagai suatu reaktan kimia dalam reaksi (1), dan even
penggunaan mol – mol foton diserap/L sebagai unit konsentrasi. Einstein adalah satu mol
foton, jadi kita dapat menulis untuk kecepatan reaksi (1) :
υ1 = Iα
dimana Iα adalah dinyatakan oleh Einstein L-1s-1, sebagai intensitas cahaya diserap.

Pemakaian kondisi keadaan tetap untuk H dan untuk I dapat dituliskan :

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 70


BAB IV. FOTOKIMIA

dH
I k2a H I 0 (17)

dt
dI 2
Iak2H I2k30 (18)

dt
yang mana hasil akhirnya adalah :

1/ 2
I  I 
H dan I 
k 2 [ HI ]  k 3 
d I 2  2
dan tentu saja  k 3  I   I  dan
d H 2 
dt
 I

dt
Contoh: Jawab:
Lampu uap merkuri 100 watt Dengan hukum einstein dan definisi dari  (pers. 16) kita dapat mengatakan
biasa digunakan dalam reaktor bahwa untuk reaksinya:
– reaktor fotokimia. Lampu UV C2H4 + h  C2H2 + H2
memancarkan cahaya pada 0,3 mol C2H2 akan dihasilkan untuk setiap mol foton diserap. Saat semua cahaya
253,7 nm. Semua cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap, kita dapat menemukan bahwa jumlah dari C 2H2
akan dipancarkan oleh etena dihasilkan dengan menghitung nomor foton dipancarkan.
diserap dengan efisiensi 1 watt = 1 Js-1 atau 1 J = 1 watt.s
kuantum 0,35, dimana terurai 100 watt untuk 1 jam (3.600 s) = 100 x 3600 = 3,6 x 105 J

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 71


BAB IV. FOTOKIMIA

kedalam etina (asetilen). Berapa 1 foton pada panjang gelombang 253,7 nm = 2,537 x 10-7 akan memberikan
banyak etin yang dihasilkan energi, yaitu:
dalam 1 jam. h.c 6,63  10 34  3,0  10 8
E  h.v    7,84  10 19 J
 2,537  10  7
kemudian bilangan foton dipancarkan n dalam 1 jam adalah
3,6  10 5
 4,59  10 23 foton / jam
7,84  10 19
Dan kuantitas dari C2H2 dihasilkan adalah :
molekul C 2 H 2    I a  0,35  4,59  10 23  1,61 10 23 molekul C 2 H 2
1,61 10 23
atau  0,27 mol C 2 H 2 dihasilkan adalah :
6,02  10 23
molekul C2H2 =  x Ia = 0,35 x 4,59 x 1023 = 1,61 x 1023 molekul C2H2 atau
1,61x10 23
= 0,27 mol C2H2 dihasilkan
6,02 x10 23

5. Topik khusus : Klorofluokarbon dan “lubang ozon”


Klorofluorokarbon (CFC) secara luas digunakan sebagai materi pembuat
sepenuhnya karbon dihalogenasi. Nama dagang lebih umum sebagai CCl2F2 atau “Feron”
12. Zat tersebut terutama sebagai refrigeran dalam sistem pendinginan (AC, lemari
pendingin, dll). Adalah kendali kegunaan, nyatanya transisi cairan-uap pada temperatur
dan tekanan tetap untuk operasi pada temperatur diinginkan, dan karena kekuatan ikatan
C-X membuat molekul inert secara kimiawi dan non-mudah terbakar.
Karena CFC inert dan tak beracun, untuk beberapa tahun telah juga digunakan
sebagai bahan pembakar pada penyemprot, seperti penyemprot-rambut, parfum, krem
bercukur, (shaving cream) dll, dan agen penguapan pada produksi busa polimer sebagai
polistiren dan busa poliuretan. Baaimanapun, sekitar 25 tahun kedepan dilaporkan dalam
literatur saintifik, dimulai untuk menyarankan bahwa CFC tak lagi se-nert seperti
permulaan gagasan.
Pada 1974 Rowland dan Molina, dua ahli kinetika kimia dari Universitas
California di Riverside (USA) menganjurkan bahwa radikal Cl dalam stratosfer
mengganggu lapisan ozon (O3), terutama meningkatkan radiasi UV pada permukaan
bumi. Sebelum kita mendiskusikan hipotesis Rowland dan Molina, kita akan terlebih
dahulu diskusi mengapa O3 hadir dalam atmosfir dan mengapa kehadiran zat tersebut
penting untuk kehidupan dibumi.

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 72


BAB IV. FOTOKIMIA

a. Lapisan Ozon
Stratosfer didefenisikan secara normal sebagai daerah atmosfir bumi yang berada
pada ketinggian antara 10 sampai 150 km. Pada daerah ini, temperatur relatif konstan
200K, tekanan mengalami penurunan dari sekitar 200 mmHg pada 10 km menjadi 1
mmHg pada ketinggian 50 km. Radiasi mencapai bumi dari matahari yang mengandung
cahaya UV pada semua panjang gelombang, termasuk energi tinggi, radiasi “UV vakum”
dengan panjang gelombang kurang dari 200 nm. Di atas atmosfer (mesosfer dan
termosfer) di atas stratosfer, radiasi energetik ini di filter dengan reaksi:
N2 + h  2N (1)

O2 + h  2O (2)

Contoh: Jawab:
Ikatan rangkap tiga, NN memiliki energi 946 kJ/mol, NN (maks = 125 nm) dan
ikatan rangkap dua, O=O 743 kJ/mol. Hitung panjang
gelombang maksimum dari kuanta yang dapat memutus- O=O (maks = 160 nm)
kan ikatan-ikatan tersebut ?
(h=6,63 x 10–34 J.s; c=3 x 108 m/s; Navo= 6,02 x 1023

Reaksi ini terjadi di atas stratosfer, bersama dengan sejumlah proses lain mereka
menjamin bahwa tidak ada UV vakum ( < 200 nm) yang menembus lapisan stratosfer.
Bagaimanapun, sinar UV dengan panjang gelombang lebih panjang dari 200 nm dapat
menembus lapisan stratosfer.
Pada lapisan stratosfer, atom oksigen diproduksi dengan reaksi sebelumnya
bereaksi dengan O2 membentuk ozon:
O + O2  O3 (3)

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 73


BAB IV. FOTOKIMIA

Soal – Soal
1. Suatu reaksi fotokimia tertentu membutuhkan energi pengaktifan sebesar 126 kJmol-1.
Berapa nilainya dalam satuan–satuan berikut ini : (a) kkal mol -1, (b) frekuansi cahaya,
(c) bilangan gelombang, (d) panjang gelombang dalam nm, dan (e) electron volt ?
Jawab : (a) 30, 1 kkal mol-1, (b) 3, 16 x 1014 detik-1, (c) 10. 500 cm-1, (d) 952 nm, (e) 1, 31 eV

2. Suatu bejana 100cm3 yang berisi hydrogen dan Khlor diradiasi dengan sinar dari
panjang gelombang 400 nm. Pengukuran dengan pemancang termik menunjukkan
bahwa energi sinar sebesar 11 x 10-7 J diserap oleh khlor per detik. selama penyinaran
berlangsung 1 menit, tekanan parsial khlor yang ditentukan dengan penyerapan sinar
dan penggunaan hukum Beer turun dari 27, 3 menjadi 20, 8 kPa ( dikoreksi pada 0ºC).
Berapa hasil kuantumnya ?
Jawab : 2, 6 x 106 mol HCl Einstein –1

3. Suatu larutan diradiasi dengan cahaya 400 nm untuk mendapatkan molekul pada
keadaan triplet dalam konsentrasi yang mantap. Bila hasil keadaan triplet sama
dengan 0, 9 dan waktu hidup keadaan triplet adalah 20 x 10 -6 detik, berapa interitas
cahaya dinyatakan dalam watt, yang dibutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi
triplet yang mantap sebesar 5 x 10-6 mol L-1 dalam satuan liter larutan, diandaikan
bahwa semua cahaya terserap.
Jawab : 83 kW

4. Hasil kuantum dari fotolisis gas HI menjadi H 2 + I2 oleh cahaya dengan panjang
gelombang 253, 7 nm adalah 2. Hitung jumlah mol HI yang akan terurai bila 300 J
dari cahaya dengan panjang gelombang ini diserap.
Jawab : 1, 27 x 10-3 mol

5. Suatu larutan menyerap radiasi 300 nm dengan laju 1 W. Berapa besar nilai ini
dinyatakan dalam Einstein per detik ?
Jawab : 2, 51 x 10-6 einstein detik-1

6. Efesiensi kuantum pembentukan etana dari di–n–propil keton (heptana–4–on) dengan


sinar dengan panjang gelombang 313 nm adalah 0, 21. Berapa molekul perdetik, mol

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 74


BAB IV. FOTOKIMIA

perdetik terbentuk apabila sampel diradiasi dengan sinar tersebut yang dioperasikan
pada 50 W, dengan mengganggap bahwa seluruh sinar terserap.
Jawab : 1, 65 x 1019 molekul dan 2, 75 x 10-5 mol / s

7. Diketahui bahwa radiasi matahari pada pukul 12. 00 untuk tempat tertentu dipermuka
an bumi adalah 4, 2 J cm-2 menit-1. Berapa daya maksimum yang dihasilkan,
dinyatakan dalam Wm-2 ?
Jawab : 700 Wm-2

8. Hitung panjang gelombang cahaya yang terpancar secara teori dapat menguraikan air
pada suhu 250C dengan proses elektrokimia satu foton untuk menghasilkan H 2(g ) dan
1/2 O2 (g ) pada keadaan standarnya. Diketahui G0 = 237, 2 kJmol-1 untuk H2O(l ) = H2( g
) + ½ O2(g)
Jawab : 504 nm

9. Bila molekul CH3I yang berada dalam fase uap menyerap cahaya 253, 7 nm, molekul
itu akan terdisosiasi menjadi radikal metil dan atom ion. Andaikan energi yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan C–Iadalah 209 kJmol-1, berapa energi kinetik
dari tiap fragmen yang dihasilkan pada keadaan dasarnya ?
Jawab : 2, 18 x 10-19 J

10. Bila diketahui bahwa intensitas radiasi matahari adalah 4, 2 Jcm-2 menit-1, berapa
banyak karbon yang harus dibakar untuk memperoleh kalor dalam jumlah yang
dengan kalor dari radiasi matahari pada 1 m2 selama satu hari ( 8 jam ) ?
Jawab :617 gram

11. Persen transmitans larutan dinatrium fumarat dalam air pada 250 nm dan 25C
adalah 19,2% untuk larutan 5 x 10-4 mol/L dalam sel 1 cm. Hitunglah : (AD)
a. serapan A dan koefisien serapan molar 
b. persen transmitans jika konsentrasi larutan 1,75 x 10-5 mol/L dalam sel 10
cm.
Jawab : (a) A = 0,717 ;  = 1,43.103 L/mol cm, (b) %T = 56,1 %

12. Oksidasi fotokimia dari fosgen yang dipekatkan dengan khlor, telah dipelajari
oleh G.K. Rollefson dan C.W. Montgomery [J. Am.Chem.Soc., 55,142,4025 (1932)].

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 75


BAB IV. FOTOKIMIA

Reaksi secara keseluruhan adalah 2 COCl2 + O2  2CO2 + 2Cl2 Dari ungkapan


laju yang menggambar-kan pengaruh dari beberapa parameter adalah
d  CO2  k I 0 (COCl2 )

dt 1  k  (Cl2 ) /(O2 )
Dengan Io sebagai intensitas cahaya. Hasil kuantum kurang lebih dua molekul per
kuantum. Tuliskan serangkaian persamaan kimia yang melibatkan radikal bebas ClO
dari COCl, yang dapat menggambarkan mekanisme yang sesuai dengan ungkapan
laju di atas. (AD).

13. Nitrogen dioksida terurai secara fitokimia oleh cahaya 366 nm dengan hasil
kuantum 2,0 molekul per foton, menurut reaksi 2 NO2 
hv
2 NO + O2
Reaksi termal berjalan pada arah yang sebaliknya. Bila suatu contoh nitrogen
dioksida yang tertutup disinari selama kurun waktu yang panjang, hasil kuantum
menurun dan mendekati nol. Sarankan mekanisme yang dapat menerangkan
kenyataan ini dan tuliskan persamaan reaksi kimianya. (AD).

14. Hitung frekwensi dan panjang gelombang (tentukan pula warnanya) yang dapat
memutuskan ikatan tersebut : a. F – F (155kJ/mol) b. O = O (497 kJ/mol) c. C
= O (1079 kJ/mol)
Jawab: a. 2,575 x 10-19J, 3,886 x 1014 s-1, 772 nm b.8,256 x 10-19 J, 1,246 x 1015 s-1, 241 nm
c. 1,792 x 10-18 J, 2,705 x 1015 s-1, 111 nm

15. Jika 1 mol electron (pada atom H) mengalami eksitasi dari n = 1 dan n = 4 dan
emisi dari n = 5 ke n = 1, hitunglah E dan 
Jawab: E4-1 = -1,9171x10-25J, λ = 1,037 m E5-1 = -2,01x10-25J, λ = 0,99 m

16. Jelaskan dengan contoh yang dimaksud dengan keadaan singkat atau tripel suatu
keadaan elektronik ?

17. Jelaskan dengan reaksi, mekanisme penipisan lapisan ozon dengan adanya gas
buangan CO, NO, dan CFC dilapisan stratosfer.

18. Medan kuantum keseluruhan untuk pembentukan etena dari 4-hepatanona dengan
sinar 313 nm, adalah 0,21. Berapa banyak molekul keton per detik dan berapa

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 76


BAB IV. FOTOKIMIA

kuantitas per detik, yang dimusnahkan, jika sampel disinari dengan sumber 50 W,
313 nm pada kondisi absorpsi total ? (A)
Jawab :2,8.10-5 mol/s

19. Hasil kuantum gas HI yang terurai menjadi H 2 + I2 adalah 2 yang difotolisis oleh
sinar dengan  = 253,7 nm. Hitung jumlah mol dari HI yang akan terurai jika 300 J
dari sinar tersebut diabsorpsi.
Jawab: 1,27x10-3 mol HI

20. Sebuah wadah 100 cm3 mengandung H2 dan Cl2 yang diradiasi oleh sinar 400 nm
pengukuran dengan pemancang tehnik menunjukan bahwa energi sinar terbesar
11x10-7 J diserap oleh klor per detik. Selama penyinaran berlangsung 1 menit tekanan
parsial klor yang ditentukan dengan penyerapan sinar dan penggunaan hukum Beer
turun dari 27,3 menjadi 20,8 kPa (dikoreksi pada 0C). Berapa hasil kuantumnya.
Jawab: 2,59x106

Handout Kimia Fisika 2 (edisi revisi 2006) 77

Anda mungkin juga menyukai