Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padangan suatu keadaan gas dibedakan menjadi 2 yaitu makroskopis dan
mikroskospis, mikroskopis bertolak pada besaran-besaran yang dapat diukur seperti
tekanan, suhu, dan volume, sedangkan tinjauan mikroskopis lebih pada menganalisis gas-
gas dari teori-teori yang ada seperti kecepatan dan momentum partikel-partikel yang ada
di dalamnya, adapaun salah satu teori yang pada gas adalah Teori distribusi kecepatan
Maxwell yang dalam perkembangannya menjadi hukum distribusi Maxwell.

Hukum distribusi kecepatan Maxwell memberikan gambaran kecepatan partikel


dalam gas, partikel bergerak bebas dengan tumbukan-tumbukan kecil, tetapi tidak
berinteraksi satu dengan yang lainnya, sebagai fungsi suhu dari sistem partikel, massa
partikel dan kecepatan partikel.

Partikel-partikel yang bergerak pada sistem tersebut mempunyai kecepatan yang


berbeda-beda. Kecepatan dari tiap-tiap partikel secara konstan berubah sehubungan
dengan adanya tumbukan antar paritikrl penyusun sistem tersebut, namu kecepatan
partikel dalam keadaan setimbang akan menjadi konstan apabila sistem terebut
mendekati atau setimbang.

Suatu teori tidak akan ditemi secara utuh tanpa adanya bukti, begitu juga dengan
teori ditribusi kecepatan Maxwell, gerak partikel yang sangat kecil sangat sulit jika
diamati secara langsung, sehingga dalam membuktikan teori distribusi kecepatan
Maxwell diamat dampak-dampak dari adanya distribusi-distribusi kecepatan partikel
oleh Maxwell

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan untuk membuktikan teori ini adalah


eksperimen yang dirancang Zartman & Ko, dan Stern. Mindset dari percobaan terbut
adalah menemukan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh distribusi kecepatan Maxwell,
hasil eksperimen yang dilakukan telah menunjukkan bahwa partikel-partikel dalam gas
memiliki distribusi kecepatan.

Hukum distribusi Maxwell ini mampu menjelaskan berbagai fenomena-fenomena


fisika seperti lebar garis spektral pancaran radiasi gas, bahkan, berbagai alat telah
diciptakan dari hukum distribusi Maxwell ini. Menyadari pentingnya bagaimana hukum

1
distribusi Maxwell tersebut dibuktikan dengan percobaan Zartman dan Stern, serta
prinsip-prinsip eksperimen tersebut dilakukan hingga mampu untuk menyatakan bahwa
dalam gas terdapat distribusi kecepatan sangalah penting untuk dipahami, menyadari hal
terbut kami menyusun makalah yang berjudul Percobaan Zartman dan Percobaan
Stern.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dalam nakalah ini adalah
sebagai berikut.
1.2.1. Bagaimana lebar yang terbatas dari sebuah spektral?
1.2.2. Bagaimana kecepatan molekul rms dalam jaras molekul?
1.2.3. Bagaimana percobaan Zartman dan Ko membuktikan distribusi Maxwell?
1.2.4. Bagaimana percobaan Estermaan, Simpson, dan Stern membuktikan distribusi
Maxwell?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.3.1. Untuk mempelajari lebar yang terbatas dari sebuah spektral.
1.3.2. Untuk mempelajari kecepatan molekul rms dalam jaras molekul.
1.3.3. Untuk mempelajari percobaan Zartman dan Ko dalam membuktikan distribusi
Maxwell.
1.3.4. Untuk mempelajari percobaan Estermaan, Simpson, dan Stern dalam
membuktikan distribusi Maxwell

1.4. Manfaat
Melalui penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih dalam
memahami distribusi Maxwell berdasarkan hasil yang diperoleh dalam eksperimen.
Berdasarkan pada hasil percobaan Zarman dan Ko dan percobaan Estermaan, Simpson,
dan Stern diharapkan mampu untuk memahami distribusi kecepatan molekul.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Lebar Garis Spektral

Pengukuran panjang gelombang dari garis spektrum seperti merkuri yang


diamati dengan menggunakan spektrometer dan prisma menunjukkan garis spektrum
yang memiliki lebar terbatas seperti gambar 1.1.

Gambar 1.1. Garis spektral atom helium

Penjelasan garis spektral yang memiliki lebar ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori Bohr. Energi yang diberikan pada atom di keadaan dasar (ground
state), akan menyebabkan elektron pada suatu orbit akan melompat ke orbit yang lebih
tinggi, jika energi yang diberikan tidak mampu membuat elektron meninggalkan atom,
elektron akan jatuh ke keadaan terendahnya dan energi yang berlebih akan di pancarkan
dalam bentuk radiasi. Atom yang tidak bergerak dan tereksitasi, panjang gelombang
radiasi yang dipancarkan hanya dipengaruhi dari hubungan tingkat energi transisinya,
sehingga lebar dari garis spektral, pada prinsipnya, sangat-sangat kecil. Hal itu berlaku
untuk atom yang tidak bergerak, tidak ada perluasan garis spektral yang terjadi, tapi
pada pengamatan yang dilakukan, garis spektral yang teramati memiliki lebar yang
terbatas. Hal ini bisa dijelaskan jika menganggap atom bergerak dengan kecepatan
terbatas sesuai dengan hukum distribusi Maxwell dari kecepatan dan frekuensi radiasi
yang dipancarkan dijelaskan dengan Efek Doppler (Garg, 1993).

Atom pada keadaan diam, radiasi yang dipancarkan ketika kembali pada
keadaan awal adalah

𝑐
𝑓0 = 1.1
𝜆0

3
Atom diasumsikan bergerak bebas, frekuensi yang radiasi yang dipancarkan dipengaruhi
oleh efek Doppler, untuk menghitung perluasan efek Doppler yang terjadi dianggap gerak
atom bergerak pada sumbu-𝑥, jika atom bergerak dengan kecepatan 𝑣𝑥 menuju pengamat,
frekuensi dari garis spektral akan berubah menjadi

𝑣𝑥
𝑓 = 𝑓0 (1 + ) 1.2
𝑐

dengan 𝑐 adalah kecepatan cahaya, dengan kata lain jika atom bergerak menjauhi
pengamat, frekuensi radiasi yang dipancarkan adalah

𝑣𝑥 1.3
𝑓 = 𝑓0 (1 − )
𝑐

karena 𝑣𝑥 memiliki besar dari 0 sampai ∞, maka dapat disimpulkan bahwa atom bisa
memiliki semua frekuensi 𝑓0 , ini berarti hukum distribusi Maxwell untuk kecepatan
molekul mendukung bahwa garis spektral mungkin memiliki lebar, pada kenyataannya
banyak partikel yang memiliki kecepatan tinggi sangat kecil dan intensitas garis spektral
jatuh sangat cepat disekitar spektral maksimum

Frekuensi adalah kebalikan dari panjang gelombang, dengan mengasumsikan


𝑣𝑥
𝑓0 (1 ± ) berhubungan dengan 𝜆0 ∓ 𝑥, kemudian dapat ditulis
𝑐

𝑐 𝑐 𝑣𝑥 −1
𝜆0 − 𝑥 = 𝑣 = (1 + ) 1.4
𝑓0 (1 + 𝑐𝑥 ) 𝑓0 𝑐

dengan menggunakan deret

𝑥2
(1 + 𝑥)−1 = 1 − 𝑥 + −⋯ 1.5
2

dengan menggunakan bagian awalnya persamaan 1.5 persamaan 1.4 dapat ditulis

𝑐 𝑣𝑥
𝜆0 − 𝑥 = −
𝑓0 𝑓0

𝑣𝑥
𝑥= 1.6
𝑐

Hasil ini menunjukkan sebaran garis spektral secara langsung sebanding dengan
kecepatan molekul. Intensitas garis spektral juga sebanding dengan banyaknya molekul,

4
𝐼 ∝ 𝑁 (Garg, 1993). Banyaknya partikel yang mempunyai kecepatan diantara 𝑣𝑥 sampai
𝑣 + 𝑑𝑣𝑥 , dapat ditulis

𝑚𝑣𝑥 2 1.7
𝑑𝑁𝑣𝑥 = 𝑁𝐴 exp (− )
2 𝑘𝐵 𝑇

sehingga intensitas garis spektral pada sumbu x adalah

𝑚𝑣𝑥 2 1.8
𝐼𝑥 = 𝐼0 exp (− )
2 𝑘𝐵 𝑇

untuk 𝐼0 = 𝑁𝐴 adalah intensitas maksimal radiasi maksimal kumpulan 𝑁 atom yang


diam. Intensitas pada setengah lebar spektral adalah

1 𝑚𝑣𝑥 2
𝐼 = 𝐼0 exp (− )
2 0 2 𝑘𝐵 𝑇

𝑚𝑣𝑥 2
2 = exp
2 𝑘𝐵 𝑇

𝑚𝑣𝑥 2
ln 2 = 1.9
2 𝑘𝐵 𝑇

substitusikan persamaan 1.6 pada persamaan 1.9 maka diperoleh

𝑚𝑏 2 𝑓02 1.10
ln 2 =
2 𝑘𝐵 𝑇

1 2𝑘𝐵 𝑇 ln 2 𝜆0 2 𝑅𝑇 ln 2
𝑏= √ = √ 1.11
𝑓0 𝑚 𝑐 𝑀

persamaan tersebut menunjukkan lebar setengah spektral garis adalah berbading terbalik
dengan akar M atom yang memancarkannya, secara tidak langsung menyatakan garis
spektral atom Hidrogen akan terhabur , sedangkan kadmium dan merkuri akan lebih
tajam (terpusat) garis spektralnya sperti gambar 1.2, ini sesuai dengan pengamatan dan
mendukung hukum distribusi kecepatan Maxwell

5
Gambar 1.2. Garis spektral beberapa atom

2.2. Jaras Molekul


Jaras molekul dapat dibuat dengan membuat lubang kecil pada dinding dapur
seperti Gambar 2.1, kemudian menyaringnya dengan lapisan lainnya yang juga berupa
lubang kecil.

Jaras molekul

Gambar 2.1 Jaras molekul


Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dihitung vrms molekul yang ke luar dari dinding molekul.
Untuk menghitung vrms molekul yang ke luar dari dinding dapur diambil persamaan berikut
:
1
vdn
a. 4 , merupakan jumlah molekul yang menumbuk dinding persatuan luas

persatuan waktu.
b. Menurut distribusi kecepatan (speed) Maxwell dinyatakan bahwa jumlah molekul
yang memiliki speed
 3 v dalam satu satuan volume adalah sebagai berikut.
4n  2kT  2 2  mv 2 
dnv    v exp  dv
 m   2kT 

c. Kalau lubang dapur cukup kecil sehingga keluarnya molekul tidak mengganggu
1
vdnv
kesetimbangan dalam dapur maka harga 4 dapat menyatakan jumlah molekul

yang keluar dengan speed v lewat lubang persatuan volume persatuan waktu.

6
1
v 2  2
  v  4 vdnv untuk molekul yang ke luar dihitung dengan ketentuan.
d. Selanjutnya 1
harga vrms

v rms   0 v   4kT
  m
  1 4 vdnv 
 0 

1 1
v 2  2 v 3  2


Pembuktian v  1
adalah
4
sebagai
vdn v  
berikut
 v dnv 
v rms   0 v   0 
   v 
  1 4 vdnv    vdnv 
 0   0 
1
v  3
 mv 2   
2
3  4n  2kT 
2
v    v exp 
2
dv 
0      
m   2kT 
v rms 
 v  3
 4n  2kT  2 2  mv 2   
  v   v exp  dv 
  
 0  m   2kT   

3
4n  2kT  2
 
dengan melakukan
1  m 
v
 mv  
eleminasi
2 terhadap
2 , maka diperoleh :
  v exp  dv 
5

  2kT  
v rms  v 0
 3  mv 2  
  v exp  dv 
 0  2kT  
1
v 5  2

  v exp(  v )dv 
2 2

v rms   0v 
 3 
  v exp(  v )dv 
2 2

 0 

Dengan integral tertentu dapat dilakukan integral sebagai berikut:


Misal 𝛽 2 = 𝛼 dan 𝛼𝑣 2 = 𝑢, maka
𝑢
𝑣2 =
𝛼
𝑑𝑢 = 2𝛼𝑣 𝑑𝑣
Sehingga untuk bagian pembilang
∞ ∞
5 −𝛽 2 𝑣 2
𝑣 5 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢 ∞
𝑣 4 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢
∫ 𝑣 𝑒 𝑑𝑣 = ∫ =∫
0 0 2𝛼𝑣 0 2𝛼

7

𝑣 4 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢 1 ∞
𝑢2 −𝑢 1 ∞
∫ = ∫ 𝑒 𝑑𝑢 = ∫ 𝑢2 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢
0 2𝛼 2𝛼 0 𝛼2 2𝛼 3 0
Bagian integral adalah fungsi gamma yang besarnya adalah 2! = 2, maka

2 𝑣2 2 1
∫ 𝑣 5 𝑒 −𝛽 𝑑𝑣 = 3
= 3
0 2𝛼 𝛼

Untuk bagian penyebut


∞ ∞
2 𝑣2 𝑣 3 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢 ∞
𝑣 2 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢
∫ 𝑣 3 𝑒 −𝛽 𝑑𝑣 = ∫ =∫
0 0 2𝛼𝑣 0 2𝛼

𝑣 2 𝑒 −𝑢 𝑑𝑢 1 ∞
𝑢 −𝑢 1 ∞
∫ = ∫ 𝑒 𝑑𝑢 = ∫ 𝑢𝑒 −𝑢 𝑑𝑢
0 2𝛼 2𝛼 0 𝛼 2𝛼 2 0
Bagian integral adalah fungsi gamma yang besarnya adalah 1! = 1, maka

2 𝑣2 1
∫ 𝑣 3 𝑒 −𝛽 𝑑𝑣 =
0 2𝛼 2
Sehingga nilai untuk pembilang dan penyebut adalah:
1 1 1 1
 2 3  6
Pembilang : a , dimana a   , sehingga a
3 2 3
( ) 

1 1 1 1
 
Penyebut : 2a , dimana a   , sehingga 2a
2 2 2
2(  )
2 2
2 4

Selanjutnya dapat dinyatakan


1 bahwa
1 :
 1  2
 1  2
v rms   6  2  4   2  2 
    

m

Karena 2kT , maka : 1
   2

  
1

1
 1  2
 1  2kT  2
v rms   6  2  4   2     2 
    m   m 
 
 2kT 


1
 4kT  2
4kT
vrms  
 m  m

Laju rms untuk molekul yang terdapat dalam oven yaitu :


4kT
v rms 
m
(2.1)

8
Distribusi arah molekul yang ke luar dari lubang dapat dirumuskan dengan
perumusan jumlah tumbukan total persatuan luas persatuan sudut ruang, termasuk
seluruh harga kecepatan adalah :
1
nv cos 
4 (2.2)

Di mana 𝜃 adalah sudut antara kecepatan v dengan normal lubang atau dinding.
Harga ini akan maximum bila cos  1atau arah v tegak lurus pada dinding dan minimal
kalau cos  0 atau arah v sejajar dengan dinding

2.3. Percobaan Zartman dan Ko

Pengukuran berkas molekul secara langsung telah dilakukan dengan sejumlah


metode. Percobaan yang lebih lanjut mengenai pengukuran berkas molekul dilakukan
oleh Zartman dan Ko pada tahun 1930 − 1934. Percobaan yang dilakukan oleh
Zartman dan Ko merupakan modifikasi dari teknik yang dikembangkan oleh Stern pada
tahun 1920. Skematik percobaan Zartman dan Ko dapat ditunjukkan dengan gambar
berikut.

Gambar 3.1. Skema Percobaan Zartman dan Ko


Komponen-komponen dalam alat yang digunakan oleh Zartman dan Ko seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.1 adalah sebagai berikut.
1) 𝐵𝑖 adalah oven yang menyebabkan molekul bergerak.
2) 𝑆1 , 𝑆2 dan 𝑆3 adalah celah sempit penjaras molekul.

9
3) 𝐷 adalah silinder yang bergerak sangat cepat searah tanda panah.
4) 𝑆 adalah celah pada silinder 𝐷.
5) 𝑃 adalah plat kaca di dalam silinder 𝐷 yang terbagi menjadi bagian 𝐴, 𝐵, dan 𝐶.

Ketika oven dipanaskan menyebabkan molekul yang ada di dalam oven


bergerak. Berkas molekul keluar dari oven menuju celah 𝑆1. Celah 𝑆1 menentukan lebar
berkas molekul yang dikeluarkan oleh oven. Berkas molekul yang melewati celah 𝑆1
menuju celah 𝑆2 dan berkas diperkecil lagi oleh celah 𝑆2 . Berkas molekul yang melewati
celah 𝑆2 menuju celah 𝑆3 dan berkas diperkecil lagi oleh celah 𝑆3 . Berkas molekul yang
keluar dari celah 𝑆3 bergerak menuju tabung 𝐷 (Garg, 1993).

Jika silinder diam, maka semua molekul yang masuk celah keluar dari celah 𝑆3
akan masuk melalui celah 𝑆 dan menumbuk pelat gelas 𝑃 pada satu tempat di 𝐴.
Tempat ini dapat ditentukan dengan mencuci pelat foto pada gelas 𝑃 dan hasilnya yang
berupa titik hitam dan dapat diselidiki dengan microphotometer. Bintik hitam ini akan
berkumpul pada satu daerah kecil tergantung dari lebar celah 𝑆.

Jika silinder berputar, maka molekul dapat masuk ke dalam silinder selama celah
𝑆 berhadapan dengan berkas molekul yang keluar dari celah 𝑆3 dalam waktu yang sangat
singkat. Jika silinder diputar searah dengan jarum jam, maka pelat 𝑃 bergerak ke kanan
sedangkan molekul bergerak ke atas menuju pelat 𝑃. Hal ini mengakibatkan molekul-
molekul menumbuk pelat 𝑃 di sebelah kiri dari tempat kalau selinder itu diam. Molekul-
molekul yang menumbuk pelat 𝑃 ternyata berada pada daerah yang berbeda-beda pada
pelat 𝑃. Molekul-molekul yang bergerak cepat menumbuk pelat di kiri 𝐴, sedangkan
molekul yang lebih lambat menumbuk pelat 𝑃 di daerah 𝐵 atau di daerah 𝐶. Penemuan
ini dapat ditunjukkan dalam gambar berikut (Garg, 1993).

Gambar 3.2. Molekul Menumbuk Pelat 𝑃

10
Perbedaan kerapatan molekul yang menumbuk pelat memberikan distribusi
kecepatan molekul. Representasi hasil ini dapat ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 3.3. Kurva Kerapatan Molekul pada Pelat

Jarak yang ditempuh molekul adalah 2R (di mana R = jari-jari silinder). Molekul
dengan kecepatan rendah akan memerlukan waktu lebih lama untuk menumbuk pelat
hingga tempat tumbukannya lebih ke kiri. Berdasarkan percobaan ini dapat ditentukan
bahwa molekul-molekul itu memiliki kecepatan yang bermacam-macam (spektrum
kecepatan).

B A

a
A
R

Gambar 3.4. Perjalanan Molekul dalam Silinder A


Berdasarkan gambar 3.4. di atas dapat dilakukan analisis kecepatan molekul-
molekul adalah sebagai berikut.
1 1
Jika silinder berputar 6000 𝑟𝑝𝑚, maka 𝑇 = 6000 × 60 detik = 100 detik

Keliling silinder adalah 𝐾 = 2𝜋𝑅

11
Jarak 𝐴𝐵 = a.
Berdasarkan data fisis tersebut, maka waktu untuk menempuh a adalah:
a
𝑡= ×𝑇
2𝜋𝑅
a 1
𝑡= × detik
2𝜋𝑅 100
a
𝑡= detik (3.1)
200πR
Waktu yang diperlukan untuk menempuh a adalah selisih waktu molekul yang jatuh di 𝐵
dengan waktu molekul yang jatuh di 𝐴 untuk menumpuh jarak 2𝑅. Maka selisih
kecepatan molekul yang jatuh di 𝐵 dengan molekul yang jatuh di 𝐴 adalah:
𝑠 2𝑅
𝑣= = a
𝑡
200𝜋𝑅
400𝜋𝑅 2
𝑣= 𝑚⁄𝑠 (3.2)
𝑎
Persamaan 3.2 merupakan persamaan kecepatan molekul jika silinder berputar dengan
kecepatan 6000 𝑟𝑝𝑚. Dari percobaan ini dapat ditentukan bahwa molekul-molekul itu
memiliki kecepatan yang bermacam-macam. Dengan demikian terbukti adanya
distribusi kecepatan molekul.

Gambar 3.5 Plot Perbedaan Kerapatan sebagai Fungsi Kecepatan Molekul

2.4. Percobaan Estermann, Simpson, dan Stern


Eksperimen yang lebih teliti mengenai distribusi kecepatan Maxwell dengan
menggunakan molekul jatuh bebas dalam berkas molekul dilakukan oleh Estermann,

12
Simpson, dan Stern pada tahun 1947. Pada eksperimen ini, atom jatuh bebas diobservasi
pada balok panjang molekul dari atom potasium dan atom cesium.

(a) (b)
Gambar 4.1. (a) Stern, (b) Estermann

Diagram sederhana dari alat eksperimennya seperti Gambar 4.2 atau yang dapat
pula digambarkan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3.

Gambar 4.2. Diagram percobaan Estermann, Simpson, dan Stern

O D
S
D’

D”

Gambar 4.3. Diagram percobaan Estermann, Simpson, dan Stern

13
Berdasarkan pada gambar diatas, gambar tersebut menunjukkan diagram
skematik dari peralatan yang digunakan oleh Esterman, Simpson, dan Stern. Atom-atom
dibelokkan oleh gravitasi yang menyebabkan molekul jatuh bebas dalam balok.
Seberkas molekul cessium muncul dari oven yang ditempatkan si ruang yang panjang
dan sangat dijaga tekanannya sebesar 10-8 mmHg. Berkas molekul cessium dipancarkan
dari O lewat celah S dan menumbuk kawat panas dari tungsten di D. Atom cesium
menumbuk kawat dan menyebabkan kawat terionisasi dan kawat menjadi berion positif
kemudian elektron dari cesium tereksitasi dan dikumpulkan oleh silinder bermuatan
negatif yang mengelilingi kawat. Arus di silinder pengumpul ini memberi ukuran
jumlah atom cesium yang menumbuk kawat pendeteksi per satuan waktu.

Ketika tidak ada medan gravitasi, seluruh atom yang muncul secara horizontal
dari oven akan melewati celah S, melakukan perjalanan tanpa peyimpangan dan
menumbuk kolektor di D, terlepas dari kecepatannya. Namun, karena medan gravitasi,
setiap atom yang muncul secara horizontal akan berprilaku sebagai proyektil dan
mengikuti jalur parabola. Atom yang berjalan sepanjang jalur 1 (kecepatan 𝑣1 ) akan
sampai pada kolektor 𝐷1 dan jalur 2 (kecepatan 𝑣2 ) akan sampai ke kolekor 𝐷2 .
Pengukuran arus ion sebagai fungsi tinggi vertikal dari kolektor memberikan ukuran
distribusi kecepatan.

Dapat diperhatikan pada gambar 4.4, kesesuaian antara prediksi secara teori dan
hasil eksperimen sangatlah baik.

intensitas

speed
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Intensitas terhadap S

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Lebar garis spektral mendukung adanya distribusi kecepatan (Hukum Distribusi
Maxwell)
√4𝑘𝑇
2. Laju rms molekul yang keluar dari oven pada jaras molekul adalah 𝑣𝑟𝑚𝑠 =
𝑚

3. Intensitas kerapatan molekul pada pelat percobaan Zartman dan Ko


membuktikan adanya distribusi kecepatan molekul.
4. Pengukuran arus ion sebagai fungsi tinggi vertikal dari kolektor dalam
percobaan Estermann, Simpson, dan Stern membuktikan adanya distribusi
kecepatan.

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan bagi mahasiswa adalah agar lebih
meningkatkan pemahaman fisika statistik. Selain itu juga diharapkan untuk lebih
meningkatkan keterampilan dalam menggunakan penyelesaian matematis dalam
menyelesaikan permasalahan dalam fisika statistik.

15

Anda mungkin juga menyukai