Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BILANGAN KUANTUM & KETIDAKPASTIAN HEISENBERG

Dosen Pengampuh : Zulhendra, S. Pd., M.Si

Disusun Oleh :

1. Tasya Sri Ramadhani


2. Dian Yola Lestari
3. Muhamad Khalid Khadafi

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Bilangan Kuantum
1. Pengertian Bilangan Kuantum

Bilangan kuantum adalah suatu nilai yang menjelaskan kuantitas kekal dalam sistem
dinamis. Bilangan kuantum menggambarkan sifat orbital dan elektron dalam orbital.
Bilangan kuantum menentukan tingkat energi utama atau jarak dari inti, bentuk orbital,
orientasi orbital, dan spin elektron. Setiap sistem kuantum dapat memiliki satu atau
lebih bilangan kuantum.

2. Macam-macam Bilangan Kuantum


Bilangan kuantum terdiri dari:
1) Bilangan kuantum utama (n), menyatakan tingkat energi/kulit atom.
2) Bilangan kuantum azimuth (l), menyatakan sub-kulit atom dan bentuk geometri orbital.
3) Bilangan kuantum magnetik (m), yaitu menyatakan banyak dan posisi/orientasi orbital.
4) Bilangan kuantum spin (s), menyatakan kedudukan elektron dalam suatu orbital

a. Bilangan Kuantum Utama (n)


Bilangan kuantum utama (primer) digunakan untuk menyatakan tingkat energi
utama yang dimiliki oleh elektron dalam sebuah atom. Bilangan kuantum utama tidak
pernah bernilai nol. Semakin tinggi nilai n semakin tinggi pula energi elektron.
Untuk sebuah atom, nilai bilangan kuantum utama berkisar dari 1 ke tingkat energi yang
mengandung elektron terluar. Bilangan kuantum utama mempunyai nilai sebagai
bilangan bulat positif 1, 2, 3, dst. Nilai-nilai tersebut melambangkan K, L, M, dst.

Kulit K L M N O
Nilai n 1 2 3 4 5

b. Bilangan Kuantum Azimut (l)

Bilangan kuantum azimut sering disebut dengan bilangan kuantum angular (sudut).
Energi sebuah elektron berhubungan dengan gerakan orbital yang digambarkan dengan
momentum sudut. Momentum sudut tersebut dikarakterisasi menggunakan bilangan
kuantum azimut. Bilangan kuantum azimut menyatakan bentuk suatu orbital dengan
symbol ℓ. Bilangan kuantum azimut juga berhubungan dengan jumlah subkulit. Nilai ini
menggambarkan subkulit yang dimana elektron berada. Untuk subkulit s, p, d, f,
bilangan kuantum azimut berturut-turut adalah 0, 1, 2, 3.
c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)

Bilangan kuantum magnetik menyatakan tingkah laku elektron dalam medan


magnet. Tidak adanya medan magnet luar membuat elektron atau orbital mempunyai
nilai n dan ℓ yang sama tetapi berbeda m. Namun dengan adanya medan magnet, nilai
tersebut dapat sedikit berubah. Hal tersebut dikarenakan timbulnya interaksi antara
medan magnet sendiri dengan medan magnet luar.Bilangan kuantum magnetik ada
karena momentum sudut elektron, gerakannya berhubungan dengan aliran arus listrik.
Karena interaksi ini, elektron menyesuaikan diri di wilayah tertentu di sekitar inti.
Daerah khusus ini dikenal sebagai orbital. Orientasi elektron di sekitar inti dapat
ditentukan dengan menggunakan bilangan kuantum magnetik m.

d. Bilangan Kuantum Spin (s)

Bilangan kuantum spin menyatakan momentum sudut suatu partikel. Spin


mempunyai simbol s atau sering ditulis dengan m s (bilangan kuantum spin magnetik).
Suatu elektron dapat mempunyai bilangan kuantum spin s = +½ atau –½.Nilai positif
atau negatif dari spin menyatakan spin atau rotasi partikel pada sumbu. Sebagai contoh,
untuk nilai s = +½ berarti berlawanan arah jarum jam (ke atas), sedangkan s = -½ berarti
searah jarum jam (ke bawah). Diambil nilai setengah karena hanya ada dua peluang
orientasi, yaitu atas dan bawah. Dengan demikian, peluang untuk mengarah ke atas
adalah 50% dan peluang untuk mengarah ke bawah adalah 50% .

3. Fungsi Bilangan Kuantum

Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk menunjukkan letak elektron


terakhir (terluar) dari suatu atom. Dimulai dari letak kulit atom (bilangan kuantum
utama), subkulit atom (bilangan kuantum azimut), letak orbital (bilangan kuantum
magnetik) hingga perputaran elektronnya (bilangan kuantum spin). Sehingga bilangan
kuantum ini bersifat spesifik sesuai dengan azas larangan pauli. Selanjutnya kita
gabungkan keempat bilangan kuantum tersebut untuk menentukan identitas suatu
elektron. Agar dapat menentukan dengan tepat maka kita harus paham dengan
konfigurasi elektron dan diagram orbital terlebih dahulu.
B. KETIDAKPASTIAN HEISENBERG
1. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

Prinsip Ketidakpastian Heisenberg merupakan salah satu konsep dasar dari Quantum
Fisika, dan merupakan dasar untuk realisasi awal ketidakpastian mendasar dalam
kemampuan suatu percobaan untuk mengukur lebih dari satu variabel kuantum pada
suatu waktu. Mencoba untuk mengukur posisi suatu partikel dasar untuk tingkat akurasi
tertinggi, misalnya, mengarah ke meningkatnya ketidakpastian untuk dapat mengukur
momentum partikel ke tingkat yang samaakurasi yang tinggi. Prinsip Heisenberg
biasanya ditulis secara matematis dalam salah satu dari dua bentuk:
ΔE Δt ≥ h / 4π Δx Δp ≥ h / 4π
Pada intinya ketidakpastian energi (ΔE) kali ketidakpastian dalam waktu (Δt) – Atau
alternatif, ketidakpastian dalam posisi (Δx) kali ketidakpastian dalam momentum (Δp) –
lebih besar atau sama dengan suatu konstanta (h / 4π). Konstanta h disebut Planck
konstan (tempat h / 4π = 0,527 x 10-34 Joule detik).

2. Rumusan Umum Ketidakpastian Heisenberg

Kenyataan bahwa sebuah partikel bergerak harus dipandang sebagai group gelombang
de Broglie dalam keadaan tertentu alih-alih sebagai suatu kuantitas yang terlokalisasi
menimbulakan batas dasar pada ketetapan pengukuran sifat partikel yang dapat diukur
misalnya kedudukan momentum.
Untuk menjelaskan faktor apa yang terlibat, marilah kita meninjau group gelombang
dalam gambar berikut

Partikel yang bersesuaian dengan grup gelombang ini dapat diperoleh dalam selang
2
grup tersebut pada waktu tertentu. Tentu saja kerapatan peluang |Ψ | maksimum
pada tengah-tengah grup, sehingga partikel tersebut mempunyai peluang terbesar
untuk didapatkan di daerah tersebut. Namun, kita tetap mempunyai kemungkinan
2
untuk mendapatkan partikel pada suatu tempat jika |Ψ | tidak nol. Lebih sempit grup
gelombang itu, lebih teliti kedudukan partikel itu dapat ditentukan (Gambar a).

(a)

(b)
Gambar. (a) Group gelombang de Broglie terbatas. Posisi partikel dapat ditentukan
secara tepat tetapi panjang gelombangnya (karena momentum partikel) tidak dapat
ditentukan. (b) Lebar group gelombang. Kini panjang dapat ditentukan secara tepat
tetapi bukan posisi partikel) tidak dapat ditetapkan.
Namun, panjang gelombang pada paket yang sempit tidak terdefinisikan dengan baik;
tidak cukup banyak gelombang untuk menetapkan λ dengan tepat. Ini berarti bahwa
h
λ=
karena mv maka momentum mv bukan merupakan kuantitas yang
dapat diukur secara tepat. Jika melakukan sederetan pengukuran momentum, akan
diperoleh momentum dengan kisaran yang cukup lebar. Sebaliknya, grup gelombang
yang lebar seperti pada gambar b memiliki panjang gelombang yang terdefinisikan
dengan baik. Momentum yang bersesuaian dengan panjang gelombang ini menjadi
kuantitas yang dapat ditentukan dengan teliti, dan sederetan pengukuran momentum
akan menghasilkan kisaran yang sempit. Akan tetapi di manakah kedudukan partikel
tersebut? Lebar grup gelombang tersebut menjadi terlalu besar untuk menentukan
kedudukan pada suatu waktu. Jadi kita sampai pada prinsip ketidakpastian : Tidak
mungkin kita mengetahui keduanya yaitu kedudukan dan momentum suatu benda
secara seksama pada saat yang bersamaan. Prinsip ini dikemukakan oleh Werner
Heisenberg pada tahun 1927, dan merupakan salah satu hukum fisis yang memegang
peranan penting. Persoalan berikutnya adalah mencari suatu besaran yang mampu
menampung dan mempresentasikan sifat-sifat partikel sekaligus sifat-sifat gelombang.
Dengan demikian kuantitas tersebut harus bersifat sebagai gelombang tetapi tidak
menyebar melainkan terkurung di dalam ruang. Hal ini dipenuhi oleh paket gelombang
yang merupakan kumpulan gelombang dan terkurung dalam ruang tertentu. Analisis
yang formal mendukung kesimpulan tersebut dan membuat kita mampu untuk
menyatakannya secara kuantitatif. Contoh yang paling sederhana dari pembentukan
grup gelombang, perhatikan kombinasi dari dua gelombang bidang berikut :
Ψ 1 ( x ,t )= A cos ( ω 1 t−k 1 x )
Ψ 2 ( x ,t )= A cos ( ω 2 t−k 2 x )
Prinsip super posisi memberikan :
Ψ ( x,t ) = Ψ ( x , t )=Ψ 1 ( x , t ) +Ψ 2 ( x , t )

=
A R cos
[( 2 ) (
ω1 +ω 2 k +k
t− 1 2 x
2 ) ]
Dengan amplitude AR

A R = 2 A cos
[( ) ( ) ]
ω 1 +ω 2
2
k +k
t− 1 2 x
2
Dalam bentuk grafik

Gambar. Superposisi dua gelombang tunggal

Bila gelombang tunggalnya diperbanyak


Gambar. Superposisi dari n gelombang

Tampak dari gambar di atas bahwa paket gelombang terlokalisasi di daerah yang
sebesar Δx dan lokalisasi ini yang diharapkan sebagai posisi partikel klasik.

Gambar. Kemungkinan posisi partikel di daerah Δx

Setelah mendapatkan objek yang dapat menyatakan partikel sekaligus gelombang


berikutnya harus dicari perumusan matematisnya. Formalis mematematis untuk paket
gelombang yang terlokalisasi tersebut tidak lain adalah transformasi Fourier.

f (x )=∫−∞ g(k ) e dk
ikx

Sebagai contoh, jika distribusi gelombang dengan vektor gelombang k, g(k), diberikan
seperti gambar.
Gambar. Distribusi g(k)

Maka distribusi gelombang di dalam ruang koordinat f(x),


+∞ +a /2
1 ikx
∫ g(k ) e ikx
dk = ∫ a
e dk
f (x ) = −∞ −a/2

1 ikx a /2
e |−a/2
= iax
1 eiax/2 −e−iax/2
= ax i
2 sin ( a x /2 )
= ax
Grafiknya :

Gambar. Transformasi Fourier dari g(k)

Dari uraian contoh dan gambar transformasi Fourier di atas, diperoleh hubungan
antara Δx dan Δk (atau Δp). Hubungan antara Δx dan Δk bergantung pada bentuk paket
gelombang dan bergantung pada Δk, Δx didefinisikan. Perkalian (Δx) (Δk) akan minimum
jika paket gelombang berbentuk fungsi Gaussian, dalam hal ini ternyata transformasi
Fouriernya juga merupakan fungsi Gaussian juga. Jika Δx dan Δk diambil deviasi standar
dari fungsi Δ(x) dan g(k), maka harga minimum Δx Δk = ½. Karena pada umumnya paket
gelombang tidak memiliki bentuk Gaussian (bentuk lonceng), maka lebih realistis jika
hubungan antara Δx dan Δk dinyatakan sebagai berikut :
1
ΔX Δk ≥
2
Panjang gelombang de Broglie untuk sebuah partikel bermomentum p adalah :
h
λ=
p
Bilangan gelombang yang bersesuaian dengannya adalah :
h Δk
Δp=

Oleh karena itu, suatu ketidakpastian Δk dalam jumlah gelombang pada gelombang de
Broglie berhubungan dengan hasil-hasil partikel dalam suatu ketidakpastian Δp dalam
momentum partikel menurut Persamaan :
h Δk
Δp=

Karena
1 1
Δx Δk = Δk ≥
2 , ( 2 Δx )
Dan
h
Δx Δp≥
4 π (prinsip ketidakpastian)
Persamaan ini menyatakan bahwa hasil kali ketidakpastian kedudukan benda Δx
pada suatu saat dan ketidakpastian komponen momentum dalam arah x yaitu Δp pada
saat yang sama lebih besar atau sama dengan h / 4π. Kita tidak mungkin menentukan
secara serentak kedudukan dan momentum suatu benda. Jika diatur supaya Δx kecil
yang bersesuaian dengan paket gelombang yang sempit, maka Δp akan menjadi besar.
Sebaliknya, Δp direduksi dengan suatu cara tertentu, maka paket gelombangnya akan
melebar dan Δx menjadi besar.
Ketidakpastian ini bukan ditimbulkan oleh alat yang kurang baik tetapi
ditimbulkan oleh sifat ketidakpastian alamiah dari kuantitas yang terkait. Setiap
ketidakpastian instrumental atau statistik hanya akan menambah besar hasil kali Δx Δp.
Karena kita tidak mengetahui secara tepat apa partikel itu atau bagaimana
momentumnya, kita tidak dapat menyatakan apapun dengan pasti – bagaimana
kedudukan partikel itu kelak dan seberapa cepat partikel tadi bergerak. Jadi, “kita tidak
dapat mengetahui masa depan karena kita tidak mengetahui masa kini”.
Kuantitas h/2π sering muncul dalam fisika modern, karena ternyata kuantitas itu
merupakan satuan dasar dari momentum sudut. Kuantitas ini sering disingkat dengan“ ħ
(baca ; h bar)” :
h
ℏ= =1,05 x 10−34 J .s

Selanjutnya, dalam buku ini kita akan memakai ħ sebagai pengganti h/2π. Dinyatakan
dalam ħ, prinsip ketidakpastian menjadi :

Δx Δp≥

Anda mungkin juga menyukai