Anda di halaman 1dari 17

Fisika Modern - Persamaan Schrodinger

Yudhiakto Pramudya, Ph.D

Program Studi Magister Pendidikan Fisika

Universitas Ahmad Dahlan


Chapter 1

Persamaan Schrodinger

1.1 Perilaku Gelombang pada Bidang Batas

Kita telah membahas perilaku partikel yang diprediksi berdasarkan fisika


klasik. Lintasan partikel tersebut dapat ditentukan dengan Hukum New-
ton. Pada ranah fisika kuantum nonrelativistik, persamaan yang digunakan
untuk menganalisis perilaku partikel berupa persamaan diferensial orde dua
yang biasa disebut sebagai persamaan Schrodinger. Bila Hukum Newton,
mendeskripsikan interaksi partikel dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan
GAYA, Persamaan Schrodinger menggunakan ENERGI. Persamaan ini tidak
memberikan informasi lintasan partikel, namun solusinya akan memberikan
informasi FUNGSI GELOMBANG atau wave function partikel. Ingat kem-
bali bahwa partikel dapat memiliki sifat gelombang.
Kita kembali membahas sedikit tentang perilaku gelombang. Gelombang

1
Figure 1.1: Perilaku gelombang pada bidang batas

dapat berpindah dari medium satu ke medium yang lain yang mempunyai
karakteristik berbeda. Sebutkan contohnya!
Kita dapat mengidentifikasi 5 gelombang pada 3 daerah seperti yang ter-
lihat pada gambar 1.1.

1. Gelombang merambat ke kanan pada daerah 1 (gelombang datang)

2. Gelombang merambat ke kiri pada daerah 1 (gabungan gelombang pan-


tul)

3. Gelombang merambat ke kanan pada daerah 2 (gelombang gelombang


transmisi dan pantul)

4. Gelombang merambat ke kiri pada daerah 2 (gelombang pantul dari


batas B)

5. Gelombang merambat ke kanan pada daerah 3 (gelombang transmisi


pada batas B)

2
Figure 1.2: Syarat batas

1.1.1 Penembusan Gelombang Pantul

Gelombang pantul dapat menembus daerah yang terlarang, daerah yang


tidak seharusnya gelombang pantul dapat menembusnya. Ketika gelom-
bang pantul menembus daerah terlarang ini, terjadi penembusan gelombang
evanescent yang mempunyai ciri kas eksponensial meluruh. Gelombang ini
susah diamati, harus dengan menggunakan media yang sangat tipis.
Gelombang de Broglie juga menembus daerah terlarang tersebut. Namun,
yang menarik adalah gelombang de Broglie ini gelombang yang berkaitan
dengan partikel, misalnya elektron. Maka, elektron dapat menembus daerah
terlarang ini meski hanya pada jarak yang sangat pendek. Namun, elektron
tidak dapat teramati ataupun dilakukan eksperimen dengan menggunakan
elektron di daerah terlarang.

1.1.2 Kontinuitas pada Bidang Batas

Ketika gelombang melintasi bidang batas, terdapat syarat

1. Fungsi gelombang harus KONTINYU

2. Kemiringan atau turunan fungsi gelombang harus KONTINYU, kecuali


pada bidang batas yang sangat tinggi

3
Figure 1.3: Desain rangkaian dan grafik energi potensial

Analisis keempat kondisi gelombang pada gambar 1.2. Selanjutnya, lati-


han menganalisis gelombang pada medium yang berbeda. Pada daerah 1,
 
2πx
fungsi gelombang y = C1 cos − φ1 . Diketahui C1 =11, λ1 =5 cm, dan
λ1
φ1 = −650 . Pada daerah 2, λ2 =10 cm. Batas A terletak pada x=1 cm dan
batas B terletak pada x = L dengan L = 20 cm. Hitunglah fungsi gelombang
pada daerah 2 dan 3!

1.2 Confining a particle (Membatasi partikel)

Partikel bebas secara definisi merupakan partikel yang tidak ada batasan-
nya, dapat berada di lokasi manapun. Partikel bebas mempunyai panjang
gelombang, momentum, dan energi tertentu. Sebaliknya dengan partikel
terbatas. Partikel terbatas direpresentasikan oleh paket gelombang. Partikel

4
kemungkinan dijumpai pada daerah dengan ukuran ∆x.
Kali ini, kita akan membahas partikel yang terbatas pada sistem listrik.
Misalkan, elektron bergerak 1 dimensi dan dibatasi bergerak oleh serangka-
ian medan listrik. Gambar 1.3 menunjukkan skema desain rangkaian listrik.
Bagian tengah dihubungkan dengan ground sehingga tegangannya nol. Ke-
dua bagian di kiri dan kanannya dihubungkan dengan baterei sehingga tegan-
gannya −V0 relatif terhadap bagian tengah. Kita mengasumsikan, celah an-
tara bagian tidak besar sehingga kita bisa menganalisis perubahan energi
potensial secara cepat. Hal ini ditunjukkan dengan grafik energi potensial.
Susunan seperti ini dikenal sebagai Sumur Energi Potensial.
Unutk membatasi gerak elektron, elektron bergerak di bagian tengah den-
gan energi kinetik Ek yang lebih kecil daripada U0 . Sehingga, elektron tidak
punya cukup energi untuk memanjat bukit energi potensial yang ada diantara
bagian tengah dan bagian tepi. Sehingga, elektron terbatasi geraknya hanya
di bagian tengah.
Sekarang kita anggap energi potensialnya sangat tinggi pada posisi A
dan B. Pada kasus ini, penetrasi elektron ke daerah terlarang tidak ter-
jadi. Probabilitas menemukan elektron di kedua bagian tepi menjadi nol.
Sehingga, kita mempunyai amplitudo gelombang yang nol di semua tempat
di daerah tersebut, termasuk di bidang batas. Untuk memenuhi syarat batas,
maka fungsi gelombang untuk daerah tengah di posisi batas A dan B HARUS
mempunyai nilai nol.
Beda dengan partikel bebas yang bisa memiliki sembarang panjang gelom-

5
Figure 1.4: Panjang gelombang partikel terbatas pada daerah dengan pan-
jang L.

bang, partikel terbatas hanya mempunyai panjang gelombang tertentu. Se-


hingga, energinya pun tertentu. Maka energinya tidak kontinyu, tidak sem-
barang nilai. Energinya menjadi diskrit yaitu pada nilai-nilai tertentu saja.
Ini yang disebut sebagai Kuantisasi Energi.
Gambar 1.4 menunjukkan panjang gelombang yang mungkin dimiliki oleh
elektron, dengan L adalah panjang bagian tengah. Kita dapat menuliskan
persamaan panjang gelombangnya

2L
λn = (1.1)
n

dengan n = 1, 2, 3.
Dari persamaan panjang gelombang de Broglie, maka dapat dirumuskan
momentum
h
pn = n (1.2)
2L

Energi yang dimiliki oleh partikel di bagian tengah hanya Energi Kinetik
sehingga,
h2
En = n2 (1.3)
8mL2

Ingat, inilah ENERGI yang HANYA boleh dimiliki oleh elektron, dan terkuan-

6
tisasi (diskrit).

1.3 Persamaan Schrodinger

Persamaan Schrodinger yaitu persamaan diferensial yang solusinya mem-


berikan informasi perilaku partikel. Persamaan ini dikembangkan oleh fisikawan
asal Austria, Erwin Schrodinger pada tahun 1926. Kita mulai dari memba-
has tentang partikel bebas. Fungsi gelombangnya ψ(x) = A sin kx. Hitung
turunan pertama dan keduanya!
Ingat bahwa Ek = p2 /2m = h̄2 k 2 /2m. Persamaan energi yaitu E =
Ek + U . Maka, turunan keduanya

d2 ψ 2m
2
=− (E − U )ψ(x) (1.4)
dx h̄

Susun ulang persamaan sehingga menghasilkan

h̄2 d2 ψ
− + U (x)ψ(x) = Eψ(x) (1.5)
2m dx2

Inilah yang disebut Persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu untuk


gerak 1 Dimensi. Jika inngin menambahkan fungsi waktu, maka

Ψ(x, t) = ψ(x, t)e−iωt (1.6)

Kita asumsikan mengetahui bentuk fungsi energi potensial U (x) dan men-

7
coba mendapatkan fungsi gelombang ψ(x) dan tentunya energi E berkaitan
dengan energi potensial tadi. Ini yang disebut sebagai problem eigenvalue.
Maka, sebenarnya penghitungan nilai E tidak lain adalah penghitungan men-
cari eigenvalue. Sehingga, energinya disebut sebagai nilai-nilai eigenvalue
energi.
Prosedur dalam menyelesaikan persamaan Schrodinger

1. Mulai dengan menuliskan persamaan 1.5 dengan U (x) yang sesuai den-
gan problem.

2. Gunakan teknik matematika untuk menuliskan persamaan gelombang


ψ(x) sebagai solusi dari persamaan 1.5.

3. Secara umum, beberapa solusi akan muncul. Namun, dengan menuliskan


syarat batas, maka beberapa solusi akan bisa dihilangkan.

4. Jangan lupa dengan syarat kontinuitas.

1.3.1 Probabilitas dan Normalisasi

Apa makna dari adanya amplitudo pada persamaan gelombang ψ(x)? Am-
plitudo ini bukan simpangan seperti halnya simpangan pada gelombang air
atau gelombang suara. Gelombang ini berbeda dengan gelombang lainnya.
Amplitudo kuadratnya memberikan informasi probabilitas menemukan par-
tikel dalam suatu daerah.

8
Jika kita mendefinisikan P (x) sebagai rapat atau densitas probabilitas
(probabilitas per satuan panjang),

P (x)dx = |ψ(x)|2 dx (1.7)

Persamaan |ψ(x)|2 dx yaitu probabilitas menemukan partikel pada rentang


dx pada lokasi x (yaitu antara x dan x + dx). Sedangkan untuk persamaan
Schrodinger yang bergantung waktu, nilai kuadratnya

|Ψ(x)|2 = |ψ(x)|2 |e−iωt |2 = |ψ(x)|2 (1.8)

Untuk persamaan gelombang yang mendeskripsikan partikel tunggal, prob-


abilitas dijumlahkan untuk semua lokasi, sehingga total probabilitasnya adalah
100 persen. Total probabilitasnya untuk mencari di semua rentang harus
SAMA DENGAN SATU.
Z +∞
|ψ(x)|2 dx (1.9)
−∞

Prosedur ini disebut normalisasi.


Karena persamaan Schrodinger memberikan informasi probabilitas, maka
jika ada solusi yang memberikan probabilitas tak hingga, solusi tersebut
harus dihilangkan. Jika hendak mencari probabilitas di rentang tertentu,

Z x2 Z x2
P (x1 : x2 ) = P (x)dx = |ψ(x)|2 dx (1.10)
x1 x1

9
Nah, karena kita bekerja dengan probabilitas, maka untuk mendapatkan
pengukuran, kita menggunakan expectation value atau nilai yang diharap-
kan.
Z +∞ Z +∞
[f (x)]av = P (x)f (x)dx = |ψ(x)|2 f (x)dx (1.11)
−∞ −∞

1.4 Aplikasi Persamaan Schrodinger

1.4.1 Solusi untuk Energi Potensial yang konstan

Kita akan menguji solusi persamaan Schrodinger untuk kasus khusus yaitu
energi potensial yang konstan, kita sebut U0 . Sehingga, persamaan 1.5 men-
jadi
h̄2 d2 ψ
− + U0 ψ(x) = Eψ(x) (1.12)
2m dx2

atau bisa dituliskan sebagai

d2 ψ
= −k 2 ψ(x) (1.13)
dx2

dengan r
2m(E − U0 )
k= (1.14)
h̄2

tentu dengan mengasumsikan bahwa energi yang dimiliki oleh partikel lebih
besar daripada energi potensial.

10
Solusi dari persamaan diferensial tersebut, yaitu berbentuk periodik

ψ(x) = A sin kx + B cos kx (1.15)

Ingat! Konstanta A dan B ditentukan dengan menerapkan syarat batas DAN


Normalisasi. Buktikan bahwa persamaan 1.15 merupakan solusi persamaan
Schrodinger.
Untuk menganalisis penetrasi partikel ke daerah terlarang, kita mengang-
gap bahwa energi E partikel lebih kecil daripada energi potensial. Sehingga,
kita harus menulis ulang persamaan menjadi

r
0 2m(U0 − E)
k = (1.16)
h̄2

dan persamaan Schrodinger menjadi

d2 ψ
= k 02 ψ(x) (1.17)
dx2

Maka solusi untuk daerah terlarang adalah

0 0
ψ(x) = Aek x + Be−k x (1.18)

Sekali buktikan bahwa solusi tersebut sesuai untuk persamaan Schrodinger.

11
1.4.2 Partikel bebas

Untuk partikel bebas, gaya bernilai nol. Sehingga, energi potensialnya kon-
stan. Nilai konstan ini bisa bernilai sembarang, namun bisa juga kita memilih
U0 = 0. Solusi yang digunakan adalah persamaan 1.15 dan energinya adalah

h̄2 k 2
E= (1.19)
2m

Nilai k bisa bernilai apa saja, tiada batasan. Sehingga, kita menyebutnya
bahwa energinya TIDAK terkuantisasi.
Selanjutnya, kita akan menghitung konstanta A dan B, namun perlu
menggunakan trik matematika. Kita tuliskan persamaan 1.15 menjadi

ψ(x) = A0 eikx + B 0 e−ikx (1.20)

dengan A0 = A/2i + B/2 dan B 0 = −A/2i + B/2. Dan untuk fungsi waktu,
maka

Ψ(x) = (A0 eikx + B 0 e−ikx )e−iωt = A0 ei(kx−ωt) + B 0 e−i(kx+ωt) (1.21)

Jika, kita membatasi keadaan bahwa berkas partikel mengarah ke x posi-


tif, maka kita harus memasang B 0 = 0. Sehingga, rapat probabilitasnya
menjadi
P (x) = |A0 |2 (1.22)

12
Figure 1.5: Sumur Energi Potensial

1.4.3 Sumur Energi Potensial Tak Hingga

Kita sekarang menganalisis untuk partikel di dalam kotak atau sumur seperti
yang terlihat pada gambar 1.5. Energi potensial dapat dituliskan menjadi

U (x) = 0 untuk 0 ≤ x ≤ L

U (x) = ∞ untuk x < 0, x > L

Probabilitas menemukan partikel di luar sumur haruslah nol karena energi


potensialnya tak hingga. Sehingga, ψ = 0 harus nol di luar sumur. maka

ψ(x) = 0 (1.23)

Sekarang kita membahas keadaan di dalam sumur, bilangan gelombangnya

13
Figure 1.6: Energi partikel dalam sumur

adalah r
2m(E)
k= (1.24)
h̄2

Bagaimana bentuk solusi persamaan Schrodingernya?


Gunakan syarat batas untuk menghitung nilai A dan B. Dengan meng-
gunakan x = 0, maka kita dapat menuliskan B = 0. Buktikan! Dan syarat
batas kedua x = L membuat kita dapat menuliskan

kL = nπ (1.25)

dengan n = 1, 2, 3, ...

14
Figure 1.7: Persamaan gelombang dan rapat probabilitas

Solusi persamaan Schrodinger untuk partikel yang terjebak dalam daerah


L adalah deretan gelombang berdiri de Broglie. Karena hanya nilai k ter-
tentu, maka begitu pula energinya

h̄2 k 2 h2 n2
En = = (1.26)
2m 8mL2

Energi terendah disebut sebagai energi keadaan dasar atau ground state.
Selebihnya merupakan keadaan eksitasi.
Untuk melengkapi pembahasan, gunakan normalisasi untuk menghitung
p
nilai A. Buktikan bahwa A = 2/L. Maka solusi lengkapnya adalah

r
2 nπx
ψn (x) = sin (1.27)
L L

Gambar 1.7 memperlihatkan fungsi gelombang dan rapat probabilitas untuk


sejumlah keadaan.
Hal yang menarik terlihat disini bahwasanya di keadaan dasar atau ground

15
state, kemungkinan terbesar menemukan partikel yaitu di sekitar daerah ten-
gah sumur (x = L/2). Probabilitas akan menurun menuju nol dari daerah
tengah menuju ke tepi sumur. Hal ini berbeda dengan perilaku partikel
secara klasik. Partikel yang bergerak dengan kecepatan tetap akan bisa
ditemukan dengan probabilitas yang sama untuk semua daerah atau lokasi
di sumur. Partikel kuantum masih mempunyai kecepatan yang tetap, na-
mun probabilitas ditemukannya berbeda untuk tiap tempat di dalam sumur.
Sekali lagi inilah sifat gelombang pada partikel.

16

Anda mungkin juga menyukai