Anda di halaman 1dari 7

A.

Hipotesis De Broglie

Louis De Broglie (1924), mengajukan hipotesis dalam disertai doktornya, yaitu “setiap
partikel yang bergerak dapat bersifat sebagai gelombang”. Selain itu, deikatahui bahwa
sebuah foton yang berperilaku seperti partikel dengan momentum p, juga memiliki sifat
sebagai gelombang dengan panjang gelombang (Simamora, 2015) adalah sebagai berikut:


𝜆 = 𝑝…………………………….(2.1)

Sesuai dengan hipotesisnya, de Broglie mengusulkan agar persamaan 2.1 berlaku


umum untuk partikel (Simamora, 2015). Karena momentum partikel adalah p=mv, maka
persamaan 2.1 dapat dinyatakan dengan


𝜆 = 𝑚𝑣…………………………….(2.2)

dengan energy kinetic dapat dinyatakan dalam momentum yaitu: K=𝑝2 /2𝑚, maka
persamaan 2.2 menjadi:


𝜆= …………………………….(2.3 )
√2𝑚𝐾

1. Keterkaitan Antar Partikel dan Gelombang


Secara skematis kaitan antara partikel dan gelombang dapat dinayatakan sebagai
berikut:
𝑆𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑖𝑚𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢
𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 → 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
𝑀𝑎𝑥 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑐𝑘
(𝑑𝑖ℎ𝑖𝑝𝑜𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢)
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 → 𝐺𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
𝐿𝑜𝑢𝑖𝑠 𝐷𝑒 𝐵𝑟𝑜𝑔𝑙𝑖𝑒
Sehingga terjadi hubungan yang simetris antara partikel dan gelombang. Artinya,
gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya partikel dapat bersifat sebagai
gelombang.
2. Hipotesis De Broglie dan Postulat Bohr

Untuk sampai pada hipotesis diatas, de Broglie didasarkan pada model atom Bohr. Dalam
gambaran de Broglie, elektron mengelilingi inti atom didampingi gelombang pengarah
(pilot wives). Kuantisasi angulermomentum sudut Bohr, sebenarnya merupakan
pemenuhan syarat resonansi gelombang pengarah terhadap panjang lintasan orbit elektron
tersebut didalam atom, artinya: pada orbit pertama, panjang lintasan orbit elektron sama
dengan satu panjang gelombang; panjang lintasan orbit kedua, sama dnegan dua panjang
gelombang, beitu seterusnya. Untuk lebih jelasnya, dari postulat Bohr diatas dengan


𝑚𝑣𝑟 = 𝑛 … … … … … … … … … … … … … (2.4)
2𝜋

𝐷𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ:


2𝜋𝑟𝑛 = 𝑛 (𝑚𝑣)…………………………….(2.5)

B. Difraksi Elektron
Hipotesis De Broglie banyak mengundang perhatian, karena dikemukakan sebelum
dibuktikan secara eksperimen. Apabila hipotesis de Broglie benar, tentunya berkas-berkas
elektron dapat memperlihatkan gejala interferensi seperti halnya cahaya.
Tahun 1927, Davisson dan Germer di laboratorium bell telepon melakukan eksperimen
untuk membuktikan bahwa partikel mempunyai sifat seperti gelombang seperti yang
diungkapkan de Broglie. Hipotesis de Broglie mampu menjelaskan hasil eksperimen yang
dilakukan Davisson dan Germer satu tahu kemudian (Purwanto, 2016). Skema penyusunan
partikel mempunyai sifat sebagai gelombang seperti Gambar 2.1 .
Gambar
Dalam percobaan ini, seberkas elektron dari suatu kawat pijar panas dipercepat melalu
suatu beda potensial V. Setelah melewati celah kecil, berkas elektron ini menumbukkristal
nikel tunggal. Elektronnya lalu dihamburkan kesegala arah oleh atom Kristal, beberapa
menumbuk detector yang dapat digerakkan sembarang sudut φ relative terhadap arah
berkas dating, yang mengukur itejnsitas berkas elektron yang dihamburkan pada sudut itu.
Dengan menganggap bahwa setiap atom Kristal dapat bertindak sebagai satu penghambur,
maka gelombang elektron yang terhambur dapat berintenferensi, sehingga diperoleh
semacam kisis difraksi Kristal bagi gelombang elektron (Simamora, 2015).
Intensitas elektron terpantul dapat dijelaskan sebagaimana difraksi Bragg dengan
memberikan sifat gelombang pada elektron penumbuk. Elektron-elektron dengan energy
54 eV bersesuaian dengan λ=1,67Å yang mendekati harga λ difraksi Bragg
Λ = 2d sin ϴ= 2 x 0,91 x sin 65° = 1,65Å…… (2.6)
Karena berkas yang digunakan adalah elektron, eksperimen ini lebih dikenal dengan
eksperimen difraksi elektron (Purwanto, 2016).
C. Gelombang De Broglie
Kedudukan sebuah gelombang sinus (atau kosinus) murni sama sekali tidak terbatasi. Ia
meluas dari -∞ hingga +∞. Sebaliknya kedudukan sebuah partikel klasik , terbatasi secara
tegas. Sebuah paket gelombang dapat dipandang sebagai superposisi sejumlah besar
gelombang, yang berinterferensi secara maksimum disekitar partikel, sehingga
menghasilkan sebuah gelombang resultan dengan amplitudo yang lebih besar. Sebaliknya
pada tempat yang jauh dari partikel, mereka berinterferensi secara minimum, sehingga
gelombang resultannya memiliki amplitudo yang lebih kecil pada tempat dimana
partikelnya kita perkirakan tidak ditemukan (Krane,2011).

Kita memperkirakan bahwa deskripsi matematika paket gelombang akan


melibatkan penjumlahan (superposisi ) sejumlah gelombang dengan panjang gelombang
yang berbeda-beda.Tinjau sebuah gelombang dengan bilangan gelombang k1 kemudian
menambahkan padanya sebuah gelombang lain dengan bilangan gelombang yang hamper
sama k2 = k1+∆k. Komponen-komponen gelombanya pada X=0 bergetar dengan fase sama,
sehingga gelombang resultannya memiliki amplitudo yang sama disana. Semakin jauh dari
x = 0, perbedaan kecil dalam kedua panjanggelomangakan menyebabkan fase kedua
gelombang sinus ini menjadi berlawanan, sehingga gelombang resultannya memiliki
amplitudo nol. Dengan sedikit manipulasi trigonometri kita peroleh hasil

Y(x) = A cos k1x + a cos k2x

∆𝑘 𝑘₁+𝑘₂
= 2A cos ( 2 x) cos ( x) (4.10)
2

Suku persaman (4. 10) diatas memberikan perubahan amplitudo gelombang resultan
dalam selubung yang dicirikan oleh suku kosinus yang pertama.

Sekarang kita tinjaugelombang-gelombang ini sebagai gelombang ramat, yang


deskripsi matematiknya diperoleh dari persamaan (4.10) dengan mensubstitusikan (kx –
𝜔t) pada kx. Frekunsi sudutnya adalah 𝜔 dan v = 𝜔 /k adalah kecepatan fase gelombangnya
laju dengannya satu komonen bergerak gelombang bergerak melalui zat perantara. Kedua
komponen gelombang ini diperlihatkan lagi pada gambar 4.18 untuk t=0 dan waktu t
berikutnya. Pada umumnya kecepatan fase v1 =𝜔1/k1 dan v2 = 𝜔2/k2 dapat tidak sama.
perhatikan bahwa selubungnya bergerak dengan kecepatan yang berbeda dari masing-
nasing komponen gelombangnya (KRANE, 2011).

Sekali lagi kita dapat menurunkan pernyataan eksplisit lagi bagi gelombang
resultannya dengan melakukan sedikit maniulasi trigonometri yang memberikan hasil :

Y(x,t) = A cos (k1x –𝜔1t) + A cos (k2x -𝜔2t)

∆𝑘 ∆ω 𝑘₁+𝑘₂ ω₁+ω₂
= 2A cos ( 2 x − t)cos( x− t) (4.11)
2 2 2

Dimana ∆ω = ω2-ω1 .jadi, selubungnya bergerak dengan laju v = ∆ω/∆k,sedangkan


gelombang didalamnya bergerak dengan laju (ω1 –ω2)/(k1 + k2), yang mana , jika ∆ωdan∆k
kecil, tidak terlalu berbeda jauh dari v1 dan v2.

Superposisi dari hanya dua gelombang saja tampak tidak menyerupai paket
gelombang pada gambar 4.13. Hampiran yang lebih baik dapat kita buat dengan
menjumlahkan lebih banyak gelombang sinus dengan bilangan gelombang ki yang berbeda,
dan amplitude A(ki) yang mungkin pula bebeda:

Y(x) = ∑𝑠𝑒𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐴 (ki) cos kix (4.12)


𝑘

Gambar 4.18 Kecepatan grup sebuah paket


gelmbang. Gambar kiri memperlihatkan “
gambar potret pada t = 0 dari gelombang y1,y2
dan jumlahnya (y1 memiliki panjang gelombang
satuan, sedangkan y2 adalah ,109satuan).
Gelombang bergerak dengan kecepatan 3 satuan perdetik, sedangkan gelombang 2 dengan
2,5 satuan per detik. Gambar potret pada t = 1 detik diperlihatkan disebelah kanan. Kedua
gelombang tidak sefase hinggs jarak 7,5 satuan, Jadi titik tengah layangan “bergerak dengan
kecepatan 7,5 satuan perdetik, yang dalam kasus ini lebih besar daripada v1 dan v2.

Jika terdapat banyak bilangan gelombang yang berbeda dan jika mereka sangat
berdekatan, maka jumlah dalam persamaan (4.12) dapat digantikan dengan suatu integral :
1
𝑦(𝑥) = ∫ 𝐴(𝑘) cos 𝑘𝑥𝑑𝑘 (4.13)

Integralnya diambil untuk seluruh rentang bilangan gelombang yang diperkenkan


(dapat terjadi dari 0 hingga ∞).

Andaikanlah, kita mempunyai suatu rentang bilangamn gelombang dari k 0 - ∆k/2


hingga k0 + ∆k/2. Jika semua gelombang memiliki amplitude A yang sama, maka dari
persamaan (4.13) ,bentuk paket gelombangnya dapat diperlihatkan

2𝐴 ∆𝑘
𝑦(𝑥) = sin ( 𝑥) cos 𝑘0X (4.14)
𝑥 2

Hampiran bentuk paket gelombang yang lebih baik dapat diperole dengan
mengamil A(k) berubah-ubah; sebagai contoh, bentuk fungsi Gauss A(k) =
2 /2(∆𝑘)2
𝑒 −(𝑘−𝑘₀) memberikan

0 )2 /2(∆𝑘)2
Y(x) ∞ 𝑒 −(𝑘−𝑘 cos 𝑘₀x (4.15)

Disini terdapat lagi gelombang selubung yang memodulasikan gelombang kosinus


dan memperkecil amplitudonya diluar daerah selebar ∆x, seperti yang diperlihatkan pada
gambar 4.19. untuk membatasi gelombang inin pada daerah sekecil ∆x, kita telah
menggunakan lagi rentang bilangan gelombang yang besar

Gambar 4.19 Contoh dua paket gelombang yang berbeda.


Bagi masing-masing paket gelombang, terdapat suatu fungsi
modulasi yang memperkecil amplitude kosinus diluar daerah
∆x.

Gambar 4.19 haruslah dipandang sebagai gambarv


potert paket gelombang pada suatu waktu tertentu, seperti t= 0. Begitu pula, persamaan
(4.14) dan (4.15) hanya menyatakan gelombang pada t = 0. Untuk mengubahnya kebentuk
gelombang rambat maka kita harus menggantikan kx dengan kx – ωt, seperti yang kita
akukan pada persamaaan (4.11). dalam kasus dua gelombang yang kita gunakan bagi
persamaan (4.11), kita dapati bahwa gelombang selubungnya bergerak dengan laju ∆ω/∆k.
Kasus sederhana ini kita perluas keklasus dimana terdapat banyak bilangan gelmbang tidak
sama dengan mendefinisikan kecepatan grup sebagai berikut :

𝑑ω
Vgrup = (4.16)
dk

Selubung paket gelombang ini bergerak pada kecepatan grup, sedangkan


didalamnya, setiap komponen gelombang bergerak dengan kecepatan fase masing-masing
ω
Vfase = (4.17)
k

Kecepatan fase hanya bermakna bagi satu komponen gelombang, tidak


terdefinisikan bagi paket gelombang.

Jadi, sebuah partikel yang terbatasi kedudukannya pada suatu bagi ruang tertentu
tidak hanya dinya takan oleh satu gelombang de Broglie dengan energy dan frekuensi terten
tu, tetapi oleh sebuah paket gelombang yang merupakan superposisi dari sejumlah besar
gelomban. Selubung gelonbangnya bergerak dengan k ecepatan grup 𝑑𝜔/𝑑𝑘.

Jika kita tidak dapat merumuska n suatu teori memetika yang meramalkan hasil
dari satu kali pengukur an, maka kita dapat berupaya untuk memperoleh suatu teori
matematik yang meramalkan perilaku statistic dari suatu system (tau dari sejum lah besar
h𝜔 begitu pula, momentum dan bilangan gelombang berkaitan melalui hubungan p = hk.
Jadi, kecepatan grup vg =𝑑𝜔/𝑑𝑘dapat pula din yatakan dalam cara berikut :

𝑑𝜔 𝑑𝜔 𝑑𝐸 𝑑𝑝 1 𝑑𝐸
vg = = ( 𝑑𝑘 ) (𝑑𝑝) (𝑑𝑘 ) = (ℎ) (𝑑𝑝) (ℎ) (4.18)
𝑑𝑘

𝑑𝐸
vg =𝑑𝑝

Kecepatan grup bukanlah sifat gelombang komponennya melaink an merupakan


sifat zat perantara dalam mana paket gelombang itu bergerak. Sekarang kita buat anggapan
berikut, yang sangat pokok gbagi mekanika mendasar dari teori kuantum. Kita
menganggap bahwa tanggapan zat perantara terhadap paket gelombang, diberikan oleh
dE/dp, yang identik dengan tanggapan zat perantara pada bagian partikel. Yaitu

𝑑𝐸 𝑑𝐸
(𝑑𝑝)paket gelombang = (𝑑𝑝)partikel (4.19)
Dalam pernyataan untuk energy sebuah partikel, hanya energy kinetic K yang
bergantung pada momentum, sehingga dE/dp = dK/dp ; karena K =p2/2m bagi sebuah
partikel tidak relativistic, maka dK/dp = p/m, yang tidak lain adalah kecepatan partikel
sedangkan ruas kiri adalah kecepan g rup dari paket gelmbang. Dengan demikian kita telah
memperoleh hasil penting berikut. Kecepatan sebuah partikel materi sama dengan k
ecepatan grup paket gelombang yang bersangkutan.

Jadi bah asan ini dapat dirangkum sebagai berikut. Sebuah partikel yang terbatas
ge raknya dalam suatu bagian ruang dilukiskan sebagai oleh sebuah paket gel ombang,
yang adalah superposisi gelombang-gelombang deBroglie. Peket gelomabang bergerak
dengan laju yang sama dengan laju pertikel.

DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Pintor. 2015. Fisika Modern. Medan: Unimed Press


Purwanto, Agus.2016.Fisika Kuantum. Yogyakarta: Gava Media
Krane, Kenneth.2011. Fisika Modern.Jakarta: UI-Press
Physics, Wenny. Sifat Gelombang pada Partikel.
http://wennyphysics.blogspot.com/2012/02/siifat-gelombang-pada-partikel.html (diakses
tanggal 15 September 2018, 21:25)

Anda mungkin juga menyukai