Anda di halaman 1dari 50

VIBRASI ATOM DALAM KISI

KRISTAL

Zakarias seba ngara


Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari materi Vibrasi kisi adalah Mahasiswa
dapat a) menjelaskan tentang konsep gelombang elastis, phonon,
dan photon, b) menjelaskan konsep relasi dispersi kecepatan grup
dan kecepatan phase partikel, c) menjelaskan hukum kekekalan
momentum partikel phonon, d) menjelaskan konsep hamburan
tidak elastik sinar-X oleh phonon, e) menjelaskan konsep tentang
vibrasi atom dalam kisi kristal satu dimensi untuk monoatomik dan
diatomik, f) menghitung frekuensi vibrasi atom-atom dalam kisi
kristal, g) menjelaskan konsep vibrasi atom pada cabang optik dan
akustik, h) menjelaskan teori kapasitas panas zat padat berdasarkan
teori klasik, teori Dulong-Petit, Einstein, dan Debye.
Pendahuluan : gelombang elastis
Pada dasarnya, atom-atom dalam suatu material tidak u(x)
pernah diam, tetapi selalu bergetar (vibrasi) atau berosilasi
di sekitar titik kesetimbangannya yaitu titik kisi sebagai
akibat adanya energi termal. Dalam gerak vibrasi atom-
atom dalam kisi kristal, beberapa hal dapat dijelaskan
x x + dx
seperti sifat termal, sifat akustik dan sifat optik suatu
material padatan. Vibrasi atom-atom ini dalam suatu Gambar 1
material akan menghasilkan gelombang elastis.
Dalam zat padat, atom-atom terpisah satu dengan yang lain dalam kisi kristal
dengan jarak tertentu. Keterpisaan ini akan menghasilkan getaran kisi ketika
atom-atom mengalami gerakn vibrasi. Jika panjang gelombangnya besar sekali
dibandingkan jarak atom-atom, keterpisahan dapat diabaikan sehingga zat padat
tersebut dapat dianggap suatu medium malar. Dalam kondisi ini, getaran kisi
merupakan gelombang elastik. Misalkan sebuah gelombang longitudinal
merambat pada sebuah balok (Gambar 1) dengan simpangan u(x) pada titik x,
regangan (e) yang timbul didefinisikan sebagai perubahan simpangan terhadap
perubahan posisi. Secara matematis dapat ditulis:
du x 
e
dx
Tegangan kisi (S) didefinsikan sebagai gaya (F) persatuan luas (A). Tegangan
kisi juga didefinsikan sebagai perkalian antara modulus elastisitas (Y) dengan
regangan kisi. Secara matematis dapat ditulis:

F du x  du x 
S  Ye  Y (1a) ; e
A dx dx

Berdasarkan Hukum II Newton:


 2u
F  SA  Adx 2  S  x  dx   S  x A
t
Jika perubahan panjang sangat kecil
(medekati nol), perubahan tegangan kisi,
menjadi
S S  (Ye)  u  2u
S  x  dx  S  x   dx (1b)  Y . Y 2
x x x x x x

 2u S  2u   2u
Adx 2  A dx   0 (1) Persamaan Differensial
t x x 2
Y t 2
Gelombang 1D
 2u   2u
Penyelesaian Pers.(1):  0
x 2 Y t 2

u x   Be i  kx t   2u 2 i  kx t   2
2 i  kx t 

u
(2a) ; 2   Bk e ;
 2
  B e
x t

dengan B, k dan ω masing-masing adalah Amplitudo, vektor gelombang dan frekuensi


sudut. Hubungan antara kecepatan sudut, kecepatan group dan vektor gelombang adalah

  v g k (2b) vg  Disebut: Relasi dispersi
k
Kecepatan grup partikel sebagai fungsi modulus young dan kerapatan, dapat tulis:
Y
vg  (3) ω

Kecepatan phase partikel didefinisikan sebagai ω = vgk
perubahan frekuensi sudut terhadap perubahan
θ
vektor gelombang.
(0,0) k
d
vp  (4)
Gambar 2. Relasi dispersi
dk
Gambar 2: v g  tan 
Kuantisasi getaran kisi(Phonon)
Phonon merupakan kuantisasi dari gelombang elastis. Sedangkan photon
merupakan kuantisasi gelombang elektromagnet. Hampir semua sifat foton seperti
sifat dua gelombang dan materi juga berlaku pada phonon, kecuali dalam hal
massa. Phonon memiliki massa, sedangkan photon tidak memiliki massa. Phonon
dan Photon merupakan partikel-partikel Boson dan memenuhi distribusi partikel
Bose-Einstein.

Phonon eksitasi termal muncul karena adanya energi termal yang menggerakan
atom-atom dalam kisi kristal.

Pada tahun 1990, Max Planck mempostulatkan bahwa energi eksitasi atom
sebanding dengan frekuensi gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh
rongga benda hitam dan bersifat diskrit (terkuantisasi). Energi eksitasinya
merupakan kelipatan bulat dari hf yang dapat ditulis:

En  nhf
dengan h dan n adalah tetapan Planck dan tingkat-tingkat energi
Ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa energi gelombang
elastis bersifat diskrit (terkuantisasi), misalnya
a) Nilai kapasitas panas zat padat selalu menuju nol,
b) Terhamburnya sinar-X dan berkas netron secara elastis oleh kisi
kristal yang berkaitan dengan terserapnya atau munculnya satu atau
lebih phonon.
Hukum kekelam momentum phonon
  berinteraksi dengan partikel lain sehingga

Phonon dengan vektor gelombang K

phonon seakan-akan memiliki momentum sebesar K
Secara fisis, phonon tidak memiliki momentum, tetapi untuk keperluan praktis,

phonon tetap dianggap memiliki momentum K
Dalam difraksi sinar-X suatu material, difraksi maksimum terjadi jika memenuhi:
  
k ' k  G
Jika timbul phonon dalam hamburan elastik photon oleh kristal tersebut,
berlaku hubungan:
       
k ' K  k  G k '  k  K  G (6)

Pers.(6) dikalikan dengan tetapan plank tereduksi, diperoleh:


   
k '  k  K  G (7) Hukum kekekalan momentum
Hamburan tidak elastik oleh foton oleh phonon
Photon berinteraksi dengan phonon atau gelombang elastik dalam kisi kristal
sehingga photon tersebut terhambur oleh phonon.
Hal ini terjadi karena regangan elastik yang timbul pada kisi kristal akibat
gelombang elastik akan merubah konsentrasi lokal atom-atom pada kisi kristal
yang berarti merubah indeks bias material kristal tersebut. Dalam hal ini, phonon
memodulasi sifat optik material kristal. Medan listrik foton atau cahaya

memodulasi sifat elastik medium

Momentum foton: k

Dalam kristal, photon dapat memancarkan atau menyerap phonon. Photon akan
 
terhambur dan vektor gelombangnya berubah dari k k'

  ' Hukum kekekalan energi

Hamburan cahaya oleh phonon pada zat cair dan zat padat disebut hamburan
Brillouin. Hamburan cahaya oleh photon pada zat gas disebut hamburan Raman.
Hamburan cahaya oleh phonon pada debu atau partikel yang tidak terlalu halus
disebut hamburan Mie
Vibrasi Kisi satu dimensi monoatomik
Sebuah kisi kristal dapat dianggap sebagai susuanan atom yang teratur yang
dihubungan satu dengan yang lain oleh pegas (Gambar 3). Keadaan atom
yang saling terhubung ini disebut keadaan terkopel.
a a
n n+1 n+2
n-2 n-1
x

u n- 2 u n-1 un u n+ 1 u n+ 2
Gambar 3 Vibrasi monoatomik pada kisi dua dimensi

Dalam vibrasi atom ini, panjang gelombang kisi kristal seorde dengan
tetapan kisi (a) atau jarak bidang-bidang kisi kristal.
Vibrasi atom-atom pada kisi kristal akibat gaya mekanik akan menghasilkan
informasi tentang sifat-sifat termal zat padat seperti panas jenis dan konduktivitas
termal.

Vibrasi atom pada kisi kristal akibat gaya elektromagnet memberikan informasi
tentang sifat-sifat akustik dan optik zat padat.

Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam vibrasi kisi, yaitu


a) Hanya kristal monoatomik yang ditinjau yaitu kristal dengan satu atom pada
sel primitifnya.
b) Gelombang elastik yang ditinjau adalah gelombang longitudinal murni atau
transversal murni bukan campuran keduanya
c) Hanya arah-arah tertentu saja yang ditinjau. Untuk kristal berbentuk kubus,
arah-arah yang ditinjau adalah [100], [111], dan [110].
d) Gelombang yang merambat pada arah tersebut menyebabkan atom-atom
pada bidang yang bersangkutan bergerak secara serentak. Gerakan atom-
atom searah dengan rambatan gelombang untuk gelombang longitudinal,
dan tegak lurus arah rambatan gelombangnya untuk gelombang transversal.
Gaya pegas:

F  u
Gaya total dapat ditulis
F   u n1  u n    u n1  u n    u n1  u n1  2u n  (8)

Berdasarkan Hukum II newton, Pers.(8) menjadi:


d 2un
m 2   u n 1  u n 1  2u n  (9)
dt
Misalkan Penyelesaian Pers.(9) adalah

u n  u0 e i t kna d 2un 2 i t  kna 


(10)  u 0  e (13)
dt 2
d 2un 1 2 i t  k ( n 1) a  (14)
u n1  u0 e i t k n1a  (11)
2
 u0 e
dt
u n1  u0 e i t k n1a  (12) d 2un 1 2 i t  k ( n 1) a 
2
  u 0 e (15)
dt
Pers.(10)s/d (13) dimasukkan ke Pers.(9), diperoleh

  
 m 2   e iKa  2  e iKa   e iKa / 2  e iKa / 2 
2
(16)

dengan menggunakan sifat sin  


e  e 
2i
dan sin 2   
4

1 i
e  e  i 
2

;
e i
e 
i 2
 4 sin 
2

Pers.(16) menjadi:
 Ka 
 m 2  4 sin 2   (17)
 2 
Berdasarkan Pers.(17), frekuensi sudut akibat vibrasi atom, yaitu

2
  Ka  (18) Jika
sin   c  a dan   m/ a , Pers.(18) menjadi:
m  2 

2 c  Ka  2  Ka  (19) Pers.(19) disebut


 sin    v p sin  
a   2  a  2  pers. relasi dispersi
c
vp  Keceptan phase

2 c  Ka  2  Ka 
 sin    v p sin   (19)
a   2  a  2 
 Ka  Ka
Pada frekuensi rendah, yaitu ketika K → 0, nilai sin  
 2  2
shingga Pers.(19) menjadi ω
2 Ka
  vp  vpK (20)
a 2 Daerah
 Brillouin I
Dengan demikian, berlaku v p  (20)
K
-π/a 0 π/a K
Perubahan frekuensi sudut terhadap
vektor gelombang K disebut kecepatan Gambar 4 relasi dispersi
group partikel.
d  2v p  Ka 
vg  (21) vp    sin  (22)
dK K Ka  2 
Pada frekuensi tinggi, kecepatan phase
d  Ka 
dan kecepatan group partikel dapat vg   v p cos  (23)
ditulis: dK  2 
ω

ω0

K
-K3 -2π/a -K2 -π/a -K1 0 K1 π/a K2 2π/a K3 3π/a
Brillouin I
Brill.III Brill.II Brill.II Brill.III

Gambar 5 Hubungan dispersi sebagai fungsi nilai K


dengan dearah Brillouin


Pada frekuensi   2 m
mewakili frekuensi sudut maksimum

dan   2a

Pers.(19) memberikan K
a
Vibrasi kisi diatomik
M m

Keadaan setimbang a a
2a

Keadaan bergerak
u2n-3 u2n-2 u2n-1 u2n u2n+1 u2n+2
u2n+3
Gambar 6 Kisi diatomik satu dimensi pada
keadaan setimbang dan terganggu
Pada vibrasi satu dimensi kisi diatomik, jarak antar dua atom yang
berbeda adalah a dengan massa yang berbeda masing-masing m dan M
(m < M) yang diletakan saling bergantian sepanjang sumbu–X. Jarak
antara dua atom yang sama adalah 2a
Simpangan yang terjadi ketika atom-atom bervibrasi adalah u2n

Hukum III Newton, Berlaku:


d 2u 2 n
F2 n  m 2
  u2 n 1  u2 n 1  2u2 n  (22)
dt
d 2u 2 n
F2 n  m 2
  u2 n 1  u2 n 1  2u2 n  (22a)
dt
d 2 u 2 n 1
F2 n 1 M 2
  u 2 n  2  u 2 n  2u 2 n 1  (22b)
dt
d 2 u 2 n 1
F2 n 1 M 2
  u 2 n 1  u 2 n 1  2u 2 n  (22c)
dt

d 2 u 2n2
F2 n  2 M   u 2 n 3  u 2 n  2  2u 2 n  2  (22d)
dt 2
Misalkan penyelesaian Pers.(22) adalah

u2n  Ae i t 2 Kna  (23a)

i t 2 n 1Ka  (23b)


u2n1  Be

u2n1  Bei t 2n1Ka  (23c)

u 2n2  Bei t 2n2 Ka  (23d)


Pers.(23) dimasukan ke Pers.(22), diperoleh


 m 2 A  B e iKa  e iKa  2A  (24a)

 m 2 B  Ae iKa
 e iKa   2 B (24b)

dengan menggunakan sifat 2 cos Ka  e


iKa
 e iKa , Pers.(24) menjadi

2   mA  2 cos KaB  0


2
(25)
2 cos KaA  2   M B  0
2

Dalam bentuk matriks, Pers.(4.40) dapat ditulis:

2   2 m  2 cos Ka
0
 2 cos Ka 2   M
2

2   m2   M   4
2 2 2
cos2 Ka  0

2 m  M  2 4 sin 2 Ka
 
4
  0 (26)
mM mM
2 m  M  2 4 sin 2 Ka
 
4
  0 (26)
mM mM
2
   
2
1 1 1 1 4 sin Ka
2           (27)
m M  m M  mM
Pers.(27) merupakan Persamaan relasi dispersi untuk kisi diatomik.
Untuk kisi monoatomik, Pers.(27) menjadi
 Ka   Ka 
2 sin (28) 2 sin   (18)
m 2 m  2 

Nilai frekuensi sudut (ω2) pada Pers.(27) adalah


2
   
2
1 1 1 1 4 sin Ka
 2            (29a)
m M  m M  mM

2
   
2
1 1 1 1 4 sin Ka
 2            (29b)
m M  m M  nM
Ketika K →π/2a, nilai sin(Ka) = 1 sehingga Pers.(29a) menjadi
2
1 1  1 1  4
2           
m M   m M  mM
1 1  1 1 
2         
m M  m M 
2
  (30)
m
Ketika K→0, nilai sin(Ka) →Ka sehingga Pers.(29b) menjadi
2
1 1  1 1  4 Ka
          
2

m M  m M  nM

1 1  1 1  4K 2 a 2  mM 
2
2
         1
2
    2  K 2a2
m M  m M  mM mM  mM
(31)
   4 K a  2
2
1 1  mM
2 2
 2      1 1      Ka
 m M   mM  mM  mM
1 1  mM 
 2      1  1  2 K 2 a 2  ...
m M  m  M 2 
ketika K→ π/2a dan m = M, Pers.(31) menjadi
2
    (32)
m

ω 1 1 
   2   
 m M

2 Cabang optik 2
   
m m
Pita terlarang
2 2
   
M M
Cabang akustik mM

-π/2a Daerah Brillouin I π/2a


Gambar 7 relasi dispersi untuk kisi diatomik pada
cabang optik dan cabang akustik
Ada dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan frekuensi vibrasi kisi
diatomik, yaitu
a) Jangkauan frekuensi yang diijinkan dari perambatan adalah terbagi
dalam dua cabang, yaitu bagian atas disebut cabang optik (optical
branch) dan bagian bawah disebut cabang akustik (accustical branch)
(Gambar 7). Cabang akustik berkaitan dengan kurva relasi dispersi
untuk kisi atomik, sedangkan cabang optik berkaitan dengan perbedaan
bentuk gerakan gelombang.
b) Ada sebuah pita frekuensi diantara dua cabang dimana pita tersebut
tidak terisi elektron yang disebut pita frekuensi terlarang. Hal ini berarti
bahwa tidak mungkin terjadi peristiwa vibrasi pada frekeunsi tersebut.
Lebar pita ini bergantung pada perbandingan m/M. Jika perbandingan m
dan M semakin besar, lebar pita ini juga semakin besar. Keberadaan pita
ini merupakan ciri khas dari gelombang elastis dalam kasus kisi
diatomik. Jika m = M, cabang optik dan cabang akustik menyatu
sehingga pita terlarang tidak ada.
Vibrasi Cabang optik dan akustik
Untuk cabang optik terjadi pada K → 0 sehingga nilai cos(Ka) = 1
2   mA  2 cos KaB  0
2

2 cos KaA  2   M B  0


2
(25)

2   mA  2B  0  m A  2A  2B


2 2

2A  2   M B  0   M A  2A  2B


2 2

2  A  B  2  A  B  A M
2    (33)
mA MA B m

Pers.(33) mengindikasikan bahwa dua


atom bervibrasi dalam arah berlawanan
dan amplitudo mereka berbanding
terbalik terhadap massa mereka
sehingga pusat massa dari sel satuan Arah gerak atom untuk
tidak berubah. cabang optik
K 2a2
Cabang akustik terjadi ketika K →0 sehingga nilai cos Ka  1   ...
2
2   mA  2 cos KaB  0
2

2 cos KaA  2   M B  0


2

 K 2a2   K 2a2 
 
2    m A  2  1 
2
 B  0   m A  2 A  2 B1 
2

 2   2 
 K 2a2   K 2a2 
2  1   
 A  2    M B  0   M A  2  1 
2 2
 A  2 B
 2   2 
2
 mA  MB  K a   A  B 
2 2 2 ;   Ka
mM
2
K 2a2 mA  MB  K 2 a 2   A  B 
mM
2mA  MB  m  M  A  B    1 (34)
A
B
Pers.(4.54): Dua atom yang berbeda
massa bergerak dalam arah yang sama
dengan besar amplitudo yang sama dan Arah gerak atom untuk
pergerakan pusat massa mereka sama cabang akustik
Teori Klasik kapasitas panas zat padat
Kapasiats panas suatu material didefinisikan sebagai banyaknya panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu material sebesar satu derajat Celsius.
dQ
C
dT
dengan dQ adalah jumlah panas yang ditambahkan ke dalam sistem untuk
menaikkan suhu benda dari T menjadi T + dT.
Kalor jenis (c) suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan persatuan
massa per satauan perubahan suhu.
C dQ
c 
m mdT
Kalor jenis ada dua, yaitu kalor jenis pada volume konstan (cv) dan kalor jenis pada
tekanan konstan (cp). Pada tekanan konstan, kalor jenisnya merupakan
penjumlahan kalor jenis pada volume konstan dengan tetapan umum gas ideal (R):
c p  cv  R
Perbandingan antara kalor jenis pada tekanan konstan (cp) dan volume konstan
(cv) disebut tetapan laplace (γ).
cp  dQ   dE   dQ   dE 
 ; cv       c
; p      
cv  dT  v  dT  v  dT  p  dT  p
Panas jenis zat padat merupakan penjumlahan panas jenis kisi yang
diakibtakan oleh gerakan vibrasi atom dalam kisi kristal dan panas jenis
elektronik

c zatpadat  ckisi  celektronik

Kontribusi kapasitas panas yang ditimbulkan oleh vibrasi atom dalam kisi
kristal lebih besar daripada kapasitas panas jenis elektronik. Dengan
demikian, kapasitas panas yang ditinjau di sini adalah kapasitas panas yang
ditimbulkan oleh kisi kristal
Fakta eksperimen: Kapasitas panas zat padat
• Beberapa fakta eksperimen yang berkaitan dengan
kapasitas panas beberapa zat padat inorganik, yaitu
– Kapasitas panas kebanyakan zat padat pada suhu kamar
nilainya mendekati 3NkB. Untuk satu mol atom, kapasitas
panasnya adalah 3NakB dengan Na adalah bilangan
Avogadro.
– Pada duhu rendah (T → 0 K), kapasitas panas mengecil
dengan tajam dan untuk material isolator sebagai fungsi T3
dan disebut memenuhi hukum-T3. Sedangkan pada material
logam, kapasitas panas sebagai fungsi linear suhu (T) dan
memenuhi hukum – T. Pada bahan superkonduktor,
penurunan kapasitas panas sebagai fungsi suhu lebih cepat
dibandingkan pada isolator dan logam.
– Dalam bahan zat padat magnetik, kapasitas panas meningkat
mendekati suhu Curie ketika momen magnetik menjadi
teratur.
Teori Klasik kapasitas panas zat padat
• Secara klasik: kapasitas panas (CV) zat padat pada suhu kamar
adalah Cv  3Nk B

• Berdasarkan teori yang dikaji oleh Dulong dan Petit: kapasitas


panas molar seluruh zat padat bernilai konstan dan tidak
bergantung pada suhu dan frekuensi. Gejalah ini disebut hukum
Dulong dan Petit. Hasil ini sesuai dengan kapasitas panas yang
diamati pada sejumlah zat padat termasuk logam pada suhu tinggi
dan pada suhu kamar. Teori Dulong–Petit gagal pada suhu rendah.

Sebuah kristal tersusun atas atom-atom yang tersusun secara teratur dan
terikat oleh sebuah gaya ikat yang kuat. Setiap atom bebas untuk bervibrasi
di sekitar titik kesetimbangan dalam ruang tiga dimensi. Pengaruh energi
dalam terhadap sebuah zat padat adalah untuk meningkatkan energi
dalamnya dalam bentuk energi vibrasi atom-atomnya.
Dalam teori klasik, setiap atom dalam sebuah kristal berkelakuan sebagai osilator
harmonik tiga dimensi dan seluruh atom-atom bervibrasi saling bebas dengan
yang lain.
Energi vibrasi didistribusikan secara merata di antara seluruh tiga derajat
kebebasan. Selain itu, vibrasi setiap derajat kebebasan dapat dianggap
sebagai osilator harmonik satu dimensi.

Dalam teori klasik, atom-atom yang berkelakuan sebagai silator harmonik


bervibrasi dengan frekuensi alam ω0 yang sama, tetapi energi vibrasinya
bisa berbeda karena atom-atom bervibrasi dengan amplitudo yang berbeda.

Untuk menentukan kapasitas panas zat padat, perlu ditentukan terlebih dahulu
energi rata-rata osilator harmonik satu dimensi. Energi total osilator harmonik
bermassa m dan frekuensi ω0 , yaitu

p2 p2 1
  V x    m 02 x 2
2m 2m 2
Energi rata-rata osilator harmonik
Pada perhitungan energi rata-rata, atom-atom bervibrasi memenuhi distribusi
distribusi Maxwell-Boltzmann.
  
  exp  k BT d
  p2 p2 1
;   V x    m 02 x 2
   2m 2m 2
 exp  k BT d
 p2 1 2 2  p2   m 02 x 2 
p x  2m  2 m0 x  exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx

 
 p2   m 02 x 2 
p x exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx
 p2   p2   m 02 x 2 
p x  2m  exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx
  +
 p2   m 02 x 2 
p x exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx

1 2 2  p2   m 02 x 2 
p x  2 m 0 x  exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx

 p2   m 02 x 2 
p x exp  2mk BT  exp  2k BT dpdx

 p2   p2  1 2 2  m 02 x 2 
p  2m  exp  2mk BT dp x  2 m 0 x  exp  2k BT dx
  +
 p2   p2   m 02 x 2 
p exp  2mk BT dp x exp  2mk BT  exp  2k BT dx

1 
 x 2
exp 
 ax 2

dx 
4 a3

;  exp ax 2 dx  1 
0
0
2 a
3 1/ 2
1   2 k BT  
1

 2mk BT 3 1/ 2
    
2 
4   m0  
 m0  
1 4 1
  2

2m 1  2mk T 1/ 2 2 1   2 k BT  
1/ 2

2
B
  
2 
2   m0 
1 1
  k BT  k BT  k BT Untuk 1D
2 2

Energi total vibrasi untuk N atom:

E  3 N  3 Nk B T

Energi total vibrasi sebuah kristal tidak bergantung pada distribusi


frekuensi osilator, tetapi hanya bergantung pada suhu. Dengan demikian,
kapasitas panas jenis zat padat yang mengandung N atom adalah
Cv  3Nk B
Berdasarkan teori klasik, kapasitas panas molar seluruh zat padat adalah
konstan dan tidak bergantung pada suhu dan frekuensi. Gejalah ini disebut
hukum Dulong dan Petit. Hasil ini sesuai dengan kapasitas panas yang
diamati pada sejumlah zat padat termasuk logam pada suhu tinggi dan pada
suhu kamar. Teori Dulong – Petit gagal pada suhu rendah. Pada

Pada suhu rendah, kapasitas panas meningkat dengan meningkatnya suhu.

Perubahan Kapasitas Panas tehadap


suhu
Teori Einstein: kapasitas panas zat padat
Asumsi-asumsi yang digunakan oleh Einstein adalah
1) Sebuah kristal terdiri atas atom-atom yang dapat dianggap
sebagai osilator harmonik yang identik dan saling bebas.
2) Sebuah zat padat yang mengandung N atom ekivalen dengan 3N
osilator harmonik satu dimensi.
3) Seluruh atom-atom bervibrasi dengan frekuensi natural yang
sama sebagai akibat dari keidentikan atom-atom.
4) Osilator-osilator adalah osilator-osilator kuantum dan mempunyai
spektrum energi diskrit
5) Sejumlah osilator berada dalam keadaan kuantum yang sama.
6) Bentuk asilator atomik merupakan sebuah asembli sistem yang
terbedakan atau dapat diidentifikasi akibat lokasi pada pemisahan
dan pembedaan kisi. Dalam hal ini atom-atom memenuhi
distribusi maxwell-Boltzmann.
Energi rata-rata vibrasi atom-atom berdasarkan teori Einstein:

 n 
  n exp  
n 0
    k BT 
 n 
 exp  
n 0  k BT 

 1   1  
  n  
 0
 exp    n   0 
n 0  2   2  k BT 
 

  1   0 
 exp  
   n   
2  k BT 
n 0 

 1   1 
 0   n   exp   n   x 
n 0  2   2 
  
  1 
 exp 
   n   x 
n 0   2  

1 3 5 
 0  e x / 2  e 3 x / 2  e 5 x / 2  ...
  2 2 2 

e x / 2  e 3 x / 2  e 5 x / 2  ... 
1 3 5 
 0  e x / 2  e 3 x / 2  e 5 x / 2  ...
   2 2 2 
 
e x / 2  e 3 x / 2  e 5 x / 2  ...

ae ax  bebx
d
dx
 
Ln e  e
ax bx
 ax
e e
1

bx
ae  be  ax
ax bx

e  e bx
 
   0
d
dx

Ln e x / 2  e 3 x / 2  e 5 x / 2  ... 
   0
d
dx
 
Ln e x / 2 1  e x  e 2 x  ... 
   0
d x

dx  2
x 
 Ln 1  e   

 
 
 
1 ex  1 ex   1 1 
   0      0    x    0  
2 1 ex

 2 e 1  2 

  
e B  1 
0

 k T

  
  
1  0
   0 
2  0 
 e k BT  1
 
 
Energi dalam :
3 3N
U  3N  N 0  0
2
e k BT  1
Hasil yang diperoleh dari kajian Einstein:

3 3N
Energi dalam: U  3N  N 0  0
2
e 1
k BT

0
2
 U    0  e k BT

Kapasitas Panas: CV     3Nk B  


 T V 0 2
 B   kT
k T 
 e B  1
 E 
 T 
E 
2
 U  e
CV     3Nk B  
 T V   
T  E

2

 e  1
T
 
 
 0
E 
kB
Ketika: T   E k BT  0
E E 0

e 1  e
T T
e k BT

Energi rata-rata :
0 energi vibrasi rata-rata menurun

1
   0   0 e k BT secara eksponensial dengan
penurunan suhu
2
Kapasitas Panas:
E
E 
2

CV  3Nk B   e T

T  
E
T
Pada suhu rendah, kapasitas panas sebanding dengan e
Secara eksperimen, kapasitas panas zat padat sebanding dengan T3.
Ketika suhu tinggi: T   E k BT  0
E
0 0
e T
1  1  ...  1 
k BT k BT
1
Energi rata-rata:    0   0  k B T
2
Pada suhu tinggi, energi vibrasi rata-rata sesuai dengan hasil teori klasik

Kapasitas Panas:
  0 

2 1 

  E   k BT    0 
CV  3Nk B    3Nk B 1  
 T    0 
2
 k BT 
 
 k BT 
 0
CV  3Nk B  3R 0 Suhu >> 0
k BT
Pada suhu tinggi, kapasitas panas sebanding suhu. Hasil ini sesuai
dengan yang diperoleh oleh Dulong dan Petit dari teori klasik.
• Dengan demikian model Einstein
memberikan hasil yang sesuai dengan hasil
eksperimen dan teori klasik pada suhu
tinggi. Sedangkan pada suhu rendah, hasil
kajian Einstein tidak sesuai dengan teori
klasik.
• Kegagalan model Einstein ini disebabkan oleh asumsi
bahwa atom-atom bervibrasi saling bebas dengan
frekuensi natural yang sama. Dalam kenyataannya,
atom-atom yang berprilaku sebagai osilator-osilator
atomik ini tidak saling bebas, saling terkopel satu sama
lain. Kekurangan model Einstein ini diperbaiki oleh
Debye yang terkenal dengan nama Model Debye
kapasitas panas zat padat.
Contoh soal
Tentukanlah harga kapasitas panas dari sistem osilator Einstein untuk a)
T = 0,05 θε, b) T = θε, c) T = θε

Penyelesaian
 1
Untuk T = 0,05 θε →   20
T 0,05

 
exp    exp20   1
T 
2
     
Cv  3R  exp     3R20 2 exp  20   2,47  10 7 R
T   T 
Untuk T = θε →    1
T
 
exp  
exp1
2
  T   R1
2,718
Cv  R   R  0,92 R
2
 2
exp1  12
2,718  12
T      
exp   1

  T  
 1
Untuk T = 50 θε →   0,02  1
T 50

 
exp    exp0,02   1
T 

Cv  3R
Teori Debye: kapasitas panas zat padat
• Debye menganggap bahwa gerakan vibrasi atom-atom
dalam kisi kristal secara keseluruhan ditinjau ekivalen
dengan gerakan vibrasi sistem kopel osilator harmonik
yang dapat merambat pada sebuah jangkauan frekuensi
dari pada frekuesi tunggal. Debye mengusulkan bahwa
kristal-kristal dapat merambat gelombang elastis yang
panjang gelombangnya dari frekuensi rendah
(gelombang bunyi) sampai dengan frekuensi tinggi (
serapan inframerah). Ini berarti bahwa kristal dapat
mempunyai sejumlah mode vibrasi. Jumlah mode vibrasi
persatuan jangkauan frekuensi disebut rapat mode
(density of modes).
• Debye menganggap bahwa atom-atom bervibrasi
dengan frekuensi alamiah yang berbeda.
Hasil-hasil Debye:
Pada suhu Tinggi: T >> θD x  1

Energi dalam:
3 /T
T  D
x3 hvD hvD  D
E  9 Nk B T   
hv
dx ; x  k T ; xm  ; D  
D  0 ex 1 B k BT kB kB

3 /T 3 /T
T  D
x3
T  D

E  9 Nk B    dx  9 Nk B    dx  3Nk BT
2
x
D  0 x D  0
2
x
Kapasitas panas: e x  1  x   ...
2
 E 
CV     3 Nk B  CV  3R, N  N a
 T V
Pada suhu tinggi: Teori Debye sesuai dengan teori klasik (hukum Dulong
dan Petit, dan juga teori Einstein.)
D
Pada suhu rendah: T   D ,  xm   
T
Energi dalamnya:
3 3
T  x3
T  4 3 4 T4
E  9 Nk B T 
D


0 e x  1dx  9 Nk BT   D     Nk B 3
 15 5 D
Energi vibrasi sebanding dengan T4 yang juga sesuai dengan hukum
Stefen pada radiasi benda hitam

Kapasitas panasnya :
 3 4 T 4

   Nk B  
 5 
    12  4 Nk T 3  12  4 R T
3
  
3
E
CV    
D

 T  T  T  
B 3 3
 5 D 5 D
 
 
Juga pada suhu rendah, kapasitas panas sebanding dengan T3. ini
disebut hukum T3 Debye.
Contoh soal
Intan mempunyai suhu Debye 1860 K. Tentukanlah panas jenis intan pada suhu
50 K!

Penyelesaian
Diketahui:
Suhu Debye θD = 1860 K, T = 50 K.
Ditanya : Cv = …?

T 50
  0,027  1
D 1860

123,14 
3
12 T4
 4
CV  R   R0,027   4,6  10 3 R
3

5 D  5
Contoh soal
Tentukanlah besarnya panas jenis suatu material pada suhu 300K jika diketahui
 rot  2,09 K dan
 vib  810 K
Penyelesaian
Ditanya : Cv = …?
Untuk menghitung kapasitas panas akibat gerak rotasi dan vibrasi digunakan
perumusan kapasitas panas oleh gerak translasi dengan mengganti suhu
karakteristik dengan suhu rotasi atau suhu vibrasi.

   2,09 
exp rot  2 exp 
 
2
 T   2,09   300 
CVrot  R rot   R  
 T     rot    300    2,09  
2 2

exp T   1 exp 300   1


       
1,007
CVrot  4,85  10 5 R   0,9967 R  R
1,007  12
  vib   810 
exp  exp 
 
2 2
 T   810   300 
CVvib  R vib   R  
 T     vib    300    810  
2 2

exp T   1 exp 300   1


       

14,88
CVrot  7,29 R   0,56 R
14,88  12

Kapasitas panas total adalah


3
CV  CVtrans  CVrot  CVvib  R  R  0,56 R  3,06 R
2
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai