Anda di halaman 1dari 23

KONSEP FISIKA MODERN

Radiasi benda hitam dan teori Plank


Radiasi termal
: Radiasi tergantung pada temperatur dan
T sifat dari benda.

Warna-warna dari sebuah filamen Tungsten


– Hitam
– Merah
– Kuning
– Putih

• Pandangan teori fisika klasik


Radiasi termal terjadi karena adanya partikel bermuatan yang
dipercepat dekat dengan daerah permukaan.
 Tidak benar!
• Radiasi benda hitam

Semua cahaya diserap.


Tetapi radiasi tergantung pada
temperatur bagian dalam dinding
bola.
max T  0.2898 10 2 m  K
Hukum pergeseran Wien’s.

Teori klasik
Intensitas

Hasil percobaan

Panjang gelombang
• Plank --- Menjelaskan peristiwa radiasi benda hitam dengan
dua asumsi dihubungkan dengan muatan yang berosilasi.

1. Energi radiasi terkuantisasi.

En  nhf

2. Resonator memancarkan energi, yang dikenal dengan foton.

E  hf

Plank sukses karena selalu menghasilkan kurva yang sama untuk


gejala radiasi benda hitam.
Tetapi tidak seorangpun termasuk Plank sendiri tidak dapat
menerima konsep kuantum. Ini disebabkan mungkin asumsi yang
dikemukakan tidak realistik.
Efek Fotolistrik
Efek Fotolistrik

Pertama kali ditemukan oleh Herz pada 1887.

Vs : Potensial penghenti


(tidak bergantung pada intensitas radiasi)

• Energi kinetik elektron, K


K max  eVs

• Karakteristik dari percobaan efek fotolistrik


i) Frekuensi ambang, fc
f  fc  Tidak dihasilkan efek fotolistrik
ii) Kmax tidak bergantung pada intensitas cahaya.
iii) K max  f
iv) Efek fotolistrik terjadi sangat cepat atau sesaat ( ~ 10-15 sec.)
• Einstein (1905)
Mempelajari lebih konsep kuatum dari Plank’s
Eneri dari gelombang elektromagnetik
 Foton
Setiap foton cdapat memberikan energinya pada satu elektron.

K max  hf  
Fungsi kerja
hfc  

Enegi ikat minimum elektron pada inti logam


(~ 3-6eV)

i)   hfc Frkuensi ambang


ii) K max  hf  
iii) K max  f
iv) Teori cahaya sebagai partikel

Kmax

Panjang gelombang ambang


c c hc
c   
fc  / h 
fc f
Efek Compton
• Einstein
E  hf Energy

p  hf E Momentum
c c

• Holly Compton dan Peter Debye pada 1923 melakukan


suatu percobaan untuk membuktikan pendapat Enstein
tentang konsep gelombang E  hf
partikel.
pE c
Efek fotolistrik (hamburan sinar-x):
Momentum total dari pasangan foton-elektron
harus memenuhi hukum kekekalan momentum.

(a) Model klasik

Doppler effects
(b) Model Kuantum

h
   0  (1  cos ) Pergeseran Compton
me c
 p0  p  p  p , p
h
c   0.00243 nm Panjang gelombang Compton
me c

Percobaan Compton’s

0  0.071nm
Contoh
0  0.200000 nm   45
  c (1  cos )  c  (1  1 / 2 )  0.000710 nm

   0.200710 nm
E / E  0.00354

Foton dan Gelombang Elektromagnetik

• Cahaya memiliki dua sifat, sebagai Gelombang & Foton (partikel).


Frekuensi rendah: panjang gelombang panjang
 Cahaya lebih bersifat gelombang
Frekuensi tinggi: panjang gelombang pendek
 Cahaya lebih bersifat partikel
Sifat gelombang dari partikel
Particle also has a dual nature!!

In 1923, Louis Victor de Broglie (Ph. D. dissertation) postulated


an electron also has a dual nature.
Perhaps all forms of matter have wave as well as particle
properties.
E h h
• Photon: E  hf p   
c  p
The wavelength of photon can be defined by the momentum.

• Elektron: p  mv
gelombang
de Broglie  h h
p mv : panjang gelombang
de Broglie
f E
frekuensi partikel h
Kuantisasi momentum sudut pada menurut Bohr
de Broglie ; sifat dualisme partikel
Teori Bohr’s : Teori Semiklasik

Bentuk gelombang berdiri


n  2r n  1,2,3,
h h
r
  
p me v
nh h
 2r , me vr  n  n
me v 2
Momentum sudut
L  me vr  n Kuantisasi dari momentum sudut

Gelombang berdiri: frekuensi diskrit


Jika n  2r , tidak ada gelombang berdiri  tidak ada orbit
terdekat.
• De Broglie (1923):
Semua partikel memiliki sifat ganda, yaitu gelombang dan partikel.
Sehingga sebuah elektron harus dapat menunjukkan gejala difraksi
dan interferensi.
• Percobaan Davisson-Germer (1927):
Mengukur panjang gelombang elektron.
Sasaran kristal NiO

Pola difraksi terjadi karena sinar elektron.


Percobaan dilakukan juga dengan sasaran berbagai jenis
kristal tunggal
h
Kesimpulan p

• G. P. Thomson (1928)
Pola difraksi elektron, dari elektron-elektron yang
bergerak melewati sebuah lapisan logam emas

• Atom Helium, atom Hydrogen, dan Neutron juga menunjukkan


pola difraksi.
 Gelombang materi merupakan sifat umum partikel artinya
bahwa dalam kondisi tertentu partikel dapat berperilaku sebagai
gelombang.
Percobaan Celah-Ganda


D sin   Minimum
2
h

px

 h
sin     
2 D 2 Dpx

Banyaknya elektron yang dideteksi untuk


pola/spot tertentu sebanding dengan
intensitas dari dua gelombang partikel yang
berinterferensi.
Bagaimana kita memahami karakter dari gelombang elektron?
 
Foton  Glb. Elektromagnet E, B
I  E2  Gejala interferensi

 : fungsi gelombang

I     *
2

   1  2

I    1   2
2 2 2

  1   2  2 1  2 cos
2 2

• Melalui celah mana elektron bergerak? Celah 1 atau celah 2


Prinsip Ketidakpastian
1927 Werner Heisenberg

• Prinsip ketidakpastian Heisenberg


Suatu pengukuran posisi yang dilakukan dengan presisi x, dan
pengukuran momentum yang dilakukan dengan presisi px.


x  p x 
2
Pada dasarnya tidak mungkin melakukan pengukuran posisi dan
momentum partikel secara bersamaan diperoleh hasil yang sangat
akurat atau memiliki akurasi tinggi.
Hal yang sama: 
E  t   Waktu hidup partikel
2

h h
p p x 
 
Posisi elektron: x    px  x  h

px  x  h
Interpretasi dari Mekanika Kuantum
de Broglie ; gelombang partikel
Max Bohr ; Menjelaskan energi atom diskrit.
Schrödinger ; Persamaan Gelombang.

Sebuah partikel dinyatakan oleh sebuah fungsi gelombang (x, y, z,


Rapat probabilitas:
P( x )dx   dx
2


 P( x )dx    dx  1
2


x   x  dx
2 Nilai harap
 Rata-rata posisi, x

h

px
 2x 
2  ( x)  A sin    A sin kx
k   
 x  Ae  ikx

Jika k diketahui, maka p  0  x  


Elektron bergerak (paket-gelombang)

( x ) 2  ( x  x ) 2

 x2  2x x  x
2

 x2  2 x  x
2 2

 x2  x
2

(p ) 2  p 2  p
2
Partikel dalam Kotak
Dalam teori klasik

Dalam teori mekanika kuantum


 ( x)  A sin kx Dari persamaan Schrödinger
x  0  ( x)  0
Kondisi batas
x  L  ( L)  0
kL  n
k  n n  1,2,3,
L
n
 ( x )  A sin x Analogi gelombang berdiri
L

gelombang de Broglie
n 2L
L 
2 n
h h nh
p  
 2L / n 2L
1 2 p2  h2  2
En  mv    n
2 
n  1,2,3,
2 2m  8mL 
Kuantisasi Energi!!

Energi dari suatu partikel terkuantisasi.

 h2  2
En   n
2 
 8mL 

Contoh. (i) massa bola = 1g , L = 1 m


m = 10-3 kg , h = 6.63 × 10-34 J·s
En = 5.5 × 10-65 n2 J

Jika v = 10 m/s , E  1 mv2  0.05 J


k 2
n ~ 3.2 1031 Nilai yang sangat besar
(ii) Sebuah eektron L = 1 nm = 10-9 m
m = 9.11 × 10-31 kg E1  0.4eV
En  6 10 18 n 2 J  0.4n 2eV E2  1.6eV
1eV  1.6 10 19 J E3  3.6eV
10. Persamaan Schrödinger

 ( x)  A sin kx k  2  h
 p

k  2h p  p

p
( x )  A sin x

d ( x ) p p
 A cos x
dx  
d 2 ( x)
2 2
 p  p
   A sin kx     ( x)
 
2
dx
d2
 p  
2 2

dx2
1 2 p2
Ek  mv 
2 2m
p2 h2 d 2
Ek ( x)   ( x)   2
 ( x)
2m 2m dx
d2 2m
2
 ( x )   2
Ek ( x)
dx 
Sebuah partikel di dalam potensial U(x)
Ek  E  U
d2 2m
2
   2
( E  U )
dx 
• Persamaan Schrödinger diperoleh dari persamaan gelombang.
( x ,t )  A sin( kx  t )
( x ,t )  Ae i( kxt )
2 h
k   p  k
 p
 2
p 2 ( x ,t )   2 k 2 ( x ,t )   2 2 ( x ,t )
x

E  hf  h   
2
  
E ( x, t )   ( x, t )    ( x , t )  i  ( x , t )
i t t
2
p
E  Ek  U  U
2m
 2 2
i  ( x, t )    ( x, t )  U ( x, t )
t 2m x 2

Bentuk umum:
   2 2   Persamaan
i  ( r , t )      U  (r , t )
t  2m  Schödinger bebas
waktu
Bergantung waktu  E nilainya pasti t  
  2 2  
E (r )     U  (r )
 2m 
Energi total Energi kinetik Energi potensial
Bentuk sederhana dari persamaan Schödinger satu-dimensi
 2 2 
E ( x )     U  ( x)
 2m x
2

d2 2m
2
 ( x )   2
E ( x )   k 2
 ( x)
dx 
2mE
k

 ( x)  C1eikx  C2e ikx
 (0)  C1  C2  0 Kondisi batas
pada x=0
C2  C1
 e ikx  e  ikx 
  ( x)  2iC1  
 2i 
sin kx
 ( x)  A sin kx
 ( L)  A sin kL  0  kL  n Kondisi batas
pada x=L
2mE n
k 
 L
 2 2 2  h 2  2
E 2
n   n
2 
2mL  8mL 
 nx 
 ( x)  A sin  
 L 
Bagaimana menentukan nilai A?

 ( x)  P
2

L L  nx 
  ( x) dx  1   A2 sin 2 
2
dx
0 0
 L  0
A2 L   2 n  
 
2 0 1  cos
 L 
x  dx

A2
 L 1
2
1/ 2
2
 A 
L

 nx 
12
2
 ( x )    sin 
L  L 
11. Menerobos Penghalang

T  e 2 L Transmitansi
jika T  1
di mana
2m( U  E )


0 d d+L D T  R 1
Jika sebuah elektron berada pada sumur potensial tertentu,
berapa kemungkinan mendapatkan elektron di setiap daerah?
Pada daerah I
2 d 2  1( x )  A sin kx
E 1 ( x, t )   2
 1 ( x)
2m dx
Pada daerah II
 2 d 2 
E 2 ( x , t )    2
 U  2 ( x)
 2m dx 
d2
 2 x   2 U  E  2 x 
2m
2
dx 
2m( U  E )
  2( x )
2


 2 x   Be  x

Pada daerah III


d2 2m
2
 3 ( x )   2
E 3 ( x )   k 2
 3 ( x)
dx 
 3 ( x)  C1eikx  C2eikx
Kondisi batas-batas:
1 d    2 d 
 2 d  L    3 d  L 
 3 L   0

Keadaan ternormalisasi

 x  dx  0 1 x  dx  d  2  x  dx  L  d  3  x  dx
 2 d 2 Ld 2 D 2

1

Tentukan nilai-nilai A, B, C1, dan C2

Anda mungkin juga menyukai