Anda di halaman 1dari 14

Imbas Induksi Elektromagnetik

GGL imbas:

Eind =−N
1. Perubahan Fluks: dt

Eind =−L
2. Perubahan Arus: dt
dt 1 dt 2
Eind 1 =−M , Eind 2 =−M
3. Induksi Timbal Balik: dt 1 dt 2

4. Kawat Memotong Garis Gaya:


Eind =B . l. v sin α

I=E/R

5. Kumperan Berputar
Eind =N . B. A .ωsin ωt
Induktansi Diri:
φ
L=N
1. i
μ0 . N 2 . A
L=
2. ℓ
φ1 φ2
M =N 2 , M =N 1
3. i1 i2

μ 0. . N 1 . N 2 . A
M=
4. ℓ (Induktansi Ruhmkorff)

Transformator Np: Ns=Ep: Es

1. Ideal: Np: Ns=Is: Ip

Vp : Vs = Np : Ns

2. Tidak Ideal: Ps=η. Pp

Ket:
Eind =GGL Induksi B =induksi magnet
N =banyak lilitan A =luas permukaan
φ =fluks magnet L =induktansi diri
I =Kuat Arus, I = Eind/R Np =banyak lilitan kumparan primer
Ns =banyak lilitan kumparan sekunder ℓ =panjang kawat
Pp =Daya Kumparan Primer Ps =Daya Kumparan Sekunder
Ep =tegangan kumparan primer Es =tegangan kumparan sekunder
ω =kecepatan sudut M =induktansi Kirchoff
III. Teori Relativitas Khusus
Teori relativitas khusus dikemukakan oleh Albert Einstein setelah percobaan
Michelson dan Morley dapat membuktikan bahwa hipotesa tentang medium eter tidak ada
sama sekali.
Teori relativitas khusus didasarkan pada dua postulat, yaitu:
• Postulat I : Hukum-hukum fisika berlaku pada suatu kerangka koordinat S,
berlaku juga bagi kerangka koordinat yang lain (S'), yang bergerak
dengan kecepatan tetap relatf terhadap S.
• Postulat II : Nilai cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah mutlak/sama, tidak
tergantung pada gerak pengamat maupun sumber cahaya.

PENJUMLAHAN KECEPATAN RELATIVITAS

( v1 +v 2 )
v=

( 1+
v1 . v2
C2 )
v 1 = laju benda 1 terhadap bumi

v 2 = laju benda 2 terhadap benda 1


v = laju benda 2 terhadap bumi

C = kecepatan cahaya

 DILATASI WAKTU
Pengertian dilatasi waktu ialah selang waktu yang dipengaruhi oleh gerak relatif kerangka
(v). Mewakili waktu yang diukur oleh sebuah jam yang bergerak terhadap kejadian lebih besar yang
terjadi pada kejadian. Relativitas waktu bisa dirumuskan sebagai berikut:

 KONTRAKSI PANJANG

√ ()
2
v
L=Lo 1−
c
L = panjang benda pada kerangka bergerak

Lo = panjang benda pada kerangka diam

 MASSA RELATIVITAS

mo
m=

√ ()
2
v
1−
c
mo = massa diam

m = massa relativitas = massa benda dalam kerangka bergerak

 Kesetaraan Massa - Energi


Semakin cepat suatu benda bergerak maka semakin besar energi total (E) yang dimiliki
benda, karena massa relativitasnya bertambah besar

E= Ek + Eo
2 2
E = energi total = m.c Ek=( m=mo) C
Eo = energi diam = mo. c 2
Ek = energi kinetik benda
Catatan:
Pada pembahasan relativitas tidak berlaku hukum kekekalan massa karena massa
benda yang bergerak > massa benda diam, tapi hukum kekekalan massa energi tetap berlaku.
IV. DUALISME GELOMBANG PARTIKEL
 Gejala Foto Listrik
Emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran gelombang elektromagnetik
(cahaya) pada logam tersebut.
Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa :
a. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.
b. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi
cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang
diemisikan.
c. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam
tertentu sama.
Peristiwa-peristiwa di atas tidak dapat diungkap dengan teori cahaya Huygens.
Besar paket energi tiap foton dirumuskan Planck sebagai berikut :

E=h. f
E = Energi tiap foton dalam Joule.

f = Frekwensi cahaya.
h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det
Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat banyak.
Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Semakin besar intensitas cahaya semakin
banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.
Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya mampu
melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran dengan cahaya
yang
frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.
 Sifat Kembar Cahaya
Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang dimiliki
cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket energi (foton).
Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-partikel. Untuk
menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-tumbukan antara foton
dengan elektron. Kesimpulan yang diperolehnya menunjukkan bahwa foton dapat berlaku
sebagai partikel dengan momentum. Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya memiliki sifat
kembar, sebagai gelombang dan sebagai partikel.
 Hipotesa de Broglie
Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka wajarlah bila
partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian hipotesa yang
dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).
Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai hubungan
sebagai berikut :
Menurut Compton h.f h
Pfoton = Pfoton =
c λ

h
l=
p

Hubungan ini berlaku pula bagi partikel. Menurut de Broglie, jika ada partikel yang
momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai gelombang dengan panjang
gelombang
l = Panjang gelombang partikel.
p = Momentum partikel.
 Percobaan Davisson dan Germer
Momentum elektron :

√ 1
p=m . v= 2 .m . m . v 2
2
p=√ 2m. Ek
p=√ 2 . 9,1 .10-31 . 54 . 1,6 .10-19
p = 4 .10-24 kg m/det
Menurut de Broglie, panjang gelombang elektron :
h 6,6 . 10−34
l= = =1 , 65. 10−10
p 4 .10 −24
m
Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira
sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah terlampau lebar, tidak
menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau sempit, pola-pola difraksi
sukar teramati.
Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron adalah kisi
yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara deretan atom-atom kristal
bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal nikel.
Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat
menimbulkan pola-pola difraksi.Kini tidak disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal
sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh
de Broglie.
 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg
Prinsip ini dikemukakan oleh Heisenberg, karena adanya sifat dualisme cahaya.
"Pengukuran posisi dan momentum partikel secara serentak, selalu menghasilkan
ketidakpastian yang lebih besar dari konstanta Planck".

Dx.Dp= H

Dx = ketidakpastian posisi partikel


Dp = ketidakpastian momentum partikel

Panjang gelombang sinar elektron pada mikroskop elektron. Elektron bergerak di dalam beda
potensial mikroskop elektron, sehingga:

Ek = Energi listrik

1 2
2
mv =eVo →v=
√(
2 . e .Vo
m )
Panjang gelombang elektron (partikel) yang bergerak mengikuti rumusan de Broglie, yaitu:

h h
λ= =
m. v √ 2. e .m. Vo

Jadi panjang gelombang elektron di dalam mikroskop elektron berbanding terbalik dengan

akar tegangan ( √ Vo ) yang dipakai.

V. Radiasi Benda Hitam


 Hipotesis Planck
Berdasarkan percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck membuat hipotesis:
"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum energi
disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi".
Energi total foton (masa foton = 0):
n . h .c
E= =n . h . f
l

E = energi radiasi (joule)

h = konstanta Planck = 6.62 x 10-34 J.det


f = frekuensi radiasi (Hz)
l = panjang gelombang radiasi (m)
n = jumlah foton, jadi energi cahaya adalah terkuantisasi
Jadi dapat disimpulkan dari hipotesis Planck, bahwa cahaya adalah partikel
sedangkan Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang, disebut dualisme cahaya.
 Efek Foto Listrik
Peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila permukaan logam
tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi
kerja) logam.
Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton)
yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.
Energi kinetik foto elektron yang terlepas:

Ek = h f - h fo E = W0 + Ek atau Ek = E – W0

hf = energi foton yang menyinari logam


h fo = Fo frekuensi ambang = fungsi kerja
  = energi minimum untuk melepas elektron
E = muatan electron = 1.6 x 10-19 C

Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan
energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga
proses Bremmsstrahlung).
VI. Fisika Atom
 Struktur Inti Atom
Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (1P1) dan netron ( 0n1). Kedua partikel
pembentuk inti atom ini disebut dengan nukleon.
Simbol nuklida : ZXA atau ZAX dengan
A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom

 Jenis Nuklida
Isotop : Atom-atom unsur tertentu ( Z sama) dengan nomor massa berbeda.
Isoton: kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda.
Isobar: kelompok nuklida dengan A sama tetapi Z berbeda.

 Pengukuran Massa Inti


Ket:
m = massa isotop
F sentripetal=Florentz q = muatan isotop
r = jari – jari lintasan

v
2 B = induksi magnetik
m =Bqv E = kuat medan listrik
r
v = kecepatan partikel

Bqr
m=
v
Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon pembentuknya.
Mengakibatkan adanya energi ikat inti.

Misal: massa inti He < ( 2 m p +2 mn)


2
Energi Ikat DE=Dm . c

Dm=( Z . mp+N .mn )−minti

Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10-27 kg = 931 MeV/C2

 Gaya Inti

Adanya sejumlah proton dalam initi akan menimbulkan gaya Coulomb yang saling menolak.
Oleh karena itu diperlukan gaya yang dapat mengatasi gaya Coulomb tersebut dan mengikat
neutron dan proton yang disebut gaya inti.

 Stabilitas inti
Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1), sedangkan untuk
nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.
 Radioaktivitas
Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar a, b, g yang menyertai proses
peluruhan inti.
- identik dengan inti atom helium (2He4)
Sinar α :
- daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.
- identik dengan elektron ( le.)
Sinar β :
- daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil
- tidak bermuatan (gelombang elektromagnetik).
Sinar γ : - daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil   (interaksi berupa
foto listrik, Compton den produksi   pasangan).

Kuat radiasi suatu bahan radioaktif adalah jumlah partikel ( α , β ,γ ) yang dipancarkan tiap
satuan waktu.

R=I . N
R= kuat radiasi satuan Curie
      1 Curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan per detik.
l= konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis      pancaran radioaktif,
yangmenyatakan kecepatan peluruhan inti.
N= jumlah atom.

Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif berubah menjadi
unsur lain.

t
n=
( 12 )
0 ,693 n
T1
T 1= N ( t )=N 0
2
λ Ket: 2

                       

Jadi setelah waktu simpan t = T½ massa unsur mula-mula tinggal separuhnya, N = ½ No atau
setelah waktu simpan nT½ Þ zat radioaktif tinggal (½)n

Sinar radioaktif yang melewati suatu materi akan mengalami pelemahan intensitas dengan
rumus:

Ket:
−μx
I=I 0 e
I 0 =intensitas sinar radioaktif sebelum melewati keping
I =intensitar sinar radioaktif sesudah melewati keping
x =tebal keping
e =bilangan natural (2,71828)
v =koef pelemahan oleh bahan keping
Bila I = ½ Io maka x = 0,693/m Þ disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu tebal keping yang
menghasilkan setengah intensitas mula

 Jenis detektor radioaktif


1. Pencacah Geiger(G1M)
untuk menentukan/mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif
2. Kamar Kabut Wilson
untuk mengamati jejak partikel radioaktif
3. Emulsi Film
untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif
4. Pencacah Sintilad
untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel radioaktif.

 Reaksi Inti
Tumbukan antara partikel - partikel yang berenergi tinggi dengan inti atom akan
mengubah susunan inti tersebut sehingga terbentuklah inti baru yang berbeda dengan inti
semula (inti sasaran) disebut dengan reaksi inti.
Ket:
X = inti sasaran
X + a→Y + b+Q atau X ( a,b ) Y a = partikel penembak
Y = inti baru yang dihasilkan
b = partikel yang dipancarkan
Q = energi reaksi
1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga menghasilkan
dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.
Contoh: Dalam reaktor atom: U235 + n Þ Xe140 + Sr94 + 2n + E
2. Fusi
Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti atom baru yang lebih
berat.
Contoh: reaksi di matahari: 1H2 + 1H2 ® 2He3 + on1
 Piranti Eksperimen Fisika Inti
1. Reaktor Atom
Tempat berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U) dengan netron
(n), menghasilkan banyak n yang dapat dikendalikan. Bila tidak dikendalikan terjadi
bom atom.
Komponen reaktor :
- batang kendali
- moderator
- perisai
- bahan bakar
2. Siklotron
Tempat pemercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100 MeV.
3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.
4. Sinkrotron
Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.
5. Akselerator
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV. Semua piranti di
atas digunakan untuk melakukan transmutasi inti.

 Radiosotop
Radioisotop adalah isiotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan reaksi inti dengan
netron.
misalnya 92 U 238 + 0 n 1 ® 29 U 239 + g
Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri

 Pita Energi
Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan. Pita energi terdiri atas
dua jenis yaitu:
1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah jumlah atom suatu
bahan)
2. Pita konduksi (terisi sebagian elektron atau kosong) Di antara pita valensi dan pita
konduksi terdapat celah energi yang layak tidak boleh terisi elektron.
 Semikonduktor
Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Konduktor ( < 10-6 Wm)
2. Semikonduktor (10-6 Wm - 104 Wm)
3. Isolator ( > 104 Wm)

 Hubungan hambatan jenis (o) terhadap suhu


Pada bahan semikonduktor, hole (kekosongan) den elektron berfungsi sebagai
pembawa muatan listrik (pengantar arus). Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor
yang belum disisipkan atom-atom lain (atom pengotor).
Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang sudah dimasukkan sedikit
ketidakmurnian (doping). Akibat doping ini maka hambatan jenis semikonduktor mengalami
penurunan. Semikonduktor jenis ini terdiri dari dua macam, yaitu semikonduktor tipe-P
(pembawa muatan hole) dan tipe-N (pembawa muatan elektron).
Komponen semikonduktor:
1. Dioda, dapat berfungsi sebagai penyearah arus, stabilisasi tegangan dan detektor.
2. Transistor, dapat berfungsi sebagai penguat arus/tegangan dan saklar.Transistor
terdiri dari dua jenis yaitu PNP dan NPN.

Anda mungkin juga menyukai