Anda di halaman 1dari 6

6.

Prinsip Ketidakpastian Heissenberg

A. Hipotesis de Broglie

Pada tahun 1924, Luis de Broglie mengemukakan bahwa sifat dualisme cahaya juga dipengaruhi
oleh partikel yang bermassa. Dalam artian bahwa partikel bermassa mempunyai sifat yang sama dengan
foton, yaitu dapat berperilaku seperti gelombang dan juga seperti partikel. Dualisme yang dikemukakan
oleh de Broglie ini menjadi titik tolak berkembangnya mekanika kuantum. De Broglie juga menyatakan
bahwa untuk setiap partikel berenergi E dan bergerak dengan momentum p, selalu ada gelombang yang
berasosiasi dengannya, yang disebut gelombang de Broglie.

Hubungan besaran-besaran fisika untuk foton tersebut telah dibahas pada pokok bahasan efek
Compton. Kita mengingatnya sekarang dalam konteks yang lebih umum. Setiap partikel yang memiliki
energi E dan momentum p de Broglie gelombang frekuensi f dan panjang gelombang λ mempunyai
hubungan persamaan sebagai berikut:

E=h . f
h
λ=
p
dengan E adalah energi relativistik dan p adalah momentum partikel. Hubungan de Broglie biasanya
dinyatakan dalam vektor gelombang k⃗ , k =2 π / λ dan frekuensi gelombangω=2 πf , seperti yang biasa
digunakan dalam persamaan gelombang:

E=ℏω

⃗p=ℏ ⃗k
Teori gelombang menyebutkan bahwa gelombang membawa energinya dengan kecepatan grup.
Untuk gelombang materi, kecepatan grup ini adalah kecepatan v partikel. Mengidentifikasi energi E dan
momentum p dari sebuah partikel dengan energi relativistiknya m c 2 dan momentum relativistik mv ,
berturut-turut, dari hubungan de Broglie, maka didapati gelombang materi memenuhi hubungan
berikut:
2 2
ω E /ℏ E mc c c
λf = = = = = =
k p/ℏ p mv v β
Dalam persamaan tersebut, β=v /c . Jika sebuah partikel tidak bermassa, maka diperoleh v=c
dan bisa menjadi λf =c .

B. Difraksi Elektron

Hipotesis De Broglie ini ternyata terbukti dari eksperimen difraksi elektron oleh Davisson dan
Germer di Amerika Serikat, di mana skema eksperimen tersebut tampak seperti gambar berikut.
Gambar. Percobaan Davisson Germer

Pada gambar tesebut terlihat bahwa elektron yang terlepas dari filamen karena adanya beda
potensial, menumbuk suatu target yang terbuat dari logam nikel. Namun logam nikel tersebut harus
dipanaskan sebelumnya pada temperature tinggi agar logam tersebut tidak teroksidasi udara. Selain itu
dengan adanya pemanasan pada temperature tinggi, menyebabkan kristal-kristal zat padat yang tadinya
masih dalam keadaan terpisah secara individu, bergabung membentuk suatu kristal yang besar dan
letaknya teratur sehingga membentuk suatu bidang Bragg. Hal-hal tersebut itulah yang dilakukan oleh
Davisson dan Germer untuk memperkuat hipotesis Broglie yang menyatakan partikel bisa berprilaku
sebagai gelombang.

Gambar. Proses difraksi pada bidang Bragg

Pada difraksi Bragg terdapat suatu persamaan nλ=2 dsinθ . Persamaan inilah yang akan dipakai
untuk menghitung panjang gelombang elektron.
Besarnya jarak antara bidang-bidang difraksi (d) bisa dicari/diukur melalui difraksi sinar-x yang
besarnya adalah 0,091nm dan θ yang diperoleh pada eksperimen agar sudut datang sama dengan sudut
hambur adalah 65° . Oleh karena itu, maka dapat diukur panjang gelombang elektron dengan
persamaan berikut.

nλ=2 d sinθ
Jika n=1, maka persamaan tersebut menjadi

λ=2 d sinθ
λ=2 . 0,091nm sin 65 °
λ=0,165 nm
Ini merupakan nilai panjang gelombang yang diperoleh melalui eksperimen.

Hipotesis Broglie meramalkan nilai panjang gelombang (λ) partikel yang bergarak dengan
persamaan

h
λ=
mv
−34
6 ,63 ×10 J . S
λ= −2 4
4 , 0 ×10 kg . m/s
λ=0,166 nm
Ternyata panjang gelombang oleh hipotesis De Broglie sama dengan panjang gelombang hasil
eksperimen. Oleh karena itu hipotesis De Broglie yang menyatakan partikel dapa berprilaku sebagai
gelombang adalah benar

C. Ketidakpastian Heissenberg

Sifat ganda gelombang-partikel dari partikel materi dan radiasi adalah pernyataan
ketidakmampuan kita untuk menggambarkan realitas fisik dalam satu teori klasik terpadu karena secara
terpisah tidak ada pendekatan partikel klasik atau pendekatan gelombang klasik dapat sepenuhnya
menjelaskan fenomena yang diamati. Keterbatasan pendekatan fisika klasik ini disadari pada tahun 1928
dan kemudian lahirlah teori statistik baru yang disebut mekanika kuantum. Teori ini diprakarsai oleh
Bohr, Edwin Schrödinger, Werner Heisenberg, dan Paul Dirac.

Mekanika kuantum memerlukan gagasan Broglie tentang gelombang materi menjadi sifat dasar
semua partikel dan memberikannya penafsiran statistik. Menurut interpretasi ini, gelombang yang
terkait dengan partikel membawa informasi tentang kemungkinan posisi partikel dan tentang sifat-sifat
lainnya. Sebuah partikel tunggal terlihat bergerak paket gelombang.
Gambar. Pada grafik di atas, sebuah partikel ditampilkan sebagai paket gelombang dan posisinya tidak
memiliki nilai yang tepat.

Secara intuitif, kita dapat merasakan dari contoh ini bahwa jika sebuah partikel adalah paket
gelombang, maka kita tidak akan dapat mengukur posisi persisnya dalam arti yang sama karena kita
tidak dapat menentukan lokasi paket gelombang. Ketidakpastian, ∆ x dalam mengukur posisi partikel
terhubung dengan ketidakpastian, ∆ p dalam pengukuran secara simultan dari momentum linear
dinyatakan oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg:

1
∆ x ∆ p≥ ℏ
2
Prinsip ketidakpastian Heissenberg mengungkapkan hukum alam bahwa pada tingkat kuantum,
persepsi kita terbatas. Sebagai contoh, jika kita mengetahui posisi yang tepat dari suatu benda (yang
1
berarti bahwa = 0 di dalam persamaan ∆ x ∆ p ≥ ℏ ) pada saat yang sama kita tidak dapat mengetahui
2
momentumnya, karena dengan demikian ketidakpastian momentumnya menjadi tak terhingga (karena
1 ℏ
∆ p≥ ). Prinsip ketidakpastian Heissenberg menetapkan batas presisi pengukuran simultan posisi
2 ∆x
dan momentum partikel; yang menunjukkan bahwa presisi terbaik yang bisa kita peroleh adalah ketika
1
kita memiliki tanda sama dengan (=) dalam persamaan ∆ x ∆ p ≥ ℏ , dan kita tidak dapat melakukan
2
lebih baik dari itu, bahkan dengan instrumen terbaik masa depan. Prinsip ketidakpastian Heisenberg
adalah konsekuensi dari sifat gelombang partikel.

D. Persamaan Schrodinger

Radiasi benda hitam hingga hipotesis de Broglie, merupakan penjelasan-penjelasan teoretis


yang menjelaskan perkembangan-perkembangan awal dari teori kuantum yang disebut teori kuantum
pertama atau The Old Quantum Theory. Fisika modern diawali oleh prinsip besaran yang bersifat diskrit
(kuanta) sehingga sering disebut dengan fisika kuantum. Fisika modern secara umum dibagi menjadi dua
yaitu teori kuantum klasik/lama dan teori kuantum modern. Teori kuantum lama didasari oleh konsep
dualisme partikel sebagai gelombang dan gelombang sebagai partikel sedangkan teori kuantum modern
dilandasi oleh persamaan Schroedinger untuk menentukan energi partikel atau elektron. Jadi, umumnya
dipahami bahwa yang membatasi periode teori kuantum pertama dan teori kuantum modern adalah
ditemukannya persamaan Schrodinger.
Persamaan Schrödinger adalah persamaan matematika yang menjelaskan bagaimana sebuah
sistem fisika berubah setiap waktu. Ini adalah persamaan yang digunakan ketika efek kuantum, seperti
dualitas gelombang-partikel, menjadi signifikan.

Persamaan Schrödinger menunjukkan elektron atau partikel. Solusi dari persaman Schrödinger
adalah menemukan fungsi gelombang dan spektrum energi partikel. Sifat atau keadaan partikel di alam
semesta dapat dijelaskan dengan menggunakan fungsi-fungsi ini.

Pada tahun 1926, fisikawan Austria Erwin Schrödinger menjelaskan keadaan kuantum suatu
sistem fisik berubah terhadap waktu dalam persamaan diferensial parsial. Persamaan ini dikenal sebagai
persamaan gelombang Schrödinger. Dalam mekanika kuantum, analog dari hukum gerak Newton adalah
persamaan Schrödinger untuk sistem kuantum (biasanya atom, molekul, dan partikel subatom baik
bebas, terikat, atau terlokalisasi). Ini bukan persamaan aljabar sederhana, tetapi secara umum,
persamaan diferensial parsial linier, yang menggambarkan evolusi waktu dari fungsi gelombang sistem.
Jadi persamaan gelombang Schrödinger adalah persamaan, yang dinyatakan dalam bentuk fungsi
gelombang dari gelombang materi dalam kondisi fisik yang berbeda.

Anggap sebuah partikel bermassa m bergerak pada arah positif sumbu x. Energi potensial
partikel tersebut adalah V, momentumnya adalah p, dan energi totalnya adalah E. Maka persamaan
gelombang dari partikel bebas tersebut adalah:
−i
( E t − px )
Ψ =A e η
dengan


η=

Persamaan diferensial parsial dari gelombang tersebut terhadap t dan x diperoleh:
−i
∂ Ψ −iE ( E −px ) t
= Aeη
∂t η
∂ Ψ −iE
= Ψ
∂t η
−η ∂Ψ
EΨ=
i ∂t
∂Ψ
E Ψ =−iη
∂t
Dengan cara yang sama, persamaan diferensial parsial terhadap x adalah:
−i
∂ Ψ ip ( E − px )
η t
= Ae
∂x η
∂ Ψ ip
= Ψ
∂x η
η ∂Ψ
pΨ=
i ∂x
∂Ψ
p Ψ =−iη
∂x
Energi total adalah penjumlahan energi kinetik dan energi potensial, sehingga energi total
partikel adalah:.

E=K . E+ P . E
1 2
E= m v +V
2
2
1m 2
E= v +V
2 m
2
p
E= +V
2m
Jika kedua ruas dikalikan dengan fungsi gelombang Ψ , maka diperoleh

( )
2
p
EΨ= +V Ψ
2m
Dengan memasukkan nilai E Ψ dan P Ψ ke persamaan di atas, maka diperoleh:
2 2
∂ Ψ −ℏ ∂ Ψ
iℏ = × +V Ψ
∂t 2m ∂ x 2
Pada bentuk tiga dimensi, persamaan di atas bisa dituliskan:

( )
2 2 2 2
∂ Ψ −ℏ ∂ Ψ ∂ Ψ ∂ Ψ
iℏ = + + +V Ψ
∂t 2m ∂ x 2 ∂ y 2 ∂ z 2

7. Partikel dalam Kotak Satu Dimensi

Anda mungkin juga menyukai