PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah
menjadi bagian khasanah ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai
oleh munculnya hipotesa de-Broglie. Hipotesa tentang gelombang
pengarah sangat diilhami oleh studi mengenai gerak elektron dalam atom
Bohr. Gelombang zat yang senantiasa menyertai gerak suatu zarah
melengkapkan pandangan tentang dualisme zarah gelombang. Dengan
demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau lebih tegasnya antara
gelombang dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat
berperilaku sebagai zarah, sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai
gelombang. Pandangan semacam itu sangat berbeda dengan persepsi
manusia tentang gejal-gajal fisik konkret yang dialami nya sehari-hari.
Sejak abad ke-20 teori-teori klasik mulai dipertanyakan kesahihannya
untuk dipergunakan di tingkat atom yang sub-atom. Satu tahun setelah
postulat de-Broglie disebarluaskan seorang ahli fisika dari Austria, Erwin
Schrodinger berhasil merumuskan suatu persamaan diferensial umum
untuk gelombang de-Broglie dan dapat ditunjukkan pula kesahihannya
untuk berbagai gerak elektron. Persamaan diferensial ini yang selanjutnya
dikenal sebagai persamaan gelombang Schrodinger sebagai pembuka jalan
ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang komprehensip dan
lebih formalistik. Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger
merumuskan persamaan gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu
prinsip yang bersifat sangat fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada
waktu orang sedang sibuk mempelajari persamaan Schrodinger dan
berusaha keras untuk dapat memahami maknanya. Pada tahun 1926,
Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan garis-
garis spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom. Pendekatannya sangat
lain, karena yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang diperoleh
1
dengan cara ini sama dengan apa yang diperoleh melalui persamaan
Schrodinger. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal sebagai mekanika
matriks. Secara kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah
dirumuskannya persamaan Schrodinger. Tetapi sebagai suatu prinsip
teoritik hal itu merupakan suatu hal yang fundamental, dan dapat
disejajarkan dengan teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan
postulat Bohr. Oleh karenanya dalam pembahasannya prinsip Heisenberg
ditampilkan lebih dahulu dari persamaan Schrodinger. Teori Planck
tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton, teori Bohr tentang
atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat, serta
prinsip Heisenberg dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori
kuantum lama terkandung hampir semua landasan bagi suatu teori yang
dapat menguraikan perilaku sistem-sistem fisika pada tingkat atom dan
sub-atom.
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi berdasarkan latar belakang diatas adalah,
1. Apa yang dimaksud Persamaan Schrodinger ?
2. Bagaimana asal usul Persamaan Schrodinger terjadi ?
3. Apa sajakah resep Persamaan Schrodinger ?
4. Bagaimana Pembenaran yang dtimbulkan dari Persamaan
Schrodinger?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata
kuliah Fisika Modern. Selain itu, penyusun berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai Pembenaran
Persamaan Schrodinger dan Resep Schrodinger, serta untuk mengetahui
dan mendalami penerapan Persamaan Schrodinger.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kekekalan energy adalah salah satu asas yang kita inginkan tetap
berlaku. Oleh karena itu, kita mengambil
K+V=E (5.1)
Berturut-turut, K, V, dan E adalah energy kinetic, potensial, total.
(karena kajian kita tentang fisika kuantum ini dibatasi pada keadaan
takrelativistik, maka K= 1/2mv = p/2m; E hanyalah menyatakan
jumlah energy kinetic dan potensial, bukan energy massa relativistic).
2. Bentuk persamaan diferensial apa pun yang kita tulis, haruslah taat
asas terhadap hipotesis deBrogile-jika kita pecahkan persamaan
matematikanya bagi sebuah partikel dengan momentum p, maka
pemecahan yang kita dapati haruslah berbentuk sebuah fungsi
gelombang dengan sepanjang gelombang yang sama dengan h/p.
dengan menggunakan persamaan p = hk, maka enrgi kinetic dari
gelombang deBrogile partikel bebas haruslah K = p/2m = k/2m.
3. Persamaanya haruslah berperilaku baik, dalam pengertian
matematika. Kita mengharapkan pemecahannya memberikan informasi
kepada kita tentan porbalitas untuk menemukan partikelnya; kita akan
terperanjat menemukan bahwa, misalnya, probalitas tersebut berubah
secara tidak kontinu, karena ini berarti bahwa partikelnya menghilang
secara tiba-tiba dari suatu titik dan muncul kembali pada titik lainnya.
Jadi, kita syaratkan bahwa fungsinya haruslah bernilai tunggal-artinya,
tidak boleh ada dua probalitas untuk menemukan partikel di satu titik
yang sama. Ia harus pula linear, agar gelombangnya memiliki sifat
superposisi yang kita harapkan sebagai milik gelombang yang
berperilaku baik.
Dengan memilih bernalar dalam urutan terbalik, akan kita
tinjau terlebih dahulu pemecahan dari persamaan yang sedang kita
cari. Anda telah mempelajari di depan tentang gelombang tali, yang
memiliki bentuk matematik y(x,t) = A sin (kx-), dan gelombang
electromagnet, yang memiliki pula bentuk serupa E(x,t) = E0 sin (kx
) dan B(x,t) = B0 sin (kx ). Oleh karena itu, kita postulatkan
4
bahwa gelombang deBrogile partikel bebas (, ) memiliki pula
bentuk sebuah gelombang dengan amplitude A yang merambat dalam
arah x positif. Katakanlah t = 0, jadi dengan mendifinisikan
sebagai , maka
(5.2)
Persamaan diferensial, yang pemecahannya adalah ,
dapat mengandung turunan terhadap x atau t , tetapi ia haruslah hanya
bergantung pada pangakat satu dari atau ( tidak boleh
muncul. Didepan telah didapati bahwa , sehingga satu-
satunya cara untuk memperoleh suku yang mengandung adalah
dengan mengambil turunan kedua dari terhadap x.
(5.3)
Perlu ditekankan bahwa yang kita lakukan disini bukanlah
suatu penurunan; kita hanya sekedar membentuk suatu persamaan
diferensial dengan ketiga sifat berikut : (1) ia taat asas dengan
kekekalan energi; (2) ia linear dan bernilai tunggal; (3) ia memberikan
pemecahan partikel bebas yang sesuai dengan sebuah gelombang
deBrouglie tunggal. Persamaan (5.3) adalah persamaan Schrdinger
waktu-bebas satu dimensi. Meskipun gelombang nyata selain
bergantung pada koordinat ruang dan juga waktu , dan bahwa alam
kita bukan berdimensi satu melainkan tiga, kita dapat belajar mengenai
matematika dan fisika dari mekanika kuantum dengan mempelajari
berbagai pemecahan.
5
B. Resep Schrodinger
Mengingat teknik untuk memecahkan Persamaan (5.3) bagi
berbagai bentuk potensial V (yang pada umumnya bergantung pada
x),adalah hamper sama, maka kita dapat menyusun saja suatu daftar urutan
langkah, seperti dibawah ini, yang perlu diterapkan untuk memperoleh
pemecahannya. Anggaplah kita diberi suatu V (x)tertentu yang diketahui,
dan kita ingin memperoleh fungsi gelombang (x) dan enegi E. Ini adalah
contoh persoalan umum yang dikenal sebagai persamaan nilai eigen
(pribadi , baca:aigen). Akan kita temukan bahwa persamaan ini hanya
memperkenankan pemecahan dengan nilai energy tertentu E saja, yang
dikenal sebagai nilai eigen energy.
6
4. Jika anda sedang mencari pemecahan bagi suatu potensial yang
berubah secara tidak kontinu, maka anda harus menerapkan
persyaratan kekontinuan pada (dan juga d/dk pada batas antara
daerah daerah ketidak kontinuan.
5. Tentukanlah semua tetapan (integrasi) yang belum diketahui, misalnya
tetapan A dalam persamaan (5.2).Metode penentuan ini akan diuraikan
dalam pasal berikut.
Sekarang , marilah kita tinjau salah satu contoh dari isika klasik
yang memerlukan beberapa teknik pemecahan yang sama seperti pada
[ersoalan persoalan khas fisika kuantum. Persyaratan kekontinuan
pada batas antara dua daerah adalah sesuatu yang seringkali diterapkan
dalam berbagai persoalan klasik. Untuk mengilustrasikannya akan kita
pelajari persoalan klasik berikut :
Contoh
Sebuah benda bermassa m dijatuhkan dari ketinggian H di atas
tangki air. Ketika memasuki air, ia mengalami gaya apung B yang lebih
besar daripada beratnya. (Kita abaikan gaya gesek (viskos) oleh air pada
benda Carilah perpindahan dan kecepatan benda, dihitung dari saat
dilepaskan hingga ia muncul kembali kepermukaan air.
Pemecahan
Kita pilih sebuah system koordinat dengan y positif keatas, dan
mengambil y=0 pada permukaan air. Selama benda jatuh bebas, ia hanya
dipengaruhi gaya gravitasi. Maka, dalam daerah 1(diatas air, hukum kedua
Newton memberikan
-mg = m
7
v dan y adalah kecepatan dan ketinggian awal pada saat t=0. Ketika
benda memasuki air (daerah 2), gayanya menjadi B-mg, sehingga hukum
kedua Newton menjadi
B-mg = m
v (t) = y+vt + g ) t
8
akan menjadi takhingga]. Untuk menerapkan syarat batas ini, kita harus
terlebih dahulu mencari t ketika y menjadi nol.
y(t) = H gt = 0
sehingga
t=
Dengan demikian, laju benda ketika menyentuh air v(t) adalah
v(t) = -gt = -g =
dan
v(t) = v + ( g) ( ) = -
v(t) = H + - t+ ( g) t
(t) =
9
D=-
10
pada suatu titik tertentu. Dimana|(x)|2 dx memberikan probabilitas untuk
menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas P(x)
terhadap (x) menurut persamaan Schrdinger sebagai berikut:
P(x)dx=|(x)|2dx (5.4)
Tafsiran |(x)|2 ini membantu memahami persyaratan kontinu (x),
walaupun amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontinu.
Probabilitas untuk menemukan partikel antara x dan x adalah jumlah
semua probabilitas P(x)dx dalam selang antara x1 dan x2 adalah sebagai
berikut :
2 2
1 () = 1 |()|2 (5.5)
Dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel
disuatu titik sepanjang sumbu x, adalah 100 persen, sehingga berlaku:
+
|()|2 = 1 (5.6)
Persamaan (2.3) dikenal dengan syarat Normalisasi, yang
menunjukkkan bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A
tidak dapat ditentukan dari persamaan Differensialnya. Sebuah fungsi
gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan (2.3)
disebut ternormalisasikan. Hanyalah fungsi gelombang yang ternomalisasi
secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan semua perhitungan
yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah dilakukan secara
tepat, maka persamaan (2.3) akan selalu menghasilkan suatu probabilitas
yang terletak antara 0 dan 1. Setiap pemecahan persamaan Schrdinger
yang menghasilkan |(x)|2 bernilai tak hingga,harus dikesampingkan.
Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak hingga untuk menemukan
partikel pada titik manapun. Maka harus mengesampingkan suatu
pemecahaan dengan mengembalikan faktor pengalinya sama dengan nol.
Sebagai contoh, jika pemecahan matematika bagi persamaan differensial
mmenghasilkan (x) = Aekx + Be-kx bagi seluruh daerah x > 0, maka
syaratnya A = 0 agar pemecahannya mempunyai makna fisika. Jika tidak
|(x)) | akan menjadi tak hingga untuk x menuju tak hhingga (Tetapi jika
11
pemecahannya dibatasi dalam selang 0 < x < L, maka A tidak boleh sama
dengan nol). Tetapi jika pemecahannya berlaku pada seluruh daerah
negatif sumbu x < 0, maka B = 0.
Kedudukan suatu partikel tidak dapat dipastikan, dalam hal ini
tidak dapat menjamin kepastian hasil suatu kali pengukuran suatu besaran
fisika yang bergantung pada kedudukannya. Namun jika menghitung
probabilitas yang berkaitan dengan setiap koordinat, maka ditemukan hasil
yang mungkin dari pengukuran satu kali atau rata-rata hasil dari sejumlah
besar pengukuran berkali-kali.
D. Beberapa Penerapan
Persamaan Schrodinger dapat diterapkan dalam berbagai persoalan
fisika. Dimana pemecahan persamaan Schrodinger yang disebut fungsi
gelombang, memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari
partikel.
1. Pada Partikel Bebas
Yang dimaksud dengan partikel bebas adalah sebuah partikel
yang bergerak tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian
()
ruang, yaitu, F = = 0 sehingga menempuh lintasan lurus
(5.7)
Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaanya menjadi
()
2 = E(x) (5.8)
12
() 2
= E(x) (5.9)
() 2
+ (x) = 0 (5.10)
2
= + = (5.11)
2
Maka didapatkan
(x) = A sinkx + B cos kx (5.15)
Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel
yang diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum,
bahwa energinya tidak terkuantitas). Sedangkan penentuan nilai A dan
B mengalami beberapa kesulitan, karena integral normalisasi tidak
dapat dihitung dari - hingga +, bagi fungsi gelombang itu.
2. Partikel dalam Sumur Potensial
Sumur potensial adalah yang tidak mendapat pengaruh potensial.
Hal ini berarti bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial,
merupakan electron bebas. Kita katakana bahwa electron terjebak di
sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding potensial sangat
tinggi menuju , atau kita katakana sumur potensial sangat dalam.
Dalam gambar (5.1) berikut kita akan menggambarkan sumur
13
potensial. Daerah I dan daerah II adalah daerah-daerah dengan V = ,
sedangkan di daerah II, yaitu antara 0 dan L, V =. Kita katakana bahwa
lebar sumur potensial ini adalah L.
V(x) = 0, 0
V(x) = x< 0, > ,
Dengan
= (5.17)
Dimana
14
2
k= (5.18)
A sin kL = 0 (5.22)
kL = , 2. 3, . = 1,2,3 . (5.23)
dengan :
15
2
k= = (5.24)
En = (5.25)
2
Dimana enrgi yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born
dimana pada energy Born menyatakan enrgi tingkat atomic sedangkan
tingkat energy pada persamaan Schrodinger menyatakan tingkat
energy untuk electron.
2
n = A sin x (5.26)
16
pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah mungkin.
Pemecahan bagi (x) belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan
A. untuk menentukannya, ditinjau kembali persyaratan normalisasi,
+
yaitu |()| = 1. karena (x) = 0
Kecuali untuk 0 :
0 |2 | 2 () = 1 (5.26)
2
n = sin n = 1,2,3 (5.27)
17
Gambar 5.3 probalitas keberadaan electron dalam sumur potensial
18
Gambar 5.4 Pengaruh lebar sumur terhadap energy
19
2 2 1
2 2 + 2 2 = (5.28)
2
= 2( )
2 2 2
2
= 2( ) 2(2)
2 2 2 1 2 2
2 (2 + 42 2 ) + 2 2 ( ) = (5.29)
2
Pembagian dengan factor sekutu memberikan
2 22 2 1
2 + 2 = (5.30)
2
20
22 2 1
+ 2 = 0 (5.31)
Dan
2
= (5.32)
Yang menghasilkan
= (5.33)
2
Dan
1
= 2 (5.34)
1
= 2 0 (5.35)
21
(, ) = () (5.36)
Frekuensi diberikan oleh hubungan deBroglie
= (5.37)
() = + (5.38)
Tetapan A dan B dapat dicari dari tetapan A dan B jadi bagi fungsi
gelombang bergantung waktu yang bersangkutan , kita peroleh
(, ) = ( + )
(+)
= () + (5.39)
Suku pertama diruas kanan menyatakan suatu fungsi trigonometri
dengan fase ( ) adalah sebuah gelombang yang bergerak dalam
arah x positif , suku kedua menyatakan suatu gelombang yang bergerak
22
dalam arah x negatif. Kuadrat nilai mutlak koefisien-koefisiennya
memberikan intensitas masing-masinggelombang ini, jadi gelombang yang
bergerak dalam arah x positif memiliki intensitas || 2 dan yang bergerak
dalam arah x negatif || 2
Andaikanlah kita memiliki seberkas partikel berenergi tunggal
yang bergerak dalam arah x positif yang dinyatakan oleh sebuah fungsi
gelombang dalam bentuk suku pertama dari persamaan (2.4). Maka
probabilitas untuk menentukan letak sebuah partikel diberikan oleh || 2 .
Ini adalah sebuah tetapan, yang tidak bergantung pada kedudukan x
sebuah partikel dapat ditemukan dimana saja pada sumbu x. Jika fungsi
gelombangnya mengandung amplitudo yang sama bagi kedua gelombang
ini (yakni || = || ), maka terdapat beberapa kedudukan dimana rapat
probabilitas sama dengan nol. Terdapat sejumlah titik pada mana
probabilitas untuk menemukan partikel adalah nol. Seperti halnya fisika
klasik, apabila kita menjumlahkan dua gelombang dengan ampliudo sama
yang bergerak dalam arah berlawanan, maka kita memperoleh sebuah
gelombang berdiri, yang memiliki beberapa titik tertentu (yang dikenal
sebagai simpul ) pada mana amplitudo gelombang resultan adalah nol
untuk setiap saat.
G. Potensial Tangga dan Halang
Dalam jenis persoalan umum berikut, kita akan menganalisis apa
yang terjadi apabila sebuah partikel yang sedang bergerak dalam suatu
daerah berpotensial tetap tiba tiba bergerak memasuki suatu daerah
berpotensial berbeda yang juga tetap nilainya. Kita tidak akan membahas
pemecahan persoalan ini secara terinci, tetapi karena metode
pemecahannya sama, kita dapat menentukan secara garis besar langkah
langkah yang perlu di ambil untuk mendapatkan pemecahan tersebut.
Dalam bahsan ini kita akan mengambil E sebagai energy total (yang tetap)
dari partikel dan V0 sebagai nilai energy potensial tetapnya.
1. Apabila E lebih besar dari pada V0, maka pemecahan persamaan
Schr dingernya berbentuk
23
() = sin + cos (5.40)
Dimana
2
= 2 ( 0 ) (5.41)
V0
X=0
() = 0 <0
= 0 0
Jika E adalah energy total dan lebih besar dari pada V0,
maka kita dengan mudah dapat menuliskan pemecahan persamaan
Schr dinger dalam kedua daerah ini sebagai berikut :
2
0 () = sin 0 + cos 0 0 = 2 < 0 (5.42a)
1 () = sin 1 + cos 1 1 =
2
( 0 ) >0 (5.42b)
2
24
Hubungan antara keempat tetapan A,B,C,dan D dapat dicari
dengan menerapkan persyaratan bawa () dan () = /
haruslah kontinu pada batas kedua daerah, jadi0 (0) =
1 (0), 0 (0) = 1 (0). Pemecahan hanya disketsakan pada
gambar 5.12. Perhatikan bahwa penerapan syarat kekontinuan
menjamin peralihan mulus dari Gelombang yang satu ke yang lain
pada titik batas.
0 () = 0 + 0 <0 (5.43a)
1 () = 1 + 1 >0 (5.43b)
25
memberikan intensitas Gelombang pantul. Nisbah ||2/||2
memberikan fraksi intensitas Gelombang datang. Dalam daerah
> 0, Gelombang dengan intensitas ||2 yang bergerak dalam
arah negative x tidak dapat hadir jika partikel partikelnya kita
tembakan dari sebelah kiri, jadi untuk situasi percobaan istimewa
ini, kita dapat mengambil D sama dengan nol. Dengan demikian
intensitas Gelombang transmisi ini adalah ||2.
2. Apabila E lebih kecil dari pada V0, maka kita peroleh pemecahn
berbeda :
() = + (5.44)
Dimana
2
= (0 ) (5.45)
2
26
2
1 () = 1 + 1 1 = 2 (0 ) (5.46)
21 = 1
1 1
= = ( 5.47)
21 2 2 (0 )
27
partikel meminjam sejumlah energy E dan mengembalikan
dalam selang waktu t ~/E , maka kita sebagai pengamat tetap
percaya bahwa energy adalah kekal. Andaikanlah kita meminjam
sejumlah energy tertentu yang cukup untuk menyebabkan partikel
memiliki suatu energy kinetic K dalam daerah terlarang. Dengan
energy tersebut, berapa jauhkah partikel menembus daerah
terlarang ini?
= + (5.48)
0
1 2
= 2 (5.49)
0 +
1
= 2 2( ) (5.50)
0
28
yang dibeikan oleh persamaan Schr dnger sesuai dengan
hubungan ketidakpastian. Apa yang sebenarnya kita perlihatkan
adalah bahwa persamaan Schr dnger memberikan taksiran yang
sama seperti yang diberikan oleh hubungan ketidakpastian
Heisenberg.
() =0 <0
= 0 0
=0 >
29
Gambar 5.6 sebuah potensial haling dengan tinggi Vo dan
lebar a.
Gambar 5.7
30
menembusi potensial haling ini, sehingga teramati dalam
laboratorium, bergantung pada tinggi dan tebal potensial
halang. Probabilitas peluruhan ini dapat diukur dalam
laboratorium dan ternyata didapati sangat sesuai dengan yang
diramalkan berdasarkan perhitungan mekanika kuantum
terhadap efek penerobosan penghalang.
Gambar 5.8
b. invers amoniak Gambar 5.9 adalah gambar bangun molekul
amoniak NH3. Jika kita mencoba menggerakkan atom nitrogen
sepanjang sumbu molekul, menuju bidang yang memuat atom
atom nitrogen, akan kita rasakan adanya tolakan oleh ketiga
atom hydrogen, yang menghasilkan suatu potensial seperti
yang diperlihatkan pada gambar. Menurut mekanika klasik,
atom nitrogen tidak akan pernah mampu melewati potensial
halang dan muncul pada bagian molekul di balik bidang
nitrogen, kecuali bila kita memasok energy yang mendekati
baginya. Namun, menurut mekanika kuantum, nitrogen dapat
menerobosi potensial halang tersebut dan muncul pada bagian
molekul yang berlawanan.
31
Gambar 5.9
c. Dioda terowong piranti elektronik yang menggunakan gejala
penerowongan ini adalah diode terowong (tunnel dioda).
Bahasan secara terinci dari sifat piranti semikonduktor ini akan
disajikan dalam Bab 14. Potensial yang dilihat oleh sebuah
electron dalam diode terowong. Arus yang mengalir melallui
piranti seperti ini dihasilkan oleh electron electron yang
menerowong ini, dengan demikian arus yang dihasilkannya
dapat diatur dengan hanya mengubah tinggi potensial
halang,yang dapat dilakukan dengan menggunakan suatu
tegangan elektrik. Hal ini dapat dilakukan dengan sangat cepat,
sehingga dapat dicapai frekuensi switching sekitar 10Hz. Arus
pada diode semikonduktor yang lazim dikenal, bergantung
pada difusi electron melalui suatu junction, karena itu, mereka
beroperasi pada skala waktu yang lebih lama (frekuensi yang
lebih rendah).
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernyatan setara bagi mekanika kuantum adalah yang di dalam
kurung kurawal. Apabila sebuah benda bergerak melewati perbatasan dua
daerah dimana berkerja {gaya potensial}, maka perilaku gerak dasar dari
benda dapat dicari dengan memecahkan { hukum kedua Newton,
persamaan Schodinger} { Kedudukan fungsi gelombang} selalu kontinu
pada daerah perbatasan, dan bahwa { kecepatan turunan d/dx} juga
kontinu apabila perubahan {gaya perubahan potensial} tetap berhingga.
Dalam kasus mekanika klasik, persoalan yang kita hadapi dicirikan
oleh hadirnyagaya tertentu F. dengan menuliskan hukum kedua newton
bagi gaya tersebut, kita pecahkan permasalahan matematikanya untuk
memperoleh kedudukan dan kecepatan partikelnya. Dalam kasus
elektromagnetik, kita berhadapan dengan persoalan yang dicirikan oleh
sekumpulan muatan dan arus.
Seperti halnya dalam fisika klasik, setiap personal menghendaki
teknik pemecahan yang agak berbeda , sehingga sulit untuk merumuskan
prosedur umum . Langkah-langkah pemecahaan yang diutarakan dalam
pasal ini, kiranya dapat member gambaran kepada anda mengenai arah
umum yang perlu diambil untuk mencari pemecahannya. Cara terbaik
untuk mempelajari teknik-tekni ini adalah dengan mempelajari semua
contoh soal yang disajikan dalam bab ini. Pada tahap ini resepnya tidak
lengkap, karena akita hanya membahas teknik matematika untuk
mendapatkan pemecahan (x) ; tetapi kita tidak membahas tafsiran
pemecahan tersebut atau penerapannya pada berbagai situasi fisis. Semua
ini akan kita bahas dalam beberapa pasal berikut.
33
DAFTAR PUSTAKA
Khusnul.PersamaanSchrodinger.
khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/11448634/cd_fismod_jadi.docx.
(diakses tanggal 5 mei 2013)
Paradoks.Persamaan Schrodinger.
http://paradoks77.blogspot.com/2011/06/persamaan-schrodinger.html
(diakses tanggal 4 Mei 2013)
34