Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA KUANTUM

PERSAMAAN SCHRODINGER DAN SUMUR POTENSIAL

Disusun oleh:

Nama : Tiara Veronica (A1E014013)


Avinda Tria Vandhita (A1E014024)
Tommy Destrianto (A1E014063)
Kelompok : V (Lima)
Semester : VI A
Dosen Pengampu : Drs. Nyoman Rohadi, M.Sc

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Didalam fisika kuantum, kita telah mengenal berbagai macam sistem
sistem kuantum. Mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Terkadang
meskipun didalam bentuk yang sederhana beberapa orang akan sulit untuk
membayangkan dan melakukan perhitungan yang ada didalam sistem
kuantum tersebut.
Gelombang merupakan getaran yang merambat. Salah satu contoh
gelombang adalah gelombang schrodinger. Gelombang Schrodinger
menggambarkan keberadaan elektron pada suatu posisi dan waktu.
Gelombang Schrodinger dapat dituliskan dalam suatu persamaan diferensial
parsial yang dapat disebut dengan persamaan Schrodinger .
Persamaan Schrodinger tersebut yang menyatakan pada suatu posisi satu
dimensi disebut persamaan Schrodinger satu dimensi. Pada persamaan
Schrodinger satu dimensi dapat dibentuk menjadi persamaan Schrodinger
bebas waktu satu dimensi yang artinya persamaan Schrodinger
tidak bergantung waktu. Untuk menentukan solusi persamaan Schrodinger
satu dimensi, menggunakan separasi variabel atas variabel x dan t.
Selanjutnya masing-masing dari variabel akan dicari solusinya dengan
persamaan differensial biasa.
Persamaan Schrodinger bebas waktu satu dimensi akan diaplikasikan ke
dalam sumur potensial. Sumur potensial adalah kondisi dimana suatu partikel
mengalami dua kali perubahan besar energi potensial. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas mengenai persamaan Schrodinger dan sumur
potensial.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk persamaan Schrodinger?
2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan sumur potensial?
3. Bagaimanakah penggunaan persamaan Schrodinger dalam sumur
Potensial?

1.3. Tujuan
1 Untuk mengetahui bentuk persamaan Schrodinger
2 Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan sumur potensial
3 Untuk mengetahui persamaan Schrodinger dalam Sumur Potensial

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Persamaan Schrodinger


Persamaan Schrodinger diajukan pada tahun 1925 oleh fisikawan Erwin
Schrodinger (1887-1961). Persamaan ini pada awalnya merupakan jawaban
dari dualitas partikel-gelombang yang lahir dari gagasan de Broglie yang
menggunakan persamaan kuantisasi cahaya Planck dan prinsip fotolistrik
Einstein untuk melakukan kuantisasi pada orbit elektron. Selain Schrodinger
dua orang fisikawan lainnya yang mengajukan teorinya masing-masing
adalah Werner Heisenberg dengan Mekanika Matriks dan Paul Dirac dengan
Aljabar Kuantum. Ketiga teori ini merupakan tiga teori kuantum lengkap
yang berbeda dan dikerjakan terpisah namun ketiganya setara. Teori
Schrodinger kemudian lebih sering digunakan karena rumusan matematisnya
yang relatif lebih sederhana. Meskipun banyak mendapat kritikan persamaan
Schrodinger telah diterima secara luas sebagai persamaan yang menjadi
postulat dasar mekanika kuantum.
Dalam fisika, Persamaan Schrodinger menjelaskan hubungan ruang dan
waktu pada sistem mekanika kuantum. Persamaan ini merupakan hal penting
dalam teori mekanika kuantum, sebagaimana halnya hukum kedua Newton
pada mekanika klasik.
2.2 Pembenaran Persamaan Schrodinger
Pada hukum Newton, persamaan Maxwell, maupun persamaan
Schrodimger tidak dapat diturunkan dari seperangkat asas dasar, namun
pemecahan yang diperoleh darinya ternyata sesuai dengan pengamatan
percobaan. Persamaan Schrodinger hanya dapat dipecahkan secara eksak
untuk beberapa potensial sederhana tertentu; yang paling sederhana adalah
potensial konstan dan potensial osilator harmonik. Kedua kasus sederhana ini
memang tidak fisis, dalam artian bahwa pemecahannya tidak dapat
diperiksa kebenarannya dengan percobaan-tidak ada contoh di alam yang
berkaitan dengan gerak sebuah partikel yang terkukung dalam sebuah kotak
satu dimensi, ataupun sebuah osilator harmonik mekanika kuantum ideal
(meskipun kasus seperti ini seringkali merupakan hampiran yang cukup baik

4
bagi situasi fisis yang sebenarnya). Namun demikian, berbagai kasus
sederhana ini cukup bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang teknik
umum pemecahan persamaan Schrodinger yang akan dibahas dalam bab ini.
Kita bayangkan sejenak bahwa kita adalah Erwin Schrodinger dan
sedang meneliti suatu persamaan diferensial yang akan menghasilkan
pemecahan yang sesuai bagi fisika kuantum. Akan kita dapati bahwa kita
dihalangi oleh tidak adanya hasil percobaan yang dapat kita gunakan sebagai
bahan perbandingan. Oleh karena itu, kita harus merasa puas dengan hal
berikut-kita daftarkan semua sifat yang kita perkirakan akan dimiliki
persamaan kita, dan kemudian menguji persamaan manakah yang memenuhi
semuan kriteria tersebut.
1. Kita tidak boleh melanggar hukum kekekalan energi. Meskipun kita
hendak mengorbankan sebagian besar kerangka fisika klasik, hukum
kekekalan energi adalah salah satu asas yang kita inginkan tetap berlaku.
Oleh karena itu, kita mengambil
K+V=E (2.1)
Berturut-turut, K, V, dan E adalah energi kinetik, energi potensial, dan
energi total. (karena kajian kita tentang fisika kuantum ini dibatasi pada

1 2 p2
K mv
2 2m
keadaan tak relativistik, maka ; E hanyalah menyatakan
jumlah energi kinetic dan potensial, bukan energi massa relativistik).
2. Bentuk persamaan diferensial apa pun yang kita tulis, haruslah taat asas
terhadap hipotesis deBrogile. Jika kita pecahkan persamaan
matematikanya bagi sebuah partikel dengan momentum p, maka
pemecahan yang kita dapati haruslah berbentuk sebuah fungsi gelombang

dengan sepanjang gelombang yang sama dengan h/p. Dengan

menggunakan persamaan p = k, maka enrgi kinetic dari gelombang

deBrogile partikel bebas haruslah K = p/2m = k/2m.


3. Persamaanya haruslah berperilaku baik, dalam pengertian matematika.
Kita mengharapkan pemecahannya memberikan informasi kepada kita
tentang probalitas untuk menemukan partikelnya; kita akan terperanjat

5
menemukan bahwa, misalnya, probalitas tersebut berubah secara tidak
kontinu, karena ini berarti bahwa partikelnya menghilang secara tiba-tiba
dari suatu titik dan muncul kembali pada titik lainnya. Jadi, kita syaratkan
bahwa fungsinya haruslah bernilai tunggal. Artinya, tidak boleh ada dua
probalitas untuk menemukan partikel di satu titik yang sama. Ia harus pula
linear, agar gelombangnya memiliki sifat superposisi yang kita harapkan
sebagai milik gelombang yang berperilaku baik.
2.3 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang bersesuaian dengan
variabel gelombang y dalam gerak gelombang umumnya. Namun tidak
seperti y, bukanlah suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa
kuantitas kompleks. Karena itulah kita akan menganggap dalam arah x
dinyatakan oleh persamaan:
x
i ( t )
Ae v

Fungsi gelombang tersebut juga dapat dituliskan dalam bentuk


x
i 2 ( ft )
Ae

Berdasarkan energi gelombang foton, E=hf =2 , selanjutnya

frekuensi foton dapat dituliskan dalam bentuk:


E
f E
2 f=
2

Sesuai dengan teori de Broglie tentang hubungan momentum p dengan


panjang gelombang ,
h 2
= =
p p

Selanjutnya persamaan fungsi gelombang dapat dituliskan menjadi:


x
i 2 (ft )

= A e
Et xp
i 2 ( )
2 2
= A e
i
( Et px )

=A e (2.2)

Persamaan di atas merupakan penggambaran matematis gelombang


ekuivalen dari partikel bebas yang berenergi total E dan bermomentum p

6
yang bergerak dalam arah +x. Namun, pernyataan fungsi gelombang hanya
benar untuk partikel yang bergerak bebas.
Sedangkan untuk situasi dengan gerak partikel yang dipengaruhi
berbagai pembatasan untuk memecahkan dalam situasi yang khusus, kita
memerlukan persamaan Schrodinger.
Pendekatan Schrodinger disebut sebagai mekanika gelombang.
Persamaan Schrodinger dapat diperoleh dengan berbagai cara, tetapi
semuanya mengandung kelemahan yang sama yaitu persamaan tersebut tidak
dapat diturunkan secara ketat dari prinsip fisis yang ada karena persamaan itu
sendiri menyatakan sesuatu yang baru dan dianggap sebagai satu postulat dari
mekanika kuantum, yang dinilai kebenarannya atas dasar hasil-hasil yang
diturunkan darinya.
Persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel
yang bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus
partikel bebas (potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel
yang mengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu
merupakan suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara
pun yang membuktikan bahwa perluasan itu benar.
Yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil postulat bahwa persamaan
Schrodinger berlaku untuk berbagai situasi fisis dan membandingkan hasilnya
dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya cocok, maka postulat yang terkait
dalam persamaan Schrodinger sah, jika tidak cocok, postulatnya harus
dibuang dan pendekatan yang lain harus dijajaki.
Derivasi persamaan (2.2) terhadap posisi x diperoleh:
i
d d ( Et px )
= [Ae ]
dx dx

[ ]
i
d ip ( Et px )
= Ae
dx

[( ]
i
d 2 d ip
)
(Et px)

= A e
dx
2
dx
i
d 2 p 2
(Et px)
2
= 2
A e
dx

7
2 2
d p
dx
2
( )
= 2 (2.3)

Selanjutnya, derivasi persamaan (2.2) terhadap t diperoleh:


i
d d ( Et px )
= [Ae ]
dt dt

( )[ ]
i
d iE ( Et px )
= Ae
dt

d iE
dt
=
( )
(2.4)

Pada kecepatan partikel lebih kecil dari kecepatan cahaya (c), energi total

p2
partikel sama dengan jumlah energi kinetiknya( EK =
2m ) dan besar

energi potensialnya (V). Keadaan ini dapat dituliskan sebagai:


p2
E= ( )
2m
+V (2.5)

Jika persamaan 2.5 dikalikan dengan fungsi gelombang , diperoleh:


2
E= ( )
p
2m
+V (2.6)

Selanjutnya dari persamaan (2.5) dan (2.6), diperoleh


2 d2
i
d
dt
= ( )
2 m d x2
+V (2.7)

Persamaan (2.7) adalah persamaan Schrodinger bergantung waktu untuk


satu dimensi. Persamaan Schrodinger bergantung waktu untuk tiga dimensi
adalah
2 2 2 2
i
d
dt
= ( )(

2m
d d d
+ +
d x2 d y2 d z2
+V (2.8))
2.4 Persamaan Schrodinger Bentuk Keadaan Tunak
Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel tidak bergantung
dari waktu secara eksplisit, gaya yang bereaksi padanya, V, hanya berubah
terhadap kedudukan partikel. Jika hal itu benar, persamaan Schrodinger dapat
disederhanakan dengan meniadakan ketergantungan terhadap waktu t. Fungsi
gelombang partikel bebas dapat ditulis

8
( i )( Et px )
=A e

=A e
(iE )t e( ip )x

Jika kemudian dituliskan bahwa


( iE )t , maka fungsi
= e

gelombang tersebut dapat dituliskan menjadi



= e
( iE )t (2.9)

Ini berarti, merupakan perkalian dari fungsi bergantung waktu

( iEh ) t dan fungsi yang bergantung kedudukan . Kenyataanya, perubahan


e

terhadap waktu dari semua fungsi partikel yang mengalami aksi dari gaya
jenuh mempunyai bentuk yang sama seperti pada partikel bebas.
Kemudian substitusi persamaan (2.9) ke dalam persamaan (2.7) yaitu
persamaan Schrodinger bergantung waktu, maka akan diperoleh:
2 2
i
d
dt
=
d
2 m d x2
+V ( )
[ ]( ) [ ] [ ]
iE iE iE
( ) t ( ) t ( ) t
d 2 d 2
e =
i e +V e
dt 2m d x 2

Jika rumusan-rumusan matematis tersebut diselesaikan maka akan


diperoleh :
d2 2 m (
d x2 ( )
+ 2 EV ) =0 (2.10)

Persamaan (2.10) selanjutnya dikenal dengan persamaan Schrodinger


untuk keadaan tetap atau persamaan keadaan jenuh Schrodinger dalam satu
dimensi. Sedangkan persamaan Schrodinger untuk keadaan tetap atau
persamaan keadaan jenuh Schrodinger dalam tiga dimensi

2 2 2
d d d 2m (
2
dx d y dz ( )
+ 2 + 2 + 2 EV ) =0 (2.11)

2.5 Sumur Potensial

9
Sebuah contoh sederhana tentang fenomena sebuah partikel dengan
energi diskrit adalah sebuah partikel dalam suatu kotak atau sumur potensial.
Gambar (2.1) mengilustrasikan suatu keadaan sumur potensial V dengan
batas-batas dinding yang keras berubah sepanjang sumbu x. Gerak partikel
sepanjang sumbu x dengan batas x 0 dan x L, pada daerah ini tidak terjadi
kehilangan energi saat partikel berbenturan dengan dinding.

Gambar 2.1. sumur potensial dengan dinding keras


Sesuai dengan syarat batas (boundary conditions) fungsi gelombang
= 0 terjadi pada x = 0 dan x = L. Untuk tidak sama dengan 0 ini terjadi
pada x 0 dan L 0 yaitu didalam kotak diantara kedua dinding, Pada x = 0,
x = L, besar V konstan atau V = 0, Jika demikian, persamaan Schrodinger
keadaan tetap (steady state) dapat dituliskan
2
d 2m
dx
2 ( )
+ 2 E=0 (2.12)

Jika diperlihatkan persamaan (2.12) serupa dengan persamaan gerak


ayunan sederhana (simple harmonie motion) atau SHM yang solusinya
adalah:
y = A sin kx + B cos kx

dengan k =
2mE
2
Oleh karena itu solusi untuk persamaan Schrodinger keadaan tetap adalah :

= A sin 2mE
2
x + B cos

2mE
2
x

Perhatikan lagi syarat batas untuk x = 0 dan x =L = 0. Untuk

x=0 cos 2mE / 2 x = cos 0 = 1, hasil ini tidak memenuhi syarat

batas. Oleh sebab itu solusinya menjadi

10
= A sin 2mE / 2 x (2.13)
Sebab sin 0=0 untuk x = 0. Untuk x = L


2 mE
x = A sin
2 mE
2 L n = 1,2,3,4, ...

Ini berarti bahwa energi E mempunyai harga-harga tertentu yang dalam


fisika kuantum disebut eigen values (nilai-nilai eigen) yang menyatakan
tingkat-tingkat energi suatu sistem. Tingkat Energi partikel dalam sumur
potensial menurut eigen values dapat dirumuskan sebagai berikut:


2 mE
2 L = n

( n )2
E n=
2 m L2

dengan n = 1,2,3,...
Kemudian pembahasan dilanjutkan pada fungsi gelombang dengan
tingkat energi En. Fungsi gelombang yang dimaksud dituliskan sebagai
berikut :

= A sin
2 m En

2 x

1
2
= A sin
n2 2 2 ) x
( 2
)
L
n
( )x
= A sin L (2.14)

Dalam persamaan tersebut karena En adalah energi eigen values maka fungsi
gelombang disebut eigen functions atau fungsi-fungsi eigen.
Nilai | n|2 juga harus tertentu pada seluruh ruang sumur pada batas x=0
dan x=L. Integral (dari batas 0 sampai batas L) dari nilai fungsi tersebut
diperoleh:
L
n2 dx= n 2 dx
0

11
L

= A2 sin2 ( n Lx ) dx
0

L
2
=A ( 2 )

n 2
Sesuai dengan kemungkinan menemukan partikel (P), maka = P.

Dengan demikian,

n dx= Pdx=1
2

n2 dx= A 2 ( L2 )=1

Selanjutnya fungsi gelombang untuk partikel dalam sumur (kotak)


potensial dituliskan dalam bentuk :
=
n 2
( ) sin (
L
nx
L ) (2.15)

Pada gambar (6) dilukiskan kemungkinan terjadinya pola gelombang


dengan perubahan panjang gelombang sesuai dengan harga-harga n.

Gambar
-L 2.2. Kemungkinan
L panjang gelombang
-L untuk sesuai
L harga-
harga n dan normalisasinya.
.6. Contoh soal dan pembahasan
1. Buktikan bahwa persamaan Schrodinger adalah linier dengan
membuktikan
=a 1 1 ( x , t ) +a 2 2 ( x , t )

12
1 2
Dimana dan adalah fungsi gelombang solusi persamaan

Schrodinger
Penyelesaian:
=a 1 1 ( x , t ) +a 2 2 ( x , t )

2
i = + U
t 2m x 2


i =i ( a1 1 ( x , t )+ a2 2 ( x , t ) )
t t

i =a1 i 1 ( x , t ) + a2 2 ( x , t )
t t t
2 2
i

t
=a1

( ( x , t )+U 1 ( x , t ) +a2
2 m x2 1 ) (

( x , t ) +U 2 ( x , t )
2 m x2 2 )
2
i = ( a ( x ,t ) +a 2 2 ( x , t ) ) +U (a1 1 ( x ,t ) +a2 2 ( x ,t ))
t 2m x 2 1 1
2

i = + U
t 2m x 2

2. Sebuah elektron konduksi berada dalam kotak energi potensial yang

kedalamannya tak hingga. Jika lebar kotak tersebut sebesar 2 ,

tentukanlah:
a. Energi untuk tingkat ke : 1 sampai 5.
b. Panjang gelombang untuk tingkat ke 1 sampai 5.
c. Fungsi gelombang untuk tingkat ke 1 sampai ke 5.
d. Gambar bentuk gelombang untuk fungsi gelombang ke 1 sampai ke 5.
Penyelesaian:
n 2 h2
a. Dengan menggunakan persamaan E n=
8 m L2

h2
Untuk tingkat pertaman, n = 1, maka E 1=
8 m L2

4 h2
Untuk tingkat pertaman, n = 2, maka E 2=
8 m L2

9 h2
Untuk tingkat pertaman, n = 3, maka E 3= 2
8mL

13
2
2h
Untuk tingkat pertaman, n = 4, maka E4 =
m L2

25 h2
Untuk tingkat pertaman, n = 5, maka E 5=
8 m L2
2L
n =
b. Dengan menggunakan persamaan n
1
1=2 L L= 1
Untuk n = 1, maka atau 2
2=L L= 2
Untuk n = 2, maka atau
2L
3 = L=1,5 3
Untuk n = 3, maka 3 atau

L
4= L=2 4
Untuk n = 4, maka 2 atau

2L
5 = L=2,5 5
Untuk n = 5, maka 5 atau

nx
L
()
c. Dengan menggunakan persamaan
n ( x )=
2
L
sin


n ( x )=sin x
Untuk n = 1, maka 2

Untuk n = 2, maka n ( x )=sin x


3
n ( x )=sin x
Untuk n = 3, maka 2

Untuk n = 4, maka n ( x )=sin2 x

Untuk n = 5, maka n ( x )=sin2,5 x

d. Gambar bentuk gelombang berdasarkan hasil data di atas:

14
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Persamaan Schrodinger menjelaskan hubungan ruang dan waktu pada
sistem mekanika kuantum. Persamaan ini merupakan hal penting dalam
teori mekanika kuantum, sebagaimana halnya hukum kedua Newton pada
mekanika klasik.
2. Bentuk Persamaan Schrodinger:
A. Bentuk Persamaan Schrodinger bergantung waktu untuk 1 dimensi:
2 d 2
i
d
dt
= ( )
2 m d x2
+V

B. Bentuk Persamaan Schrodinger bergantung waktu untuk 3 dimensi:


2 d2 d 2 d 2
i
d
dt
= ( )( + +
2 m d x 2 dy 2 dz 2
+V )
C. Bentuk Persamaan Schrodinger tak bergantung waktu untuk 1
dimensi:
d2 2 m (
dx 2 ( )
+ 2 EV ) =0

D. Bentuk Persamaan Schrodinger tak bergantung waktu untuk 3


dimensi :
2 2 2
d d d 2m (
dx
2
+
dy
2
+
dz
2 ( )
+ 2 EV ) =0

E. Fungsi gelombang untuk partikel dalam sumur (kotak) potensial


dituliskan dalam bentuk :

n = 2
( ) sin (
L
nx
L )

16
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur and The Houw Liong. 1990. Konsep Fisika Modern.Jakarta:
Erlangga.
Khusnul.PersamaanSchrodinger.khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/1144863
4/cd_fismod_jadi.docx (Diakses tanggal 3 Maret 2017)
Rohadi,Nyoman.2017. Dasar-Dasar Fisika Kuantum.Bengkulu: Universitas
Bengkulu
Serway, Raymond A, dkk. 1989. Modern Physics. Florida: Harcourt Brace
Jovanovich.

17

Anda mungkin juga menyukai