Anda di halaman 1dari 57

MODUL KIMIA KELAS XI SEMESTER 1

BAB 1STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK

Standar Kompetensi
1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur
molekul, dan sifat sifat senyawa

Kompetensi Dasar

1.1 Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan
konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel
periodik.

Anda akan melakukan kegiatan-kegiatan berikut.

 Mengkaji teori atom Bohr dan hubungannya dengan teori kuantum, prinsip
ketidakpastian dan mekanika gelombang melalui diskusi kelompok
 Menemukan pengertian bilangan kuantum
 Menentukan kedudukan elektron dengan bilangan kuantum
 Mengilustrasikan bentuk orbital s, p, d dengan bantuan alat peraga melalui kerja
kelompok
 Mnentukan konfigurasi elektron berdasarkan sub kulit
 Mendiskusikan hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem
periodik unsur

Akhirnya Anda akan mampu :


 Menjelaskan teori atom Bohr
 Menemukan kelemahan teori atom Bohr
 Menjelaskan teori mekanika kuantum
 Menentukan bilangan kuantum dalam rangka menemukan kemungkinan elektron
berada
 Menggambarkan bentuk-bentuk orbital.
 Menentukan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum.
 Menggunakan prinsip aufbau, aturan Hund dan azas larangan Pauli untuk
menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital
 Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam sistem
periodik

Ringkasan Materi

Anda telah mempelajari perkembangan model atom mulai dari Dalton sampai dengan
Niels Bohr pada modul Kimia kelas X pada semester 1. Masih ingat bukan ?
Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan positif yang
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan. Elektron dapat
berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi
sehingga energi elektron atom itu tidak berkurang.
Model atom Bohr ini merupakan model atom yang mudah dipahami, namun Bohr
hanya dapat menjelaskan untuk atom berelektron sedikit dan tidak dapat menjelaskan
bagaimana adanya sub lintasan-lintasan yang terbentuk diantara lintasan-lintasan
elektron. Karena itu dalam perkembangan selanjutnya, teori atom dikaji dengan
menggambarkan pendekatan teori atom mekanika kuantum.
Perkembangan muktahir di bidang mekanika kuantum dimulai dari teori Max
Planck yang mengemukakan kuanta-kuanta energi dilanjutkan oleh Louis de Broglie
tentang dualisme partikel, kemudian oleh Werner Heisenberg tentang prinsip
ketidakpastian dan yang terakhir saat ini adalah Erwin Schrodinger tentang persamaan
gelombang.
Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelamahan teori atom Bohr tentang
garis-garis terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya dan memperbaiki model
atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang berupa lingkaran dengan jari-jari
tertentu menjadi orbital dengan bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.
A. Teori Kuantum

Teori kuantum dari Max Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang
dipancarkan oleh benda mampat.Radiasi inilah yang menunjukan sifat partikel dari
gelombang.Radiasi yang dipancarkan setiap benda terjadi secara tidak kontinyu
(discontinue) dipancarkan dalam satuan kecil yang disebut kuanta (energi kuantum).
Planck berpendapat bahwa kuanta yang berbanding lurus
dengan frekuensi tertentu dari cahaya, semuanya harus berenergi
sama dan energi ini E berbanding lurus dengan h dan V.

Jadi,

Max Planck
E=hV

Keterangan :
E = Energi kuantum
h = Tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s)
V = Frekuensi

Planck menganggap hawa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda,


timbul secara terputus-putus walaupun penjalarannya melalui ruang merupakan
gelombang elektromagnetik yang kontinyu.

Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan


menurut suatu kuantum pada saat tertentu tetapi juga menjalar
menurut kuanta individual.Hipotesis ini menerangkan efek
fotolistrik, yaitu elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya
cukup tinggi, terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu.

Albert Einstein
Hipotesa dari Max Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris tentang efek
fotolistrik yaitu :

h V = Kmaks + h Vo

Keterangan :

hV = Isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang


Kmaks = Energi fotoelektron maksimum
hVo = Energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron dari
permukaan logam yang disinari

Tidak semua fotoelektron mempunyai energi yang sama sekalipun frekuensi


cahaya yang digunakan sama. Tidak semua energi foton (hv) bisa diberikan pada sebuah
elektron. Suatu elektron mungkin akan hilang dari energi awalnya dalam interaksinya
dengan elektron lainnya di dalam logam sebelum ia lenyap dari permukaan. Untuk
melepaskan elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi
yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom bebas dari logam yang
bersangkutan.
Penafsiran Einstein mengenai fotolistrik dikuatkan dengan emisi termionik.
Dalam emisi foto listrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh
elektron untuk lepas, sedangkan dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya.
Usul Planck bahwa benda memancarkan cahaya dalam bentuk kuanta tidak
bertentangan dengan penjalaran cahaya sebagai gelombang. Sementara Einstein
menyatakan cahaya bergerak melalui ruang dalam bentuk foton. Kedua hal ini baru
dapat diterima setelah eksperimen Compton. Eksperimen ini menunjukan adanya
perubahan panjang gelombang dari foton yang terhambur dengan sudut (f) tertentu oleh
partikel bermassa diam (mo). Perubahan ini tidak bergantung dari panjang gelombang
foton datang (l).
Hasil pergeseran compton sangat kecil dan tidak terdeteksi. Hal ini terjadi karena
sebagian elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya dan sebagian lainnya
terikat kuat. Jika elektron d timbulkan oleh foton, seluruh atom bergerak, bukan hanya
elektron tunggalnya.
Untuk lebih memahami tinjauan teori kuantum dan teori gelombang yang saling
melengkapi, marilah kita amati riak yang menyebar dari permukaan air jika kita
menjatuhkan batu ke permukaan air.

Pernahkan Anda perhatikan hal ini ?


Riak yang menyebar pada permukaan air
akan hilang dengan masuknya batu ke
dasar.

Analogi ini dapat menjelaskan energi yang dibawa cahaya terdistribusi secara
kontinyu ke seluruh pola gelombang.Hal ini menurut tinjauan teori gelombang
sedangkan menurut teori kuantum, cahaya menyebar dari sumbernya sebagai sederetan
konsentrasi energi yang teralokalisasi masing-masing cukup kecil sehingga dapat
diserap oleh sebuah elektron.
Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori kuantum.Sedangkan teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik
yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.
Perhatikan gambar berikut :

(b)
(a)

Gambar 1. (a) Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksidan interferensi yang


tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantum.(b) Teori kuantum menjelaskan efek
fotolistrik yang tidak dapat di jelaskan oleh teori gelombang.
Bila cahaya melalui celah-celah, cahaya berlalu sebagai gelombang, ketika tiba di
layar cahaya berlalu sebagai partikel.
Berdasarkan data tersebut, dilakukan eksperimen lanjutan yang meneliti sifat dualisme
gelombang dan partikel.
Dualisme Gelombang dan Partikel

Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui


eksperimen difraksi berkas elektron.
Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi mempunyai sifat
gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip
dualitas.
Louis de Broglie

Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang
tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan
dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.
Partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini
adalah petir dan kilat. Pernahkah Anda mendengar bunyi petir dan kilat. Pernahkah
Anda mendengar bunyi petir dan melihat kilat ketika hujan turun ? Manakah yang lebih
dulu terjadi, kilat atau petir ?
Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang
berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.
Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson an LH Giermer (Amerika Serikat)
dan GP Thomas (Inggris).
Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika kuantum
oleh Erwin Schrodinger.
Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian
yaitu

“Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara
seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian
menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.

Erwin Schrodinger Werner


Heisenberg
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron
disebut orbital.Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin
Schrodinger.Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom
modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron.Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang
sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung
membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit
terdiri dari beberapa orbital.Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya
belum tentu sama.

BILANGAN KUANTUM

Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan


kuantum.

1. Bilangan kuantum utama (n): mewujudkan lintasan elektron dalam atom.


n mempunyai harga 1, 2, 3, .....
- n = 1 sesuai dengan kulit K
- n = 2 sesuai dengan kulit L
- n = 3 sesuai dengan kulit M
- dan seterusnya
Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah
elektron maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi
rumus Pauli = 2n2.

Contoh:
Kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 42 elektron = 32
elektron
2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu
bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit.
Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1).
- n = 1 ; l= 0 ; sesuai kulit K
- n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L
- n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M
- n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N
- dan seterusnya

Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:


- l= 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp)
- l= 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle)
- l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse)
- l = 3 ; sesuai sub kulit f (f = fundamental)

3. Bilangan kuantum magnetik (m): mewujudkan adanya satu atau beberapa


tingkatan energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m)
mempunyai harga (-l) sampai harga (+l).
Untuk:
- l = 0 (sub kulit s), harga m = 0 (mempunyai 1 orbital)
- l = 1 (sub kulit p), harga m = -1, O, +1 (mempunyai 3 orbital)
- l = 2 (sub kulit d), harga m = -2, -1, O, +1, +2 (mempunyai 5 orbital)
- l = 3 (sub kwit f) , harga m = -3, -2, O, +1, +2, +3 (mempunyai 7 orbital)

4. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada


sumbunya.
Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini
berputar melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi
harga spin +1/2 atau -1/2.

Pertanyaan :

Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron


3s1 ?

Jawab:

Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s1 dapat


dinyatakan sebagai :

n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2


B. Bentuk dan Arah Orbital
Ingatlah bahwa setiap subkulit disusun oleh satu atau lebih orbital dan setiap
orbitalmempunyai bentuk tertentu. Adapun bentuk oebital di tentukan oleh bilangan
kuantum azimut.Anda dapat memperhatikan gambar bentuk-bentuk orbital berdasarkan
harga l (bilangan kuantum azimut).

Gambar 3. Bentuk-bentuk Orbital

Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya bahwa arah orbital ditentukan oleh
bilangan kuantum magnetik.Orbital s yang berbentuk bola tidak menunjukan arah ruang
tertentu karena kebolehjadian ditemukan elektron dengan bentuk ini berjarak sama
jauhnya ke segala arah dari inti atom.
Inti atom terdapat pada pusat bola. Perhatikanlah gambar arah ruang orbital s
berikut ini !

Gambar 4. Bentuk Orbital s


Kebolehjadian terbesar ditemukannya elektron dalam orbital s terdapat pada daerah
sekitar bola, yaitu untuk orbital :
a. 1s : terdapat pada kulit bola
b. 2s : terdapat pada awan lapisan kedua
c. 3s : terdapat pada awan lapisan ketiga
Gambaran kebolehjadian ditemukan orbital pada masing-masing kulit :

Gambar 5. Bentuk Orbital s Pada Kulit yang Berbeda


Pernahkah Anda menemukan sesuatu yang mirip dengan gambaran kebolehjadian pada
orbital s?
Gambaran ini mirip dengan kue onde-onde. Kue ini berbentuk bola yang di
dalamnya terdapat isi dengan bentuk bola pula. Dapatkah Anda gambarkan kue seperti
ini?

Bagaimana dengan subkulit p?

Subkulit p terdiri dari tiga orbital p. Karena nilai bilangan kuantum magnetiknya
ada tiga yaitu –1, 0, dan +1. Ketiga orbital ini mempunyai tingkat energi yang sama
tetapi arah ruangnya masing-masing berbeda. Jika digabungkan, ketiga orbital ini saling
tegak lurus satu sama lain. Bila digambarkan pada sistem koordinat cartesius yang
memiliki sumbu X, Y, dan Z maka orbital p yang terletak pada sumbu X disebut orbital
PX, sedangkan yang terletak pada sumbu Y disebut orbital PY. Begitu pula halnya
dengan orbital p yang terletak pada sumbu Z disebut orbital PZ.
Dapatkah Anda bayangkan penjelasan tersebut?

Baiklah, perhatikan gambar berikut ini!

Gambar 6. Bentuk-bentuk Orbital px, px, pz

Sehingga gambaran orbital p dengan bilangan kuantum azimut l =1 dinyatakan


dalam gambar berikut ini!

Gambar 7. Bentuk Orbital p


Subkulit d terdiri dari 5 orbital d karena nilai –2, -1, 0, +1, +2. Seperti halnya
orbital p, orbital d juga memiliki tingkat energi yang sama tetapi arah ruangnya masing-
masing berbeda. Bila digambarkan pada sisitem koordinat cartesius maka ketiga orbital
d menempati ruang antar sumbu pada koordinat cartesius tersebut. Masing-masing
orbital dinyatakan sebagai dXY, dXZ dan dYZ, sedangkan dua orbital d lainnya terletak
pada sumbu koordinat cartesius yang masing-masing orbital dinyatakan sebagai dX2-Y2
dan dZ2. Bentuk kelima orbital d dapat digambarkan sebagai berikut:
- Orbital dZ2 terletak pada sumbu Z
- Orbital dX2-Y2 terletak pada sumbu X dan Y
- Orbital dXY terletak antara sumbu X dan Y
- Orbital dXZ terletak antara sumbu X dan Z
- Orbital dYZ terletak antara sumbu Y dan Z

Gambar 8. Berbagai Bentuk Orbital d

Bagaimana orbital f yang terdiri dari 7 orbital? Tentunya orbital f ini akan lebih
rumit dan lebih sukar dipaparkan.
Tugas Terstruktur

1. Deret bilangan kuantum manakah yang sesuai untuk elektron 4p5 ?


a. n = 4 l=1 m=0 s=-½
b. n = 4 l=2 m = -2 s=-½
c. n = 4 l=1 m = +2 s=-½
d. n = 4 l=2 m = +2 s=+½
e. n = 4 l=0 m = -2 s=-½
2. Bilangan kuantum yang membagi subkulit-subkulit menjadi orbital-orbital disebut...
a. Bilangan kuantum Bohr
b. Bilangan kuantum spin
c. Bilangan kuantum magnetik
d. Bilangan kuantum azimuth
e. Bilangan kuantum utama
3. Berikut ini merupakan bentuk orbital d.

1 2 3 4 5
Yang merupakan gambar bentuk orbital dxy adalah...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
4. Suatu atom X memiliki elektron valensi 3d7. Bilangan kuantum dari elektron
valensi itu adalah....
a. n = 3 l=1 m=0 s=-½
b. n = 3 l=2 m = -2 s=-½
c. n = 3 l=1 m = +2 s=-½
d. n = 3 l=2 m = -1 s=-½
e. n = 3 l=0 m = -2 s=-½
SISTEM PERIODIK UNSUR

Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua
orbital ini terisi penuh.
Bagaimanakah pengisian elektron dalam orbital-orbital tersebut ?
Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan antara lain:

1. Prinsip Aufbau : elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi


terendah dan seterusnya. Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah
adalah 1s dilanjutkan dengan 2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah
dibuat diagram sebagai berikut:

Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur :


 Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s1
 Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
 Atom K : mempunyai 19 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2 2p6 3S2 3p6 4s1

2. Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat
bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai
bilangan kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum
spinnya harus berlawanan.
3. Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah
bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-
masing orbital terisi dengan sebuah elektron.
Contoh:
Atom C dengan nomor atom 6, berarti memiliki 6 elektron dan cara Pengisian
orbitalnya adalah :

Berdasarkan prinsip Hund, maka 1 elektron dari lintasan 2s akan


berpindah ke lintasan 2pz, sehingga sekarang ada 4 elektron yang tidak
berpasangan. Oleh karena itu agar semua orbitalnya penuh, maka atom
karbon berikatan dengan unsur yang dapat memberikan 4 elektron.
Sehingga di alam terdapat senyawa CH4 atau CCl4, tetapi tidak terdapat
senyawa CCl3 atau CCl5.

HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON

Unsur yang terletak pada satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip
(hampir sama).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan unsur-unsur
golongan B disebut unsur transisi (peralihan), semua unsur transisi diberi simbol B
kecuali untuk triade besi, paladium dan platina disebut "golongan VIII''.
Lambang Unsur-unsur Golongan A

Konfigurasi Elektron Orbital


Lambang Golongan Nama Golongan
Terluar
I-A Alkali ns1
II - A Alkali tanah ns2
III - A Boron ns2 - np1
IV - A Karbon - Silikon ns2 - np2
V-A Nitogen - Posphor ns2 - np3
VI - A Oksigen ns2 - np4
VII - A Halogen ns2 - np5
VIII - A Gas mulia ns2 - np6

Lambang Unsur-unsur Golongan B

Konfigurasi Elektron Lambang Golongan

(n - 1) d1 ns2 III - B
(n - 1) d2 ns2 IV - B
(n - 1) d3 ns2 V-B
(n - 1) d4 ns2 VI - B
(n - 1) d5 ns2 VII - B
(n - 1) d6-8 ns2 VIII
(n - 1) d9 ns2 I-B
(n - 1) d10 ns2 II - B

Golongan Lantanida dan Laktanida diberi Lambang :

nS2 (n-2)f1-14

Jika :
n = 6 adalah lantanida
n = 7 adalah laktanida
Cara Penentuan Periode dan
Golongan :

1. Unsur dengan nomor atom 11, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s1
n = 3, berarti periode 3 (kulit M).
elektron valensi (terluar) 3s sebanyak 1 elektron, berarti termasuk golongan IA.
2. Unsur Ga dengan nomor atom 31, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d10 4p1
n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
elektronvalensi 4s2 4p1, berarti golongan IIIA.
3. Unsur Sc dengan nomor atom 21, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1
n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
3d1 4s2 berarti golongan IIIB.
4. Unsur Fe dengan nomor atom 26, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d10
n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).
3d64s2 , berarti golongan VIII.
Tugas Terstruktur
1. Berapakah jumlah elektron maksimum dalam suatu atom yang dimiliki
oleh bilangan kuantum berikut?
a. n = 2, l= 0, ml = 0, ms = + ½
b. n = 4, l=2, ml = +1, ms = + ½
c. n = 3, l = 2, ml = 0, ms = + ½
d. n = 2, l = 0, ml = 0, ms = - ½
e. n = 4, l = 3, ml = +2, ms = - ½
2. Tuliskan konfigurasi elektron dalam keadaan dasar (ground state) untuk:
a. atom neon;
b. kation litium, Li+;
c. atom mangan;
d. atom fluorin;
e. kation kobalt, Co2+;
f. ion klorida, Cl-.
3. Tuliskan konfigurasi elektron (dengan penyingkatan) atom-atom berikut dan
tentukan letaknya dalam sistem periodik unsur.
a. oksigen (Z = 8)
b. aluminium (Z = 13)
c. tembaga (Z = 29)
d. kripton (Z = 36)
IKATAN KIMIA

Standar Kompetensi
1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur
molekul, dan sifat sifat senyawa

Kompetensi Dasar
1.2. Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori
hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul.
1.3. Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar molekul) dengan sifatnya.

Anda akan melakukan kegiatan-kegiatan berikut.


 Mengkaji struktur Lewis untuk menentukan PEB dan PEI serta tiipe molekul
melalui diskusi kelas
 Menggambarkan bentuk molekul senyawa melalui diskusi kelas (gunakan
visualisasi misalnya menggunakan balon atau CD)
 Diskusi kelompok tentang gaya antar molekul
 Menganalis grafik yang hubungan antara titik didih dengan molekul yang terbentuk
melalui ikatan hidrogen
 Mengindentifiksi sisft-sifat fisik molekul berdasarkan gaya antar molekul melalui
diskusi kelompok

Akhirnya Anda akan mampu :


 Menentukan PEB dan PEI
 Menentukan tipe molekul
 Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron.
 Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi.
 Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan
gaya antar molekul (gaya Van Der Waals, gaya London, dan ikatan hidrogen)
Ringkasan Materi

TEORI DOMAIN ELEKTRON

Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari bentuk molekul dari atom-atom
yang berikatan.
Sebelum Anda mempelajari materi-materi berikut ini, sebaiknya Anda mengingat
kembali modul Kim X.04 tentang Ikatan Kimia Bagian Struktur Lewis.
Struktur Lewis menggambarkan susunan elektron dari atom-atom yang berikatan
dan dapat menunjukkan jumlah pasangan elektron bebas dan jumlah pasangan elektron
ikatan sekitar atom pusat.
Teori Domain Elektron akan menjelaskan susunan elektron dalam suatu atom yang
berikatan. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya dan
bentuk geometri ini akan dijelaskan melalui teori VSEPR.
Geometri (bentuk) molekul adalah gambaran tentang susunan atom-atom dalam
molekul berdasarkan susunan ruang pasangan elektron atom dalam pusat dalam molekul,
pasangan elektron ini baik yang berikatan maupun yang bebas.
Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pain Repulsion) yaitu teori tolak menolak
pasangan – pasangan elektron pada kulit terluar atom pusat.Teori ini menekankan pada
kekuatan tolak menolak diantara pasangan -pasangan elektron pada atom pusat urutan
kekuatannya adalah sebagai berikut :Pasangan Elektron Terikat (PET) ; Pasangan
Elektron Bebas (PEB)
A. Bentuk-bentuk Molekul

Jumlah Pasangan Sudut


Susunan Ruang Bentuk Molekul
Elektron Ikatan

2 Linear 180°

3 Segitiga Samasisi 120°

4 Tetrahedron 109,5°

Bipiramidal 90°
5
Trigonal 120°

6 Oktahedron 90°
Tabel 2. Berbagai kemungkinan bentuk molekul berdasarkan PEI dan PEB

Jumlah Jumlah Jumlah Susunan Ruang


Bentuk Molekul
Elektron PEI PEB Elektron

2 2 0 Linear Linear

3 3 0 Segitiga sama sisi Segitiga datar


4 4 0 Tetrahedral
Tetrahedron
4 3 1 Segitiga piramidal
4 2 2 Huruf 'V'

5 5 0 Segitiga piramidal
Tetrahedral tak
5 4 1
Bipiramidal Trigonal simetris (bidang 4)
5 3 2 Huruf 'T'

5 2 3 Linear

6 6 0 Oktahedral

6 5 1 Segiempat Bipiramidal
Oktahedron
6 4 2 Segiempat datar

6 2 4 Linear

Cobalah Anda menggambarkan berbagai bentuk molekul untuk memudahkan


dalam mengingatnya. Buatlah sampai persis sama, sehingga Anda mempunyai
bayangan tentang bentuk molekul tersebut sesungguhnya.
Bagaimanakah menentukan bentuk molekul suatu senyawa CCl4?
(No. atom C = 6 ,Cl = 17)

Perhatikan langkah berikut :


a. Buatlah struktur Lewis
b. Tentukan pasangan elektron berikatan pada atom pusat
c. Tentukanlah pasangan elektron bebas pada atom pusat
d. Tentukanlah bentuk molekulnya
Contoh :
1. Bentuk molekul CCl4
 Konfigurasi elektron 6C = 2, 4,
17 Cl = 2, 8, 7

 Elektron valensi C = 4
Cl = 7
 Jumlah elektron valensi ( 1 x 4) + (4 x 7) = 32 buah = 16 pasang
 Jumlah pasangan elektron ikatan (PEI) = 4 pasang
 Jumlah pasangan elektron bebas (PEB) = 16 – 3 = 12 pasang
 Disebarkan sekitar atom pusat secara merata sehingga memenuhi kaidah
oktet, jika masih ada sisa letakkan pada atom pusat.
 Struktur Lewis :
Atom C sebagai atom pusat, atom Cl yang mengelilingi atom C

 Perhatikan pasangan elektron pada atom pusat


 Pasangan elektron atom pusat = 4
 Pasangan elektron atom berikatan = 4
 Pasangan elektron atom bebas = 0
 Sehingga susunan ruang elektronnya :Tetrahedron.
 Bentuk molekulnya : Tetrahedral
Latihan

Perkirakan bentuk molekul dari masing – masing senyawa berikut ini :


a. PCl5 d. CF4
b. CCl4 e. SF6
c. BrF5
No. atom masing-masing dapat dilihat pada tabel SPU (Sistem Periodik Unsur)
Jawaban Anda akan benar, jika :
PCl5 : bipiramidal trigonal
CCl4 : Tetrahedron
SF6 : oktahedron
BrF5 : piramida segi empat
CF4 : tetrahedron
Apakah jawaban Anda benar semua ?
Jika masih ada kesalahan, diskusikan dengan guru bina atau teman sejawat Anda ?
Jika sudah benar dan Anda betul-betul paham, silahkan kerjakan soal Tugas 1.

Teori Hibridisasi
Ikatan kovalen yang dibentuk melalui pertumpang tindihan (overlapping) orbital-
orbital atom secara sederhana.Hanya dapat menjelaskan ikatan yang terbentuk antara
dua atom.Untuk menjelaskan ikatan polliatom digunakan perluasan teori ikatan valensi
yaitu teori hibridisasi. Menurut teori ini, orbital-orbital ketika overlap membentuk
ikatan melalui proses hibridisasi.
Secara umum proses hibridisasi adalah sebagai berikut :
1) Promosi elektron dari orbital yanng penuh (terisi 2 buah elektron) ke orbital
yang masih kosong, sehingga orbital kosong ini menjadi ½ penuh (terisi 1
elektron).
2) Pencampuran orbital-orbital pada kulit valensi (baik yang penuh maupun ½
penuh) sehingga diperoleh orbital-orbital yang baru yang sama tingkat energi
ataupun bentuknya. Orbital baru inilah selanjutnya nanti terlibat dalam
pembentukan ikatan sigma atau phi dengan orbital ½ penuh dari atom lain.

Tabel 2.1 Bentuk orbital hibrida


Jenis Orbital Hibrida Bentuk Molekul

sp Linear

sp2 Trigonal

sp2d Segi empat planar

sp3 Tetrahedral

sp3d Trigonal bipiramida

sp3d2 oktahedral

Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul

Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan secara
umum didisukusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku pelajaran kimia
organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara luas dalam kimia
organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia
lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini dalam
memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan molekul, meliputi senyawa yang
paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut pandang pedagogi, pendekatan
hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan
tidak secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori orbital
molekul.
TUGAS TERSTRUKTUR

1. Berdasarkan teori hibridisasi, jenis orbital hibrid pada ikatan kovalen dari CH4
adalah ...
a. sp d. sp3d
b. sp2 e. sp3d2
c. sp3
2. Berdasarkan teori hibridisasi, jenis orbital hibrid pada ikatan kovalen dari BF3
adalah ...
a. sp d. sp3d
b. sp2 e. sp3d2
c. sp3
3. Sudut ikatan dalam molekul air adalah 104,5o bukan 109,5o karena...
a. Tolak menolak pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan
b. Tolak menolak pasangan elektron bebas dan pasangan elektron bebas
c. Tolak menolak pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas
d. Tolak menolak pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron ikatan
e. Ikatan antara sesama molekul air
4. Unsur X memiliki konfigurasi elektron 2, 2 sedang unsur Y memiliki konfigurasi
elektron 2,8, 7. Jika kedua unsur membentuk senyawa rumusnya adalah....
a. X2Y d. XY3
b. XY2 e. X2Y3
c. XY
5. Unsur X dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1 biasanya membentuk
senyawa brom dengan rumus...
a. XBr
b. XBr2
c. XBr3
d. X2Br
e. X2Br3
A. Gaya Tarik Antar Molekul

Jika Molekul – molekul membentuk senyawa tentunya ada interaksi antar molekul
tersebut seperti halnya keluarga, jika suatu keluarga dinyatakan sebagai senyawa dan
anggota keluarga sebagai molekul, maka setelah kita mempelajari sifat masing – masing
anggota keluarga tentunya kita akan mempelajari hubungan (interaksi) antar anggota
keluarga tersebut. Gaya antar molekul pada modul ini dibatasi pada gaya tarik antara
dua molekul atau lebih dari satu zat murni.
Pada bagian ini, akan dipelajari tiga macam gaya tarik antar molekul. Dua
diantaranya sekaligus disebut gaya tarik Van der Waals. Gaya tarik yang lemah
disebabkan oleh dipol imbasan sesaat, yang terjadi antara semua molekul, bahkan juga
molekul yang non polar sekalipun, Gaya tarik Van der Waals yang kuat, disebut gaya
tarik dipol-dipol, terjadi antara molekul yang memiliki momen dipol permanen. Gaya
tarik ketiga lebih kuat dari gaya Van der Waals yang terjadi hanya antar molekul
tertentu dan kemudian disebut Ikatan Hidrogen.
1. Gaya London
Seorang ahli fisika dari Jerman Fritz London, tahun 1930 menguraikan
terjadinya tarikan yang lemah disebabkan oleh dipol imbasan sekejap atau sesaat
yang kemudian dikenal Gaya London.
Terjadinya tarikan antar elektron satu molekul dan inti molekul yang lain
dapat dibayangkan sebagai akibat menggesernya posisi atau getaran (Vibrasi)
elektron dan inti-inti itu. Suatu getaran dalam sebuah molekul mengimbas
(menginduksi) suatu geseran elektron-elektron suatu molekul yang disebelahnya
seperti gambar 5.

Gambar 5. Diagram getaran elektron terhadap inti-inti dalam dua atom dari
suatu gas mulia.
Atom simetris (tengah bersifat non polar) tetapi getaran yang mengimbas
gaya tarik dipol sesaat antara atom-atom sebelahnya.
Perhatikan bahwa posisi inti tidak berubah.Bila beberapa molekul berkumpul
bersama-sama seperti dalam cair, geseran-geseran disingkronkan, sehingga
terdapat suatu tarikan total antara banyak molekul yang bersebelahan. Dipol-dipol
ini dikatakan bersifat sesaat, karena getaran itu milyaran kali dalam suatu detik.
Pada saat berikutnya dipol itu hilang, atau mungkin arah polaritas telah dibalik.
Gaya London ini yang menyebabkan adanya tarikan antara molekul-molekul
senyawa non polar.

Ingatkah Anda bagaimana caranya membedakan molekul polar dengan non polar?

Jika tidak bukalah dan baca kembali modul Kim X.04 bagian kepolaran.
Molekul-molekul polar besar lebih efektif ditarik satu sama lain daripada molekul
kecil. Marilah kita bandingkan molekul metana, CH4 dengan propana CH3 CH2 CH3.
Perhatikan rumus struktur keduanya.

Apa yang dapat Anda simpulkan dari rumus struktur itu ?


Struktur molekul Propana lebih besar dari Metana sehingga tarikan yang terjadi
antar dua molekul Propana lebih kuat dari pada dua molekul Metana. Contoh lain yang
dapat kita perhatikan antara iod, I2, dan flour, F2. Manakah yang lebih kuat, molekul
iod atau molekul flour ?
Apakah jawaban Anda molekul iod ?Jika demikian, Anda benar.
Molekul dengan distribusi / penyebaran elektron yang besar dan baur ke segala
arah saling menarik lebih kuat dari pada molekul – molekul yang elektronnya lebih kuat
terikat. Molekul iod yang besar itu saling tarik – menarik dengan lebih kuat dari pada
molekul flour yang lebih kecil. Mudah tidaknya suatu molekul membentuk dipol sesaat
disebut polarisabilitas. Hal ini berkaitan dengan masa molekul relatif (Mr) dan bentuk
molekul. Masa molekul relatif berkaitan dengan jumlah elektron dalam molekul maka
makin mudah mengalami polarisasi sehingga makin kuat gaya Londonnya.
Mari kita bandingkan molekul H2, N2, O2, dan Br2. Bagaimana urutan kekuatan gaya
London molekul-molekul tersebut ?
Apakah jawaban Anda berikut ini ? Urutan kekuatan Gaya London dari yang terlemah
ke yang paling kuat adalah H2 — N2 — O2 — Br2 karena
MrBr2> MrO2> MrN2> MrH2
Molekul yang bentuknya panjang lebih mudah mengalami polarisasi
dibandingkan molekul yang kecil, padat dan simetris sehingga gaya London Pentana
lebih kuat dari pada 2 – Metil Butana (Neo Petana).

Bagaimanakah akibat pergerakan elektron dalam orbital pada molekul polar? Pelajarilah
uraian berikut?

2. Gaya Tarik Dipol-Dipol


Molekul yang mempunyai momen dipol permanen dikatakan sebagai
polar.Seperti gambar 6.

Gambar 6. Molekul diatom kovalen polar

Perhatikan bahwa anak panah yang menyatakan kepolaran digambar dari


muatan positif parsial ke muatan negatif parsial.
Perhatikan pada gambar.

Gambar 7. Molekul tri atom polar dan non polar


Arah vektor menuju ke atom yang lebih elektronegatif ujung plus
menunjukkan ke atom yang kurang elektronegatif. Gaya tarik antar dua molekul
polar disebut Gaya tarik dipol-dipol. Tarikan ini lebih kuat dari pada tarikan
antara molekul-molekul non polar.

IKATAN HIDROGEN

Dalam kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang
terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Walaupun
lebih kuat dari kebanyakan gaya antarmolekul, ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari
ikatan kovalen dan ikatan ion. Dalam makromolekul seperti protein dan asam nukleat,
ikatan ini dapat terjadi antara dua bagian dari molekul yang sama. dan berperan sebagai
penentu bentuk molekul keseluruhan yang penting.
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O, atau F yang
mempunyai pasangan elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari molekul lain
akan berinteraksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen
dengan besar ikatan bervariasi mulai dari yang lemah (1-2 kJ mol-1) hingga tinggi (>155
kJ mol-1).
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara
atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar ikatan
hidrogen yang terbentuk.Ikatan hidrogen mempengaruhi titik didih suatu senyawa.
Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada
air (H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total
ikatan hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki
ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya)
sehingga titik didih air lebih tinggi daripada asam florida.
Contoh:
- Molekul H2O
Tugas Terstruktur

1. Ikatan antara atom-atom karbon dan hidrogen dalam molekul n-butana adalah...
a. Ikatan elektrovalen
b. Ikatan polar
c. Ikatan kovalen
d. Ikatan semipolar
e. Ikatan koordinasi
2. Dari pasangan senyawa di bawah ini, manakah yang mempunyai ikatan kovalen
pada kedua senyawanya ?
a. NH3 – KCl
b. CO2 – BaCl2
c. H2O – CCl4
d. NaCl – KBr
e. HF - LiCl
3. Dari senyawa-senyawa berikut, yang mempunyai ikatan kovalen dan bersifat polar
adalah ...
a. NH3
b. KCl
c. BF3
d. CH4
e. NaCl
Tugas Mandiri

1. Bentuk dan ukuran orbital atom ditentukan oleh bilangan kuantum ... .
A. utama (n) dan magnetik (m)
B. azimut (l) dan utama (n)
C. magnetik (m) dan spin (s)
D. azimut (l) dan magnetik (m)
E. spin (s) dan azimut (l)
2. Semua elektron dalam sub kulit d harus mempunyai bilangan kuantum ... .
A. n = 3
B. m = 2
C. l = 2
D. n = 4
E. s = ½
3. Elektron terakhir dalam atom suatu unsur mempunyai bilangan kuantum : n=3, l
=2, m = 0, dan s =  12 . Unsur tersebut mempunyai nomor atom ...
A. 21
B. 24
C. 25
D. 26
E. 28
4. Konfigurasi elektron X3+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3d6 dalam sistem periodik unsur X
terletak pada…
A. golongan VIIIA periode 3
B. golongan VIIA periode 3
C. golongan IIIA periode 4
D. golongan IIIB periode 4
E. golongan VIIIB periode 4
5. Suatu atom unsur memilki bilangan kuantum elektron terluar n = 2, l = 1, m = -1, dan
s = -1/2. Unsur tersebut terletak pada golongan dan periode…
A. golongan IV periode 2
B. golongan IV periode 4
C. golongan VI periode 2
D. golongan VI periode 4
E. golongan II periode 2
6. Unsur besi pada sistem periodik pada periode keempat dan golongan…
A. IVB
B. IV A
C. VI A
D. VI B
E. VIII B
7. Diketahui nomor atom:
H = 1; B = 5; C = 6; N = 7; O = 8 dan F = 9
Maka pasangan senyawa dan tipe molekul yang benar adalah … .
Senyawa Tipe molekul
A. NH3 AY3
B. CH4 AY2
C. H2O AY2E2
D. BF3 AY3E
E. CO2 AY2E2

8. Molekul yang dikelilingi atom pusatnya terdapat 4 pasang elektron ikatan akan
membentuk geometri molekul…
A. linier
B. tetrahedral
C. piramida trigonal
D. piramida segiempat
E. octahedal
9. Gaya London dapat terjadi karena adanya tarik-menarik antara…
A. ion positif dan ion negatif pada molekul
B. molekul-molekul polar yang berbeda
C. dipol-dipol sementara pada mokelul non polar
D. unsur-unsur elektronegatif antar molekul polar
E. dipol-dipol permanent pada molekul non polar
10. Antar molekul berikut yang dapat membentuk ikatan hidrogen adalah ... .
A. NaH
B. HF
C. HCl
D. Mg(OH)2
E. H2S
TERMOKIMIA

Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya

Kompetensi Dasar
2.1. Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm, dan reaksi
endoterm.
2.2. Menentukan H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan
entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan.

Anda akan melakukan kegiatan-kegiatan berikut.


 Diskusi informasi tentang azas kekekalan energi
 Mengidentifikasi sistem dan lingkungan melalui diskusi kelompok.
 Merancang dan melakukan percobaan tentang reaksi eksoterm dan endoterm dalam
kelompok di laboratorium.
 Menggambarkan grafik yang menunjukkan reaksi eksoterm dan endoterm.
 Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi melalui diskusi kelas
 Melakukan percobaan untuk menentukan ∆H reaksi dengan kalorimeter sederhana
melalui kerja kelompok di laboratorium.
 Berlatih menghitung ∆Hreaksi.

Akhirnya Anda akan mampu :


 Menjelaskan hukum/azas kekekalan energi
 Membedakan sistem dan lingkungan
 Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang
menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
 Menyimpulkan perbedaan antara reaksi eksoterm dan endoterm dari data percobaan
 Menggambarkan grafik yang menunjukkan reaksi eksoterm dan endoterm
 Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
 Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan.
 Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan:
- data entalpi pembentukkan standar (∆Hf)
- diagram siklus dan diagram tingkat
- Kalorimeter
- energi ikatan

Ringkasan Materi

SISTEM DAN LINGKUNGAN

Sistem adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian kita dalam hal ini merupakan
seluruh proses kimia yang terjadi.

Lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem.

REAKSI EKSOTERM DAN ENDOTERM

Reaksi Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau padareaksi
tersebut dikeluarkan panas.Pada reaksi eksoterm harga ∆H = ( - )

Contoh : C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393.5 kJ ; ∆H = -393.5 kJ

Reaksi Endoterm

Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada
reaksi tersebut dibutuhkan panas.Pada reaksi endoterm harga ∆H = ( + )

Contoh : CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; ∆H = +178.5 kJ


TUGAS TERSTRUKTUR

1. Jelaskan maksud istilah-istilah berikut: sistem, lingkungan, sistem terbuka, sistem


tertutup, dan hukum kekekalan energi.
2. Sebutkan dua contoh proses eksotermis dan contoh proses endotermis.
3. Reaksi pemecahan biasanya bersifat endotermis, sedangkan reaksi
pembentukan biasanya bersifat eksotermis. Jelaskan mengapa demikian.

ENTALPI DAN PERUBAHAN ENTALPI

A. ENTALPI

Entalpi= H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp. Perubahan entalpi adalah
perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada tekanan tetap.
a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi = endoterm
b. Pembentukan ikatan memberikan energi = eksoterm

B. PERUBAHAN ENTALPI STANDAR (∆Ho)


Perubahan entalpi standar (∆Ho) adalah suatu perubahan entalpi yang diukur pada
kondisi standar, yakni pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm. Terdapat berbagai jenis
perubahan entalpi standar diantaranya :
- Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (∆Hof)
- Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (∆Hoc)
- Perubahan Entalpi Pengatoman Standar (∆Hoat)
- Perubahan Entalpi Peleburan Standar (∆Hofus)
- Perubahan Entalpi Penguapan Standar (∆Hovap)

1. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (∆Hof)


Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hof) menyatakan perubahan entalpi
pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya pada kondisi standar. Sebagai
contoh, ∆Hofuntuk pembentukan 1 mol gas metana (CH4) dari C(grafit)dan gas
hidrogen adalah -74,8 kJ/mol.
C(s, grafit) + 2H2(g) → CH4(g) ∆Hof = -74,8 kJ/mol

2. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (∆Hoc)


Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hoc) menyatakan perubahan entalpi
pada pembakaran habis 1 mol zat pada kondisi standar. Sebagai contoh, nilai ∆Hoc
untuk pembakaran 1 mol C(grafit) adalah -393,5 kJ/mol..
C(s, grafit) + O2(g) → CO2(g) ∆Hoc = -393,5 kJ/mol

3. Perubahan Entalpi Pengatoman Standar (∆Hoat)


Perubahan entalpi pengatoman standar (∆Hoat) menyatakan perubahan entalpi
pada pembentukan 1 mol atom-atom unsur dalam fase gas pada kondisi standar.
Sebagai contoh, nilai ∆Hoat dari atom unsur C(grafit) adalah +718,4 kJ/mol.
C(s, grafit) → C(g) ∆Hoat= +718,4 kJ
Reaksi pengatoman selalu memiliki ∆Hoatpositif atau bersifat endoterm karena
selalu memerlukan energi untuk memisahkan atom-atom.

4. Perubahan Entalpi Peleburan Standar (∆Hofus)


Perubahan entalpi peleburan standar (∆Hofus) menyatakan perubahan entalpi
pada peleburan 1 mol zat padat menjadi 1 mol zat cair pada titik leburnya dan
tekanan standar. Sebagai contoh, nilai ∆Hofusuntuk H2O padat adalah +6,01 kJ/mol.
H2O(s) → H2O(l) ∆Hofus= +6,01 kJ

5. Perubahan Entalpi Penguapan Standar (∆Hovap)


Perubahan entalpi penguapan standar (∆Hovap) menyatakan perubahan entalpi
pada penguapan 1 mol zat cair menjadi 1 mol gas pada titik didihnya dan tekanan
standar. Sebagai contoh, nilai ∆Hovap untuk H2O cair adalah +44,05 kJ/mol.
H2O(l) → H2O(g) ∆Hovap = +44,05 kJ
C. MENGHITUNG ∆H REAKSI
Nilai perubahan entalpi (∆H) dapat ditentukan menggunakan 3 metode berikut :
- Melakukan eksperimen dengan kalorimeter sederhana.
- Menggunakan Hukum Hess.
- Menggunakan data energi ikatan.

1. Menghitung ∆H Reaksi menggunakan Kalorimeter Sederhana


Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan ∆H reaksi melalui
pengukuran kalor reaksi.Jumlah kalor reaksi tergantung dari sifat termal zat.
Sifat termal zat adalah kemampuan zat untuk menyerap atau melepas kalor.Ada
dua jenis sifat termal yaitu kalor jenis yang merupakan sifat termal intensif dan
kapasitas kalor yang merupakan sifat termal ekstensif.
a. Kalor jenis
Kalor jenis adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1
gram zat sebesar 1oC.Satuannya adalah J/goC atau J/kg K.
Besarnya kalor ini diukur berdasarkan perbedaan suhu dan dihitung
menggunakan persamaan berikut.

q = m c ΔT

Keterangan :
q = jumlah kalor (J atau kJ)
m = massa campuran (g atau kg)
c = kalor jenis larutan (J/goC atau J/kg K)
Δt= kenaikan suhu (oCatau K)
b. Kapasitas kalor
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
zat atau sistem sebesar sebesar 1oC atau 1 K. Satuannya adalah J/K atau J/oC.
Besarnya kalor ini diukur berdasarkan rumus berikut ini :

q = C ΔT
Perubahan entalpi dengan kalorimeter sederhana dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

qreaksi+ qlarutan= 0 qreaksi= –qlarutan q larutan= m · c · Δt

Pada tekanan tetap, perubahan entalpi (∆H) sama dengan kalor (q) yang diserap
atau dilepas.

∆H = - q

∆H = - m · c · Δt

2. Hukum Hess
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik untuk ekspansi Hess dalam
siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari hukum
kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH). Menurut hukum Hess,
karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah
sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda.
Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun
tidak dapat diukur secara langsung.Caranya adalah dengan melakukan operasi
aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan
semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan
reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus
dikali (dibagi).Jika persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik
pula (yaitu menjadi -ΔH).Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga
dapat diketahui dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi
entalpi pembentukan reaktan. Secara matematis
.

Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum

Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram tingkat
energi.

3. Penentuan ∆H Berdasarkan Entalpi Pembentukan Standar

Berdasarkan perubahan entalpi pembentukan standar zat-zat yang ada dalam


reaksi. Perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan rumus :

Hof = ∑Hof produk - ∑Hof reaktan

Perubahan entalpi pembentukan beberapa zat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Data entalpi pembentukan standar beberapa zat
Zat Hof (kJ/mol) Zat Hof (kJ/mol)
H2(g) 0 CCl4(g) -96
O2(g) 0 C2H5OH(l) -277,6
N2(g) 0 SiO2(g) -910,9
C(s) 0 PbO(s) -219
Fe(s) 0 NH3(g) -45,9
Si(s) 0 NO2(g) +33,2
H2O(g) -241,8 SO2(g) -296,8
H2O(l) -285,8 H2S(g) -20
CO(g) -110,5 HF(g) -273
CO2(g) -393,5 HCl(g) -92,3
C2H4(g) +52,5 AgCl(s) -127
C2H6(g) -84,7 AgBr(s) -99,5
C6H6(g) +49,7 AgI(s) -62,4
CH3OH(l) -238,6 NO(g) +90,3
CS2(g) +177 CH4(g) -74,9

4. Energi Ikatan Rata-Rata

Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan antar
atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan kalor/energi yaitu
endoterm) dan penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat reaksi
sehingga membentuk susunan baru (proses yang membebaskan kalor/energi yang
disebut eksoterm).
Entalpi dan kalor reaksi selain dapat ditentukan dengan kalorimeter atau dengan
cara hukum Hess , dapat pula ditentukan dengan menghitung energi ikatan yang
digunakan untuk melepas atau membentuk suatu ikatan. Kalor yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan oleh 1 mol molekul gas menjadi atom-atom atau gugus dalam
kedaan gas disebut dengan energi ikatan.
Pada reaksi: H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g)
Tahap 1: H2(g) 2H(g) diperlukan energi
2H(g) 2Cl(g) diperlukan energi
Tahap 2: 2H(g) + 2Cl(g) 2HCl(g) diperlukan energi
 Energi Atomisasi merupakan energi yang diperlukan untuk memutuskan semua
ikatan 1 mol molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
 Energi Disosiasi ikatan merupakan energi yang diperlukan untuk memeutusakan
salah satu ikatan 1 mol suatu molekul gas menjadi gugus-gugus molekul gas.
CH4(g) CH3(g) + H(g)H = +425 kJ/mol
CH3(g) CH2(g) + H(g)H = +480 kJ/mol
Reaksi tersebut menunjukan bahwa untuk memutuskan sebuah ikatan C-H dari
molekul CH4menjadi gugus CH3dan atom gas H diperlukan energi sebesar +425 kJ/mol,
tetapi pada pemutusan ikatan C-H pada gugus CH3menjadi gugus CH2 dan atom gas H
diperlukan energi sebesar +480 kJ/mol. Jadi meskipun ikatannya sama tetapi dari gugus
yang berbeda diperlukan energi yang berbeda pula.
 Energi Ikatan Rata-rata merupakan energi rata-rata yang diperlukan untuk
memutuskan sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atom-atom
gas.
Contoh
CH4(g) CH3(g) + H(g)H = +425 kJ/mol
CH3(g) CH2(g) + H(g)H = +480 kJ/mol
CH2(g) CH(g) + H(g)H = +425 kJ/mol
CH(g) C(g) + H(g)H = + 335 kJ/mol
Jika keempat reaksi tersebut dijumlahkan, akan diperlukan energi 1.665 kJ/mol,
sehingga jika diambil rata-ratanya maka untuk setiap ikatan didapatkan nilai +416,25
kJ/mol. Jadi, energi ikatan rata-rata dari ikatan C-H adalah +416,25 kJ/mol.
Energi ikatan rata-rata merupakan beasaran yang cukup berarti untuk meramalkan
besarnya energi dari suatu reaksi yang sukar ditentukan melalui pengukuran langsung
dengan kalorimeter meskipun yerdapat penyimpangan-penyimpangan.
Tabel 2.Data energi ikatan rata-rata dalam kJ/mol
Energi Ikatan Energi Ikatan Energi Ikatan
Ikatan Rata-rata Ikatan Rata-rata Ikatan Rata-rata
(kJ/mol) (kJ/mol) (kJ/mol)
Br – F 237 Cl – F 253 N – Br 243
Br – Cl 218 Cl – Cl 243 O–H 464
Br – Br 193 F–F 159 O–O 142
C–C 348 H–F 565 O=O 498
C=C 611 H – Cl 431 O–F 190
C C 837 H – Br 364 O – Cl 203
C–H 414 H–I 297 O–I 234
C–N 305 H–H 436 S–H 339
C=N 615 I – Cl 208 S–F 327
C N 891 I – Br 175 S – Cl 253
C–O 360 I–I 151 S – Br 218
C=O 799 N–H 389 S–S 266
C O 1072 N–N 163 S=S 418
C–F 485 N=N 418 S=O 323
C – Cl 339 NN 946 Si – H 323
C – Br 276 N–O 222 Si – Si 226
C–I 240 N–F 272 Si – C 301
C–S 259 N – Cl 200 Si – O 368

Energi ikatan dapat digunakan sebagai petunjuk kekuatan ikatan dan kestabilan
suatu molekul.Molekul dengan energi ikatan besar berarti ikatan dalam molekul tersebut
kuat, yang berarti stabil. M,olekul dengan energi ikatan kecil berarti mudah terurai.
Selain dapat digunakan untuk informasi kestabilan suatu molekul, nilai energi
ikatan rata-rata atau energi disosiasi ikatatan dapat digunakan untuk memperkirakan
perubahan entalpi suatu reaksi.Perubahan entalpi merupakan selisih dari energi yang
digunakan untuk memutuskan ikatan dengan energi yang terjadi dari penggabungan
ikatan.

H = ∑Energi ikatan zat pereaksi (kiri) - ∑Energi ikatan zat hasil reaksi (kanan)
TUGAS TERSTRUKTUR

1. Bagaimanakah bunyi hukum Hess?


2. Diketahui persamaan termokimia sebagai berikut.
S(s) + O2(g) → SO2(g) ΔH1 = -297 kJ
2S(s) + 3O2(g) → 2SO3 (g) ΔH2 = -781 kJ
a. Tentukan entalpi reaksi untuk
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
b. Gambarkanlah diagram siklus dari reaksi-reaksi pembentukan SO3 di
atas.
3. Diketahui ∆Hof C4H10 = 126,5 kJ/mol
∆Hof CO2 = -393,5 kJ/mol
∆Hof H2O = -285,6 kJ/mol
Tentukanlah perubahan entalpi ∆H pada pembakaran 1 mol C4H10 ?
4. Diketahui energi ikatan rata-rata
H−H = 436 kJ/mol
Br−Br = 192 kJ/mo
H-Br = 366 kJ/mol
Hitunglah ∆Hof HBr ?
5. Dengan menggunakan harga energi ikatan, hitunglah ∆H reaksi :
CH4(g) + 4Cl2(g) → CCl4(g) +4HCl(g)
TUGAS MANDIRI
1. Pada reaksi endoterm
A. entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi bertanda positip
B. entalpi sistem bertambah dan perubahan entalpi bertanda negatip
C. entalpi sistem berkurang dan perubahan entalpi bertanda positip
D. entalpi sistem berklurang dan perubahan entalpi bertanda negatip
E. entalpi sistem berkurang sedangkan entalpi lingkungan bertambah
2. Reaksi C3H8(g) + 5O2(g)  3CO2(g) + 4H2O H = x kkal. Reaksi tersebut dapat
juga disebut:
A. kalor pembentukan CO2
B. kalor pembentkan H2O
C. kalor pembentukan CO2 dan H2O
D. kalor netralisasi C3H8 dan H2O
E. kalor pembakaran C3H8
3. Diantara persamaan termokimia dibawah ini manakah yang termasuk reaksi
pembentukan ?
A. 2Ag(s) + Cl2(g) → 2 AgCl(s)
B. AgCl(aq) → Ag+(aq) + Cl-(aq)
C. SO3(g) → SO2(g) + O2(g)
D. C4H10(g) + 13/2 O2(g) → 4 CO2(g) + 5H2O(g)
E. HBr(g) → H2(g) + Br2(g)
4. Dalam stratosfer, klorofluorometana (freon) menyerap radiasi berenergi tinggi dan
menghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon dari udara. Reaksi
yang mungkin terjadi adalah:
i. O3 + Cl O2 + ClO ∆H = -120 kJ
ii. ClO + O O2 + Cl ∆H = -270 kJ
iii. O3 + O 2O2 ∆H =?
Nilai ∆H terakhir adalah...
A. -380 kJ D. -390 kJ
B. -150 kJ E. +200 kJ
C. +150kJ
5. Karbon dan karbon monoksida bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbon
dioksida, menurut persamaan reaksi sebagai berikut.
C (g) + O2 (g) CO2 (g)
∆H = -394 kJ/mol
2CO (g) + O2 (g) 2CO2 (g)
∆H = -569 kJ/mol
Kalor pembentukan 1 mol karbon monoksida adalah...
A. +109,5 kJ/mol D. -165,0 kJ/mol
B. -109,5 kJ/mol E. +219,0 kJ/mol
C. -219,0 kJ/mol
6. Di dalam kalorimeter terdapat zat yang bereaksi secara endoterm. Reaksi tersebut
menyebabkan 1000 gram air yang terdapat dalam kalorimeter mengalami penurunan
suhu 5oC. Berapakah kalor reaksi yang dihasilkan pada reaksi tersebut ? (c = 4,2
J/goC )
A. +21 kJ D. +22 kJ
B. +20 kJ E. -21 kJ
C. -12 kJ
7. Diketahui :
C─H = 413 kJ/mol
Cl=Cl = 243 kJ/mol
C─Cl = 330 kJ
H─Cl = 432 kJ/mol
Maka nilai ∆H dari reaksi berikut adalah...
CH4(g) + 4Cl2(g) → CCl4(g) +4HCl(g)
A. -331 kJ D. +416 kJ
B. +331 kJ E. +1203 kJ
C. - 416 kJ
LAJU REAKSI
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya,
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
3.2. Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju
dan orde reaksiserta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda akan melakukan kegiatan-kegiatan berikut.


 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dalam kerja kelompok di laboratorium.
 Menerima penjelasan konsep laju reaksi
 Melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam
kerja kelompok di laboratorium.
 Menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
 Mengidentifikasi reaksi yang menggunakan katalisator dan yang tidak menggunakan
katalisator dengan menggunakan teori tumbukan melalui diskusi kelas.
 Menentukan orde reaksi berdasar-kan data percobaan melalui diskusi kelas.
 Menjelaskan peranan katalis dalam reaksi melalui diskusi.

Akhirnya Anda akan mampu :


 Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan).
 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
 Menjelaskan pengertian laju reaksi
 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas
permukaan , suhu, dan katalis) melalui percobaan.
 Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
 Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
 Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan
katalisator dan yang tidak menggunakan katalisator.
 Menjelaskan pengertian, peranan katalisator dan energi pengaktifan dengan
menggunakan diagram.
 Menentukan orde reaksi total
 Menentukan persamaan laju reaksi.
 Menentukan harga tetapan laju (k)
 Menjelaskan peranan katalis dalam makhluk hidup dan industri.

MOLARITAS

Molaritas adalah jumlah satu mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

M = mol/V atau M = gram x 1000 atau M = ρ. %.10


Mr mL Mr

Keterangan : ρ = massa jenis larutan

% = persentase larutan

LAJU REAKSI

A. Pengertian Laju Reaksi

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah (konsentrasi)


pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah (konsentrasi) hasil reaksi per
satuan waktu.

B. Teori Tumbukan

Agar suatu reaksi dapat berlangsung, molekul-molekul pereaksi harus


bertumbukan satu dengan yang lain. Pendapat ini menjadi dasar dari teori tumbukan
dalam mempelajari laju reaksi.Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa laju reaksi
sebanding dengan jumlah tumbukan yang terjadi setiap detik antara molekul-molekul
pereaksi.
Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi. Hanya
tumbukan yang berhasil atau efektif saja yang akan menghasilkan reaksi. Selain itu,
arah tumbukan juga berpengaruh. Laju reaksi akan lebih cepat, jika tumbukan antara
partikel yang berhasil lebih banyak terjadi dan tumbukannya mempunyai energi cukup
serta arah yang tepat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi diantaranya:


1. Pengaruh Luas Permukaan Sentuh Terhadap Laju Reaksi
Pada demonstrasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa laju reaksi
serbuk vitamin CDR dengan air berlangsung lebih cepat daripada kepingan
vitamin CDR yang direaksikan dengan air.Hal ini dikarenakan vitamin CDR yang
bereaksi mempunyai luas permukaan yang berbeda. Dalam jumlah yang sama,
serbuk vitamin CDRmempunyai luas permukaan yang lebih luas daripada vitamin
CDR yang berbentuk kepingan. Semakin luas permukaan yang bersentuhan
dengan pereaksi, pada saat yang sama semakin banyak pertikel-partikel yang
bereaksi. Pada kepingan vitamin CDR, partikel-partikel vitamin yang bersentuhan
langsung dengan air lebih sedikit daripada serbuk vitamin CDR. Partikel-partikel
vitamin CDR yang bersentuhan hanya partikel yang ada di permukaan kepingan
vitamin CDR. Jika kepingan-kepingan vitamin CDR tersebut dipecah menjadi
keepingan-kepingan yang lebih kecil / serbuk, partikel-partikel vitamin CDR yang
semula didalam akan berada di permukaan dan terdapat lebih banyak partikel
vitamin CDR yang secara bersamaan bereaksi dengan air.
2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Pada demonstrasi antara vitamin CDR direaksikan dengan air dan antara
vitamin CDR direaksikan direaksikan dengan air panas yang akan menghasilkan
suatu reaksi yang berbeda. Vitamin CDR dengan air akan menghasilkan reaksi
yang lambat berbeda dengan vitamin CDR direaksikan dengan air panas akan
bereaksi dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan suhu pada
reaksi tersebut. Vitamin CDR dengan air mempunyai suhu yang rendah sedangkan
vitamin CDR dengan air panas mempunyai suhu yang tinggi. Jika suatu reaksi
dengan suhu yang berbeda kenaikannya akan mengakibatkan reaksi berlangsung
lebih cepat. Sehingga pengaruh suhu terhadap laju reaksi akan mempercepat suatu
reaksi dengan kenaikan suhu.
3. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi awal dari pereaksi.Pengaruh
konsentrasi awal terhadap laju reaksi adalh khas untuk setiap reaksi.
4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat ke dalamnya.Akan tetapi, zat tersebut tidak ikut bereaksi
sehingga setelah reaksi selesai zat tidak berubah. Contoh:
2H2O2(aq) → 2H2O(l) + O2(g)
Reaksi penguraian H2O2 berlangsung secara spontan dan lambat, dengan
penambahan ion Fe3+ sehingga penguraian H2O2 berlangsung lebih cepat.Dalam
hal ini, ion Fe3+ tidak mengalami perubahan apapun setelah setelah reaksi
selesai.Ion Fe3+ dalam reaksi tersebut disebut sebagai katalis. Yang dapat
dituliskan sebagai berikut:
2H2O2(aq) Fe3+ 2H2O(l) + O2(g)
Jadi katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi
tidak mengalami perubahan yang kekal.

ORDE REAKSI
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi
tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus
kecepatan reaksi :
v = k (A) (B) 2
Persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan
merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah
reaksi orde 3.
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Hitunglah konsentrasi larutan-larutan berikut:
a. 4,0 g natrium hidroksida dalam 500 L larutan;
b. 7,4 g kalsium hidroksida dalam 5 L larutan;
2. Tentukan berapa banyak larutan yang harus diambil untuk membuat larutan
berikut(anggap larutan yang diambil jumlahnya berlebih):
a. 25 mL larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 0,5 M;
b. 1 L asam cuka 2,0 M dari asam cuka 16 M;
c. 100 mL larutan NaOH 0,5 M dari larutan NaOH 2 M;
d. 500 mL larutan KOH 0,25 M dari larutan KOH 1 M.

MENENTUKAN ORDE REAKSI


A. MENGGUNAKAN TABEL
Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) 2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:
No. (NO) mol/l (Br2) mol/l Kecepatan Reaksi
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108

B. MENGGUNAKAN LOGIKA

Dengan menggunakan logika, kita harus bisa menganalisis pernyataan yang diberikan
dan menyimpulkan orde atau pangkat reaksinya.
Contoh soal :
Dari reaksi A + 2B  C didapat:
 Bila konsentrasi A tetap dan konsentrasi B dinaikkan 2 kali, kecepatan reaksinya 4
kali lebih cepat
 Bila konsentrasi A dan B masing-masing dinaikkan 2 kali, kecepatan reaksinya 16
kali lebih cepat
Orde reaksi terhadap A dan B masing-masing adalah … .
Jawaban : V = [A]x[B]y
Pernyataan pertama : 4 = [1][2]y maka y = 2
Pernyataan kedua : 16 = [2]x[2]2 maka x = 2
Jadi dapat disimpulkan orde reaksi terhadap A = 2, dan orde reaksi terhadap B=2

KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi
katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum
reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi)
dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap
reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama
reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
KESETIMBANGAN KIMIA
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya,
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri

Kompetensi Dasar
3.3.Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
3.4 Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu
reaksi kesetimbangan
3.5 Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan
industri

Anda akan melakukan kegiatan-kegiatan berikut.


 Menjelaskan tentang kesetimbangan dinamis, kesetimbangan homogen dan heterogen
serta tetapan kesetimbangan melalui diskusi kelompok
 Merancang dan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi arah
pergeseran kesetimbangan dalam kerja kelompok di laboratorium.
 Menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.
 Menghitung harga Kc, Kp dan derajat disosiasi (penguraian) melalui diskusi.
 Latihan menghitung harga Kc, Kp.
 Merumuskan hubungan Kp dan Kc
 Latihan menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya
 Mengkaji kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang
didasarkan pada reaksi kesetimbangan melalui diskusi.
 Pembelajaran di luar kelas dengan kunjungan ke Pabrik Amonia dan Asam sulfat

Akhirnya Anda akan mampu :


 Menjelaskan kesetimbangan dinamis.
 Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
 Merumuskan tetapan kesetimbangan Kc dan Kp
 Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier
 Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volum pada
pergeseran kesetimbangan melalui percobaan
 Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada
keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan
 Menghitung harga Kc berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan
 Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada
keadaan setimbang
 Menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya
 Menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri
yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan.
KEADAAN SETIMBANG

Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila
dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke
kiri maka, reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksi
kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:

A + B C + D

KESETIMBANGAN DINAMIS

ADA DUA MACAM SISTEM KESETIMBANGAN, YAITU :


1. Kesetimbangan dalam sistem homogen
a. Kesetimbangan dalam sistem gas-gas
Contoh: 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
b. Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan
Contoh: NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH- (aq)

2. Kesetimbangan dalam sistem heterogen


a. Kesetimbangan dalam sistem padat gas
Contoh: CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
b. Kesetimbangan sistem padat larutan
Contoh: BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO42- (aq)
c. Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas
Contoh: Ca(HCO3)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK


KESETIMBANGAN ADALAH :
a. Perubahan konsentrasi salah satu zat
b. Perubahan volume atau tekanan
c. Perubahan suhu
A. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat
tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan
akan bergeser ke pihak zat tersebut.
Contoh: 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
- Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan
akanbergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.
B. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN
Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan
perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan
mengadakan berupa pergeseran kesetimbangan.
Jika tekanan diperbesar = volume diperkecil, kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah Koefisien Reaksi Kecil.
Jika tekanan diperkecil = volume diperbesar, kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah Koefisien reaksi besar.
Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah
kiri = jumlah koefisien sebelah kanan, maka perubahan
tekanan/volume tidak menggeser letak kesetimbangan.
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Koefisien reaksi di kanan = 2
Koefisien reaksi di kiri = 4
- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil), maka
kesetimbangan akanbergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar), maka
kesetimbangan akanbergeser ke kiri.
TUGAS TERSTRUKTUR

1. Prediksikan manakah yang akan terbentuk endapan PbI2 pada pencampuran reaksi
berikut:
a. 10 mL larutan KI 1 M ditambahkan 10 mL larutan Pb(NO3)2 0,2 M
b. 10 mL larutan KI 0,001 M ditambahkan 10 mL larutan Pb(NO3)2 0,001 M
(Diketahui Ksp PbI2 = 1,4 × 10-8.)
2. Bagaimana hubungan endapan dengan Qc dan Ksp ?
3. Hitunglah kelarutan AgCl (Ksp AgCl = 1×10-10 ) dalam:
a. Air
b. Larutan AgNO3 0,1 M
4. Jika Ksp larutan Mg(OH)2 = 32×10-18. Hitunglah kelarutan Mg(OH)2 dalam:
a. Air
b. MgCl2 0,02 M

Anda mungkin juga menyukai