Anda di halaman 1dari 17

A.

Kuantitasi Besaran Fisika


Sifat dan prilaku cahaya tidak memiliki padanan dalam fisika klasik, yakni kuantisasi dan
prilaku zarah kuantum cahaya, sedangkan sifatnya sebagai gelombang sudah diterima baik dalam
fisika klasik. Pengembangan konsep baru tentang cahaya ini berlangsung cukup lama dan
melibatkan banyak tokoh, seperti :

1. Max Planck
membuat hipotesis tentang terkuantisasinya energi system sub atomic yang menghasilkan
radiasi termal. Dalam pandangan Planck, energy termal dihasilkan disekitar benda yang
memancarkannya berupa gumpalan atau kuantum energy.
2. Einstein
menerangkan efek fotolistrik dengan usul pandang bahwa cahaya terdiri dari kuantum
energy yang masing-masing berenergi E = hv. Kuantum ini tidak hanya berada disekitar
pemancar, tetapi merupakan ciri tetap cahaya.
3. Compton
menunjukkan bahwa pergeseran panjang gelombang sinar X yang dihamburkan materi
hanya dapat diterangkan dengan menganggap bahwa dalam interaksinya kuantum sinar X
berprilaku sebagai zarah.

Dalam cabang ilmu fisika klasik (Mekanika, Listrik-Magnet, Optika,Kalor, dan


Termodinamika), umumnya memperlakukan zat sebagai suatu kesatuan dan tidak
mempersoalkan struktur zat itu. Struktur zat menyangkut bagian yang membangun zat dan gaya-
gaya yang mempersatukannya. Solusi yang dipilih, dengan menganggap zat itu kontiniu,
mungkin serba sama (homogen) atau tidak, mungkin sifat zat itu disetiap titik sama ke semua
arah (isotropic) atau tidak.

Konsep atom mengandung arti bahwa zat tidak kontiniu, dimana jika zat senantiasa dapat
dibagi dalam bagian yang makin kecil secara tak berhingga. Bagian yang makin kecil itu tidak
berbeda sifat dan hakekatnya dibanding bahan curahnya. Menerima konsep atom berarti
menerima pengertian bahwa materi terkuantisasi.

 Kuantisasi Cahaya
Pandangan bahwa cahaya menjalar sebagai sederetan paket energi (yang biasa disebut
foton) berlawanan dengan teori gelombang cahaya. Menurut teori gelombang, energi yang
dibawa cahaya terdistribusi secara kontinu ke seluruh pola gelombang. Sebaliknya, menurut teori
kuantum, cahaya menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energy yang
terlokalisasi masing-masing cukup kecil, sehingga dapat diserap oleh sebuah electron. Melalui
teori ini, maka timbullah teori dualism partikel gelombang, yaitu cahaya dapat bersifat sebagai
partikel dan gelombang. Akan tetapi, cahaya tidak menunjukkan kedua aspek gelombang dan
partikel pada saat yang sama.

 Kuantisasi Muatan Listrik


Demikian pula konsep kuantisasi muatan listrik. Jika suatu ampermeter menunjukkan
bahwa dalam suatu penghantar listrik mengalir muatan listrik dengan jumlah tertentu tiap
detiknya, maka sesungguhnya tak perlu mempermasalahkan struktur muatan itu. Dengan
menganggap muatan itu kontiniu, masalah yang berkaitan dengan aliran listrik dalam penghantar
dapat dipecahkan secara memadai. Kuantisasi muatan listrik berarti bahwa ada suatu jumlah
muatan listrik yang terkecil yang tidak dapat dipecah lagi atau merupakan satu satuan muatan
listrik.

 Kuantisasi Muatan
Konsep kuantitasi muatan muncul ketika mempelajari elektrostatika yaitu dalam
memisahkan elemen logam dari larutan garam dengan menggunakan arus listrik. Ternyata
jumlah logam yang dipisahkan pada katoda berbanding lurus dengan muatan listrik yang telah
dialirkan melalui muatan. Jika zat logam pembawa muatan itu terkuantisasi, apakah muatan
listrik yang dibawa atom-atom juga terkuantisasi? Dengan menganggap bahwa muatan electron
terkuantisasi, banyak percobaan elektrostatika dapat dijelaskan dengan mudah.

Interaksi yang dominan dalam penentuan struktur serta sifat atom dan molekul adalah
interaksi listrik antarpartikel bermuatan. Struktur atom di lukiskan sebagai gabungan tiga partikel
; elektron(bermuatan negatif), proton(bermuatan positif), dan neutron(netral). Besar muatan
elektron sama dengan besar muatan proton. Muatan elektron adalah –e, sedangkan muatan
proton adalah +e, dengan e adalah muatan elementer. Muatan listrik total dalam suatu benda
merupakan kelipatan bulat dari e. Hal ini dikenal sebagai prinsip “kuantisasi muatan”. Jadi,
muatan listrik total (Q) dalam suatu benda selalu dapat ditulis dalam bentuk Q = ±Ne, N
merupakan bilangan bulat. Tak ada benda yang bermuatan lebih kecil daripada muatan elementer
e. Fakta kuantisasi muatan ini telah dibuktikan oleh Robert Andrew Milikan dengan eksperimen
tetes minyak.

 Kuantisasi Energi
Menurut Planck, dinding rongga benda hitam berfungsi sebagai osilator yang dapat
menyerap dan memancarkan energy hanya dalam jumlah diskret E yang besarnya berhubungan
dengan frekuensi f dari penyerap atau pemancar radiasi

E = hf dengan h adalah konstanta Planck

Meskipun Planck menyatakan dalam dinding rongga benda hitam energinya terkuantisasi,
beliau tidak menganggap radiasi elektromagnetik terkuantisasi.

Pada tahun 1905, Einstein mendukung kuantisasi energy dengan menyarankan bahwa
radiasi elektromagnetik dipancarkan dalam bentuk paket-paket energy, yang sekarang disebut
foton. Dengan pemikiran baru ini Einstein dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik yang
tidak dapat dijelaskan oleh teori elektromagnetik klasik. Teori klasik menganggap energy dalam
cahaya proporsional terhadap intensitas dan tidak bergantung pada frekuensi, tetapi fakta
eksperimen menunjukkan hasil yang bertentangan dengan itu. Einstein kemudian menyatakan
bahwa bila radiasi atau elektromagnetik merupakan pancaran energy hf, maka energy maksimum
yang dapat diserap electron ketika bertumbukan dengan foton haruslah sebesar hf. Berdasarkan
pendapat ini, selanjutnya Einstein menjelaskan energy yang diperlukan electron untuk lepas dari
permukaan logam yang disebut fungsi kerja . Energy kinetic maksimum elektron yang lepas
dari permukaan logam sebesar :

K = hf - 

Kuantisasi energy radiasi kemudian digunakan oleh Bohr untuk memperbaiki penjelasan
tentang konsep atom yang dikemukakan oleh Rutherford. Setelah melakukan percobaan dengan
hamburan partikel alfa, akhirnya Rutherford berkesimpulan bahwa atom berukuran kecil dan
terdiri dari inti yang dikelilingi beberapa electron. Ini berarti ada gaya tarik elektrostatik antara
electron dengan inti dan diperlukan gaya sentripetal. Model ini tidak dapat dijelaskan dengan
teori fisika klasik karena electron yang dipercepat akan memancarkan energy, sehingga lintasan
electron akan berupa spiral menuju ke inti.
Pada tahun 1913, Bohr menyampaikan gagasannya tentang atom berkait dengan
kuantisasi energy, yaitu bahwa electron-elektron secara stasioner menempati orbit lingkaran dan
memancarkan energy hanya ketika mereka berpindah dari orbit stasioner satu ke orbit stasioner
yang lain. Perpindahan electron ini terjadi seketika yang sekarang dikenal dengan lompatan
kuantum. Einstein menunjukkan bahwa teori kunatum tidak dapat meramalkan kapan terjadi
lompatan dan kemana arah radiasi foton. Teori kuantum hanya dapat meramalkan probabilitas
tempat terjadinya lompatan.

B. Radiasi Benda Hitam Sempurna


Tahun 1900 seorang ilmuan Jerman Max Planck mengemukakan hipotesis tentang cahaya
yang dipancarkan suatu benda sempurna hitam, yaitu : energi radiasi hanya dapat ada dalam
bentuk paket-paket energi (kuantum) tertentu, jumlah energi dalam setiap paket berbanding lurus
dengan frekuensi energi radiasi itu. Hipotesis ini cukup sensasional, karena bersifat kontroversial
(mengandung perdebatan). Hakekat cahaya dalam hipotesis ini sangat berbeda dengan apa yang
telah diterima orang selama ini. Pada awal abad 20, konsep bahwa cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik transversal telah kokoh sebagai pendapat ilmuwan. Bukti yang mendukung
pendapat ini telah menjadi bagian dari khasanah ilmu pengetahuan. Cahaya adalah gelombang
dan menunjukkan semua sifat yang diharapkan dari gelombang yaitu : interferensi, difraksi, dan
polarisasi (untuk gelombang transversal). Bila ditinjau sifat umum dari suatu gelombang antara
lain :

a. Kehadirannya melingkupi seluruh ruang, menjalar ke segala arah, dimana kehadirannya


tidak dibatasi dalam bentuk gangguan fisik yang periodik dalam ruang.
b. Merupakan perambatan energi dari satu titik ke titik lain dalam ruang.
c. Menunjukkan gejala interferensi, difraksi, dan polarisasi bila merupakan gelombang
transversal.

Sifat- sifat tersebut akan ditolak jika hipotesis Max Planck digunakan, bahwa energi
radiasi hanya dapat dalam bentuk paket-paket energi tertentu saja. Dengan demikian hipotesis
Planck berarti :
a. Paket energi (kuantum) memberi indikasi bahwa kehadirannya dalam ruang terkurung
dalam bagian yang sangat terbatas.
b. Konsep paket energi (kuantum) sama sekali tidak mendukung terjadinya gejala
interferensi, difraksi, dan polarisasi.

Jadi terlihat bahwa hipotesis Max Planck sungguh berbeda dengan konsep cahaya tentang
gelombang, dan bila hal ini benar akan berpengaruh cukup besar terhadap sendi-sendi fisika yang
dianut para ilmuan. Radiasi termal adalah pemancaran energi oleh benda-benda karena suhu
yang dimilikinya. Sampai tahun 1900, para ilmuwan belum menemukan dasar teoritik untuk
menerangkan bentuk spektrum radiasi termal yang dipancarkan oleh benda sempurna hitam.
Spektrum yang dimaksud adalah radiansi spektral RT = RT (𝜆), yang didefinisikan sebagai :

Jumlah energi radiasi dengan spektrum selebar satu satuan selang panjang gelombang
(∆λ= 1) yang dipancarkan oleh satuan permukaan benda bersuhu T persatuan waktu.
Benda yang merupakan idealisasi teoritik ini dianggap memiliki spektrum radiansi yang
hanya bergantung dari suhu. Artinya faktor-faktor lain, seperti : warna, halusnya permukaan,
jenis bahan, dan sebagainya dianggap tidak berpengaruh terhadap spektrum yang dipancarkan.
Benda sempurna hitam dibataskan sebagai benda yang menyerap semua radiasi yang sampai di
permukaannya. Menurut termodinamika benda demikian juga merupakan pemancar sempurna,
artinya intensitas radiasinya tertinggi diantara semua benda lain yang sama suhunya. Keunggulan
dalam memancar ini meliputi seluruh spektrum. Para ilmuwan menggunakan “lubang pada
dinding rongga yang dipanaskan” sebagai sumber radiasi termal karena ternyata pola
spektrumnya paling mendekati benda sempurna hitam. Lubang pada dinding satu rongga
menyerap semua radiasi yang datang, sehigga dari segi absorbsi memenuhi sifat benda sempurna
hitam (cavity radiation). 𝜆4
Sampai akhir abad 19 mekanisme pengalihan energi kalor menjadi energi radiasi di
dinding rongga belum diketahui, lalu andaikan bahwa pada permukaan dinding terdapat sistem
fisika sub-atomik yang berperan dalam pengalihan tersebut. Energi rata-rata sistem E dari
termodinamika diketahui bahwa rapat energi radiasi 𝜌T (λ) di dalam rongga dinyatakan sebagai :
8𝜋
𝜌T(λ) ∆λ = 𝜆4 𝐸 ∆λ .........................................................(1)

Atau dapat ditulis dalam bentuk frekuensi sebagai :


8𝜋𝑣 2
𝜌T (v) dv = 𝐸 𝑑v......................................................(2)
𝑐3

Rapat energi 𝜌T (λ) adalah jumlah energi radiasi berpanjang gelombang λ persatuan
volume yang ada di dalam rongga dengan dinding bersuhu T. Dari termodinamika diketahui
hubungan antara rapat energi 𝜌T (λ) di dalam rongga dan Radiansi spektral 𝑅 T (λ) dari
permukaan lubang rongga adalah :
𝑅 T (λ) = c/4 𝜌T(λ) ..........................................................(3)
Lengkung radiasi spektral sebenarnya telah diketahui para ilmuwan lama sebelum abad
19 berakhir, tetapi keterangan yang melandasi bentuknya belum dapat diungkapkan. Bentuk
lengkung radiansi spektral untuk suhu yang berbeda-beda, diperlihatkan Gambar di bawah ini :

Gambar(1). Lengkung radiansi spektral benda sempurna hitam

Banyak waktu telah dicurahkan para ilmuwan dalam mempelajari lengkung radiansi
spektral yang telah diperoleh secara eksperimental. Hasil analisis empiris telah dirumuskan
dalam beberapa kaedah yang diperoleh dari pengukuran. Kaedah- kaedah itu adalah :
a. Hukum Stefan-Boltzman
Intensitas radiasi total meliputi seluruh panjang gelombang yang dipancarkan oleh
suatu benda sempurna hitam berbanding lurus dengan T-4. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai :

RT = ∫0 𝑅𝑇 (λ) dλ = 𝜎T-4 ...................................(4)
dengan = tetapan Stefan-Boltzman = 5,67 x 10-8 watt/m2K4
b. Hukum pergeseran Wien
Kedudukan λm untuk setiap lengkung radiansi spektral berbanding terbalik dengan
suhu pemancarnya T melalui hubungan:
λm. T = b = 2,898 x 10-3 mK...............................(5)
dimana b = tetapan Wien.

Hubungan- hubungan empirik tersebut telah banyak bermanfaat untuk hal-hal praktis
dalam fisika, tetapi yang terpenting adalah mencari landasan dasar tentang radiansi termal yang
belum terwujud. Rayleigh-Jeans dan Planck telah berupaya menyumbangkan hasil pemikiran
tentang konsep radiansi termal.

Rayleigh membuat hipotesis tentang rongga radiansi, antara lain :

a. Pemancaran dan penyerapan energi oleh dinding suatu rongga radiasi terjadi melalui
osilator linier atomik pada dinding rongga.
b. Dalam kesetimbangan termodinamika antara radiasi dalam rongga dan pancaran oleh
dinding rongga, emisi radiasi oleh dinding rongga sama besar dengan penyerapannya.
c. Sesuai dengan kaedah fisika klasik setiap moda getar osilator linier atomik melalui
memiliki dua derajat kebebasan.

Berdasarkan hipotesis ini maka energi rata-rata osilator linier atom E = kB T, karena
setiap derajat bebas berenergi 1⁄2 kB T. Jika harga energi ini disubsitusikan ke dalam ungkapan
radiansi spektral persamaan (a) dan (b) diperoleh:

8𝜋
𝑅 T (λ) = c/4 kBT .................................................................(6)
𝜆4

dengan : kB = tetapan Boltzman = 1,38 x 10-23 J/K

T = suhu mutlak (K)

Jika hasil persamaan (6) diplot, dan dicantumkan bersama dengan lengkung
eksperimental terlihat bahwa pada panjang gelombang rendah harga 𝑅 T (λ) akan sangat
meningkat, bahkan menjadi ∞ untuk harga λ yang mendekati 0. Dapat disimpulkan dari lengkung
eksperimental dan lengkung teoritik, bahwa teori Rayleigh tentang radiasi termal tidak memadai.
Pada λ rendah bahkan menghasilkan radiansi berharg ∞, sesuatu yang tidak mungkin dalam
termodinamika. Penyimpangan hasil ramalan Rayleigh-Jeans untuk panjang gelombang pendek
ini dinamakan bencana ultraviolet (ultraviolet catastrophe). Hal ini dapat diperlihatkan pada
gambar berikut :

Gambar(2) Penyimpangan Lengkung Radiansi Eksperimental dan teoritik oleh Rayleigh-Jeans

Ternyata konsep klasik tentang ekipertasi energi untuk menerangkan radiasi termal benda
sempurna hitam membawa bencana ultraviolet. Akhirnya Planck muncul dengan seperangkat
asumsi baru berhasil menerangkan bentuk lengkung radiansi termal. Hipotesis Planck tentang
radiasi termal oleh benda sempurna hitam adalah sebagai:

a. Penyerapan dan pemancaran energi oleh dinding rongga radiasi terjadi melalui osilator
linier harmonik yanng terdapat pada dinding-dinding itu.
b. Energi osilator-osilator harmonik tersebut hanya dapat memiliki harga diskrit tertentu
yang memenuhi hubungan E= nhv,
Dengan : v = frekuensi osilasi
h = 6,63 𝑥 10−34
n = bilangan bulat ( sejati) = 0, 1, 2, ...
c. Penyebaran energi osilator sesuai dengan distribusi Boltzman,
sebagai :
1
𝑃(𝐸)∆∈= 𝑘𝑛𝑇 𝑐 𝐸𝐴𝑇 ∆𝐸 ...................................................(7)
P(E) ∆𝐸 menggambarkan besarnya probabilitas bahwa osilator menggambarkan
besarnya probabilitas bahwa osilator memiliki energi antara E dan E+∆𝐸.
d. Transisi osilator dari tingkat energi tinggi ke tingkat yang lebih rendah hanya dapat
terjadi dengan: ∆𝐸 = ℎ𝑣. Beda energi itu dipancarkan sebagai radiasi termal benda
sempurna hitam.
Penentuan energi rata-rata osilator E berdasarkan hipotesis planck sangat penting. Harga
rata-rata energi itu kemudian di substitusikan ke persamaan (1). Harga E ditetapkan menurut
batasan dari rata-rata suatu besaran E = nhv yang memiliki fungsi distribusi P (E) yaitu dalam
bentuk panjang gelombang sebagai :

ℎ𝑐 1
E= 𝜆 ℎ𝑐 ..............................................................(9)
𝑐 𝜆𝑘𝑏 𝑇 −1

Dengan hipotesisnya ini planck menemukan rumus radiasi benda hitam sempurna :
8 𝜋𝑣 2 ℎ𝑣
𝑝𝑟 (𝑣) = 𝜆𝑐 .............................................................(10)
𝑐2 −1
𝑐 𝑘𝑏 𝑇

Ternyata bentuk lengkung dari radiansi spektral pada persamaan (10) berimpit dengan
lengkung eksperimen, artinya teori planck cocok dengan hasil eksperimen untuk semua harga
panjang gelombang atau frekuensi spektral yang ada.

Dengan bantuan einsten yang mempostulatkan bahwa energi yang dipancarkan merambat
sebagai paket energi yang dikenal dengan “ foton”. Dengan temuan planck ini sekaligus dapat
menerangkan hukum Stefan-Boltzman dan hukum pergeseran wien. Jadi dengan hipotesis planck
akhirnya dapat menjawab persoalan besar selama ini menyangkut pancaran energi oleh benda
sempurna hitam yang merupakan gejala kuantum. Dengan menganggap bahwa cahaya
terkuantisasi yang energinmya terbagi dalam paket-paket energi tertentu (foton).

C. Efek Foto Listrik


Dalam pembahasan radiasi benda hitam Planck telah mempostulatkan bahwa atom-atom
dinding rongga berlaku sebagai osilator yang mempunyai energi terkuantumkan secara diskrit.
Namun Planck tetap menganggap bahwa radiasi gelombang elektromagnet yang dipancarkannya
mempunyai distribusi energi yang kontinu. Pada tahun 1905 Einstein mengusulkan bahwa radiasi
elektromagnet terdiri atas paket-paket energbak partikel. Jika frekuensi gelombang
elektromagnet tersebut adalah v, besar paket energinya adalah hv. Paket energi ini disebut foton,
trepancar waktu osilator harmonis sumber turun tingkat tenaganya.
Dengan konsep ini Einstein berhasil menjelaskan peristiwa fotolistrik yang pertama kali
diamati oleh Hertz dan selanjutnya diteliti secara eksperimental oleh P. Lenard. Dengan
peralatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5. mereka mengamati bahwa cahaya yang
menyinari suatu elektrode dapat melepaskan elektron-elektron dari permukaan elektrode
tersebut. Elektron-elektonr yang terlepas ini memiliki energi kinetik yang bertambah besar
dengan bertambah besarnya frekuensi cahaya.
Cahaya dari lampu menyinari elektrode K (fotokatode). Elektron-elektron terlepas dari
elektrode tersebut dan bergerak menuju elektrode A (anode atau kolektor) dan menimbulkan arus
listrik dalam rangkaian luar yang dapat diamati dengan galvanometer G. Energi kinetik elektron
yang terlepas tersebut (disebut foto elektron) dapat diukur dengan memasang tegangan searah V
yang besarnya dapat diatur. Kutub positif dihubungkan pada elektrode K dan kutub negatif pada
elektrode A, dengan demikian elektrode A memberikan gaya tolak pada elektron. Jika energi
penghambat potensial listrik elektron yang timbul akibat pemasangan tegangan searah ini
samadengan atau lebih besar dari energi kinetik fotoelektron mula-mula K sewaktu terpancar
dari fotokatode, aliran elektron di anode dan juga arus di G akan berhenti. Potensial ini disebut
potensial penghenti (stopping potential)i VP. Jika muatan elektron adalah –e, maka
𝐾 = 𝑒 𝑉𝑃 ...........................................(11)
Hasil-hasil eksperimen menunjukkan :
a. Tidak ada waktu tunda antara penyinaran elektrode dan terlepasnya fotoelektron
(timbulnya arus).
b. Pada frekuensi cahaya yang tetap (λ juga tetap warna sama) arus i yang timbul
sebanding lurus dengan intensitas cahaya I.
c. Pada frekuensi dan intensitas cahaya yang tetap, arus i yang timbul berkurang dengan
bertambahnya potensial V yang terpasang.
d. Untuk suatu permukaan bahan, nilai potensial penghenti Vp tergantung pada frekuensi
cahaya v dan bukan pada intensitas cahaya I.
Gambar (5)

Einstein menjelaskan hasil-hasil pengamatan di atas sebagai berikut. Elektron-elektron


pada fotokatode yang disinari menyerap foton cahaya, masing-masing sebesar h v. Sebelum
elektron dapat lepas dari permukaan fotokatode, energi yang telah diserap tersebut harus dapat
digunakan elektron untuk melawan energi ikat elektron pada permukaan fotokatode. Energi yang
diperlukan untuk melepaskan ikatan ini disebut fungsi kerja(work function) Ф fotokatode yang
berkaitan dengan potensial fungsi kerja sebesar W = Ф/e. Energi masih tersisa adalah (h v – Ф)
yang berupa energi kinetik fotoelektron sewaktu terpancar dari katode. Selanjutnya untuk
mengehentikan elektron tersebut agar tidak mencapai anode, diperlukan tegangan penghenti VP.
Jadi berlaku

𝐾 = ℎ𝑣 − Ф = 𝑒 𝑉𝑃 ...........................................(12)

Atau

ℎ Ф ℎ
𝑉𝑃 = (𝑒 ) 𝑣 − 𝑒 = (𝑒 ) 𝑣 − 𝑊..........................................(13)

Persamaan fotolistrik Einstein ini sangat memadai untuk menjelaskan hasil eksperimen di
atas. Grafik VP hasil eksperimen yang diperoleh untuk berbagai macam frekuensi v untuk suatu
bahan fotokatode tertentu sebagai fungsi v akan berbentu garis lurus, dan lereng garis lurus ini
dapat digunakan untuk menentukan nilai h/e secara teliti. Dengan mengisikan nilai e yang
diperoleh dengan percobaan tetes minyak Milikan, dapatlah nilai tetapn Planck ditentukan.

Kita ingat bahwa gelombang cahaya membawa energi, dan sebagian energi yang diserap
oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron tertentu dan muncul kembali sebagai energi
kinetik. Jika kita memeriksa lebih teliti kita akan mendapatkan bahwa efek fotolistrik tidak dapat
ditafsirkan sedemikian sederhana.

Teori Kuantum Cahaya

Dalam tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul dalam efek
fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukkan pengertian radikal yang pernah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh fisikawan teoritis Jerman Max Planck. Ketika itu Planck
mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan oleh benda mampat.

Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya tampak, tetapi
panjang gelombang lain yang tak terlihat mata juga terdapat. Sebuah benda tidak perlu sangat
panas untuk bisa memancarkan gelombang elektromagnetik – semua benda memancarkan energi
seperti itu secara malar (kontinu) tidak peduli berapa temperaturnya. Pada temperatur kamar
sebagian besar radiasinya terdapat pada bagian inframerah dari spektrum sehingga tidak terlihat.

Sifat yang diamati dari radiasi benda hitam ini tidak dapat diterangkan berdasarkan
prinsip fisis yang dapat diterima pada waktu itu. Planck dapat menurunkan rumus yang dapat
menerangkan radiasi spektrum ini (yaitu kecerahan relatif dari berbagai panjang gelombang yang
terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda yang meradiasikannya kalau ia menganggap
bahwa radiasi yang dipancarkan terjadi secara tak malar (diskontinu), dipancarkan dalam caturan
kecil, suatu anggapan yang sangat asing dalam teori elektromagnetik. Catuan ini disebut kuanta.

Planck mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu vdari
cahaya semuanya harus berenergi sama dan bahwa energi ini E berbanding lurus dengan v. Jadi

𝐸 = ℎ𝑣...............................................(15)

Dengan h, pada waktu ini disebut tetapan Planck, berharga

ℎ = 6,626 𝑥 10−34 𝐽. 𝑠

Ketika ia harus menganggap bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda
timbul secara terputus-putus, Planck tidak pernah menyangsikan bahwa penalarannya melalui
ruang merupakan gelombang elektromagnetik yang malar. Einstein mengusulkan bukan saja
cahay dipancarkan menurut suatu kuantum pada suatu saat, tetapi juga menjalar menurut kuanta
individual; anggapan yang lebih berlawanan dengan fisika klasik.
Menurut hipotesis ini efek fotolistrik dapat diterangkan dengan mudah. Rumusan empiris
persamaan 2.1 dapat ditulis

ℎ𝑣 = 𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 + ℎ𝑣𝑜 ..................................(16)

Pengusulan Einstein berarti bahwa tiga suku dalam persamaan 2.3 dapat ditafsirkan
sebagai berikut :

ℎ𝑣 = 𝑖𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔

𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑓𝑜𝑡𝑜𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛


ℎ𝑣𝑜 =
𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑛𝑎𝑟𝑖

harus ada energi minimum yang diperlukan oleh elektron untuk melepaskan diri dari
permukaan logam, jika tidak demikian, tentu elektron akan terlepas walaupun tidak ada cahaya
datang. Energi hvo merupakan karakteristik dari permukaan itu disebut fungsi kerja. Jadi
persamaan 2.3 menyatakan bahwa

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎


= +
𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛

Beberapa contoh fungsi kerja fotolistrik terlihat pada tabel 2.1. untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari atom bebas dari logam yang bersangkutan (lihat tabel 10.1), sebagai
contoh, energi ionisasi cesium ialah 3,9 eV dibandingkan dengan fungsi kerjanya 1,9 eV. Karena
spektrum cahaya tampak berkisar dari 4,2 hingga 7,9 x 104 Hz yang bersesuaian dengan energi
kuantum 1,7 hingga 3,3 eV, jelaslah dari tabel 2.1 bahwa efek fotolistrik ialah suatu gejala yang
terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultraungu.

1 𝑒𝑉 = 1,60 𝑥 10−19 𝐽

Memperbolehkan kita untuk mencari eergi foton berfrekuensi v langsung dari


elektronvolt. Jika diberikan panjang gelombang λ sebagai ganti v, maka karena v=c/λ kita
dapatkan
(4,14 𝑥 10−15 𝑒𝑉. 𝑠) 𝑥 (3 𝑥 108 𝑚/𝑠)
𝐸=
𝜆

1,24 𝑥 10−6 𝑒𝑉. 𝑚


=
𝜆

Dengan λ dinyatakan dalam meter. Bila λ dinyatakan dalam suatu angstrom dengan 1
angstrom = 10-10 m, maka

1,24 𝑥 104 𝑒𝑉.Å


𝐸= ............................(17)
𝜆

D. Efek Compton

Efek Compton merupakan peristiwa terhamburnya foton akibat berinteraksi dengan


electron yang berada dalam keadaan diam. Efek Compton ditemukan pada tahun 1922 oleh
Arthur H. Compton. Berdasarkan hasil ekperimennya, didapatkan hasil bahwa panjang
gelombang foton yang terhanbur lebih besar dari panjang gelombang foton sebelum terhambur.
Untuk menganalisis efek Compton secara benar, maka menurut teori kuantum cahaya, foton
harus dipandang sebagai partikel, namun tidak mempunyai massa diam. Dalam hal ini foton
menumbuk electron, sehingga foton menjadi terhambur, hamburannya inilah dianalisis dengan
menggunakan teori tumbukan. Dalam tumbukan ini foton akan kehilangan sejumlah energy
ketika mengalami hamburan, karena energy foton sebagian diterima oleh electron.

Efek Compton adalah peristiwa hamburan yang timbul jika radiasi (sinar x) berinteraksi
dengan partikel (elektron). Foton sinar x bersifat sebagai partikel dengan momentum p = hf = h
c λ
. Skema efek Compton diberikan pada gambar 1. Efek Compton dapat dijelaskan menggunakan
konsep momentum dan tumbukan.
Gambar 1: Skema efek Compton. Foton datang dengan momentum p dan menumbuk elektron
yang diam. Lalu foton terhambur dengan momentum pj dan elektron terhambur dengan
momentum pe. Sudut hamburan foton θ dihitung terhadap arah datangnya. (Gambar diambil dari
buku Quantum Physics-nya Gasiorowicz)

E. Sinar X dan Diffraksi Sinar X


Sinar X atau sinar roentgen adalah gelombang elektromagnetik yang dapat menembus
benda- benda lunak seperti daging dan kulit akan tetapi tidak dapat menembus tulang, gigi dan
logam karena hanya memilkipanjang gelombang 10-8 sampai 10-12 dan frekuensi sekitar
1016 sampai 1021 Hz. Sinar X adalah gelombang elektromagnetik dari elektron yang menabrak
atom dengan kecepatan tinggi. Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang
sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang
gelombang yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda.

Sifat- sifat sebagai berikut:

a. Mempunyai daya tembus yang tinggi sampai mampu menembus bahan dengan daya
tembus yang sangat besar, dan digunakan dalam proses radiografi.
b. Mempunyai panjang gelombang yang pendek Yaitu : 1/10.000 panjang gelombang
yang kelihatan.
c. Mempunyai efek fotografi. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film setelah diproses
di kamar gelap.
d. Mempunyai sifat berionisasi. Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau
zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan zat tersebut.
e. Mempunyai efek biologi. Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi
pada jaringan. Efek biologi ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.

Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini
disusun. Tahun 1912 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari
pertanyaan M. van Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing A.
Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawari dilakukannya eksperimen
mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan
oleh Barkla. Laue mengawali pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran teoretiknya
dengan mengacu pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x melewati
sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-sumber gelombang sekunder,
layaknya garis-garis pada geritan optik (optical grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi
lebih rumit karena atom-atom tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x
yang pertama dilakukan oleh Herren Friedrich dan Knipping menggunakan kristal tembaga sulfat
dan berhasil memberikan hasil pola difraksi pertama yang kemudian menjadi induk
perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya.
Difraksi sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Pembahasan
mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal berikut ini:
• pembentukan sinar-x
• hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
• sifat kekristalan bahan (kristalografi)
Dengan demikian, difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika (atau kimia) yang
memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek. Untuk itulah tulisan ini
disusun menurut urutan tersebut di atas dengan asumsi bahwa pembaca sudah memiliki dasar
yang cukup mengenai gelombang, optika dan fisika zat padat. Bahasan mengenai prinsip
kristalografi diberikan secara ringkas mengingat penekanan pembahasan pada buku ini adalah
pada difraksi sinar-x. Pembaca yang berminat disarankan membaca buku-buku mengenai
kristalografi seperti Introduction to Crystallography karya Donald E. Sands.
Difraksi Bragg

Teori difraksi sinar x dikembangkan oleh Sir Willian H. Bragg pada tahun 1913, dimana
hasil eksperimennya dikenal dengan difraksi Bragg. Bila berkas sinar-x monokromatik dikenai
pada permukaan sebuah kristal, maka berkas sinar-x tersebut dipantulkan, akan tetapi
pemantulan hanya terjadi bila sudut datang berkas sinar-x tersebut memiliki harga-harga tertentu.

F. Produksi Pasangan
Produksi berpasangan adalah proses yang dapat terjadi apabila foton menumbuk atom,
dimana seluruh energi foton hilang dan dalam proses ini dua partikel dapat tercipta, yakni sebuah
elektron dan sebuah positron. Positron adalah sebuah partikel yang massanya sama dengan
massa elektron, tetapi memiliki muatan positif

Gambar. Proses terjadinya produksi pasangan

Ketika muatan suatu sistem bernilai nol, maka dua partiel yang berlawanan muatannya
harus diciptakan guna mengkonversi muatan. Untuk menggabungkan sebuah pasangan, foton
datang harus memiliki energi yang setidaknya setara dengan energi diam pasangan tersebut, dan
setiap kelebihan energi foton akan muncul sebagai energi kinetik partikel. Energi foton yang
hilang dalam proses ini berubah menjadi energi relativistik positron E+ dan elektrin E- :

Hv = E+ + E-

= (mec ²+ K+) + (mec²+K-)

Karena K+ dan K- selalu positif maka untuk melakukan produksi pasangan, photon
harus memiliki energi sekurang-kurangnya 2moc2=1,02 MeV atau 1,64 X 10-13 J.agar dapat
mendekati inti berat sehingga terjadi produksi pasangan berupa elektron dan positron. Foton
tersebut termasuk dalam sinar gamma inti atom.

Anda mungkin juga menyukai