Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR

Akhir abad ke19 merupakan masa puncak dari fisika klasik, fisikawan pada saat itu
beranggapan bahwa fisika sudah hampir lengkap. Fisika klasik memiliki dua cabang utama,
yaitu:

Mekanika klasik newtonian: dicirikan dengan kehadiran partikel sebagai suatu yang
terkurung di dalam ruang. Istilah terkurung dapat dikatakan sebagai adanya batas

yang jelas antara materi dan sesuatu yang berada diluar dirinya maupun lingkungan.
Teori medan elektromagnetik maxwellian: dicirikan oleh kuantitas medan dari
gelombang yang menyebar dalam ruang seperti kabut dengan ketebalan yang berbeda
dan menipis sampai akhirnya benar-benar lenyap.

Ciri utama dari fisika klasik adalah sifatnya yang common sense dan deterministic.
Fisikawan saat itu masih belum dapat menjelaskan kenapa suatu benda memancarkan
cahaya ketika dipanaskan sampai tempertur tinggi, ketika mekanika klasik tidak bisa
menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan
yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang yang berbeda
dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.
Atom pertama kali dikenalkan oleh Leokippos yaitu atom merupakan bagian terkecil dari
suatu materi, yang kemudian pendapat Leokippos dikembangkan oleh Demokritos yang tidak
lain adalah muridnya. Pada tahun 1803 John Dalton mengemukakan teorinya mengenai atom
yang didasari oleh hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, teorinya antara
lain:
1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu zat dan tidak dapat dibagi lagi,
2. Unsur yang berbeda memiliki atom-atom dengan massa dan sifat yang berbeda pula,
3. Unsur adalah materi yang tersusun dari atomatom sejenis dengan massa dan sifat yang
sama,
4. Senyawa adalah materi yang tersusun dari sekurannya 2 jenis atom dari unsur-unsur yang
berbeda, dalam senyawa atom-atom tersebut berikatan melalui ikatan antar atom,
5. Atom tidak dapat dimusnahkan, pada reaksi kimia hanyalah penataan ulang dari atom-atom
yang terlibat dalam reaksi tersebut.

Model atom yang dikemukakan oleh John Dalton berbentuk bola pejal tanpa
bermuatan apapun. Kelebihan teori atom Dalton yaitu dapat menerangkan hukum kekekalan
massa (hukum Lavoisier) dan dapat menerangkan hukum perbandingan tetap (hukum Proust).
Kelemahan teori atom Dalton adalah tidak dapat menerangkan sifat listrik materi, tidak dapat
menjelaskan cara atom-atom saling berikatan, dan model atom Dalton tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain.
J.J Thomson pada tahun 1897 memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dengan
melakukan eksperimen menggunakan sinar katoda, yang membuktikan adanya partikel lain
bermuatan negatif dalam atom dan partikel tersebut adalah elektron. Thomson juga
memastikan bahwa atom bermuatan netral sehingga di dalam atom juga terdapat partikel
positif. Kelemahan model atom Thomson adalah tidak dapat menerangkan letak atau posisi
muatan positif dalam atom.
Robert Andrews Milikan (1909) melakukan eksperimen berupa tetes milikan.
Eksperimen tetes milikan ini menggunakan alat penyemprot, minyak disemprotkan pada
pelat. Semprotan minyak tersebut akan berbentuk tetesantetesan kecil, dan sebagian minyak
akan melewati lubang pada pelat dan akan jatuh karena adanya gaya gravitasi dan pada saat
yang sama gerak tetes minyak tersebut dihambat oleh gaya stokes. Sehingga akan terjadi
keseimbangan gayagaya antara gaya gravitasi dan gaya listrik diantara dua pelat konduktor
tersebut. Dengan mengetahui besarnya medan listrik muatan pada tetes minyak yang
dijatuhkan (droplet) dapat ditentukan.Dengan mengulangi eksperimen ini sampai beberapa
kali, ia menemukan bahwa nilai-nilai yang terukur selalu kelipatan dari suatu bilangan yang
sama. Ia lalu menginterpretasikan bahwa bilangan ini adalah muatan dari satu elektron: 1.602
1019 coulomb (satuan SI untuk muatan listrik).
Hans Geiger dan Ernest Marsden (1909) dengan petunjuk Ernest Rutherford
melakukan eksperimen di Laboratorium Fisika Universitas Manchester untuk membuktikan
kebenaran dari teori atom yang dikemukakan oleh Thomson. Eksperimen ini melibatkan
partikel alfa (inti atom Helium atau ion Helium dengan atom positif) yang diemisikan oleh
unsur Raadium pada
lempengan logam emas tipis dan kemudian mendeteksi partikel alfa yang telah melewati
lempengan logam emas tersebut dengan menggunakan layar yang dilapisi seng sulfida (ZnS)
sebagai detektor.
2

Kesimpulan eksperimen Rutherford, antara lain:


1. Sebagian besar berkas partikel alfa yang dapat melewati lempeng logam emas
menunjukkan bahwa partikel alfa ini melewati ruang kosong yang ada di dalam atom
sehingga dengan mudah partikel alfa ini melewati ruang kosong tersebut tanpa
hambatan yang berarti.
2. Berkas partikel alfa yang didefleksi menunjukkan bahwa partikel alfa tersebut berada
pada posisi yang dekat dengan inti atom yang bermuatan positif. Muatan positif
dengan muatan positif akan saling tolak menolak, hal inilah yang menyebabkan
partikel alfa dibelokkan dengan sudut yang besar.
3. Berkas partikel alfa yang direfleksi kembali (dipantulkan kembali) menunjukkan
bahwa partikel alfa tersebut bertumbukkan dengan inti atom yang bermuatan positif.
Inti atom emas memiliki massa dan muatan positif yang lebih besar dibanding dengan
massadan muatan partikel alfa, hal inilah yang membuat partikel alfa dipantulkan
kembali.
Kelemahan dari teori atom Rutherford menurut ahli fisika klasik, dalam
pergerakannya mengitari inti, elektron akan senantiasa memancarkan radiasi elektromagnet.
jika demikian maka lintsannya akan berbentuk spiral dan akhirnya akan jatuh ke inti.
Dasar dimulainya periode mekanika kuantum adalah ketika mekanika klasik tidak
bisa menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan
kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu diperlukan cara pandang yang
berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut. Sejarah mekanika
kuantum dimulai ketika Michael Faraday menemukan sinar katoda, kemudian pada tahun
1859-1860.Gustav Kirchoff memberikan pernyataan tentang radiasi hitam. Pada tahun 1887
Ludwig Boltzman menyatakan bahwa bentuk energi pada sistem fisika berbentuk diskrit.
Pada tahun 1888, Heinrich Hertz membuat sebuah alat yang dapat memproduksi
radiasi yang memiliki frekuensi rendah sehingga menghasilkan cahaya tampak yang dapat
pula kita sebut sebagai microwave atau gelombang micro. Penelitian awal yang dilakukan
adalah menjelaskan teori dasar tentang alam yang mana pada dasarnya adalah berasal dari
radiasi Elektromagnetik.

RADIASI TERMAL DAN POSTULAT PLANCK

Teori fisika kuantum bermula ketika ilmu fisika klasik tak lagi mampu menjelaskan
sebuah fenomena radiasi benda hitam dan hal itu dirilis oleh seorang ahli fisika yang bernama
Max Planck. Jadi, pada mulanya pada tahun 1879 Josef Stefan mengusulkan bahwa besar
intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda memenuhi persamaan:

Dimana :

e = tetapan emistivitas, 0 e 1
= tetapan Stefan-Boltzman = 5.67 x 10-8 w/(m2K4)
T = suhu mutlak (K)

Namun ketika yang dipertanyakan adalah radiasi dari sebuah benda hitam maka para
ilmuwan menemukan suatu hal yang tak lazim. Hal itu dikarenakan ketika suatu benda hitam
dipanaskan pada tiap-tiap suhu tertentu maka ia akan meradiasikan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Gelombang elektromagnetik
ini memiliki panjang gelombang yang nilainya berbanding terbalik dengan suhu yang
digunakan yangkemudian oleh Wien dibentuklah suatu persamaan:

Dimana :

b = tetapan Wien = 2.898 x 10-3 mK

Para fisikawan mencoba menjelaskan fenomena radiasi benda hitam ini secara
teoritis. Rayleigh-Jean mencoba menyusun suatu model sederhan untuk menjelaskan fakta
ini. Mereka menganggap bahwa molekul/muatan pada bola berongga (sebelumnya benda
hitam diilustrasikan sebagai sebuah rongga dimana tak ada cahaya yang dapat masuk di
dalamnya sebab tak memang amat sulit menemukan benda yang bersifat hitam sempurna)di
dinding benda berongga dihubungkan oleh pegas.

Gambar. Model Rayleigh-Jean


4

Dengan model ini Rayleigh-Jean dapat menentukan intensitas radiasinya dengan


menganggap bahwa ketika suhu benda dinaikkan maka muatan akan mendapat energi kinetik
untuk bergetar. Getaran itu akan menimbulkan percepatan sehingga menghasilkan radiasi.
Model ini masih menggunakan paradigma fisika klasik yang menyatakan bahwa energi
bersifat kontinu. Sehingga intensitas benda hitam tersebut adalah:

Dimana :

c = kecepatan cahaya = 2.99792 x 108 m/s


K = konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 j/K

Namun ternyata teori ini hanya mampu untuk menerangkan intensitas radiasi dengan
panjang gelombang yang relatif besar dan tidak cocok untuk panjang gelombang kecil. Dan
jika saja teori ini benar maka seharusnya sinar UV yang memiliki panjang gelombang kecil
akan memiliki intensitas yang sangat besar dan bila hal ini benar-benar terjadi maka alam
semesta ini seharusnya mengalami bencana sinar UV sebab alam semesta ini dibanjiri oleh
UV tapi nyatanya hal ini tidak terjadi.
Karena kegagalan ini maka Wien kembali mengusulkan seuatu teori lagi, sehinga
intensitas yang dihasilkan oleh radiasi benda hitam adalah:

Dimana :

A dan C merupakan konstanta.

Namun tetap saja teori Wien ini belum berlaku untuk seluruh panjang gelombang. Hal
ini karena Wien masih menerapkan prinsip kekontinuan sehingga hanya dapat digunakan
untuk gelombang dengan panjang gelombang yang relatif pendek saja.
Kegagalan-kegagalan ini membuat Max Planck mengajukan asumsi-asumsi baru yang
awalnya asumsi tersebut dianggap sebuah asumsi yang gila oleh para ilmuwan lainnya
karena melawan hukum fisika pada zaman itu. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Energi yang dimiliki oleh molekul yang berosilasi bersifat diskrit (tidak kontinu). Dan
besar energi tersebut adalah:
E=nh
Dimana

: n = bilangan bulat = 1,2,3,


h = konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js
v = frekuensi getaran molekul

2. Setiap molekul memancarkan atau menyerap energi dalam paket energi diskrit yang
dinamakan Kuanta (yang kemudian disebut dengan foton).
Energi tiap foton adalah:

Dimana

: c = kecepatan cahaya

Dari kedua asumsi yang fenomenal ini maka Planck dapat menyusun sebuah
perumusan yang menyatakan intensitas yang dipancarkan oleh benda hitam yang meradiasi
adalah:

Dimana :I (v, T) = jumlah enrgi per unit area per satuan waktu per unit solid angle
(intensitas) pada range frekuensi v+dv di benda hitam dengan suhu T
h

= konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js

= konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 j/K

= kecepatan cahaya = 2.99792 x 108 m/s

= frekuensi getaran molekul

= temperatur

EFEK FOTOLISTRIK ATAU TEORI KUANTUM EINSTEN

Efek fotolistrik merupakan suatu fenomena terlepasnya elektron dari permukaan


logam ketika logam tersebut dikenai cahaya. Elektron yang dipancarkan ini disebut dengan
elektron foton (fotoelektron). Dalam studi eksperimental terhadap efek fotolistrik, kita dapat
megukur laju dan energi kinetik elektron yang terpancar bergantung pada intensitas dan
panjang gelombang cahaya. Percobaan efek fotolistik dilakukan dalam ruang hampa. Hal ini
dimaksudkan agar elektron tidak kehilangan energinya ketika bertumbukan dengan
molekulmolekul udara.

Gambar diatas merupakan peralatan untuk mengamati efek fotolistrik. Cahaya yang
menyinari permukaan logam (katoda) menyebabkan electron terpental keluar. Ketika
elekyron bergerak menuju anoda, pada rangkaian luar terjadi arus elektrik yang diukur
dengan Ammeter A.
Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda K yang bersih, elektron akan
dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat arus dalam rangkaian luarnya.
Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda dapat ditingkatkan atau
diturunkan dengan membuat anoda positif atau negatif terhadap katodanya. Apabila V positif,
elektron ditarik ke anoda. Apabila V negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron
dengan energi kinetik mv2 yang lebih besar dari eV yang dapat mencapai anoda. Ketika
tegangan terus diperbesar maka pembacaan arus pada galvanometer akan menurun ke nol.
Tegangan ini dinamakan sebagai Potensial V0 disebut potensial penghenti. Hal ini
disebabkan karena elektron yang berenergi tinggi tidak dapat melewati potensial penghenti
sehingga potensial ini dihubungkan dengan energi kinetik maksimum, sehingga.
Ekmaks = e.V0

Adapun karakteristik dari percobaan efek fotolistrik adalah:


1.Laju pemancaran elektron bergantung pada intensitas cahaya.
2. Laju pemancaran elektron tidak bergantung pada panjang gelombang dibawah suatu
panjang
gelombang tertentu. Nilai arus secara berangsur-angsur akan menurun hingga menjadi nol
pada
suatu gelombang pancung lamdac. Panjang gelombang lamdac biasanya hanya terdapat pada
spektrum daerah biru dan ultraviolet.
3. Nilai lamda tidak tergantung pada intensitas sumber cahaya, tetapi hanya bergantung pada
jenis logam yang digunakan sebagai fotosensitif.
4. Energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan tidak bergantung pada intensitas
cahaya, tetapi hanya bergantung pada panjang gelombangnya. Energi kinetik ini dapat
diamati bertambah.

EFEK COMPTON DAN DIFRAKSI SINAR X

Compton menjelaskan hasil eksperimennya dengan menganggap sinar-X sebagai


kumpulan foton. Foton-foton dalam sinar-X bertumbukan dengan elektron-elektron bebas dan
foton-foton itu terhambur. Ketika tumbukan terjadi, foton kehilangan sebagian energinya
( diserap elektron ). Akibatnya, panjang gelombang foton yang terhambur menjadi besar
karena energinya menjadi lebih kecil.

Metode difraksi sinar-X adalah salah satu cara untuk mempelajari keteraturan atom atau
molekul dalam suatu struktur tertentu. Jika struktur atom atau molekul tertata secara teratur
membentuk kisi, maka radiasi elektromagnetik pada kondisi eksperimen tertentu akan
mengalami penguatan. Pengetahuan tentang kondisi eksperimen itu dapat memberikan

informasi yang sangat berharga tentang penataan atom atau molekul dalam suatu struktur
(Dunitz, 1995).
Sinar-X dapat terbentuk bilamana suatu logam sasaran ditembaki dengan berkas
elektron berenergi tinggi. Dalam eksperimen digunakan sinar-X yang monokromatis. Kristal
akan memberikan hamburan yang kuat jika arah bidang kristal terhadap berkas sinar-X (sudut
) memenuhi persamaan Bragg, seperti ditunjukkan dalam persamaan berikut (Callister,
2003).
2d sin = n
dimana :
d = jarak antar bidang dalam kristal
= sudut deviasi
n = orde (0,1,2,3,..)
= panjang gelombang

Difraksi sinar-X dapat memberikan informasi tentang struktur polimer, termasuk


tentang keadaan amorf dan kristalin polimer.Polimer dapat mengandung daerah kristalin yang
secara acak bercampur dengan daerah amorf. Difraktogram sinar-X polimer kristalin
menghasilkan puncak-puncak yang tajam, sedangkan polimer amorf cenderung menghasilkan
puncak yang melebar.

10

DUALISME PARTIKEL GELOMBANG DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN


HEISENBERG

Dalam perambatan cahaya melalui vakum umumnya cahaya dipandang sebagai


gelombang, misalnya dalam peristiwa interferensi dan difraksi cahaya. Sedangkan dalam
peristiwa interaksi cahaya dengan atom dan molekul, misalnya spektrum radiasi benda hitam,
efek fotolistrik, dan efek Compton, cahaya dipandang sebagai partikel.
Kenyataan bahwa sebuah partikel bergerak harus dipandang sebagai group gelombang
de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang terlokalisasi
menimbulakan batas dasar pada ketetapan pengukuran sifat partikel yang dapat diukur
misalnya kedudukan momentum. Untuk menjelaskan faktor apa yang terlibat, marilah kita
meninjau group gelombang dalam gambar 2.3 berikut.

Partikel yang bersesuaian dengan grup gelombang ini dapat diperoleh dalam selang
grup tersebut pada waktu tertentu. Tentu saja kerapatan peluang | |2 maksimum pada tengah
tengah grup, sehingga patikel tersebut mempunyai peluang terbesar untuk didapatkan di

11

daerah tersebut. Namun, kita tetap mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan partikel
pada suatu tempat jika | |2 tidak nol.
Lebih sempit grup gelombang itu, lebih teliti kedudukan partikel itu dapat
ditentukan (Gambar 2.4a).

Namun, panjang gelombang pada paket yang sempit tidak terdefinisikan dengan baik ;
tidak cukup banyak gelombang untuk menetapkan dengan tepat. Ini berarti bahwa karena
Mv h , maka momentum mv bukan merupakan kuantitas yang dapat diukur secara
tepat. Jika melakukan sederetan pengukuran momentum, akan diperoleh momentum dengan
kisaran yang cukup lebar.Sebaliknya, grup gelombang yang lebar seperti pada gambar 2.4b
memiliki panjang gelombang yang terdefinisikan dengan baik. Momentum yang bersesuaian
dengan panjang gelombang ini menjadi kuantitas yang dapat ditentukan dengan teliti, dan
sederetan pengukuran momentum akan menghasil-kan kisaran yang sempit. Akan tetapi di
manakah kedudukan partikel tersebut? Lebar grup gelombang tersebut menjadi terlalu besar
untuk menentukan kedudukan pada suatu waktu.
Jadi kita sampai pada prinsip ketidakpastian : Tidak mungkin kita mengetahui
keduanya yaitu kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat yang
bersamaan. Prinsip ini dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927, dan
merupakan salah satu hukum fisis yang memegang peranan penting.Persoalan berikutnya
adalah mencari suatu besaran yang mampu.

12

DAFTAR PUSTAKA

Hermanto,Ribut.2010.Asas-ketidakpastian-heisenberg-dan-persamaanschrodinger.pdf. Diambil pada tanggal 26 September 2015 pukul 13.20 WIB.


Krane.Kenneth.2012.Modern Physics Third Edition.USA:Departemen Of
Physics Oregon State University.
Lazimathur,Lia.2014.http://www.lialazimathur.student.unej.ac.id. Diambil pada
tanggal 26 September 2015 pukul 13.22 WIB.
Maulana,Eka.TT.03-fisika-modern-dualisme-partikel-dan-gelombang.pdf.
Diambil pada tanggal 26 September 2015 pukul 13.28 WIB.
Resmianto,Rachmad.TT.http://rachmadresmi.staff.uad.ac.id. Diambil pada
tanggal 26 September 2015 pukul 13.30 WIB.
TN.2012.http://www.duniapelajar.com/2012/09/05/efek-compton/. Diambil pada
tanggal 26 September 2015 pukul 13.25 WIB.
Zhuldyn.TT.http://www.zhuldyn.blogspot.co.id. Diambil pada tanggal 26
September 2015 pukul 13.27 WIB.

13

14

Anda mungkin juga menyukai