Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA MODERN

“APLIKASI SIFAT PARTIKEL SEBAGAI GELOMBANG”


Disusun oleh :

Nama : Geby Pratiwi Senolinggi’


NIM : 19101101016
Prodi : Kimia

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal abad ke- 20 Albert Einstein dan Max Planck ilmuwan yang telah
mempelopori teori kuantum yang menjelaskan sifat – sifat partikel dari gelombang.
Setelah itu bermunculan ilmuwan lain seperti pada tahun 1923 A.H. Compton
menemukan bahwa cahaya memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai
partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir sebagaimana cahaya bersifat
gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat gelombang. Canggung-nya
para ilmuan terhadap hipotesis De Broglie karena gagasannya tidak berdasarkan
eksperimental tidak seperti teori kuantum yang mempunyai fakta fakta empiris. Akan
tetapi setelah 3 tahun kemudian, Hipotesis De Broglie terbukti kebenaranya oleh dua
ahli fisika Amerika Serikat yaitu Clinton Davisson dan Lester Germer. Dalam
hipotesis-nya De Broglie menyatakan partikel-partikel seperti elektron, neutron
maupun proton mempunyai sifat dualisme yaitu partikel dan gelombang.

Prinsip dualisme gelombang dan partikel ini merupakan proses perkembangan


Mekanika kuantum yang sekarang ini masih dijadikan dasar penelitian dan masih kita
gunakan untuk belajar di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. kaitanya dengan
topik yang akan dibahas yaitu Dualisme partikel dengan merujuk pada teori yang
mendukung prinsip Dualisme Partikel seperti pertentangan antara Newton dan
Huygens, Percobaan Young, Teori Max Planck, Efek Compton, Efek Fotolistrik,
Hipotesis Louis de Broglie, Percobaan Davisson dan Germer serta Prinsip
Ketidakpastian Heisenberg.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dualisme gelombang partikel
2. bagaimana perkembangan teori dualisme gelombang partikel
3. Bagaimana sifat gelombang sebagai partikel
4. Bagaimana aplikasi dari sifat gelombang sebagai partikel

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui maksud dari dualisme gelombang partikel
2. Mengetahui perkembangan teori dualisme gelombang partikel
3. Mengetahui sifat gelombang sebagai partikel
4. Mengetahui aplikasi sifat gelombang sebagai partikel

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dualisme Partikel
Menurut asal kata, pengertian partikel dalam kbbi yaitu unsur dasar benda
atau bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi. Partikel disebut materi yang
sangat kecil seperti butir pasir, elektron, atom atau molekul. Dualisme yaitu paham
bahwa dalam kehidupan ini ada dua prinsip yg saling bertentangan. Jadi dualisme
partikel yaitu dua paham yang berbeda mengenai suatu materi yaitu partikel dan
gelombang. Dualisme Gelombang Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda
memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika
kuantum, dualitas menyatakan kekurangan konsep mengenai "Partikel" dan
"Gelombang" untuk menjelaskan bagaimana perilaku objek kuantum.

Ide awal dualitas ini muncul pada tahun 1600-an terjadi perdebatan tentang sifat
cahaya dan benda, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan oleh
Christiaan Huygens dan Isaac Newton. Melalui hasil riset Albert Einstein, Louis de
Broglie dan kawan-kawan, sampai saat ini para ilmuwan telah menerima suatu
Gagasan mengenai Dualisme Gelombang Partikel bahwa seluruh objek memiliki sifat
gelombang dan partikel. Meskipun fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala
kecil, seperti atom. Dualitas gelombang partikel merupakan dasar-dasar teori
mekanika kuantum yang erat kaitanya dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan manusia.

B. Perkembangan Teori Dualisme Gelombang Partikel

1. Huygens dan Newton


Pada abad ke-17, sir isaac Newton menyatakan gagasannya tentang teori
partikel cahaya. Teori ini menganggap cahaya sebagai berkas partikel yang sangat
ringan yang terpancar dengan kelajuan yang sangat tinggi. pada saat itu teori ini
dianggap mampu menjelaskan mengapa cahaya merambat lurus dan mampu
menjelaskan peristiwa pemantulan cahaya. Untuk peristiwa pembiasan cahaya,
teori ini beranggapan bahwa ada gaya interaksi antara partikel cahaya dan
medium.
Teori partikel ini memiliki kelemahan. Pertama, hasil pengamatan
menunjukan bahwa dua berkas cahaya dapat saling berpotongan pada sudut
berapa pun tanpa saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, baik dalam hal
arah rambat maupun warnanya. Padahal jika benar cahaya merupakan berkas
partikel, seharusnya terjadi tumbukan antara kedua berkas tersebut.
Gagasan Newton disanggah oleh seorang ilmuwan belanda Christian
Huygens yang mempunyai pendapat yang kontradiktif. Teori Huygens
menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang yang bergerak menembus
ruang sebagaimana air melintasi permukaan kolam. Huygens mengatakan bahwa
pemantulan dan pembiasan cahaya dapat juga dijelaskan dengan teori gelombang.
Dalam hal ini, dia mengungkapkan bahwa perambatan gelombang apapun yang
melalui ruang dapat digambarkan dengan metode geometri. Metode ini dikenal
sebagai prinsip Huygens.
Perdebatan mengenai hakikat cahaya berlangsung selama lebih dari satu
abad. Sampai perdebatan ini menimbulkan perselisihan sengit dan terbentuk 2
kubu yaitu kelompok yang mendukung newton dan kelompok yang memihak
huygens. Perdebatan yang berujung alot ini kemudian berakhir, melalui Percobaan
yang dilakukan Thomas Young tentang Celah Ganda Young yang berhasil
menengahi perselisihan.

2. Young, Fresnel dan Maxwell


Eksperimen celah-ganda Young, Pada awal abad ke-19, percobaan celah
ganda Young dan Fresnel memberikan bukti bahwa cahaya adalah gelombang.
Pada tahun 1861, James Clerk Maxwell menjelaskan cahaya sebagai propagasi
gelombang elektromagnetik sesuai dengan persamaan Maxwell.
3. Teori Planck Radiasi Benda Hitam
Pada tahun 1900 Planck memulai pekerjaanya dengan membuat suatu
anggapan baru tentang sifat dari getaran molekul-molekul dalam dinding-dinding
rongga benda hitam yang sering kita menyebut-nya dengan Radiasi Benda Hitam.
Pandangan Max Planck bahwa benda atau materi apabila terkena suhu yang panas
akan menimbulkan radiasi. Maksudnya radiasi yang timbul tersebut dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Untuk benda hitam radiasinya sangat tinggi karena
benda hitam dapat menyerap semua radiasi yang datang padanya dan tidak dapat
di pantulkan lagi. Berikut hukum Planck tentang radiasi benda hitam.
● Energi radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul-molekul benda
bersifat diskrit. Besar energi yang berkaitan dengan tiap foton

n = n.h.f
n = 1,2,3, ….( tingkat energi.),dan f adalah frekuensi getaran molekul-
molekul sedangkan h disebut tetapan Planck yang besarnya 6,6 ×10-34
Js

● Molekul-molekul menyerap dan memancarkan energi radiasi cahaya


dalam paket diskrit yang disebut kuantum atau foton

4. Efek Compton
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi
dengan energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai
gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk
kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat
lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam,
sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang
gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton,
sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron
(seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam
menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut
terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur
dengan sudut θ terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi besar.

5. Efek Fotolistrik Albert Einstein


Cahaya merupakan bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik dan
juga merupakan sebuah partikel yang memiliki paket energi yang disebut dengan
foton. Oleh karena itu cahaya menganut dualisme gelombang-partikel, yaitu
cahaya dapat berupa gelombang dan juga dapat berupa partikel. Efek fotolistrik
membantu menjelaskan mengenai dualisme ini. Albert Einstein adalah ilmuwan
yang menjelaskan mengenai efek ini dan meraih Nobel Prize In Physics pada
tahun 1921.
Efek fotolistrik adalah emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat
penyinaran gelombang elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut. Cahaya
biasa mampu melepaskan elektron dari logam-logam alkali.
Einstein telah menjelaskan untuk mengeluarkan elektron dari permukaan
logam di butuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnetik yang terdiri dari
foton mempunyai energi yang lebih besar di bandingkan energi ambang, maka
elektron akan terlepas. Akibatnya energi elektron maksimum dapat ditentukan :

Ekm = h.f – W0
h = konstanta Planck (6,63 10-34 Js)
Ekm = enegi kinetik maksimum elektron (Joule)
f = frekuensi cahaya (Hz)

Hasil-hasil percobaan Einstein :


● Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang
diemisikan.
● Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung pada
frekuensi cahaya, semakin besar frekuensi cahaya semakin besar pula
kecepatan elektron yang diemisikan.
● Pada frekuensi cahaya yang tertentu (frekuensi batas) emisi elektron
dari logam tertentu sama.

6. Hipotesis Louis de Broglie


Louis de Broglie membuat suatu hipotesis bahwa apabila cahaya memiliki
sifat partikel, maka partikel juga memiliki sifat gelombang. Dengan demikian,
cahaya mempunyai sifat dualisme yaitu sebagai partikel dan gelombang. Menurut
de Broglie, gerakan partikel mempunyai ciri-ciri gelombang. Hipotesis de Broglie
kemudian terbukti kebenarannya, ketika ditemukan bahwa elektron menunjukan
sifat difraksi seperti halnyasinar X. Sifat gelombang dari elektron digunakan
dalam mikroskop elektron. Hipotesis Louis de Broglie sebenarnya berlaku untuk
setiap benda yang bergerak.
Namun demikian, jika diterapkan untuk benda-benda biasa, seperti bola
golf atau peluru, yaitu benda yang mempunyai massa relatif besar, maka
persamaan de Broglie akan menghasilkan panjang gelombang yang sangat kecil,
tidak teramati. Argumen de Broglie menghasilkan persamaan untuk menghitung
panjang gelombang satu partikel, yaitu sebagai berikut:
𝜆 = h / (𝑚𝑣)
Dengan:
𝜆 = Panjang gelombang (m)
ℎ = konstanta Planck (6,626 x 10-34 Joule.s)
𝑚 = massa partikel (kg)
𝑣 = kecepatan partikel (m/s)

7. Percobaan Davensson dan Germen


Pada tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P.
Thomson di Inggris secara terpisah membuktikan hipotesis de Broglie dengan
menunjukkan berkas elektron terdifraksi jika berkas itu terhambur dengan kisi
atom kristal yang teratur. Jika partikel berlaku sebagai gelombang, harus dapat
ditunjukkan bahwa partikel dapat menimbulkan pola-pola difraksi seperti halnya
pola-pola difraksi pada gelombang.
Hasil yang diperoleh dari eksperimen Davisson-Germer adalah kurva berkas
hambur elektron dengan pola maksimum – minimum yang jelas teramati yang
posisinya tergantung dari energi berkas elektron.
Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya
kira-kira sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah
terlampau lebar, tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi
terlampau sempit, pola-pola difraksi sukar teramati.
Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron
adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara
deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal
nikel. Hasil percobaan Davisson dan Germer menunjukkan bahwa elektron-
elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi. Kini tidak disangsikan lagi bahwa
apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat gelombang, tepat
seperti yang diramalkan oleh de Broglie.

C. Sifat Gelombang Sebagai Partikel

Dalam bab ini memberikan gambaran tentang sifat gelombang dari partikel.
Setelah ditemukannya partikel dan gelombang tahun 1905 dan menemukan bahan
gelombang yang salah satunya gelombang elektromagnetik pada suatu saat dapat
bersifat sebagai partikel dan suatu saat dapat bersifat gelombang. Dengan kajian ini
kita dapat melihat bahan meskipun gelombang maupun partikel dapat berkelakuan
sebagai foton dan materi tetapi kedua fenomena tersebut tidak dapat dijelaskan secara
bersamaan tergantung sudut pandang pengamatan kita ataupun mekanisme paling
dominan yang terjadi saat itu.
1. Hipotesis De Broglie
Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian
didukung dengan percobaan yang dilakukan oleh Compton telah
membuktikan tentang dualisme (sifat kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa
berkelakuan sebagai gelombang, tetapi cahaya juga dapat bersifat partikel.
Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa :
cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya
electron dapat berkelakuan seperti gelombang. Sebuah foton dengan
frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki momentum p = ,
karena c = f λ, maka momentum foton dapat dinyatakan p = hf/c sehingga
panjanggelombang foton dapat dinyatakan λ = h/p. Untuk benda yang
bermassa m bergerak dengan kecepatan memiliki momentum linier sebesar
mv maka panjang gelombang de Broglie dari benda itu dinyatakan dengan
persamaan:
λ = h/p λ = h/mv
Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada
tahun 1927, Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson
di Inggris secara bebas meyakinkan hipotesis Louise de Broglie dengan
menunjukkan berkas elektron yang terdifraksi bila berkas ini terhambur
oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Davisson dan Germer
melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan elektron berenergi
rendah yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada
atom dari nikel yang diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil
pengamatan Davisson dan Germer terhadap elektron-elektron yang
terhambur ternyata dapat menunjukkan adanya gejala interferensi dan
difraksi. Dengan demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel
dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar.

2. Hubungan Ketidakpastian Bagi Gelombang Klasik


Dalam pasal ini kita menyelidiki perbedaan penting lainnya antara
partikel klasik dan gelombang. Jika menggunakan sebuah gelombang
untuk menyatakan sebuah partikel maka gelombang itu harus memiliki
salah satu sifat penting partikel berikut: harus bersifat setempat (localized),
atau dapat dikungkung ke dalam suatu bagian ruang kecil (misalnya dalam
ukuran atom atau inti atom). Hubungan ini dapat kita tafsirkan dengan cara
lain sebagai berikut. Ketika berupaya untuk mengukur panjang gelombang
sebuah gelombang klasik, seperti gelombang air. Ini dapat dilakukan
dengan mengukur jarak antara dua puncak gelombang yang berdekatan.
Hubungan ketidakpastian ini, yang menyatakan “ukuran” suatu gelombang
dengan ketidakpastian dalam pengukuran panjang gelombangnya. Marilah
sekarang mencoba mengukur frekuensi suatu gelombang (gelombang
suara, misalnya) Ini adalah hubungan ketidakpastian kedua yang diperoleh
bagi gelombang klasik, dalam arti bahwa ia memberikan suatu hubungan
antara taksiran ketidakpastian pengukuran semua besaran yang
bersangkutan.

3. Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa tidak mungkin kita
mengetahui posisi partikel secara tepat dan momentum partikel secara
tepat pada saat bersamaan. Jika kita dapat menentukan posisi sebuah
partikel secara tepat, pasti momentumnya tidak tepat. Sebaliknya, jika kita
dapat menentukan partikel secara tepat, pastilah posisinya tidak tepat.
Dengan demikian, posisi dan momentum elektron tidak dapat di tentukan
dengan pasti karena elektron selalu bergerak. Akibatnya, kita tidak
mungkin mengetahui lintasan elektron secara pasti seperti yang
dikemukakan Bohr. Inilah yang dimaksud dengan model atom bohr
melanggar prinsip ketidakpastian Heisenberg. Hipotesis Louis de Broglie
dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model
Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin
Schrodinger pada tahun 1927, yang mengajukan konsep orbital untuk
menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu
daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk
ditemukan.

4. Paket Gelombang
Kedudukan sebuah gelombang sinus (atau kosinus) murni sama sekali
tidak terbatasi. Ia meluas dari -∞ hingga +∞. Sebaliknya kedudukan
sebuah partikel klasik , terbatasi secara tegas. Sebuah paket gelombang
dapat dipandang sebagai superposisi sejumlah besar gelombang, yang
berinterferensi secara maksimum di sekitar partikel, sehingga
menghasilkan sebuah gelombang resultan dengan amplitudo yang lebih
besar.
Sebaliknya pada tempat yang jauh dari partikel, mereka berinterferensi
secara minimum, sehingga gelombang resultannya memiliki amplitudo
yang lebih kecil pada tempat dimana partikelnya kita perkirakan tidak
ditemukan. Sebuah partikel yang terbatas geraknya dalam suatu bagian
ruang dilukiskan sebagai oleh sebuah paket gelombang, yang adalah
superposisi gelombang-gelombang de Broglie. Peket gelomabang bergerak
dengan laju yang sama dengan laju partikel.

5. Probabilitas dan keacakan


Pengukuran sekali terhadap kedudukan atau momentum partikel dapat
dilakukan seteliti yang dapat dicapai oleh keterampilan eksperimental.
Pelemparan sebuah mata uang atau dadu bukanlah suatu proses acak, akan
tetapi hakikat keacakan hasilnya itu menunjukan bahwa pengetahuan
tentang keadaan sistem nyalah yang kurang lengkap. Apabila saat
menganalisis hasil yang bakal diperoleh berdasarkan probabilitas, maka
sebenarnya, mengakui kelemahan untuk melakukan analisisnya secara
pasti. Perilaku acak dari sebuah sistem yang tunduk pada hukum-hukum
fisika kuantum adalah suatu aspek alam mendasar, bukanlah hasil dari
keterbatasan pengetahuan tentang sifat-sifat sistemnya
.
6. Amplitudo Probabilitas
Amplitudo gelombang de Broglie (sebuah partikel) pada sembarang
titik berkaitan dengan probabilitas untuk menemukan partikel yang
bersangkutan pada titik tersebut. Analogi dengan fisika klasik, bahwa
intensitas sebuah gelombang berbanding lurus dengan kuadrat
amplitudonya,maka probabilitas ini juga berbanding lurus dengan kuadrat
amplitudo gelombang de Broglie. Kita tidak dapat menafsirkan atau
mengukur langsung amplitudo gelombangnya. Tetapi, probabilitas
didefinisikan dalam nilai mutlak dari kuadrat amplitudo; karena hasilnya
selalu merupakan suatu bilangan real, maka kita tidak sulit
menafsirkannya. Meskipun amplitudo gelombang de Broglie tidak mudah
ditafsirkan, gelombang de Broglie memiliki ciri khas dari sebuah
gelombang klasik yang berperilaku baik. Sebagai contoh, ia dipantulkan
dan di bahas, ia memenuhi asas superposisi, dan gelombang-gelombang de
Broglie yang merambat dalam arah-arah yang berlawanan dapat berpadu
membentuk sebuah gelombang berdiri.

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1982 . Konsep Fisika Moderen. Jakarta : Penerbit Erlangga


Halliday, Resnick. 1984. Fisika Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://dualismepartikel.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Dualitas_gelombang-partikel
http://kimiadahsyat.blogspot.co.id/2009/06/sifat-dualisme-gelombang-materi.html
http://Wikipedia.org. Untuk informasi biodata tokoh-tokoh penemu serta gambar nya.
Krane, Kenneth.2011. Fisika Modern.Jakarta: UI-Press
Physics, Wenny. Sifat Gelombang pada
Partikel.http://wennyphysics.blogspot.com/2012/02/siifat-gelombang-pada-partikel.html
(diakses tanggal 28 april 2013)
Tjahjadi,Simon Petrus L., Petualangan Intelektual Yogyakarta: Kanisius.2004. ISBN 979-21-
0460-7

Anda mungkin juga menyukai