Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Fisika Kuantum” yang berjudul “Dualisme Gelombang Partikel”. Shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 9 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….........2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...........3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….........4
B. Rumusan masalah………………………………………………………………........4
C. Tujuan Makalah………………………………………………………………….......4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dualisme Partikel......................................................................................5
B. Perkembangan teori Dualisme Gelombang Partikel..................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada awal abad ke- 20 Albert Einstein dan Max Planck ilmuwan yang telah mempelopori
teori kuantum yang menjelasakan sifat – sifat partikel dari gelombang. Setelah itu bermunculan
ilmuan lain seperti pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya memiliki sifat
kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie
berpikir sebagaimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat
gelombang. Canggung-nya para ilmuan terhadap hipotesis De Broglie karena gagasan nya tidak
berdasarkan eksperimental tidak seperti teori kuantum yang mempunyai fakta fakta empiris.
Akan tetapi setelah 3 tahun kemudian, Hipotsis De Broglie terbukti kebenaranya oleh dua ahli
fisika Amerika Serikat yaitu Clinton Davisson dan Lester Germer. Dalam hipotesis-nya De
Broglie menyatakan partikel-partikel seperti elektron, neutron maupun proton mempunyai sifat
dualisme yaitu partikel dan gelombang.
Prinsip dualisme partikel dan gelombang ini merupakan proses perkembangan Mekanika
kuantum yang sekarang ini masih di jadikan dasar penelitian dan masih kita gunakan untuk
belajar di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. kaitanya dengan topik yang akan di bahas
yaitu Dualisme partikel dengan merujuk pada teori yang mendukung prinsip Dualisme Partikel
seperti pertentangan antara Newton dan Huygens, Percobaan Young, Teori Max Planck, Efek
Compton, Efek Fotolistrik, Hipotesis Luis de Broglie, serta Percobaan Davensson dan Germer

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana dualisme gelombang partikel (sifat
gelombang dan materi) ?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dualisme gelombang partikel
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dualisme Partikel


Menurut asal kata, pengertian partikel dalam kbbi yaitu unsur dasar benda atau bagian
benda yang sangat kecil dan berdimensi. Partikel disebut materi yang sangat kecil seperti butir
pasir, elektron, atom atau molekul. Dualisme yaitu paham bahwa dl kehidupan ini ada dua
prinsip yg saling bertentangan. Jadi dualisme partikel yaitu dua paham yang berbeda mengenai
suatu materi yaitu partikel dan gelombang. Dualisme Gelombang Partikel menyatakan bahwa
cahaya dan benda memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika
kuantum, dualitas menyatakan kekurangan konsep mengenai "Partikel" dan "Gelombang" untuk
menjelaskan bagaimana perilaku objek kuantum.
Ide awal dualitas ini muncul pada tahun 1600-an terjadi perdebatan tentang sifat cahaya
dan benda, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan oleh Christiaan Huygens dan
Isaac Newton. Melalui hasil riset Albert Einstein, Louis de Broglie dan kawan-kawan, sampai
saat ini para ilmuwan telah menerima suatu Gagasan mengenai Dualisme Gelombang Partikel
bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang dan partikel. Meskipun fenomena ini hanya dapat
terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom. Dualitas gelombang partikel merupakan dasar-dasar
teori mekanika kuantum yang erat kaitanya dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
manusia.

B. Perkembangan teori Dualisme Gelombang Partikel


1. Huygens dan Newton
Pada abad ke-17, sir isaac Newton menyatakan gagasan-nya tentang teori partikel cahaya.
Teori ini menganggap cahaya sebagai berkas partikel yang sangat ringan yang terpancar dengan
kelajuan yang sangat tinggi. pada saat itu teori ini dianggap mampu menjelaskan mengapa
cahaya merambat lurus dan mampu menjelaskan peristiwa pemantulan cahaya. Untuk peristiwa
pembiasan cahaya, teori ini berangapan bahwa ada gaya interaksi antara partikel cahaya dan
medium.
Teori partikel ini memiliki kelemahan. Pertama, hasil pengamatan menunjukan bahwa dua
berkas cahaya dapat saling berpotongan pada sudut berapa pun tanpa saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, baik dalam hal arah rambat maupun warnanya. Padahal jika benar cahaya
merupakan berkas partikel, seharusnya terjadi tumbukan antara kedua berkas tersebut.
Gagasan Newton di sanggah oleh seorang ilmuwan belanda Christian Huygens yang
mempunyai pendapat yang kontradiktif. Teori Huygens menyatakan bahwa cahaya merupakan
gelombang yang bergerak menembus ruang sebagaimana air melintasi permukaan kolam.
Huygens mengatakan bahwa pemantulan dan pembiasan cahaya dapat juga di jelaskan dengan
teori gelombang. Dalam hal ini, dia mengungkapkan bahwa perambatan gelombang apapun yang
melalui ruang dapat digambarkan dengan metode geometri. Metode ini dikenal sebagai prinsip
Huygens
Perdebatan mengenai hakikat cahaya berlangsung selama lebih dari satu abad. Sampai
perdebatan ini menimbulkan perselisihan sengit dan terbentuk 2 kubu yaitu kelompok yang
mendukung newton dan kelompok yang memihak huygens. Perdebatan yang berujung alot ini
kemudian berakhir, melalui Percobaan yang dilakukan Thomas Young tentang Celah Ganda
Young yang berhasil menengarahi perselisihan.
2. Young, Fresnel dan Maxwell
Eksperimen celah-ganda Young, Pada awal abad ke-19, percobaan celah ganda Young dan
Fresnel memberikan bukti bahwa cahaya adalah gelombang. Pada tahun 1861, James Clerk
Maxwell menjelaskan cahaya sebagai propagasi gelombang elektromagnetik sesuai dengan
persamaan Maxwell.
3. Teori Planck Radiasi Benda Hitam
Pada tahun 1900 Planck memulai pekerjaanya dengan membuat suatu anggapan baru
tentang sifat dari getaran molekul-molekul dalam dinding-dinding rongga benda hitam yang
sering kita menyebut-nya dengan Radiasi Benda Hitam. Pandangan Max Planck bahwa benda
atau materi apabila terkena suhu yang panas akan menimbulkan radiasi. Maksudnya radiasi yang
timbul tersebut dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Untuk benda hitam radiasinya sangat
tinggi karena benda hitam dapat menyerap semua radiasi yang datang padanya dan tidak dapat di
pantulkan lagi. Berikut hukum Planck tentang radiasi benda hitam.
 Energi radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul-molekul benda bersifat diskrit.
Besar energi yang berkaitan dengan tiap foton
E = n.h.f
n = 1,2,3, ….( tingkat energi.), dan f adalah frekuensi getaran molekul-molekul
sedangkan h disebut tetapan Planck yang besarnya 6,6 × 10-34 Js
 Molekul-molekul menyerap dan memancarkan energi radiasi cahaya dalam paket diskrit
yang disebut kuantum atau foton.
4. Efek Fotolistrik
Cahaya merupakan bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik dan juga
merupakan sebuah partikel yang memiliki paket energi yang disebut dengan foton. Oleh
karena itu cahaya menganut dualisme gelombang-partikel, yaitu cahaya dapat berupa
gelombang dan juga dapat berupa partikel. Efek fotolistrik membantu menjelaskan mengenai
dualisme ini. Albert Einstein adalah ilmuwan yang menjelaskan mengenai efek ini dan meraih
Nobel Prize In Physics pada tahun 1921.
Efek foto listrik adalah emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran
gelombang elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut. Cahaya biasa mampu melepaskan
elektron dari logam-logam alkali.
Hasil-hasil eksperimen menunjukkan, bahwa suatu jenis logam tertentu bila disinari
(dikenai radiasi) dengan frekuensi yang lebih besar dari harga tertentu akan melepaskan elektron,
walaupun intensitas radiasinya sangat kecil. Sebaliknya, berapapun besar intensitas radiasi yang
dikenakan pada suatu jenis logam, jika frekuensinya lebih kecil dari harga tertentu maka tidak
akan dapat melepaskan elektron dari logam tersebut. Peristiwa pelepasan elektron dari logam
oleh radiasi tersebut disebut efek fotolistrik, diamati pertama kali oleh Heinrich Hertz (1887).
Elektron yang terlepas dari logam disebut foto-elektron.

Gambar I-2: Susunan Alat Eksperimen Efek Fotolistrik

Jika intensitas radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik dinaikkan, maka akan memperbanyak

I
foto-elektron yang dihasilkan, ditandai oleh bertambahnya arus foto-elektron fe . Perangkat
untuk mengamati terjadinya efek fotolistrik seperti ditunjukkan pada Gambar I-2. Arus foto-
elektron dapat ditiadakan dengan cara memberi tegangan pada kolektor negatif terhadap emiter.
Beda tegangan emiter – kolektor pada saat arus foto-elektron tepat mencapai nol, disebut

I
tegangan penghenti (stopping voltage), Vs . Gambar I-3a menggambarkan fe sebagai fungsi

tegangan kolektor - emiter (Vke ) untuk tiga macam intensitas radiasi (Ir ) . Semakin besar
frekuensi radiasi yang menimbulkan efek fotolistrik, semakin besar tegangan penghenti yang
diperlukan untuk meniadakan arus foto-elektron. Gambar I-3b menggambarkan hubungan antara
Vs dan u hasil eksperimen. Untuk berbagai logam, grafik Vs versus u mempunyai kemiringan

yang sama, tetapi dengan frekuensi ambang (u 0 ) yang berbeda.

Efek fotolistrik tidak dapat dipahami dengan fisika klasik, yang mana intensitas radiasi
sebanding dengan enegi gelombang (kuadrat amplitudo). Pada tahun 1905, Einstein
menerangkan efek fotolistrik dengan teori kuantum cahaya:
1. Cahaya / radiasi terdiri dari atas kuantum / paket-paket energi sebesar
Er = hu (I.12)
yang bergerak dengan kelajuan cahaya c.
2. Intensitas cahaya ditentukan oleh cacah kuantum tenaga per satuan waktu per satuan
luas penampang berkas cahaya tersebut.
Dengan adanya teori kuantum cahaya Einstein, berarticahaya memperlihatkan sifat
dualisme, yaitu sebagai gelombang dan sebagai partikel. Partikel cahaya atau radiasi disebut
foton. Dengan teori kuantum cahaya, Einstein menerangkan efek fotolistrik sebagai berikut:
Elektron-elektron bebas dalam logam terikat oleh logam untuk meninggalkannya. Untuk
melepaskan elektron dari logam diperlukan tenaga dalam jumlah tertentu. Besarnya tenaga untuk
melepaskan elektron dari logam, yang sama dengan tenaa ikat logam pada elektron-elektronnya,
disebut fungsi kerja (work function) logam yang bersangkutan (f ) . Setiap jenis logam
mempunyai fungsi kerja tertentu, yang merupakan karakter masing-masing jenis logam.
Tenaga foton sebesar hu yang datang pada permukaan logam diserahkan seluruhnya kepada satu
elektron dalam logam. Jika hu > f , maka elektron yang menerima tenaga tersebut dapat lepas
dari logam, dengan sisa tenaga yang diterimanya digunakan untuk bergerak, memenuhi
persamaan
hu = f + K fe (I-13)

dengan K fe adalah tenaga kinetik foto-elektron. Dari persamaan (I-13), mudah


dimengerti adanya frekuensi ambang suatu logam, yaitu sebesar

Jadi, jika suatu radiasi yang dikenakan pada suatu logam frekuensinya υ > υ 0 baru bisa
menimbulkan efek fotolistrik, dan jika intensitas radiasi naik, maka cacah foto-elektron
bertambah karena cacah foton bertambah.
Einstein telah menjelaskan untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam di
butuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnetik yang terdiri dari foton mempunyai
energi yang lebih besar di bandingkan energi ambang, maka elektron akan terlepas. Akibatnya
energi elektron maksimum dapat di tentukan :
Ekm = h.f – W0
Dengan:

H = konstanta Planck (6,63 10-34 Js)


Ekm = enegi kinetik maksimum elektron (Joule)
F = frekuensi cahaya (Hz)
Hasil-hasil percobaan Einstein :
 Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.
 Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi
cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang
diemisikan.
 Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam tertentu
sama.
5. Efek Compton
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang
diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati
bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan
cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan
mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi lebih
besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur
Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua
bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian energi foton
sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang
menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut θ terhadap arah semula dan panjang
gelombangnya menjadi lebih besar.
Seberkas radiasi yang dikenakan pada lempeng (plat tipis) logam akan mengalami
hamburan. Intensitas radiasi terhambur tergantung pada sudut hamburannya. Gambar I-4
menunjukkan susunan peralatan dan hasil pengamatan hamburan radiasi. Gejala tersebut tidak
dapat dijelaskan dengan memandang radiasi sebagai gelombang klasik

Pada tahun 1923, Compton mempelajari hamburan radiasi tersebut di atas, dan
menerangkan sebagai berikut. Radiasi yang dikenakan pada lempeng logam berinteraksi dengan
elektron bebas dalam logam (tidak selalu menimbulkan efek fotolistrik walaupun tenaganya
cukup). Interaksi abtara radiasi dengan elektron bebas dalam logam berperilaku seperti tumbukan
elastis antara dua partikel. Mekanisme hamburan radiasi (kemudian disebut hamburan Compton
atau efek Compton) tersebut di atas dapat dijelaskan dengan memberlakukan hukum-hukum
kekekalan tenaga dan momentum linear secara relativistik. Pemberlakuan kedua hukum
kekekalan tersebut menghasilkan persamaan-persamaan
6. Hipotesis de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie dari perancis mengemukakan pendapat bahwa
 Alam sangat bersifat simetri di dalam terdapat banyak hal
 Jagat raya yang kita amati seluruhnya di buat dari cahaya dan materi
 Jika cahaya mempunyai sifat dual, yakni sifat gelombang dan partikel, maka materi
juga berangkali bersifat demikian.
Pemikiran de Broglie lahir dari gagasan A.H Compton menyatakan bahwa cahaya memiliki
sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie
berpikir sebagaimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat
gelombang ini yang disebut dengan Dualisme Gelombang-partikel. Anjuran de Broglie tidak
mendapatkan perhatian yang serius karena hanya sebuah Hipotesis yang tidak di dasari dengan
Eksperimen. Rumusan panjang gelombang partikel berdasar hipotesis de Broglie identik dengan
persamaan (I-16), yakni

dengan m dan v berturut-turut menyatakan massa dan kecepatan partikel. Hipotesis de


Broglie tersebut kemudian dapat dibuktikan oleh Davisson dan Germer pada tahun 1927 dengan
difraksi elektron. Seberkas elektron yang telah dipercepat dengan tegangan V dikenakan pada
kristal. Elektron-elektron terhambur dideteksi terhadap variasi sudut hamburan, ternyata hasilnya
memperlihatkan adanya pola difraksi seperti halnya cahaya atau sinar X. Hasil eksperimen
Davisson dan Germer dengan kristal nikel dan tegangan pemercepat elektron sebesar 54 V seperti
ditunjukkan oleh Gambar I-6. Panjang gelombang elektron yang telah dipercepat dengan
tegangan V menurut hipotesis de Broglie adalah

dengan m = massa elektron, dan e = muatan elementer (1,6 × 10 − 19C ) . Hasil


eksperimen difraksi elektron sangat sesuai dengan perhitungan de Broglie. Sebagai contoh
numerik, untuk V = 54 V, panjang gelombang elektron sebesar 1,66 A , dan untuk V = 100 V, A
λ e = 1,22 , terletak pada daerah panjang gelombang sinar X. Karena panjang gelombang elektron
yang begitu kecil, maka untuk bisa mangalami difraksi diperlukan kristal sebagai kisi,
difraksinya mengikuti aturan difraksi atau pantulan Bragg seperti halnya pada sinar X.
Walaupun hanya hipotesa de Broglie, akan tetapi setelah 3 tahun lamanya kebenaran teori
ini dapat di buktikan melalui percobaan yang dilakukan Davensson dan germer. Dan pasti
mengubah stigma masyarakat khususnya ilmuwan bahwa de Broglie telah menemukan gagasan
baru tentang dualisme partikel.
7. Percobaan Davensson dan Germer
Pada tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris
secara terpisah membuktikan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron
terdifraksi jika berkas itu terhambur dengan kisi atom kristal yang teratur. Jika partikel berlaku
sebagai gelombang, harus dapat ditunjukkan bahwa partikel dapat menimbulkan pola-pola
difraksi seperti halnya pola-pola difraksi pada gelombang.
Hasil yang diperoleh dari eksperimen Davisson-Germer adalah kurva berkas hambur
elektron dengan pola maksimum – minimum yang jelas teramati yang posisinya tergantung dari
energi berkas elektron.
Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira sama
dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah terlampau lebar, tidak
menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau sempit, pola-pola difraksi
sukar teramati.
Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola difraksi gelombang elektron adalah kisi yang
terjadi secara alamiah yakni celah-celah yang berada antara deretan atom-atom kristal bahan
padat, dalam hal ini dipergunakan kisi kristal nikel. Hasil percobaan Davisson dan Germer
menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi. Kini tidak
disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula menunjukkan sifat
gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip tentang Dualisme Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan
sifat gelombang dan partikel. Menurut perkembangan teori Dualisme Partikel dapat di ketahui
awal nya muncul perdebatan antara hugyens dan Newton mengenai sifat cahaya. Newton
beranggapan cahaya bersifat partikel dan Huygens sebaliknya berangapan cahaya bersifat
gelombang. setelah itu muncul gagasan dari Thomas Young membetulkan kekurangan –ini
tentang teori gelombang mengenai cahaya mulai menuju ke arah yang di terima umum.
Perkembangan terus berlanjut A. H,. Compton menyatakan cahaya memiliki sifat kembar sebagai
gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan De Broglie berpikir sebagaimana
cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat gelombang. Teori dari
de Broglie menjadi variabel khusus lahirnya prinsip Dualisme Partikel .
Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang
terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu Partikel yang
bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat
akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya,
sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara. Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh
C. Davidson dan LH Giermer (Amerika Serikat) dan GP Thomas (Inggris). Prinsip dualitas inilah
menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika kuantum oleh Erwin Schrodinger.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga dapat membantu mahasiswa dalam
memahami konsep Gelombagn dan partikel dengan lebih baik lagi serta dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan judul serta aplikasinya dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Dualitas_gelombang-partikel
Halliday, Resnick. 1984. Fisika Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Beiser, Arthur. 1982 . Konsep Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai