Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dina Witriana

NIM : 4202121008
Kelompok :D
Kelas : Pendidikan Fisika B 2020
Mata Kuliah : Fisika Kuantum
Dosen Pengampu : Dr. Eng. Jubaidah, M.Si

TUGAS RUTIN
Konsep Fisika Klasik Dan Konsep Fisika Kuantum Tentang Partikel Dan Gelombang

A. Dualisme Partikel Gelombang


Menurut asal kata, pengertian partikel dalam KBBI yaitu unsur dasar benda atau
bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi. Partikel disebut materi yang sangat kecil
seperti butir pasir, elektron, atom atau molekul. Dualisme yaitu paham bahwa dalam
kehidupan ini ada dua prinsip yang saling bertentangan. Jadi dualisme partikel yaitu dua
paham yang berbeda mengenai suatu materi yaitu partikel dan gelombang. Dualisme
Gelombang Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan sifat gelombang
dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum, dualitas menyatakan kekurangan
konsep mengenai "Partikel" dan "Gelombang" untuk menjelaskan bagaimana perilaku objek
kuantum. Ide awal dualitas ini muncul pada tahun 1600-an terjadi perdebatan tentang sifat
cahaya dan benda, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan oleh Christiaan
Huygens dan Isaac Newton. Melalui hasil riset Albert Einstein, Louis de Broglie dan kawan-
kawan, sampai saat ini para ilmuwan telah menerima suatu Gagasan mengenai Dualisme
Gelombang Partikel bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang dan partikel. Meskipun
fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom. Dualitas gelombang
partikel merupakan dasar-dasar teori mekanika kuantum yang erat kaitanya dengan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan manusia.
Pada peristiwa efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari oleh seberkas
cahaya yang menyebabkan elektron terpental keluar dari permukaan logam. Peristiwa efek
fotolistrik tidak dapat dijelaskan melalui teori gelombang, tetapi dapat dijelaskan melalui
teori kuantum (Krane, 1992). Sesuai dengan teori gelombang, gelombang cahaya yang
menyebar keluar dari sumbernya sama halnya dengan gelombang berupa riak air yang
menjalar di permukaan kolam ketika sebuah ujung jari dicelupkan lembut ke permukaan air
kolam tersebut. Postulat Planck tentang radiasi dari suatu benda berupa kuanta diskrit tidak
sesuai dengan penjalaran atau rambatan cahaya sebagai gelombang. Tetapi Einstein
menduga bahwa cahaya merambat di dalam ruang dalam bentuk foton. Menurut teori
kuantum cahaya yang menyebar dari sumbernya merupakan sederetan dari suatu konsentrasi
energi yang terlokalisasi. Teori kuantum cahaya memperlakukan cahaya sebagai suatu
fenomena partikel dan konsep gelombang dengan frekuensi tertentu.
“Teori kuantum cahaya memperlakukan cahaya sebagai suatu fenomena partikel
dan konsep gelombang dengan frekuensi tertentu”. Seperti yang dibahas pada Medan
elektromagnetik sesuai teori gelombang Maxwell (pada teori fisika klasik) bahwa besarnya
intensitas cahaya dari permukaan medan listrik adalah . Dalam fisika kuantum,
dianalogikan bahwa intensitas foton yang jatuh ke permukaan bahan oleh sejumlah foton per
satuan luas permukaan (m2) per detik (t) adalah I = N hf, dengan N adalah jumlah foton.
Oleh sebab itu, seharusnya berlaku keadaan yang sama, sehingga Intensitas (I) foton =
Intensitas (I) gelombang cahaya.

Sesuai pada persamaan di atas dapat diinterpretasikan bahwa jika nilai N besar, dapat
diartikan bahwa gejala foton dapat dilihat sebagai gelombang terdistribusi kontinu yang
polanya sesuai dengan besarnya E0. Hal ini sebagai ciri-ciri dari teori gelombang cahaya.
Jika N kecil (misalnya hanya ada 1 buah foton) pengamat akan melihat jatuhnya foton pada
dinding atau bahan sebagai kilatan cahaya yang singkat.

B. Gelombang Materi
Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein. Kemudian
diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk
menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang
paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar
kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak
yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan
untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia
kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga
berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas
yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya
yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua
persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua
persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul
di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang ,
baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck. Secara
tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini
merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk
partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan
lajunya. Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya cahaya yang memiliki sifat
“mendua”, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat juga memiliki sifat gelombang.
            Menurut de Broglie suatu partikel yang memiliki momentum p jika dipandang
sebagai gelombang, mempunyai panjang gelombang: Panjang gelombang ini disebut
panjang gelombang de Broglie. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding
terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm
per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Bohr mengajukan postulat kuantisasi momentum sudutnya, begitu saja tanpa
memberikan alasan fisis sama sekali. Louis de broglie dengan teori gelombang-partikelnya
menjelaskan bahwa: partikel (misalnya elektron) yang bergerak dengan kecepatan v
kemungkinan memiliki sifat gelombang dengan panjang gelombang, λ, yang sesuai.
Hipotesis ini telah diuji oleh Davidsson-Germer dan G.P.Thomson yang
membuktikan adanya pola difraksi pada elektron seperti pada gelombang

C. Persamaan Louis de Broglie mengenai Partikel sebagai Gelombang


Pada tahun 1924 dengan mempertimbangkan sifat simetri dari alam, Louis de
Broglie mengajukan hipotesis bahwa partikel (seharusnya) mempunyai gelombang.
Sehingga ia mengemukakan bahwa sifat dualisme yang dimiliki cahaya juga dimiliki oleh
partikel yang bermassa. Ciri perkembangan fisika biasanya ditandai dengan periode panjang
pekerjaan eksperimen dan teori tidak memuaskan yang kadang-kadang diselingi oleh
cetusan berbagai gagasan mendalam yang menyebabkan perubahan mencolok dalam cara
kita memandang alam semesta. Contohnya seperti hipotesis-hipotesis diatas yang berurutan
dari munculnya hipotesis Max Planck, efek fotolistrik dari Arbert Einstein, Efek Compton
hingga munculnya hipotesis dari Louis de Broglie yang membahas mengenai gelombang
dan partikel.
Louis de Broglie berpendapat bahwa partikel yang bermassa seharusnya juga
mempunyai gelombang. Dalam artian partikel yang bermassa juga memiliki sifat
sebagaimana yang ditunjukkan oleh foton yaitu dapat bersifat Pada tahun 1924 dengan
mempertimbangkan sifat simetri dari alam, Louis de Broglie mengajukan hipotesis bahwa
partikel (seharusnya) mempunyai gelombang. Sehingga ia mengemukakan bahwa sifat
dualisme yang dimiliki cahaya juga dimiliki oleh partikel yang bermassa. Ciri
perkembangan fisika biasanya ditandai dengan periode panjang pekerjaan eksperimen dan
teori tidak memuaskan yang kadang-kadang diselingi oleh cetusan berbagai gagasan
mendalam yang menyebabkan perubahan mencolok dalam cara kita memandang alam
semesta. Contohnya seperti hipotesis-hipotesis diatas yang berurutan dari munculnya
hipotesis Max Planck, efek fotolistrik dari Arbert Einstein, Efek Compton hingga
munculnya hipotesis dari Louis de Broglie yang membahas mengenai gelombang dan
partikel.
Hipotesis de Broglie mengatakan, gelombang materi semestinya berbentuk
gelombang monokromatis dengan panjang gelombang λ = h/p dan frekuensi v = E/h. Dapat
disimpulkan bahwa gelombang materi tidak mungkin berupa gelombang monokromatis
karena gelombang monokromatis menyebar ke seluruh ruangan sedangkan gelombang
materi harus dapat mendeskripsikan partikel. Gelombang de Broglie dengan dimensinya
serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Partikel yang bergerak memiliki sifat
gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu
terjadi daripada petir. Kilat menunjukkan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan
petir menunjukkan sifat partikel berbentuk suara. Berikut skema kaitan antara partikel dan
gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gelombang Secara eksperimen berperilaku Partikel
Max Planck
Partikel (dihipotesis berperilaku) Gelombang
Louis de Broglie
Sehingga terjadi hubungan yang simetris antara gelombang dan partikel
Gelombang Partikel
Artinya, gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya
partikel dapat bersifat sebagai gelombang.

D. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg


Pada masa 1924-1925, Werner Heisenberg, anak dari seorang Profesor Greek dan
Classic pada Universitas Munich, menemukan teori lengkap mengenai mekanika kuantum
yang dinamakan mekanika matriks. Teori ini mengatasi sebagian problem pada teori atom
Bohr, seperti postulat orbit unobservable elektron. Formulasi Heisenberg pada intinya
didasarkan pada pengukuran besaran-besaran seperti probabilitas transisi lompatan elektron
antara keadaan-keadaan kuantum.  Oleh karena probabilitas transisi tergantung pada keadaan
mula dan akhir, mekanika Heisenberg memekai variabel-variabel terdata dengan dua (2)
subscript. Walaupun pada awalnya Heisenberg mempresentasikan teorinya pada bentuk
aljabar yang tak terkomunikasikan (rumit), Max Born sadar bahwa teori yang demikian lebih
elegan dijelaskan dalam bentuk matriks. Alhasil, Born, Heisenberg, dan Pascual Jordan
segera mencari jalan keluar yaitu mengembangkan teori yang lebih komprehensif tentang
matriks mekanik. Teori ini sebenarnya ialah hadiah untuk pakar fisika, namun masih
merupakan kerumitan besar sebab harus melibatkan matematika dengan tingkat kesusahan
tinggi dan sangat melelahkan para pakar fisika (physicists). Meski demikian, kita akan
membahas penemuan brilian Heisenberg yang lain, yaitu prinsip ketidakpastian, yang
diperkenalkan pada tahun 1927. Dalam papernya, Heisenberg mempublikasikan ide bahwa
tidak mungkin menentukan secara simultan dengan presisi yang luar biasa untuk posisi dan
momentum suatu partikel. 
Dengan perkataan lain, dapat dinyatakan prinsip ketidakpastian Heisenberg sebagai
berikut: Jika pengukuran posisi dengan ketelitian ᐃx dan secara simultan pengukuran
momentum dengan ketelitian ᐃp, maka produk kedua ketidakpastian tidak akan lebih kecil
daripada ℏ, yakni:
ᐃp.ᐃx ≥ ћ
Dalam tiga dimensi hubungan ketidakpastian :
ᐃpx.ᐃx ≥ ћ
ᐃpy.ᐃy ≥ ћ
ᐃpz.ᐃz ≥ ћ

Hubungan antara Ketidakpastian Energi dengan Waktu


Hubungan ketidakpastian enegi kinetik E dari sebuah partikel yang bergerak dengan waktu t
dinyatakan dengan :
ᐃE.ᐃt ≥ ћ
dengan :
ᐃE : ketidakpastian energi dan
ᐃt : ketidakpastian waktu
Prinsip dari ketidakpastian bisa juga di terapkan dalam momentum anguler L dari
partikel dan posisi sudut anguler ϕ yang berbanding terbalik dengan L
Hubungannya dinyatakan dengan :
ᐃL.ᐃϕ  ≥ ћ
dengan :
ᐃL : ketidakpastian momentum sudut
ᐃϕ : ketidakpastian posisi sudut

Catatan :
Dalam pernyataan hubungan ketidakpastian tak hanya dijelaskan ᐃx dan ᐃp, namun besaran
ini dapat dinyatakan dengan bermacam variasi . Jika
pengukuran x dan ᐃx dan ᐃp dinyatakan sebagai deviasi rata-rata (rms) suatu nilai, ini bisa
di tunjukkan nilai minimum produk ketidakpastian di berikan oleh :

Dalam penyelesaian masalah untuk satu dimensi (dalam arah x) nilai terkecil dari perkalian
bisa dinyatakan dengan :
ᐃx.ᐃpx  =  ћ.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1982 . Konsep Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Erlangga
Ermiyati, L., & Oktova, R. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Fisika
Modern Tentang Dualitas Partikel-Gelombang Menggunakan Perangkat Lunak
Lectora Inspire Untuk Mahasiswa S-1 Pendidikan Fisika. Berkala Fisika Indonesia:
Jurnal Ilmiah Fisika, Pembelajaran Dan Apliksinya, 10(1).
Krane, K.S. (1992). Fisika Modern. Terjemahan Hans J. Wospakrik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Murdani, E. (2020). Hakikat Fisika Dan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Filsafat
Indonesia, 3(3), 72-80.
PARTIKEL, F. D. D. G. FISIKA KUANTUM.
Rohadi, Nyoman. 2020. Prinsip Dasar Fisika Kuantum Berbasis Model Mental Fisika.
Bengkulu : Unib Press

Anda mungkin juga menyukai