Mari kita bahas mengenai sejarah perkembangan teori cahaya sebagai berikut.
B. Teori Tactile
Teori ini menyatakan teori cahaya berdasarkan teori menyentuh. Jadi, ketika tangan mampu
menyentuh suatu benda, maka mata bisa merasakan atau melihat suatu benda. Lalu, ada juga
teori yang menyebutkan bahwa mata mengirimkan sinyal-sinyal tak tampak untuk merasakan
sebuah benda.
C. Teori Emisi
Teori emisi bertentangan dengan teori tactile. Teori ini mengatakan bahwa benda mengirimkan
partikel-partikel ke mata, sehingga mata akhirnya bisa melihat benda sekitarnya. Akhirnya, teori
ini mampu mengalahkan teori sebelumnya (teori tactile) sampai abad ke 8.
E. Teori Gelombang
Teori gelombang merupakan teori yang dipelopori oleh Christian Huygens (abad 17). Kemudian,
teori ini dikembangkan oleh Thomas Young and Augustin Fresnel. Teori gelombang menyatakan
bahwa cahaya hanya bisa dipancarkan dalam bentuk gelombang. Gelombang tersebut
dipancarkan ke segala arah. Gravitasi tidak mempengaruhi gelombang cahaya sehingga cahaya
bergerak makin lambat jika memasuki medium yang lebih padat. Gelombang cahaya
berinteferensi seperti gelombang suara. Kemudian, teori gelombang juga mengatakan bahwa
cahaya bisa dipolarisasikan. Teroi ini mengatakan juga bahwa cahaya membutuhkan media
untuk merambat. Teori gelombang bertentangan dengan teori partikel.
F. Teori Elektomagnetik
James Clerk Maxwell adalah tokoh teori elektromagnetik. Teori ini menyatakan bahwa
gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan media untuk
merambat. Kelajuan cahaya bisa diprediksi dengan menggunakan beberapa konstanta listrik dan
magnet.
G. Teori Kuantum
Tiga teori digabungkan. Pelopor teori ini yaitu Max Planck dan Einsten. “Gelombang cahaya
tersusun atas paket-paket energy yang disebut foton pada tahun 1990” (Max Planck). Pada tahun
1905, Einsten mampu menjelaskan mengenai efek foto listrik dengan teori kuantum.
Cahaya merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi
ini, tanpa cahaya kita tidak akan pernah bisa melihat pemandangan yang indah,
wajah yang tampan atau cantik dan lain sebagainya karena dengan cahaya lah
kita bisa melihat dan bisa beraktivitas dari pagi hari hingga malam hari.
Abu Ali Hasan bin Al-Haitham, seorang ilmuwan yang hidup pada kurun 965-1040
Masehi mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan manusia dengan
menggunakan teknik geometri dan anatomi. teori yang dirumuskan pada abad ke-10
itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya mengeluarkan
sinar cahaya ke segala arah. namun, hanya satu sinar ari setiap titik yang masuk ke
mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya lain yang tidak secara tegak lurus
mengenai mata tidak dapat melihat.
Ilmuwan yang memiliki panggilan Alhazen ini menggunakan kamera lubang jarum
sebagai contoh pembuktian teorinya. Dari percobaannnya, ternyata kamera itu
menampilkan sebuah citra/gambar terbalik sehingga dia menyimpulkan bahwa sinar
cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu.
2. Isaac Newton
Kesimpulan Alhazen bahwa cahaya adalah kumpulan partikel diteruskan oleh Isaac
Newton. Isaac Newton menyatakan dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa
cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari
sumbernya. Teori ini dapat digunakan untuk menerangkan pantulan cahaya, tetapi
hanya dapat menerangkan pembiasan dengan menganggap cahaya menjadi lebih
cepat ketika memasuki medium yang padat tumpat karena daya tarik gravitasi lebih
kuat .
3. Christian Huygens
4. Michael faraday
Pada tahun 1845 muncul Teori Elektromagnetik yang ditemukan Oleh Michael
faraday yang menyatakan bahwa sudut polarisasi (kutub) dari cahaya dapat diubah
dengan medan magnet. Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan dengan
elektomagnetisme sehingga Faraday mengusulkan bahwa cahaya adalah getaran
elktromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan walaupun tidak ada medium
5. Maxwell
6. Max Planck
7. Albert Einstein