Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penguat instrumentasi adalah suatu penguat yang tidak tertutup dengan
masukan diferensial dan mengaturnya tanpa mempengaruhi CMRR (Common
Mode Rejection Ratio). Penguat yang paling umum digunakan untuk
pengukuran, instrumentasi, atau penguat instrumentasi. Penguat ini dirancang
dengan beberapa op-amp dan tahanan presisi, yangmembuat rangkaiannya
sangat stabil dan berguna untuk pengukuran yang karena ketelitiannya.
Penguat instrumentasi merupakan suatu penguat untai tertutup (tertutup 1
loop) dengan masukan diferensial dan peningkatannya dapat diatur tanpa
mempengaruhi perbandingan modus bersama (Common Mode Rejection
Ratio).
Penguat instrumentasi merupakan penguat yang terdiri atas tiga Op-Amp
dan tujuh buah tahanan. Rangkaian ini tersusun atas rangkaian penguat
differensial dan penguat penyangga, dimana pada rangkaian penguat
instrumentasi dapat digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal untuk
sensor atau tranduser yang memiliki dua keluaran. Keluaran dari penguat
instrumentasi tersebut akan menghasilkan nilai yang sebanding dengan hasil
selisih dari kedua masukan tersebut. Rangkaian penguat instrumentasi dapat
digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal yang memiliki level
tegangan yang kecil.
Untuk memahami penguat instrumentasi tidak akan lepas dari
mempelajari tentang dasar-dasar IC yang digunakan dalam penguat
instrumentasi tersebut yaitu menggunakan penguat operasional. Op-amp
secara umum menggambarkan tentang sebuah rangkaian penguat penting yang
membentuk dasar dari rangkaian-rangkaian penguat audio dan video,
penyaring atau tapis, buffer, penggerak-penggerak saluran, penguat
instrumentasi, komparator atau pembanding, osilator dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, maka dilakukanlah praktikum yang berjudul “Penguat
Instrumentasi” ini untuk memahami lebih lanjut terkait prinsip kerja Op-Amp
dan konfigurasinya dalam penguat instrumen sehingga dapat diaplikasikan
dalam perancangan penguat instrumentasi.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
hendak dicari dalam praktikum ini yaitu:
1. Bagaimana prinsip kerja dan konfigurasi rangkaian penguat instrumentasi
berbasiss Op-Amp ?
2. Bagaimana cara merancang penguat instrumentasi dengan simulasi dan
eksperimen ?
3. Berapa nilai penguatan sebuah penguat instrument yang dihasilkan
berdasarkan analisis ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dlam praktikum ini yaitu agar mahasiswa:
1. Memahami prinsip kerja dan konfigurasi rangkaian penguat instrumentasi
berbasiss Op-Amp.
2. Merancang penguat instrumentasi dengan simulasi dan eksperimen.
3. Menganalisis dan menetukan penguatan sebuah penguat instrumen.
D. Manfaat Praktikum
1. Manfaat Teoritis
Dapat memahami perancangan aplikasi op-amp sebagai penguat
instrumentasi
2. Manfaat Praktikum
Setelah melakukan praktikum virtual ini mahasiswa diharapkan mampu
menyelesaikan skema Penguat Instrumentasi Op-Amp, mensimulasikan
secara simulasi dengan parameter-parameter yang bervariasi, dan
melakukan analisis berdasarkan hasil simulasi hasil simulasi dengan
menggunakan software Virtual Lab MultisimLive.
BAB II
LANDASAN TEORI

Operational (Op-Amp) Amplifier merupakan sebuah komponen analog


yang mempunyai đua masukan dan satu keluaran. Op-Amp banyak digunakan
sebagai penguat sinyal yang linier maupun non linier. Penguat linier adalah
penguatan yang mempertahankan bentuk sinyal masukan, contohnya penguat
non inverting. inverting, diferensial dan penguat instrumentasi. Sedangkan
penguat non linier yaitu penguat yang bentuk sinyal keluarannya tidak
sama dengan bentuk sinyal komparator, integrator, diferensiator, pengubah bentuk
gelombang dan pembangkit gelombang. Op-Amp memiliki masukan, seperti
beberapa fungsi anatara lain sebagai filter aktif, untuk memperkuat (voltage
tegangan amplifier), buffer, dan memperkuat jumlah atau selisih pada sumber
kedua tegangan (Atik, Een, dan Dede, 2018: 2).
Op-Amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat
diferensial) yang memiliki dua masukan, yakni input inverting dan non-inverting.
Op-Amp ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak
terhingga besanya. Seperti misalnya Op-Amp LM741 yang sering digunakan oleh
banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain sebesar
104-105. Penguatan yang sebesar ini membuat Op-Amp menjadi tidak stabil, dan
penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinlah peran rangkaian umpan
balik negatif diperlukan, sehingga Op-Amp dapat dirangkai menjadi aplikasi
dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Impedansi input Op-Amp ideal
mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap
masukannya adalah 0. Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian
Op-Amp berdasarkan karakteristik Op-Amp ideal. Aturan ini dalam beberapa
literatur dinamakan golden rule, yaitu : (Imam, 2017: 111).
 Aturan 1: Perbedaan tegangan antara input V+ dan V- adalah nol
(V+ - V = 0) atau (V+ = V-)..................(2.1)
 Aturan 2: Arus pada input Op-amp adalah nol
I+ = I- = 0.....................................(2.2)
Penguat awal pada dasarnya terdiri dari rangkaian buffer dan penguat
differensial. Rangkaian buffer terdiri dari gabungan 2 rangkaian non-inverting
sinyal yang dikuatkan sebanyak 12 kali dan selanjutnya pada penguat differensial,
sinyal dikuatkan sebanyak 20 kali sehingga total penguatan sebanyak 240 kali.
Untuk menghitung besar penguatan dapat diturunkan dengan menggunakan
hukum tegangan kirchof (kvl) sebagaimana persamaan berikut: (Suroso dan Laila,
2017: 134-135).
2 rf
V out (r ¿¿ ¿+1)r 4 .............................(2.1)
= ¿
V 2−V 1 r3

Gambar 2.1. Penguat Awal atau Penguat Biopotensial


(Sumber : Suroso dan Laila, 2017: 134)
Ada banyak skema rangkaian yang berbeda untuk amplifier simetris.
Sebagian besar direalisasikan menggunakan penguat operasional (Op-Amp) yang
merupakan penguat simetris itu sendiri. Penguatan presisi yang diperlukan perlu
menambahkan loop umpan balik ke Op-Amp. Pengukuran biopotensial
membutuhkan impedansi masukan yang tinggi (baik simetris maupun umum).
Impedansi input tertinggi dapat dicapai jika tidak ada resistor (hanya untuk
perlindungan tegangan lebih) antara input dan input dari penguat operasional.
Nama penguat instrumentasi mencerminkan bahwa rangkaian adalah penguat
simetris dengan gain presisi tinggi, CMRR tinggi, dan impedansi input tinggi.
CMRR yang dihasilkan dari rangkaian tergantung pada CMRR dari Op-Amp dan
presisi resistor, seberapa kecil penyimpangannya dari nilai nominal. Pencocokan
dapat dipastikan dengan menerapkan resistor presisi tinggi atau dengan
memangkas salah satunya. Menggunakan resistor toleransi 0,5% dan Op-Amp
tujuan umum, CMRR yang dihasilkan tanpa pemangkasan adalah 60-80 dB pada
frekuensi 0,5-5 kHz. CMRR yang dihasilkan semakin buruk dengan
meningkatnya frekuensi. Penguat instrumentasi tiga Op-Amp tersedia dikemas
dalam satu chip dengan kemungkinan untuk mengatur penguatan Avs dengan
resistor eksternal (Zaeni, 2021: 20).
Adapun Sifat dari Op-Amp yaitu :
1. Impedansi input amat tinggi dan Impedansi Output rendah.
2. Kedua input mempunyai tegangan sama ialah V+ = V- tetapi tidak dialiri arus
3. Bila tegangan input membalik lebih positif daripa input tak membalik,
keluaran akan negatif, dan sebaliknya.
4. Penguatan lup terbuka amat tinggi.
5. Dioperasikan dengan catu daya rangkap (+Vcc) nol (-Vcc).
6. Penguatan lup tertutup ditentukan oleh nilai perbandingan resistor umpan
balik terhadap resistor input pada output membalik.
7. Tegangan offset input dapat dikompensasi dengan pengaturan output nol oleh
rangkaian luar.
8. CMRR adalah kemampuan Op-Amp untuk menguatkan sinyal input
diferensial dan menolak sinyal masukan modus sekutu, dinyatakan: (Jamzuri
dan Nonoh, 2015: 6).
A v ,dif
A v= ............................................(2.3)
A c ,cm
Implentasi dari perangkat keras yang dibahas pada sistem ini adalah
rangkaian pengkondisian sinyal sensor elektroda pH. Gambar di bawah ini
menunjukkan skematik rangkaian pengkondisian sinyal dengan menggunakan IC
Op-Amp TLO82 yang memiliki impedansi masukan yang tinggi yaitu 1012 Ω.
Rangkaian pengkondisian sinyal tersebut menggunakan 3 macam aplikasi Op-
Amp yaitu rangkaian buffer, penguat penjumlah /Summing Amplifier dan penguat
Inverting. Karena keluaran tegangan dari sensor yang kecil (berorde mV) dengan
rentang perubahan pH pada suatu larutan sekitar -400mV untuk pH 14 dan
400mV untuk pH 0 maka diperlukan rangkaian penjumlah yang dapat mengubah
tegangan negatif tersebut menjadi tegangan positif kemudian dikuatkan oleh
rangkaian penguat inverting. Penguat ini dirancang dengan masukan inverting
karena output dari rangkaian penjumlah adalah negative, sehingga output dari
rangkaian penguat bernilai positif (Rindi dan Raden, 2015: 57).

Gambar 2.2. Implementasi skematik rangkaian pengkondisian sinyal


(Sumber : Rindi dan Raden, 2015: 57)
Dengan meletakkan sebuah induktor pada lokasi resistor umpan balik untuk
penguat membalik, derivatif dari sinyal input dihasilkan pada outputnya. Gambar
berikut menunjukkan rangkaian diferensiator yang dihasilkan. Untuk
mendapatkan hubungan antara input-output, terapkan KCL terhadap arus yang
sampai pada simpul membalik: (Nahvi dan Mahmood, 2004: 51-52)
v1 1 t
+ ∫ v dt=0..............................................(2.4)
R L −∞ 2
Memecahkannya untuk v 2, (mengambil diferensialnya terhadap waktu)
menghasilkan:

Gambar 2.3. Rangkaian diferensiator


(Sumber: Nahvi dan Mahmood, 2004: 51)
Rangkaian kedua yang juga menggunakan komponen Op-Amp, menggunakan
rangkaian OP-Amp sebagai komparator untuk indikator level tegangan. Dalam
penelitian tersebut., Op-Amp digunakan untuk membandingkan niai tegangan
baterai dengan nilai tegangan referensi yang telah ditentukan untuk mengaktifkan
sinyal HIGH untuk menghidupkan LED sebagai indikator tegangan baterai berada
pada level 25%, 50%, 759%, atau 100%. Sebelunnya dipas ang juga Op-Amp
voltage follower atau rangkaian buffer. Rangkaian buffer memiliki inpedansi input
yang sangat tinggi sedangkan hanbatan yang keluarkan sangat rendah yaitu
mendekati kondisi ideal, sehingga dapat digunakan untuk membaca tegangan dari
sel tanpa harus menarik daya dari sel tersebut. Nilai penguatan yang dihas ilkan
pada rangkaian buffer ini adalah : (Najamuddin dan Apriardi, 2020: 3-4).
Rf
V out = (V 2−V 1 )............................................(2.5)
R
selain berfungsi sebagai komparator tegangan, Op-Amp juga dapat berfungsi
sebagai pengurang tegangan. Rangkaian Op-Amp pengurang ditunjukkan pada
berikut:

Gambar 2.3. Ramngkaian Op-Amp Pengurang


(Sumber : Najamuddin dan Apriardi, 2020: 3)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Kontrol
a. Resistansi Resistor (kΩ)
b. Tegangan Input 1 (mV)
2. Variabel Manipulasi
a. Tegangan Input 2 (mV)
3. Variabel Respon
a. Tegangan Output (V)
B. Defenisi Operasional Variabel
1. Tegangan Input (Vin) adalah besar nilai tegangan yang diberikan pada
rangkaian sebagai masukan, diukur menggunakan pengukur tegangan pada
perangkat Multisim Live dengan satuan Volt (V).
2. Resistansi Resistor (R) adalah kemampuan resistor dalam menghambat
arus listrik yang mengalir pada rangkaian. Besar nilai resistansi resistor
diukur menggunakan pengukur resistansi pada perangkat Multisim Live
dan dinyatakan dalam satuan kiloohm (kΩ).
3. Tegangan Output (Vout) adalah besar nilai tegangan hasil keluaran dari
rangkaian yang diukur menggunakan pengukur tegangan pada perangkat
Multisim Live dengan satuan Volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Perangkat Simulator Virtual Multisim Live
a. Op-Amp 3 buah
b. Sumber Tegangan AC 2 buah
c. Resistor 7 buah
d. Voltmeter 3 buah
e. Kabel Penghubung Secukupnya
D. Prosedur Kerja
1. Software Simulator Elektronik Multisim Live disiapkan.
2. Dibuat skema Penguat Instrumentasi seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Skema rangkaian penguat penjumlah instrumentasi

(Sumber: Saleh, Penuntun Virtual Lab Penguat Instrumenasi, 2022)


3. Diberikan spesifikasi untuk masing-masing komponen dan anotasi pada
bagian input serta output. Spesifikasi yang digunakan adalah sebagai
berikut.
a. V1 : 50 mV/50 Hz
b. V2 : 10 mV/50 Hz
c. Rg : 1150 Ω
4. Simulasi dijalankan dan ditampilkan kurvanya untuk melihat nilai
tegangan output yang diperoleh secara praktikum.
5. Dilakukan hal yang sama seperti pada langkah 3 dan 4 dengan nilai V 2
yang diubah-ubah setiap kenaikan 10 mV pada rentang 10 mV – 100 mV.
6. Tegangan output yang diperoleh dari hasil simulasi dicatat pada tabel hasil
pengamatan dan dianalisis nilai penguatan tegangannya untuk kemudian
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh secara teori.
E. Teknik Analisis Data
1. Ditentukan nilai Vout berdasarkan penunjukan pada grafik hasil simulasi.
2. Ditentukan nilai penguatan tegangan secara praktikum berdasarkan hasil
simulasi menggunakan persamaan berikut.
VO
AV = .........................................................................................(3.1)
V 2−V 1
3. Ditentukan pula nilai penguatan tegangan secara teori menggunakan
persamaan berikut.
AV =
( )(
R3
R2
1+
2 R1
Rg )
.............................................................................(3.2)

4. Dibandingkan nilai penguatan tegangan yang diperoleh secara praktikum


dan nilai penguatan tegangan yang diperoleh secara teori menggunakan
persamaan berikut.

| |
Av Praktikum− Av Teori
×
%diff = Av Praktikum+ Av Teori 100...........................................(3.3)
2
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Hasil Pengamatan

2R1
AV (Teori) = (1 + )(
Rg
V1 V2 Vo AV (simulasi) =

Vo R3
No )
V 2−V 1 R2
(mV) (mV) (mV)

1 50 10 -1468,9 36,7525 36,78261


2 50 20 -1101,7 36,72333 36,78261
3 50 30 -734,46 36,723 36,78261
4 50 40 -367,23 36,723 36,78261
5 50 50 0 Tak Terdefinisi 36,78261
6 50 60 367,23 36,723 36,78261
7 50 70 734,46 36,723 36,78261
8 50 80 1101,7 36,72333 36,78261
9 50 90 1468,9 36,7225 36,78261
10 50 100 1836,2 36,724 36,78261

A. MultisimLive
Gambar 4.1. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 10 mV

Gambar 4.2. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 20 mV

Gambar 4.3. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 30 mV


Gambar 4.4. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 40 mV

Gambar 4.5. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 50 mV

Gambar 4.6. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 60 mV


Gambar 4.7. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 70 mV

Gambar 4.8. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 80 mV

Gambar 4.9. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 90 mV

Gambar 4.10. Rangkaian penguat instrumentasi untuk V2 = 100 mV


B. Analisis
Persamaan Penguat Diferensial

V out =
( )(
R5
R3
V out 2−V out1 ) ................................................................(4.1)

Dengan asumsi bahwa I+ = I- = 0, maka


I1 = I g = I 2
V total V out 1−V out 2
Ig = =
R total R1 + R g+ R2
Dengan R1 = R2, maka Ig menjadi
V total V out 1−V out 2
Ig = = ........................................................................(4.2)
R total 2 R 1+ R g
Dengan asumsi bahwa V+ = V- = 0, V A = V1 dan VB = V2. Sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut.
V A−V B
Ig =
Rg
V 1−V 2
Ig = ...............................................................................................(4.3)
Rg
Persamaan 4.2, disubtitusikan ke persamaan 4.3.
V 1−V 2
Ig =
Rg
V out 1−V out 2 V 1−V 2
=
2 R 1+ R g Rg
2 R1 + R g
V out 1−V out 2= (V 1 −V 2) .......................................................(4.4)
Rg
Persamaan 4.4 diinverskan kedua ruasnya, menjadi :
2 R1 + R g
V out 2−V out 1= (V 2 −V 1) .......................................................(4.5)
Rg
Persamaan 4.1 disubtitusikan ke persamaan 4.5, menjadi :

V out =
( )(
R5
R3
2 R1
Rg )
+1 (V 2−V 1 )...........................................................(4.6)

Penguatan merupakan hasil perbandingan antara tegangan output dan


tegangan input, maka penguatan total :
V out
AV =
V¿
V out
AV =
V 2−V 1

AV =
( )(
R5 2 R 1
R3 R g )
+1 (V 2−V 1 )

V 2−V 1

AV = 5
( )(
R 2 R1
R3 Rg )
+1 ............................................................................(4.7)

1. Faktor Penguat secara Simulasi


a. Untuk Vo = -1,4689 mV pada V 2 = 10 mV
Vo
AV (simulasi) =
V 2−V 1
−1,4689 mV −6.467,5 mV
AV (simulasi) = =
10 mV −50 mV −40 mV
AV (simulasi) = 36,7225 mV
2. Faktor Penguat pada Teori
Dengan :
R1 = 10 kΩ
R2 = 5 kΩ
R3 = 10 kΩ
R g = 1,15 kΩ
2 R1 R 3
AV (Teori) = (1+ )( )
Rg R 2
(2.10) 10
AV (Teori) = (1 + ) ( ) = 36,7826087 mV
1,15 5
3. Persen Differensial

[ ]
Av Teori – Av Praktikum
%diff = Av Teori + Av Praktikum x 100%
2

[ ]
36,7826087 mV + 36,7225 mV
%diff = 36,7826087 mV −36,7225 mV x 100%
2
%diff = 0.001635497 %
Dengan menggunakan analisis yang sama diperoleh
AV AV (Teori)
(simulasi)
V1 V2
No Vo(mV) 2R1 R3 %diff(%)
(mV) (mV) = (1 + )(
Vo Rg R2
=
V 2−V 1 )
1 50 10 -6.467,5 36,7225 36,78261 0,001635
2 50 20 -4.850,6 36,72333 36,78261 0,001613
3 50 30 -3.233,7 36,723 36,78261 0,001622
4 50 40 -1.616,9 36,723 36,78261 0,001622
Tak Tak
5 50 50 0 36,78261
Terdefinisi Terdefinisi
6 50 60 1.616,9 36,723 36,78261 0,001622
7 50 70 3.233,7 36,723 36,78261 0,001622
8 50 80 4.850,6 36,72333 36,78261 0,001613
9 50 90 6.467,5 36,7225 36,78261 0,001635
10 50 100 8.084,4 36,724 36,78261 0,001595

C. Pembahasan

Rangkaian penguat instrumentasi di gunakan untuk memperbesar


tegangan output yang berasal dari tegangan input yang kecil. Penguat
instrumenatsi adalah suatu penguat tertutup dengan masukan diferensial dan
penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi perbandingan penolakan
modus bersama Common Mode Rejection Ratio (CMRR). Prinsip kerja
rangkaian penguat instrumentasi adalah memperkuat tegangan input yang
umumnya sangat kecil. Penguat ini terdiri dari penguat diferensial dan
penguat penyangga. Dimana besarnya penguatan tegangan output bergantung
pada nilai hambatan resistor yang digunakan pada rangkaian. Resistor yang
dimaksud adalah resistor penguat (Rg). Dalam simulasi ini digunakan nilai Rg
sebesar 1150 Ω. Pada rangkaian penguat instrumentasi R g dipasang di antara
V1 dan V2, dengan nilai V1 tetap sebesar 50 mV dan nilai V2 dimanipulasi
setiap kenaikan 10 mV dari rentang 10 mV – 100 mV.
Nilai V1, V2, dan Vout akan memiliki kecenderungan sefase yang di tandai
dengan keluaran berupa nilai Vout positif. Atau dengan kata lain selisih antara
nilai V1dan V2 akan bernilai positif apabila nilai V2 lebih besar daripada nilai
V1. Dan sebaliknya, Vinput dan Voutput berbeda fase jika nilai V1lebih besar
daripada nilai V2maka keluarannya (Vout) akan bernilai negatif.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan menggunakan MultisimLive, ketika


nilai V1 berada pada rentang 10 mV-40 mV dapat dilihat keluarannya (V out)
bernilai negatif karena nilai V1 lebih besar daripada nilai V2. Namun, ketika
nilai V2 berada pada rentang 60 mV-100 mV dapat dilihat keluarannya (V out)
bernilai positif karena nilai V1 lebih kecil daripada nilai V2.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh nilai penguatan secara


teori sebesar 36.7826087 dan nilai penguatan secara simulasi sebesar 36,724
sampai 36,7225. Untuk persentase perbedaan yang diperoleh antara nilai
penguatan secara teori dan nilai penguatan secara simulasi, perbedaannya
tidak besar. Namun, hasil yang diperoleh secara teori dan simulasi berbeda.
Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan saat penunjukan amplitudo
pada hasil simulasi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rangkaian penguat instrumentasi digunakan untuk memperbesar tegangan
output yang berasal dari tegangan input yang kecil. Prinsip kerja rangkaian
instrumentasi adalah memperkuat tegangan input yang umumnya sangat
kecil. Dimana besarnya penguatan tegangan output bergantung pada nilai
hambatan resistor yang digunakan pada rangkaian. Resistor yang
dimaksud adalah resistor penguat (Rg).
2. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai penguatan secara teori sebesar
36,78261 dan nilai penguatan secara simulasi sebesar 36,724 sampai
36,7225. Untuk persentase perbedaan yang diperoleh antara nilai
penguatan secara teori dan nilai penguatan secara simulasi dengan
persentase yang tidak signifikan dan hanya berkisar antara 0.08-0.16%.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini yaitu :
1. Untuk praktikan
Diharapkan lebih telitikhususnya dalam pengambilan data,
khususnya menentukan puncak gelombang karena dapat mempengaruhi
data yang diperoleh.
2. Untuk laboran
Diharapkan menyediakan alat yang memadai agar dapat dilakukan
praktikum yang sesuai dengan penuntun di mana, praktikum dilakukan
secara virtual dan eksperimental.
3. Untuk asisten
Diharapkan ke depannya asisten dapat mendampingi masing-masing
praktikannya, meskipun dengan seorang asisten praktikum tetap dapat
berjalan dengan lancer namun setidaknya dapat mengefisienkan waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, S., & Sakinah, L. (2017). Perancangan Simulator EKD


(Elektrokardiografi) Menggunakan Software Proteus 8.0. Jurnal Ilmiah
KOMPUTASI, 16(2), 133-138.

Ahmad Rahimi, Iwan Sugriwan, Tetti Novalina Malik. (2013). Optimasi Common
Mode Rejection Ratio (CMRR) Pada Penguat Instrumentasi. Jurnal
Fisika Fluks, 10(2), 1-9

Charisma, A., Taryana, E., & Saputra, D. I. (2018). Pemancar Pada Transmisi
Energi Listrik Tanpa Kabel. Prosiding Semnastek, 1(1), 1-10.

Jamzuri, J., & Aminah, N. S. (2015). Uji Sifat OpAmp Berbasis Sinkronisasi
Materi Praktikum IC 741 Untuk Mahasiswa Pendidikan Fisika.
In PROSIDING: Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan
Fisika 6(1),1-8.

Kusumawardani, R., & Sumiharto, R. (2014). Rancang Bangun Sistem


Pencampur Bahan Minuman Bersoda Berdasarkan Kadar Keasaman
Berbasis PLC OMRON CP1H-XA40DR-A. IJEIS (Indonesian Journal
of Electronics and Instrumentation Systems), 5(1), 55-64.

Mahmood & Nahvi. (2005). Rangkaian Listrik.Jakarta: Erlangga

Muda, I. (2013). Elektronia Dasar. Malang: Gunung Samudera

Yahya, N., Ihlas, A. (2020). Pemantau Tegangan Baterai Ion Litium dalam
Rangkaian Empat Seri pada Aplikasi Penyimpan Energi Berdaya
Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”,
1(2),10-7

Zaeni, I. (2021). Dasar-Dasar Elektronika Medik. Malang: Ahlimedia Press

Anda mungkin juga menyukai