Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR 1
OP-AMP ADDER DAN OP-AMP SUBTRACTOR
OP- AMP INTEGRATOR DAN OP- AMP DIFFERENSIATOR

Irfan Syafar Farouk S.Si

Decenber 10, 2017

Asisten Praktikum : Ratih Apriani (1157030052)


Di susun oleh :
Iyas Yustira (1167030036)
Anggota Kelompok :
Adha Farhana Rahadian (1167030002)
Anisa Aulia (1167030009)
Ayu Fuji Lestari (1167030020)
Claduea Xelyn Saphira (1167030018)
Dina Febiana (1167030023)
Imam Muhamad Sidiq (1167030034)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017

1
Abstract
Telah dilalukan praktikum mengenai Op-Amp Adder dan Op-Amp
Subtractor, Op-Amp Integrator dan Op- Amp Differensiator pada
tanggal 7 Desember 2017 di Laboraturium Advanced Basic UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Praktikum ini dilakukan supaya dapat mampu
memahami rangkaian adder dan subtractor, mampu memahami rangka-
ian integrator dan differensiator, mampu menganalisa prinsip kerja
rangkaian adder dan subtractor, mampu menganalisa prinsip kerja
rangkaian integrator dan differensiator, mengetahui gelombang in-
put dan output pada setiap rangkaian, dan dapat menghitung tegan-
gan output dari setiap rangkaian. Praktikum ini dilakukan dengan
melakukan simulasi menggunakan software multisism dan proteus.
Dari hasil simulasi tersebut, diperoleh bahwa besarnya tegangan out-
put pada Op-Amp Adder merupakan penjumlahan dari sinyal input
1 dan sinyal input 2 serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat
pada bentuk gelombangnya. Besarnya tegangan output pada Op-Amp
Subtractor merupakan pengurangan dari sinyal input 1 dan sinyal in-
put 2 serta tidak memiliki beda fase sshingga bentuk gelombangnya
beriringan. Besarnya tegangan output pada Op-Amp Integrator meru-
pakan jumlah integrasi dari sinyal input sehingga Vout >> Vin serta
memiliki beda fase sebesar 180 derajat. Besarnya tegangan output
pada Op-Amp Diferensiator merupakan derivative dari sinyal input se-
hingga Vout << Vin serta memiliki bentuk gelombang yang beriringan
dengan bentuk gelombang tegangan input.

Keywords: Op-Amp Adder, Op-Amp Subtractor,Op-Amp Integra-


tor, Op-Amp Differensiator

2
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penguat operasional (operational amplier) atau yang biasa disebut op-
amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (cou-
pling)arus searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua
masukan dan satu keluaran.
Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit ter-
padu dan yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat
operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang
mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya.
Ada beberapa jenis pengaplikasian dari op-Amp, misalnya pada rangkaian
Adder, Subtractor, Integrator, dan Diferensiator. Maka untuk lebih mema-
hami penggunaan op-amp pada rangkaian Adder, Subtractor, Integrator, dan
Diferensiator dilakukanlah praktikum ini.

1.2 Tujuan
1. Mampu memahami rangkaian adder dan subtractor.

2. Mampu memahami rangkaian integrator dan differensiator.

3. Mampu menganalisa prinsip kerja rangkaian adder dan subtractor.

4. Mampu menganalisa prinsip kerja rangkaian integrator dan differensi-


ator.

5. Mengetahui gelombang input dan output pada setiap rangkaian.

6. Dapat menghitung tegangan output dari setiap rangkaian.

3
2 Dasar Teori
2.1 Penguat Penjumlah Tegangan (Op-Amp Adder)

Rangkaian adder atau penjumlah sinyal dengan Op-amp adalah kon-


figurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih dari satu
untuk menghasikan sinyal ouput yang linier sesuai dengan nilai penjumla-
han sinyal input dan faktor penguatan yang ada. Pada umumnya rangkaian
adder/penjumlah dengan Op-Amp adalah rangkaian penjumlah dasar yang
disusun dengan penguat inverting yang diberikan input lebih dari 1 chanel.

Gambar 1: Rangkaian Adder/Penjumlah

Vout = −Rf ( RV11 + V2


R2
+ ... + Vn
Rn
)..........(1)

2.2 Penguat Selisih Tegangan (Op-Amp Subtractor)

Rangkaian subtractor adalah rangkaian pengurang sinyal dengan Op-amp


adalah konfigurasi Op-Amp sebagai penguat dengan diberikan input lebih
dari satu untuk menghasikan sinyal ouput yang linier sesuai dengan nilai
pengurangan sinyal input dan faktor penguatan yang ada. Pada umumnya
rangkaian subtractor/pengurang dengan Op-Amp adalah rangkaian pengu-
rang dasar yang disusun dengan penguat non inverting yang diberikan input
lebih dari 1 chanel.

4
Gambar 2: Rangkaian Subtractor/Pengurang

Vout = V2 − V1 ..........(2)

2.3 Penguat Integrator

Suatu rangkaian yang menghasilkan output bentuk gelombang tegangan


yang merupakan jumlahan (integral) dari bentuk gelombang tegangan input
disebut dengan integrator atau penguat integrasi. Integrator mempunyai
keluaran berupa integral terhadap waktu dan masukannya.

Gambar 3: Rangkaian Integrator Ideal

1
Vout = − RC
R
Vin dt..........(3)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa tegangan output (Vout ) berbanding


lurus dengan integral negatif dari tegangan input dan berbanding terbalik
dengan konstanta waktu RC. Sebagai contoh, apabila inputnya adalah gelom-
bang sinus, maka outputnya adalah gelombang cosinus; dan apabila inputnya
adalah suatu gelombang persegi, maka outputnya adalah gelombang segitiga.

5
2.4 Penguat Differensial

Seperti namanya, implikasi dari rangkaian differensial tersebut adalah


membentuk operasi matematik dari diferensiasi, yaitu bentuk gelombang out-
put merupakan derivative (turunan) dari bentuk gelombang input. Rangka-
ian differensiator dapat dibentuk dari suatu penguat inverting dasar dengan
mengganti resistor input R dengan kapasitor C.

Gambar 4: Rangkaian Differensiator ideal

Vout = −RC dVdtin ..........(4)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa tegangan output sama dengan RC


kali negative dari laju perubahan sesaat dari tegangan inpu terhadap waktu.
Karena diffrensiator berfungsi kebalikan dari integrator, maka gelombang
input cosinus akan menghasilkan gelombang output sinus; atau gelombang
input segitiga, maka akan menghasilkan gelombang output persegi.

6
7
3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
tanggal : Kamis, 7 Desember 2017
waktu : 13.30 WIB - 16.00 WIB
tempat : Laboratoriun Advanced

3.2 Alat dan bahan yang digunakan antara lain:

No Alat dan Bahan Jumlah


1. Software Multisim, Proteus 1
2. IC Op-Amp (LM741/LM324/OP07) 1
3. Resistor secukupnya
4. Function generator secukupnya
5. Osiloskop Secukupnya
6. Kabel penghubung Secukupnya

3.3 Prosedur Percobaan:


3.3.1 Rangkaian Adder

Gambar 5: Menampilkan sinyal input dan output pada aplikasi multisim

8
Gambar 6: menentukan tegangan dan arus input serta tegangan dan arus
output pada aplikasi proteus

Setelah software multisim dibuka kumudian dibuatlah rangkaian seperti


gambar 5 di atas. Setelah itu, bentuk gelombang pada osiloskop diamati.
Kemudian software proteus dibuka dan dibuatlah rangkaian seperti gambar
6. Besar hambatan resistor ditentukan untuk R1 = R2 = R3 = 10K, kemu-
dian dilakukan 5 kali variasi percobaan dengan nilai tegangan input 1 dan
tegangan inout 2 yang berbeda.

3.3.2 Rangakaian Subtractor

Gambar 7: Menampilkan sinyal input dan output pada aplikasi multisim

Gambar 8: menentukan tegangan dan arus input serta tegangan dan arus
output pada aplikasi proteus

Rangkaian seperti gambar 7 di atas di buat pada software multisim. Sete-


lah itu, bentuk gelombang pada osiloskop diamati. Kemudian rangkaian

9
seperti gambar 8 dibuat pada software proteus. Besar hambatan resistor
ditentukan untuk R1 = R2 = R3 = R4 = 10K, kemudian dilakukan 5 kali
variasi percobaan dengan nilai tegangan input 1 dan tegangan inout 2 yang
berbeda.

3.3.3 Rangakaian Integrator

Gambar 9: Rangkaian integrator pada aplikasi multisim

Rangkaian seperti gambar 9 dibuat pada software multisim. Besar frekuensi


diatur sebesar 100 Hz dan amplitudo 5 mVp pada function generator. Setelah
itu, sinyal input dan sinyal output yang terbentuk pada osiloskop diamati.

3.3.4 Rangakaian Diferensiator

Gambar 10: Rangkaian diferensiator pada aplikasi multisim

Rangkaian seperti gambar 10 dibuat pada software multisim. Besar


frekuensi diatur sebesar 100 Hz dan amplitudo 5 mVp pada function genera-
tor. Setelah itu, sinyal input dan sinyal output yang terbentuk pada osiloskop
diamati.

10
3.4 Diagram Alir
3.4.1 Rangkaian Adder

Software Multisim dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 5

Bentuk gelombang pada osiloskop diamati

Software proteus dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 6

Besar tegangan input 1 dan input 2 diatur

Dilakukan 5 kali variasi tegangan input 1 dan input 2

11
3.4.2 Rangkaian Subtractor

Software Multisim dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 7

Bentuk gelombang pada osiloskop diamati

Software proteus dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 8

Besar tegangan input 1 dan input 2 diatur

Dilakukan 5 kali variasi tegangan input 1 dan input 2

12
3.4.3 Rangkaian Integrator

Software Multisim dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 9

Besar frekuensi diatur

Besar amplitudo diatur

Sinyal input dan output diamati

13
3.4.4 Rangkaian Diferensiator

Software Multisim dibuka

Rangkaian dibuat seperti gambar 10

Besar frekuensi diatur

Besar amplitudo diatur

Sinyal input dan output diamati

14
4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 1: Data hasil pengamatan Op-Amp Adder

No Vin1 (V) Vin2 (V) I1 (mA) I2 (mA) Vout (V) Iout (mA)
1 3 2.5 0.3 0.25 -5.5 -0.55
2 4 5 0,4 0,5 -9 -0,9
3 6,75 2 0,67 0,2 -8,75 -0,87
4 2,5 6 0,25 0,6 -8,5 -0,85
5 7 3 0,7 0,3 -10 -1

Tabel 2: Data hasil pengamatan Op-Amp Subtractor

No Vin1 (V) Vin2 (V) I1 (mA) I2 (mA) Vout (V) Iout (mA)
1 3 2.5 0,17 0,13 -0,5 -0,17
2 4 5 0,15 0,25 1 -0,15
3 6,75 2 0,57 0,1 -4,75 -0,57
4 2,5 6 -0,05 0,3 3,5 0,05
5 7 3 0,55 0,15 -4 -0,55

15
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kita mengambil data dari hasil simulasi. Dalam per-
cobaan Op-Amp Adder, kami memperoleh data seperti pada tabel 1. Data
tersebut menunjukan bahwa besarnya tegangan output merupakan hasil pen-
jumlahan dari sinyal input 1 dan sinyal input 2. Penjumlahan kedua sinyal
input tersebut dilakukan karena keduanya dihubungkan secara seri terhadap
Op-Amp negatif. Untuk lebih menyakinkan, maka percobaan ini dilakukan
lima kali pengambilan data dengan memvariasikan tegangan input 1 dan
tegangan input 2, dan hasilnya ternyata memang merupakan penjumlahan
dari sinyal input 1 dan sinyal input 2 tetapi memiliki nilai yang negatif hal ini
berdasarkan pada persamaan 1. Tanda negatif tersebut menunjukan bahwa
sinyal tegangan output memiliki beda fase dengan sinyal tegangan input
yaitu sebesar 180 derajat, hal ini sama seperti pada penguat Op-Amp In-
verting/pembalik. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat bentuk gelom-
bangnya pada gambar 11 yang terdapat dilampiran. Pada gambar tersebut
terlihat jelas perbedaan beda fase antara sinyal input dan sinyal output.

Dalam percobaan Op-Amp Subtractor, kami memperoleh data seperti


pada tabel 2. Data tersebut menunjukan bahwa besarnya tegangan out-
put merupakan hasil pengurangan dari sinyal input 1 dan sinyal input 2.
Pengurangan kedua sinyal input tersebut dilakukan karena keduanya di-
hubungkan secara terpisah terhadap Op-Amp negatif dan Op-Amp positif.
Dalam percobaan ini, dilakukan lima kali percobaan. Besarnya tegangan out-
put bergantung pada besarnya nilai tegangan input dua (Vin2 ), jika Vin2 <
Vin1 maka tegangan output akan bernilai negatif (-) dan jika Vin2 > Vin1 maka
tegangan output akan bernilai positif (+) hal ini sesuai dengan persamaan
(2). Bentuk gelombang yang dihasilkan oleh kedua sinyal input tersebut akan
beriringan tetapi memiliki besar yang berbeda. Tegangan output akan se-
lalu lebih kecil dari pada tegangan input, bentuk gelombang tersebut dapat
dilihat pada gambar 12 yang terdapat di lampiran.

Dalam percobaan Op-Amp Integrator dan Op-Amp Diferensiator, kami


hanya mengamati bentuk gelombang yang terbentuk oleh kedua rangkaian
tersebut. Bentuk gelombang tersebut dapat kita lihat di lampiran. Pada
rangkaian integrator akan terjadi peningkatan tegangan output di setiap
waktunya sehingga Vout >> Vin keadaan tersebut dapat kita lihat pada
skala osiloskopnya. Pada rangkaian ini, tegangan input dan tegangan out-
put memiliki beda fase sebesar 180 derajat. Beda fase tersebut terjadi karena
disebabkan oleh pengisian dan pengosongan kapasitor. Pada rangkaian difer-
ensiator akan terjadi penurunan tegangan output disetiap waktunya sehingga

16
Vout << Vin keadaan tersebut dapat kita lihat pada skala osiloskopnya. Pada
rangkaian ini tidak terjadi perbedaan fase namun memiliki bentuk gelombang
output yang berbeda dari bentuk gelombang inputnya kecuali yang memiliki
gelombang input yang sinusoidal bentuk gelombang ouputnya tetap sama.

5 Kesimpulan
Dari praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya tegangan
output pada Op-Amp Adder merupakan penjumlahan dari sinyal input 1
dan sinyal input 2 serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat pada bentuk
gelombangnya. Besarnya tegangan output pada Op-Amp Subtractor meru-
pakan pengurangan dari sinyal input 1 dan sinyal input 2 serta tidak memiliki
beda fase sshingga bentuk gelombangnya beriringan. Besarnya tegangan out-
put pada Op-Amp Integrator merupakan jumlah integrasi dari sinyal input
sehingga Vout >> Vin serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat. Be-
sarnya tegangan output pada Op-Amp Diferensiator merupakan derivative
dari sinyal input sehingga Vout << Vin serta memiliki bentuk gelombang yang
beriringan dengan bentuk gelombang tegangan input.

17
References
[1] Malvino. 1994. Prinsip-prinsip elektronika 1. Erlangga, Jakarta.

[2] Rhamdani, M. 2005.Rangkaian listrik. STTTELKOM, Bandung.

[3] Modul praktikum Elektronika Dasar 1. Fisika Fakultas Sains dan


Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2017.

[4] Clayton,George.2003. Operational Amplifiers. Erlangga, Jakarta.

[5] http://www.technologystudent.com/elec1/opamp2.htm

[6] http://aurima.wordpress.com/2013/03/05/op-amp-operational-
amplifier/

18
LAMPIRAN

Gambar 11: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian adder

Menentukan Vout Pada Rangkaian Adder

Vout = −Rf ( RV11 + V2


R2
+ ... + Vn
Rn
)

3 2,5
1. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −5, 5V

4 5
2. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −9V

3. Vout = −10k( 6,75


10k
+ 2
10k
) = −8, 75V

2,4 6
4. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −8.5V

7 3
5. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −10V

19
Gambar 12: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Subtractor

Menentukan Vout Pada Rangkaian Subtractor

Vout = V2 − V1

1. Vout = 2, 5 − 3 = −0, 5V

2. Vout = 5 − 4 = 1V

3. Vout = 2 − 6, 75 = −4, 75V

4. Vout = 6 − 2, 5 = 3, 5V

5. Vout = 3 − 7 = −4V

20
Gambar 13: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator

Gambar 14: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator

21
Gambar 15: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator

Gambar 16: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator

22
Gambar 17: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator

Gambar 18: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator

Keterangan :
1. Garis biru = Chanel A (Vin )
1. Garis merah = Chanel B (Vout )

23

Anda mungkin juga menyukai