ELEKTRONIKA DASAR 1
OP-AMP ADDER DAN OP-AMP SUBTRACTOR
OP- AMP INTEGRATOR DAN OP- AMP DIFFERENSIATOR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
1
Abstract
Telah dilalukan praktikum mengenai Op-Amp Adder dan Op-Amp
Subtractor, Op-Amp Integrator dan Op- Amp Differensiator pada
tanggal 7 Desember 2017 di Laboraturium Advanced Basic UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Praktikum ini dilakukan supaya dapat mampu
memahami rangkaian adder dan subtractor, mampu memahami rangka-
ian integrator dan differensiator, mampu menganalisa prinsip kerja
rangkaian adder dan subtractor, mampu menganalisa prinsip kerja
rangkaian integrator dan differensiator, mengetahui gelombang in-
put dan output pada setiap rangkaian, dan dapat menghitung tegan-
gan output dari setiap rangkaian. Praktikum ini dilakukan dengan
melakukan simulasi menggunakan software multisism dan proteus.
Dari hasil simulasi tersebut, diperoleh bahwa besarnya tegangan out-
put pada Op-Amp Adder merupakan penjumlahan dari sinyal input
1 dan sinyal input 2 serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat
pada bentuk gelombangnya. Besarnya tegangan output pada Op-Amp
Subtractor merupakan pengurangan dari sinyal input 1 dan sinyal in-
put 2 serta tidak memiliki beda fase sshingga bentuk gelombangnya
beriringan. Besarnya tegangan output pada Op-Amp Integrator meru-
pakan jumlah integrasi dari sinyal input sehingga Vout >> Vin serta
memiliki beda fase sebesar 180 derajat. Besarnya tegangan output
pada Op-Amp Diferensiator merupakan derivative dari sinyal input se-
hingga Vout << Vin serta memiliki bentuk gelombang yang beriringan
dengan bentuk gelombang tegangan input.
2
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penguat operasional (operational amplier) atau yang biasa disebut op-
amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (cou-
pling)arus searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua
masukan dan satu keluaran.
Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit ter-
padu dan yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat
operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang
mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya.
Ada beberapa jenis pengaplikasian dari op-Amp, misalnya pada rangkaian
Adder, Subtractor, Integrator, dan Diferensiator. Maka untuk lebih mema-
hami penggunaan op-amp pada rangkaian Adder, Subtractor, Integrator, dan
Diferensiator dilakukanlah praktikum ini.
1.2 Tujuan
1. Mampu memahami rangkaian adder dan subtractor.
3
2 Dasar Teori
2.1 Penguat Penjumlah Tegangan (Op-Amp Adder)
4
Gambar 2: Rangkaian Subtractor/Pengurang
Vout = V2 − V1 ..........(2)
1
Vout = − RC
R
Vin dt..........(3)
5
2.4 Penguat Differensial
6
7
3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
tanggal : Kamis, 7 Desember 2017
waktu : 13.30 WIB - 16.00 WIB
tempat : Laboratoriun Advanced
8
Gambar 6: menentukan tegangan dan arus input serta tegangan dan arus
output pada aplikasi proteus
Gambar 8: menentukan tegangan dan arus input serta tegangan dan arus
output pada aplikasi proteus
9
seperti gambar 8 dibuat pada software proteus. Besar hambatan resistor
ditentukan untuk R1 = R2 = R3 = R4 = 10K, kemudian dilakukan 5 kali
variasi percobaan dengan nilai tegangan input 1 dan tegangan inout 2 yang
berbeda.
10
3.4 Diagram Alir
3.4.1 Rangkaian Adder
11
3.4.2 Rangkaian Subtractor
12
3.4.3 Rangkaian Integrator
13
3.4.4 Rangkaian Diferensiator
14
4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 1: Data hasil pengamatan Op-Amp Adder
No Vin1 (V) Vin2 (V) I1 (mA) I2 (mA) Vout (V) Iout (mA)
1 3 2.5 0.3 0.25 -5.5 -0.55
2 4 5 0,4 0,5 -9 -0,9
3 6,75 2 0,67 0,2 -8,75 -0,87
4 2,5 6 0,25 0,6 -8,5 -0,85
5 7 3 0,7 0,3 -10 -1
No Vin1 (V) Vin2 (V) I1 (mA) I2 (mA) Vout (V) Iout (mA)
1 3 2.5 0,17 0,13 -0,5 -0,17
2 4 5 0,15 0,25 1 -0,15
3 6,75 2 0,57 0,1 -4,75 -0,57
4 2,5 6 -0,05 0,3 3,5 0,05
5 7 3 0,55 0,15 -4 -0,55
15
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kita mengambil data dari hasil simulasi. Dalam per-
cobaan Op-Amp Adder, kami memperoleh data seperti pada tabel 1. Data
tersebut menunjukan bahwa besarnya tegangan output merupakan hasil pen-
jumlahan dari sinyal input 1 dan sinyal input 2. Penjumlahan kedua sinyal
input tersebut dilakukan karena keduanya dihubungkan secara seri terhadap
Op-Amp negatif. Untuk lebih menyakinkan, maka percobaan ini dilakukan
lima kali pengambilan data dengan memvariasikan tegangan input 1 dan
tegangan input 2, dan hasilnya ternyata memang merupakan penjumlahan
dari sinyal input 1 dan sinyal input 2 tetapi memiliki nilai yang negatif hal ini
berdasarkan pada persamaan 1. Tanda negatif tersebut menunjukan bahwa
sinyal tegangan output memiliki beda fase dengan sinyal tegangan input
yaitu sebesar 180 derajat, hal ini sama seperti pada penguat Op-Amp In-
verting/pembalik. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat bentuk gelom-
bangnya pada gambar 11 yang terdapat dilampiran. Pada gambar tersebut
terlihat jelas perbedaan beda fase antara sinyal input dan sinyal output.
16
Vout << Vin keadaan tersebut dapat kita lihat pada skala osiloskopnya. Pada
rangkaian ini tidak terjadi perbedaan fase namun memiliki bentuk gelombang
output yang berbeda dari bentuk gelombang inputnya kecuali yang memiliki
gelombang input yang sinusoidal bentuk gelombang ouputnya tetap sama.
5 Kesimpulan
Dari praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya tegangan
output pada Op-Amp Adder merupakan penjumlahan dari sinyal input 1
dan sinyal input 2 serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat pada bentuk
gelombangnya. Besarnya tegangan output pada Op-Amp Subtractor meru-
pakan pengurangan dari sinyal input 1 dan sinyal input 2 serta tidak memiliki
beda fase sshingga bentuk gelombangnya beriringan. Besarnya tegangan out-
put pada Op-Amp Integrator merupakan jumlah integrasi dari sinyal input
sehingga Vout >> Vin serta memiliki beda fase sebesar 180 derajat. Be-
sarnya tegangan output pada Op-Amp Diferensiator merupakan derivative
dari sinyal input sehingga Vout << Vin serta memiliki bentuk gelombang yang
beriringan dengan bentuk gelombang tegangan input.
17
References
[1] Malvino. 1994. Prinsip-prinsip elektronika 1. Erlangga, Jakarta.
[5] http://www.technologystudent.com/elec1/opamp2.htm
[6] http://aurima.wordpress.com/2013/03/05/op-amp-operational-
amplifier/
18
LAMPIRAN
Gambar 11: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian adder
3 2,5
1. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −5, 5V
4 5
2. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −9V
2,4 6
4. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −8.5V
7 3
5. Vout = −10k( 10k + 10k
) = −10V
19
Gambar 12: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Subtractor
Vout = V2 − V1
1. Vout = 2, 5 − 3 = −0, 5V
2. Vout = 5 − 4 = 1V
4. Vout = 6 − 2, 5 = 3, 5V
5. Vout = 3 − 7 = −4V
20
Gambar 13: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator
Gambar 14: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator
21
Gambar 15: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Integrator
Gambar 16: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator
22
Gambar 17: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator
Gambar 18: Bentuk gelombang Vin dan Vout pada rangkaian Diferensiator
Keterangan :
1. Garis biru = Chanel A (Vin )
1. Garis merah = Chanel B (Vout )
23