Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektronika

Oleh

Nama : Nur Izzah Afkarina


NIM : 221710201032
Kelompok : 3
Kelas : Elektronika - A
Acara : III (Pengukuran Tegangan Pada
Beberapa Konfigurasi Penguat Dengan
Menggunakan Operasional Amplifier)
Asisten : Muhamad Farit Afiful Hayat

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia di dunia saat ini tidak bisa luput dari penggunaan alat
elektronik. Dalam kesehariannya, manusia membutuhkan alat elektronik untuk
membantu mempermudah kegiatan yang dilakukan. Contoh alat elektronik yang
digunakan dalam sehari-hari oleh manusia ialah handphone. Selain itu, masih
banyak alat elektronika lainnya yang dibutuhkan manusia dalam menunjang hidup
mereka. Di dalam berbagai macam alat elektronika tersebut, pastinya terdapat
suatu rangkaian listrik. Sudirham (dalam Rizal, 2018) menyebutkan bahwa
rangkaian listrik ialah interkoneksi berbagai komponen listrik yang dirangkai
dengan sumber tegangan menjadi kesatuan, sehingga muatan listrik dibuat
berpindah jalur (rangkaian) tertutup dan biasanya digunakan untuk kegiatan
tertentu.
Rangkaian listrik sendiri terdiri dari bagian yang aktif dan bagian yang
pasif. Menurut Sudirham (dalam Rizal, 2018) suatu rangkaian listrik terdiri dari
bagian yang aktif yaitu bagian yang memberikan daya yang kita sebut sumber dan
bagian yang pasif yaitu bagian yang menerima daya yang kita sebut beban,
sumber dan beban terhubung oleh penyalur daya yang kita sebut saluran. Dan
dalam rangkaian listrik baik pada bagian yang aktif ataupun pasif tersebut
pastinya terdapat beberapa komponen elektronika atau perangkat yang berfungsi
sebagai penyusun rangkaian.
Salah satu komponen atau perangkat yang berfungi sebagai penyusun dalam
suatu rangkaian listrik adalah operational amplifier. Operational amplifier sering
disebut juga sebagai operasional penguat (Op-Amp) merupakan salah satu
komponen elektronika yang berfungnsi sebgai penguat sinyal arus searah (DC)
maupun arus bolak-balik (AC). Operational amplifier sendiri adalah komponen
elektronika yang tersusun dari resistor, diode, dan transistor (Nuryanto, 2017:43).
Operasional penguat (Op-Amp) tegangan ataupun arus listrik sangat
berkaitan erat dengan kehidupan kita karena berhubungan dengan elektronika dan
instrumentasi yang selalu kita jumpai. Operasioanal penguat adalah bagian yang
sangat penting dalam bidang elektronika khususnya dalam teknik dasar operasi
sinyal dan berbagaii keperluan lainnya (Nugraha, 2020:1). Serta Op-Amp juga
banyak digunakan sebagai salah satu komponen dalam penyusunan perlatan
elektrinik seperti handphone, komputer, telivisi dan peralatan elektronik laiannya
yang dilengkapi dengan penguat sinyal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana karakteristik dan cara merangkai inverting amplifier?
2. Bagaimana karakteristik dan cara merangkai non-inverting amplifier?
3. Bagaimana karakteristik dan cara merangkai summing amplifier?
4. Bagaimana karakteristik dan cara merangkai differential amplifier?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktikum pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi
penguat dengan menggunakan operational amplifier adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui karakteristik dan cara merangkai inverting amplifier.
2. Mengetahui karakteristik dan cara merangkai non-inverting amplifier.
3. Mengetahui karakteristik dan cara merangkai summing amplifier.
4. Mengetahui karakteristik dan cara merangkai differential amplifier.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam praktikum pengukuran tegangan pada
beberapa konfigurasi penguat dengan menggunakan operational amplifier adalah
sebagai berikut.
1. Memahami tentang karakteristik dan cara merangkai inverting amplifier.
2. Memahami tentang karakteristik dan cara merangkai non-inverting amplifier.
3. Memahami tentang karakteristik dan cara merangkai summing amplifier.
4. Memahami tentang karakteristik dan cara merangkai differential amplifier.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Operational Amplifier


Salah satu bentuk IC liner yang berfungsi sebagai penguat sinyal
adalah operational amplifier yang lebih dikenal dengan istilah Op-Amp.
Om-Amp biasanya dikemas dalam bentuk IC yang dapat terdiri dari satu
atau lebih dari beberapa rangkaian Op-amp. Jumlah rangkaian Op-Amp
dalam satu kemasna IC dpat dibedakan menjadi tiga yaitu single Op-Amp
dual Op-Amp dan quad Op-Amp. Operational amplifier dalam bahasa
Indonesia sering disebut juga dengan operasioanl penguat. Sebuah
rangkain Op-Amp memiliki dua terminal input (masukan), satu terminal
output (keluaran) dan dua terminal supply (Ridhoi dkk., 2021:46).
Karakteristik operational amplifier atau penguat operasional
biasanya ditentukan oleh resistor eksternal yang tersambung diantar output
dan input pembalik. Konfigurasi dengan umpan balik negatif (negative
feedback) ini biasanya disebut dengan closed-loop configuration atau
konfigurasi lingkar tertutup. Umpan balik negatif ini akan
menyebabkan penguatan atau gain menjadi berkurang dan
menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat dikendalikan.
Tujuan pengurangan gain dari Op-Amp ini adalah untuk
menghindari terjadinya noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari
respon yang tidak diinginkan. Operasional penguat memiliki prinsip kerja
yaitu membandingkan nilai kedua input (inverting dan non-inverting). Jika
kedua input tersebut bernilai sama, maka output Op-Amp tidak ada (nol)
dan jika terdapat perbedaan pada nilai input tersebut, maka kedua output-
nya akan memberikan tegangan output (Ridhoi dkk., 2021:48).

2.2 Inverting Amplifier


Rangkaian inverting amplifier (penguat pembalik) adalah rangkaian
penguat pembalik denagn impedansi masukan yang rendah dan berfungsi
untuk memperkuat dan membalik sinyal masukan. Rangkaian ini akan
menerima arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan
membangkitakan arus atau tegangan yang lebih besar serta memliki sinyal
masukan yang dibuat melalui input inverting. Rangkaian penguat inverting
akan mengubah arus menjadi tegangan serta digerakkan dari sumber
tegangan dan bukan dari sumber arus (Langi dkk., 2014:42).
Dari Gambar 1 di atas dapat diketahui fungsi dari pamasangan
resistor umpan balik (feedback) atau pada gambar R2 dan resistor input R1
adalah untuk mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat
pembalik) tersebut (Tangki, 2022:19). Dengan dipasangnya resistor
feedback (Rf) dan resistor input (R1) maka faktor penguatan dari penguat
membalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali. Menurut Langi dkk.
(2014:42) input non-inverting pada rangkaian penguat inverting
dihubungkan ke ground, atau V+ = 0. Karena V+ dan V- nilainya = 0
namun tidak terhubung langsung ke ground, input Op-Amp V- pada
rangkaian ini dinamakan virtual ground. Pada dasarnya penguat inverting
digunakan sebagai pengkondisi sinyal input sensor yang terlalu kecil
sehingga dibutuhkan penguatan untuk diproses. Fungsi dari rangkaian ini
adalah sebagai penguat bagi suatu keluaran dan tranduser yang
mempunyai tegangan yang sangat kecil hingga mikro volt dengan
impedansi masukan yang rendah.

2.3 Penguat Non-Inverting


Penguat non-inverting merupakan kebalikan dari penguat inverting,
yang dimana output dari tegnagan tidak berbalik fasa. Penguat ini
memiliki masukan yang dibuat dari input minus atau input non-inverting
serta tegangan keluaran rangkaian akan menghasilkan satu fasa dengan
tegangan input-nya (Pramudita & Suryana, 2019:38). Nilai tegangan yang
dihasilkan dari pennguan non-inverting dapat dihitung dengan persamaan
Vout = Vin (1 + R2/R1). Penguatan dari non-inverting tergantung dari
besarnya R2 (R feedback) dan R1 (R input).
Rangkaian non-inverting dapat digunakan untuk memperkuat isyarat
AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan masukan.
Penguat non-inverting memiliki nilai impedansi masukan yang harganya
sangat tinggi dengan nilai sekitar 100 MW. Seperti yang sudah dijelaskan
pada paragraf sebelumnya, isyarat masukan dikenakan pada terminal
masukan non-inverting serta miliki besar penguatan tegangan yang
tergantung pada harga R2 dan R1. Menurut Langi dkk. (2014:42) isyarat
output (keluaran) penguat ini diambil dari RL (biasanya berharga sekitar
35-50 W).

2.4 Differensial Amplifier


Salah satu jenis operasi penguat lainnya adalah operasi pengurangan
(differential amplifier). Differential amplifier atau yang bisa diesebut juga sebagai
penguat diferensial merupakan penggunaan Op-Amp untuk mencari selisih antara
dua buah titik teganan yang berbeda. Rangkaian Op-Amp ini digunakan untuk
menghasilkan output yang merupakan selisih dari 2 sinyal input secara bersama-
sama, baik kedua input tegangannya AC, DC, atau gabungan antar AC dan DC
(Nugraha, 2020:55). Ringkasnya yaitu, rangkaian penguat ini memiliki fungsi
untuk memperkuat sinyal selisih anatara masukan satu dan dua.
Rangkaian differential amplifier memiliki dua sumber masukan, yang
dimana masing-masing masukan dikenakan pada inverting input internal dan non-
inverting input terminal. Jadi, dapat dianalis bahwa rangkaian penguat diferensial
merupakan kombinasi dari dua rangkaian yang dijadikan satu rangkaian, yaitu
penguat inverting dan penguat non-inverting. Persamaan output dari penguat ini
adalah Rf/Ra x (Vb-Va) yang dimana Va adalah tgangan yang akan dikuatkan dan
Vb adalah tegangan referensi, sedangkan Ra dan Rb adalah hambatan masing-
masing untuk Va dan Vb yang dimana nilai dari hambatan tersebut harus sama.
Dan untuk Rf adalah hambatan feedback, hambatan inilah yang akan menentukan
berapa kali penguatan yang akan diberikan pada Va (Premono dkk., 2015:162).

2.5 Summing Amplifier


Summing amplifier dapat disebut juga sebagai penguat pemjumlah yang
merupakan salah satu dari jenis operasiaonal penguat dan memiliki fungsi untuk
menjumlahkan level masing-masing sinyal yang masuk Op-Amp. Penguat
penjumlah biasanya sering dijumpai pada rangkaian mixer audio. Menurut
Premono dkk. (2015:162) summing amplifier (penguat penjumlah) adalah salah
satu rangkaian yang ada di elektronika yang berfungsi sebagai penjumlahan dua
buah atau lebih tegangan listrik. Ciri khusus yang dimiliki dari penguat ini yaitu
menghasilkan sinyal output yang merupakan hasil penguatan dari penjumlahan
sinyal input-nya.
Prinsip dasar dari rangkaian summing amplifier adalah memiliki tahanan
input yang sama pada masing-masing jalur input yang ada. Rangkaian ini
menjumlahkan tegangan pada dua atau lebih masukan menjadi satu tegangan
tunggal keluaran tunggal. Menurut Santoso dkk., (2017:4) tegangan-tegangan dari
input (Vin) dihubungkan ke masukan pembalik (inverting) dari Op-Amp yang
dimana masing-masing Vin memiliki nilai resistor masukan berharaga sama.
Operasional penguat summing memiliki persamaan tegangan output (Vout) yaitu
Vout = -Rf/Rin x Vin. Dimana Rf adalah tahanan feedback (tahanan umpan balik),
Rin adalah tahanan input (tahanan masukan) dan Vin adalah tegangan input.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Pada praktikum acara 7, materi yang didapatkan yaitu tentang operational
amplifier beserta jenis-jenis dan cara merangkainya. Praktikum ini dilakukan pada
tanggal 20 Juni 2023 pukul 08.00-selesai WIB di Laboratorium Energi
Otomatisasi dan Instrumentasi Pertanian (Lab. Enotin), Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember yang terletak pada 8°09'45.0"S Lintang Selatan dan
113°43'13.3"E Bujur Timur.

3.2 Alat dan Bahan


Pada kegiatan praktikum acara 3 menggunakan alat dan bahan antara lain
sebagai berikut:
3.2.1 Alat
Berikut ini adalah alat yang dibutuhkan dalam praktikuma acara 7.
1. Power supply DC
2. AVO meter digital/AVO meter analog
3. Wise board
4. Tang potong

3.2.2 Komponen
Berikut ini adalah komponen yang dibutuhkan dalam praktikum acara 7.
1. Resistor fixed (10KΩ dan 100KΩ)
2. Potensio (B500KΩ)
3. IC 741

3.3 Metodologi
3.3.1 Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini disajikan pada gambar 3.1 sebagai berikut.
Gambar 3.1. Diagram alir pengukuran tegangan operational amplifier
Berikut penjelasan diagram alir prosedur kerja :
a. Mempersiapkan alat dan komponen seperti power supply DC, AVO meter
digital/AVO meter analog, wise board, tang potong, resistor fixed (10KΩ dan
100KΩ), potensio (B500KΩ), dan IC 741.
b. Merangkai konfigurasi penguat operasional sesuai dengan gambar yang
terdapat di dalam modul pada link tikercad, penguat operasional yang
dirangkai adalah inverting amplifier, non-inverting amplifier, summing
amplifier, dan differentional amplifier.
c. Mengukur dan mencatat tegangan input dari jenis-jenis rangkaian penguat
yang telah dibuat.
d. Mengukur dan mencatat tegangan output dari jenis-jenis rangkaian penguat
yang telah dibuat.
e. Melengkapi tabel dengan pengukuran tegangan output menggunakan metode
teoritis dari data yang telah diperoleh sebelumnya.

3.3.2 Skema dan Rangkaian


Adapun skema dan rangkaian dari jenis-jenis operational amplifier adalah
sebagai berikut.
1. Inverting Amplifier

Gambar 3.2. Skema inverting amplifier

Gambar 3.3. Rangkaian inverting amplifier pada link tikercad

2. Non-Inverting Amplifier

Gambar 3.4. Skema non-inverting amplifier


Gambar 3.5. Rangkaian non-inverting amplifier pada link tikercad

3. Summing Amplifier

Gambar 3.6. Skema summing amplifier

Gambar 3.7. Rangkaian summing amplifier pada link tikercad

4. Differential Amplifier

Gambar 3.8. Skema differential amplifier


Gambar 3.9. Rangkaian differential amplifier
------------
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran Tegangan pada Beberapakonfigurasi Penguat
Pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi penguat dilakukan
pada penguat inverting, non-inverting, differensial, dan summing. Ddata yang
dihasilkan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi penguat
R1 R2 R3 R4 Vs Vin (volt) Vout (volt)
Kond
Konf K K K K vol
/ Rd 1 2 Ukur Teori
Ω Ω Ω Ω t
1 1,77 X 17,5 -3,54
2 2,05 X 20,3 -4,1
Inver 10 10
3 20 20 5 2,15 X 21,6 -4,3
t 0 0
4 2,18 X 21,6 -4,36
5 2,2 X 21,8 -4,4
1 2,5 X 7,5 7,5
2 3,33 X 10 9,99
Non-
3 10 20 x x 5 3,75 X 11,2 11,25
I
4 3,75 X 11,2 11,25
5 4,17 X 12 12,51
1 4,76 4,98 4,75 -7,03
2 4,77 4,98 4,76 -7,05
10 10 20 20
Diff 3 5 4,78 4,98 4,77 -7,07
0 0 0 0
4 4,79 4,99 4,78 -7,085
5 4,8 4,99 4,79 -7,105
1 1,61 1,61 1,61 -6,44
2 1,98 1,98 1,98 -7,92
10 20 20
Sum 3 x 5 2,28 2,28 2,27 -9,12
0 0 0
4 2,52 2,52 2,51 -10,08
5 2,71 2,71 2,71 -10,84

Berdasarkan data hasil pengukuran pada Tabel 4.1, didapatkan hasil


pengukuran tegangan penguat pada konfigurasi inverting, non-inverting,
differensial, dan summing serta diperoleh data Vin dan Vout ukur dan
teori. Untk mencari Vout teori, memggunakan persamaan Vout dari
masing-masing konfigurasi operasional aplifier yaitu sebagai berikut :
1. Inverting amplfier Vout = [(R3+R4)/R4]*[(R2/R1)*Vin]
2. Non-inverting amplifier Vout = [1+(R2/R1)]*Vin
3. Differensial amplifier Vout = [(R1+R4)/(R2+R3)*(R3/R2)*Vin-2]-
[(R4/R1)*Vin-1
4. Summing amplifier Vout = -(R3/R1)*Vin-(R3/R2)*Vin-2
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan tersebut, maka hasil dari
maisng-masing pengamatan penguat operatif yaitu sebagai berikut ini.

4.2 Inverting Amplifier


Rangkaian penguat inverting merupakan rangkaian elektronika
yang berfungsi untuk memperkuat dan membalik polaritas sinyal
masukan. Rangkaian penguat inverting merupakan rangkaian penguat
pembalik dengan impedansi masukan sangat rendah. Rangkaian
penguat inverting akan menerima arus atau tegangan dari tranduser
sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau tegangan yang
lebih besar.

INVERTING
25
20 f(x) = 10.1907790143084 x − 0.534912559618441
15 R² = 0.994865876967971
Output (Volt)

Ukur
10 Linear (Ukur)
5 Teori
0 Linear (Teori)
-51.7 1.8f(x)
1.9 2 2.1 2.2 2.3
=−2x
-10 R² = 1
Input (Vin (V))

Gambar 4.1 Grafik pengukuran tegangan pada inverting amplifier

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1 yang merupakan hasil


pengukuran tegangan pada inverting amplifier dengan menggunakan real
value Vinput sebagai sumbu x, dapat dilihat bahwa kedua metode
(pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan
tersebut berada pada penguatan ukur = 20,56 kali yang didapatkan dari
rata-rata perhitungan ∑(Vout ukur / Vin)/5 dan penguatan teori = -4,14
kali yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout teori / Vin)/5.
Perbedaan pengukuran dan teori yang cukup banyak pada
konfigurasi inverting ini mungkin disebabkan karena pada saat praktikum
terjadi adanya kesalahan pada saat pengukuran ataupun pada saat
merangkai rangkaian. Selain itu, perbedaan antara pengukuran an teori
juga bisa terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan saat membaca hasil
pada DC Voltmeter.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa
penguatan yang dipergunakan sebesar 20,56 kali, tidak dapat diterima
secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] *
[(R2 / R1) * Vin], diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 /
R1), jika dimasukkan nilai tahanannya menjadi – [(20K+20K) / 20K] *
(100K/100K) = 0,5349. Pada penguat inverting, semakin kecil nilai Vin,
maka nilai Vout semakin besar. Hal ini dikarenakan penguat inverting
merupakan rangkaian yang berfungsi untuk memperkuat dan membalikkan
polaritas sinyal masukan (Maulidasari dkk, 2018). Rangkaian inverting
akan menerima arus atau tegangan yang sangat kecil, dan akan
membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar.
4.3 Non – Inverting Amplifier
Penguat Non-Inverting Voltage Amplifier merupakan kebalikan dari
penguat inverting, dimana input-nya dimasukkan pada input non-inverting.
Sehingga polaritas output akan sama dengan polaritas input tetapi memiliki
penguatan yang tergantung dari besarnya Rfeedback (R2) dan Rinput (R1)
(Nuryanto, 2017).
Non Inverting
14
12
f(x) f(x) =3x
= 2.77015223359122 x + 0.684467182430744
10 R² = 1
R² = 0.991253700608075
Output (Volt)
Ukur
8
Linear (Ukur)
6
Teori
4 Linear (Teori)
2
0
2 2.5 3 3.5 4 4.5
Input (Vin (V))

Gambar 4.2 Grafik pengukuran tegangan pada non-inverting amplifier

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.2 yang merupakan hasil


pengukuran tegangan pada non inverting amplifier dengan menggunakan
real value Vinput sebagai sumbu x, dapat dilihat bahwa kedua metode
(pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan
tersebut berada pada penguatan ukur = 10,38 kali yang didapatkan dari
rata-rata perhitungan ∑(Vout ukur / Vin)/5 dan penguatan teori = 10,5 kali
yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout teori / Vin)/5.
Perbedaan pengukuran dan teori pada konfigurasi non inverting ini
mungkin disebabkan karena pada saat praktikum terjadi adanya kesalahan
pada saat pengukuran ataupun pada saat merangkai rangkaian. Selain itu,
perbedaan antara pengukuran an teori juga bisa terjadi karena kurangnya
ketelitian praktikan saat membaca hasil pada DC Voltmeter.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa
penguatan yang dipergunakan sebesar 10,38 kali, tidak dapat diterima
secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = [1 + (R2 / R1)] *
Vin, diperoleh penguatan sebesar [1 + (R2 / R1)], jika dimasukkan nilai
tahanannya menjadi [1 + (20 / 10)] = 0,6845. Pada terminal non inverting
diberikan sinyal input, sehingga pada output akan tercapai persamaan Vo
= (1+R2/R1)Vin (Langi, 2014).
4.4 Differential Amplifier
Penguat diferensial atau diferensial amplifier adalah sistem penguat
yang bekerja dengan memperkuat inputan yang merupakan selisih dari
kedua inputannya tersebut, penguat diferensial identik sebagai penguat
(Ihza dkk, 2021). Rangkaian ini berfungsi untuk memperkuat sinyal selisih
antara masukan satu dan dua. Penguat differensial adalah penggunaan op
amp untuk mencari selisih antara dua buah titik tegangan yang berbeda
(Supatmi, 2011).

Differential
6
4 f(x) = x − 0.00999999999999979
2 R² = 1
Output (Volt)

Ukur
0 Linear (Ukur)
4.75 4.76 4.77 4.78 4.79 4.8 4.81
-2 Teori
Linear (Teori)
-4
-6
Input (Vin (V))
-8 f(x) = − 1.85 x + 1.77499999999998
R² = 0.997813411078718

Gambar 4.3 Grafik pengukuran tegangan pada differensial amplifier

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3 yang merupakan hasil pengukuran


tegangan pada differensial amplifier dengan menggunakan real value Vinput
sebagai sumbu x, dapat dilihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut berada pada penguatan ukur
= 4,77 kali yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout ukur / Vin)/5 dan
penguatan teori = -7,068 kali yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout
teori / Vin)/5 dan konstanta ukur = 0,01, dan konstanta teori = 1,775.
Perbedaan pengukuran dan teori pada konfigurasi non inverting ini
mungkin disebabkan karena pada saat praktikum terjadi adanya kesalahan pada
saat pengukuran ataupun pada saat merangkai rangkaian. Selain itu, perbedaan
antara pengukuran an teori juga bisa terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan
saat membaca hasil pada DC Voltmeter.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan
yang dipergunakan sebesar 4,77 kali, tidak dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = [(R1 + R4) / (R2 + R3) * (R3 / R2) * Vin-2]-
[(R4 / R1) * Vin-1], diperoleh penguatan sebesar [(R1 + R4) / (R2 + R3) * (R3 /
R2)]- [(R4 / R1), jika dimasukkan nilai tahanannya menjadi [(100 + 200) / (100 +
200) * (200 / 100)] - [(200 / 100) = 0.
Differensial amplifier memberikan nilai selisih tegangan pada Vin-2 dengan
Vin-1 dan nilai Vin-1 semakin besar, maka Vout semakin kecil, maka dapat
diterima bahwa gradien persamaan dalam grafik menunjukkan nilai negatif. y =
0,02x - 4,852 R² = 0,8929 y = 0,036x - 0,116 R² = 0,9205 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 0 2
4 6 Output (Volt) Input (Vin (V)) Ukur Teori Rangkaian diferensial amplifier ini
merupakan rangkaian pengurang yang mengurangkan Op-Amp yang pada
dasarnya mengurangkan dari dua buah inputnya (Nurfaizah, et al., 2015)

4.5 Summing Amplifier


Summing Amplifier adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
menjumlahkan dua buah atau lebih tegangan listrik. Prinsip dasar rangkaian
summing ini adalah mempunyai tahanan input yang sama pada masing masing
jalur input yang ada. Rangkaian inverting yang mempunyai tahanan input yang
sama dengan tahanan penguatan akan mendapatkan penguatan (gain) = 1
(Premono dkk, 2015).
Summing
4
2 f(x) = 0.995284254650249 x + 0.00646895467644759
0 R² = 0.999863783429314
Output (Volt) Ukur
-21.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8
Linear (Ukur)
-4
Teori
-6
f(x) = − 4 x Linear (Teori)
-8
-10 R² = 1
-12
Input (Vin (V))

Gambar 4.4 Grafik pengukuran tegangan pada summing amplifier

Tegangan pada summing amplifier dengan menggunakan real value Vinput


sebagai sumbu x, dapat dilihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut berada pada penguatan ukur =
2,216 kali yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout ukur / Vin)/5 dan
penguatan teori = -8,88 kali yang didapatkan dari rata-rata perhitungan ∑(Vout teori /
Vin)/5 dan konstanta ukur = 0,0065, dan konstanta teori = -9,122.
Perbedaan pengukuran dan teori pada konfigurasi non inverting ini
mungkin disebabkan karena pada saat praktikum terjadi adanya kesalahan pada
saat pengukuran ataupun pada saat merangkai rangkaian. Selain itu, perbedaan
antara pengukuran an teori juga bisa terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan
saat membaca hasil pada DC Voltmeter.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan
yang digunakan sebesar 2,216 kali, tidak dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = - (R3 / R1) * Vin - (R3 / R2) * Vin-2, diperoleh
penguatan sebesar - (R3 / R1) - (R3 / R2), jika dimasukkan nilai tahanannya
menjadi - (200 / 100) - (200 / 200) = -3.
Karena summing amplifier memberikan nilai penjumlahan tegangan dengan
penguatan 2,216, maka semakin besar Vinput, maka Vout akan semakin kecil. Nilai
konstanta teori sebesar -9,122 menunjukkan nilai Vin2 dengan penguatan - 14,534
kali. Sedangkan pada hasil pengukuran nilai konstanta sebesar 0,0065 menunjukkan
beda yang teramat kecil dengan nilai teoritis, sehingga dapat digunakan. Tegangan-
tegangan masukan (Vin) dihubungkan ke masukan invertin dari Op-Amp dengan
masing-maing Vin memiliki nilai resistor masukan berharga sama (Premono dkk,
2015).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi
penguat dengan menggunakan operasional amplifier yaitu sebagai berikut.
1. Operasional amplifier adalah rangkaian terintegrasi (IC) yang berguna
dalam teknik penguatan open loop pada elektronika.
2. IC 741 dengan kaki 8 merupakan IC OpAmp.
3. Teknik untuk menguatkan tegangan pada OpAmp dapat dilakukan
dengan berbagai konfigurasi yang masing- masing memiliki
karakteristik tertentu.
4. Rangkaian penguat operatif antara lain penguatan inverting, Non
inverting, Summing Amplifier, dan Differensial Amplifier.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum pengukuran tegangan pada
beberapa konfigurasi penguat dengan menggunakan operasional amplifier yaitu
Praktikan harus benar-benar memahami rangkaian yang akan dirangkai, supaya
tidak ada kesalahan ketika perangkaian dan pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Langi, S. I., Wuwung, J. O., & Lumenta, A. S. 2014. Kipas Angin Otomatis
Dengan Menggunakan Sensor Suhu. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer.
3(5): 41-48.

Nugraha, M. I. 2020. Pedoman Praktikum Rangkaian Elektronika: Operational


Amplifier. Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung.

Nuryanto, L. E. 2017. Penerapan Dari O-Amp (Operational Amplifier). Orbith:


Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa dan Sosial. 13(1): 43.

Pramudita, R., & Suryana, A. 2019. Rancang Bangun Trainer Terintegrasi


Rangkaian Penyearah Gelombang Dan Penguat Op-Amp Berbasis
Mikrokontroler Atmega 32. Jurnal Ilmiah Teknologi Infomasi Terapan.
6(1): 38.

Premono, P., Soedjarwanto, N., & Alam, S. 2015. Rancang bangun alat
instrumentasi pengukuran digital kuat medan magnetik dengan
menggunakan mikrokontroler Atmega8535. Electrician: Jurnal Rekayasa
dan Teknologi Elektro. 9(3): 160-170.

Ridhoi, A., Setyadjit, K., & Hariadi, B. 2021. Pengaturan Lampu Penerangan
Menggunakan Komparator Op-Amp LM358. Jurnal Teknik Industri.
24(1): 46-58.

Rizal, S. 2018. Modul Praktek Rangkaian Listrik Menggunakan Jembatan


Wheatstone untuk Workshop Teknik Elektro Politeknik Enjinering
Indorama.

Santoso, W. B., & Yuniarsari, L. 2017. Pengenbangan Modul Penguat Penjumlah


Sinyal Pada Perangkat Scintigrafi Untuk Tiroid Sc-12.

Taking, A. 2022. Analisa Rangkaian Active High Pass Filter Orde 1 Dan Orde 2
Topologi Sallenkey. Srikipsi. Tarakan: Jurusan Teknik Elektro Universitas
Borneo Tarakan.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Gambar 1. Rangkaian inverting


Lampiran 2

Gambar 2. Rangkaian non-inverting


Lampiran 3

Gambar 3. Rangkaian summing amplifier

Lampiran 4
Gambar 4. Rangkaian Differensial amplifier

Anda mungkin juga menyukai