Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENGUAT OPERATIONAL (OP-AMP)

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp merupakan
suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus searah yang memiliki bati
(faktor penguatan) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat diferensial
merupakan suatu penguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari
kedua masukannya. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu
dan yang paling banyak digunakan adalah rangkaian seri. Penguat operasional dalam bentuk
rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal
tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat didalamnya.

Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna. Contoh
penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika sederhana seperti
penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga dikembangkan kepada
penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan distorsi rendah serta pengembangan
alat komunikasi. Selain itu, aplikasi pemakaian op-amp juga meliputi bidang elektronika audio,
pengatur tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog digital dan pengubah
digital ke analog, pengolah isyarat seperti cuplik tahan, penguat pengunci, kendali otomatik,
computer analog, elektronika nuklir, dan lain-lain.

I.2 Ruang Lingkup


Ruang lingkup percobaan ini meliputi pengukuran tegangan input dan tegangan keluaran pada
bermacam-macam rangkaian penguat operasional (op-amp). Diantaranya penguat membalik dan
tidak membalik serta penguat integrator dan diferensiator.
I.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1.      Menggunakan op-amp sebagai penguat membalik dan tidak membalik.


2.      Menggunakan op-amp sebagai buffer untuk mengatasi ketidakcocokan impedansi.
3.      Menggunakan op-amp sebagai diferensiator dan integrator.
4.      Menggunakan op-amp sebagai komparator.
5.      Memahami sifat-sifat dasar op-amp baik secara teori maupun secara praktek.

I.4 Waktu dan Tempat

Percobaan penguat operasional ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012,
pukul 13.00- 16.30 di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.      Penguat Operasional (Op-amp)
Penguat operasional (op-amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai
untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op amp biasanya berupa IC (Integrated Circuit).
Pengemasan Op amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op amp (contoh : 741),
dua op amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324, TL084), dll.
Penguat Operasional atau disingkat Op-amp adalah merupakan sutu penguat differensial
berperolehan sangat tinggi yang terterkopel DC langsung yang dilengkapi dengan umpan. Oleh
karena itu, penguat operasional lebih banyak digunakan dengan loop tertutup daripada dalam
lingkar terbuka.

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Penguat Operasional (Op-amp)


Gambar 2.1 menunjukkan sebuah blok op-amp yang mempunyai berbagai tipe dalam bentuk IC.
Dalam bentuk paket praktis IC seperti tipe 741 hanya berharga beberapa ribu rupiah. Seperti
terlihat pada gambar 2.1, opamp memiliki masukan tak membalik v+ (non-inverting), masukan
membalik v- (inverting) dan keluaran vo. Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan
membalik (v-), maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran akan “berlawanan fase”
(berlawanan tanda dengan isyarat masukan). Sebaliknya, jika isyarat masukan dihubungkan
dengan masukan tak membalik (v+), maka isyarat keluaran akan “sefase”. Sebuah opamp
biasanya memerlukan catu daya ± 15 V. Dalam menggambarkan rangkaian hubungan catu daya
ini biasanya dihilangkan.
Beberapa sifat ideal dari Op-amp adalah sebagai berikut:
a.      Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av, Ib=
b.      Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol atau R0, Ib= 0
c.       Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga atau Ri, Ib=
d.      Lebar pita tak berhingga atau ∆f= f2 –f1 =
e.       Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =

2.      Karakteristik Op-amp


Keuntungan dari pemakaian penguat operasional ini adalah karakteristiknya yang
mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih
mudah dan juga kareana penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan
karakteristik kerjanya secara teoritis. Dari sudut sinyal sebuah penguat operasional mempunyai
tiga terminal, yaitu dua terminal masukan dan satu terminal keluaran.

Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa terminal 1 dan 2 adalah terminal masukan dan terminal
3 adalah terminal keluaran. Kebanyakan penguat operasional membutuhkan catu daya DC
dengan dua polaritas untuk dapat beroperasi. Terminal 4 disambungkan ke tegangan positif (+V)
dan terminal 5 disambungkan ke tegangan negatif (-V).

Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah:

a. Impedansi masukan tak terhingga. Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik arus masukan,
artinya tidak ada arus yang masuk kedalam terminal 1 maupun 2 (I1 = I2 = 0).
b. Impedansi keluaran sama dengan nol. Terminal 3 merupakan keluaran penguat operasional,
idealnya diharapkan bertindak sebagai terminal keluaran sebuah sumber sumber tegangan ideal.
Tegangan antara terminal 3 dengan ground akan selalu sama dengan A, dimana A adalah faktor
penguatan sebuah penguat operasional.

c. Penguatan loop terbuka tak terhingga. Apabila dioperasikan pada loop terbuka (tidak ada umpan
balik dari keluaran ke masukan), maka sebuah penguat opersaional ideal mempunyai gain
(penguatan) yang besarnya tak terhingga.

3. Aplikasi dan Rangkaian Dasar Op-amp

Fungsi atau aplikasi rangkaian Op-amp yaitu:

         Penguat Membalik (inverting)


Penguat membalik adalah penggunanan op- amp sebagai penguat sinyal dimana sinyal outputnya
berbalik fasa 180 derajat dari sinyal input.
Pada penguat ini dimana, masukannya melalui input membalik pada penguat operasional, dan
keluarannya berlawanan fasa dengan masukan.
Gambar 2.2 Rangkaian Penguat Membalik (inverting)

         Penguat tidak Membalik (Non Inverting)


Penguat non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya
adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting. Hasil tegangan output
noninverting lebih dari satu dan selalu positif. Penguat ini dimana, masukannya melalui input tak
membalik (non inverting) pada penguat operasional dan keluarannya sefasa dengan masukan.
Gambar 2.3 Rangkaian Penguat tidak Membalik (Non inverting)

         Penguat Integrator


Penguat Integrator berfungsi mengintegralkan  tagangan input terhadap waktu. Penggunanan
integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter).

Gambar 2.4 Rangkaian Penguat Integrator


         Penguat Diferensiator
Differensiator berfungsi mendiferensialkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan
diferensiator juga sebagai tapis lulus atas (High Pass Filter).

Gambar 2.5 Rangkaian Penguat Diferensiator


http://zetpocong.blogspot.com/2012/10/laporan-penguat-operational-op-amp.html

LAPORAN ELDAS: PENGUAT OPERASIONAL (PEMBALIK DAN TAK MEMBALIK)

PENGUAT OPERASIONAL (PEMBALIK DAN TAK MEMBALIK)


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penguat operasional adalah penguat instan yang bisa langsung dipakai untuk banyak
aplikasi penguat. Sebuah op amp biasanya berupa IC (Integrated Circuit). Pengemasan op-amp
dam IC bermacam- macam ada yang berisi satu o amp dan ada yang dua op amp (4558, LF 356)
dan lain sebagainya. Penguat operasional tersusun atas beberapa rangkaian penguat yang
tersusun atas transistor atau FET. Biasanya membuat rangkaian dari op amp lebih mudah dari
pada membuat rangkaian dari transistor karena tidak memerlukan perhitungan titik dan bias.
Menurut pengguanaannya penguat operasional terdiri atas beberapa macam, yakni
[enguat operasional pembalik dan penguat operasional tak membalik. Penguat operasional
pembalik digunakan sebagai penguat sinyal dimana sinyal inputnya berbalik fase dari sinyal
input. Dan penguat tak membalik di gunakan sebagai penguat sinyal di mana sinyal out putnya
sefase dengan sinya input.
Bagaimanakah susunan rangkaian penguat operasional pembalik dan tak membalik,
bagaimana menerapkan perhitungan untuk menunjukan besarnya penguat tegangan dan penguat
arus dengan memasang resistor yang dipilih, serta bagaimana pula cara menerapkan perhitungan
untuk menerapkan besarnya penguatan tegangan dengan menggunakan metode resistansi dan
tegangan. Untuk mengetahui hal ini maka dilakukanlah praktikum persobaan penguat
operasional pembalik dan tak membalik untuk mengetahuiny lebih rincih lagi.
2. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu sebagai berikut:
a. Menyusun rangkaian Op-Amp pembalik dan tak membalik sederhana untuk syarat AC dan
DC memahami karakteristik pengoprasiannya.
b. Menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan tegangan dan penguatan
arus denagan memasang resistor yang dipilih.
c. Menerapkan perhitungan untuk menunjukkan besarnya penguatan tegangan dengan
menggunakan metode resistansi dan tegangan.
B. Kajian Teori
Operasional amplifier merupakan bentuk rangkaian terpadu yang terdiri dari perpaduan
komponen-komponen elektronika, seperti transistor, resistor dan kapasitor yang dibuat dalam
bentuk chip IC ( Integrated Circuit). Op-Amp pada dasarnya merupakan sebuah blok komponen
yang sederhana, yang mempunyai dua masukkan dan satu keluaran. Op-Amp juga merupakan
sebuah penguat arus dengan gain (penguatan) tinggi, tetapi dengan menggunakan kopling
kapasitif yang tepat, Op-Amp dapat diaplikasikan pada berbagai macam rangkaian penguat arus
bolak balik. Op-Amp adalah piranti solid state yang mengindera dan memperkuat sinyal
masukan baik DC maupun AC. Op-Amp mempunyai karakteristik ideal sebagai berikut, yaitu:
lebar pita yang tak berhingga (Infinite Bandwith), impedansi masukkan yang tak berhingga
(Infinite Input Impedance) sehingga arus masukkan dapat diabaikan, dan impedansi keluaran
sama dengan nol (Zero Output Impedance) sehingga keluaran penguat tidak terpengaruh oleh
pembebanan. Op-Amp didalamnya terdiri atas beberapa bagian, yaitu penguat diferensial, tahap
penguatan (gain), rangkaian penguat (Level Shifter) dan penguat akhir yang biasanya dibuat
dengan penguat push pull kelas B (Franco,2002).
Penguat non inverting ini hamper sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah
terletak pada tegangan inputnya dari masukan non inverting. Penguat tak membalik (Non
Inverting Amplifier) merupakan penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output yang
dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Penguat tak membalik (Non Inverting
Amplifier) dapat dibangun dengan menggunakan penguat operasional, karena penguat
operasional memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik.
Rangkaian penguat tak membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun DC
dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari rangkaian
penguat tak membalik (non inverting amplifier) berharga sangat tinggi dengan nilai impedansi
sekitar 100 mega ohm (Robert, 1994).
Rangkaian penguat pembalik sinyal masukan di berikan mealui sebuah resistor masukan (Ri)
yang di hubungkan secara seri terhadap masukan pembalik (inverting input) yang di simbolkan
dengan (-), sinal penguat operasional pada rsngkaian penguat penguat pembalik (inverting
amplifier) di umpan balikan melalui (Rf) pada masukan yang sam (Kurniawan, 2014).

C. Metode Praktikum
1. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 6.1. sebagai berikut:
Tabel 6.1. Alat dan Bahan Percobaan Rangkaian Operasional
No

Alat dan Bahan

Kegunaan Alat dan Bahan


1

Resistor

Sebagai penghambat arus


2

Potensiometer

Sebagai pembagi tegangan


3
IC Op-Amp

Sebagai komponen utama dalam penguatan operasional


4

Pencatu Daya

Sebagai sumber tegangan listrik


5

Osiloskop

Untuk menampilkan gelombang keluaran


6

Multimeter

Untuk mengukur arus


7

Saklar

Sebagai penyambung dan pembungkus arus


8

Pembangkit isyarat AC

Untuk membangkitkan sumber tegangan

2. Prosedur Kerja
a) Pada Rangkaian Pembalik
Prosedur kerja pada rangkaian ini yaitu:
1) Menyusun rangkaian pembali Op- amp DC sepperti pada gambar 6.1. Dengan
menggunakan sumber DC variabel sebagai catu daya untuk .
2) Membuat rangkaian pembagi tegangan seperti terlihat pada gambar 6. 1. Untuk
mendapatkan VIN variabel, yaitu dengan mengatur hambatan potensio RB. Mengatur sumber
DC masukan untuk menghasilkan syarat sebesar 0,1 V DC.
3) Menghidupkan IC dengan menghubungkannya dengan catu daya. Tegangan keluaran yang
terukur (dengan multimeter) pada kaki – kaki RL adalah sebesar V.
4) Bagaimana polaritas keluaran dibandingkan dengan isyarat masukan?
Gambar 6.1 Rangkaian Op-Amp DC

Gambar 6.2 Rangkaian sumber tegangan masukan VIN


5) Secara hati-hati naikkan tegangan masukan Vi ke harga 0,3 V; dan dengan menggunakan
multitester ukur besarnya isyarat keluaran. Isyarat yang terukur adalah sebesar V DC.
6) Besarnya penguatan DC Op–Amp dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Av =
- RF / Rin. Tanda negatif menunjukkan Op-Amp sebagai fungsi inversi.
7) Untuk isyarat masukkan sebesar 0,3 V, besarnya penguatan tegangan adalah:
8) Membandingkan besarnya penguatan hasil pengukuran yang anda peroleh dari langkah 3
dan 5 dengan hasil perhitungan. Berikan alasan jika terjadi perbedaan.
9) Mematikan/melepaskan pencatu daya yang terpasang dan lepaskan sumber isyarat DC
yang terpasang. Menghubungkan kapasitor 4µF secara seri dengan Rin dan isyarat AC 400 Hz.
Mengatur keluaran sumber AC tersebut pada harga yang terendah. Hubungkan osiloskop ke
kaki-kaki RL.
10) Menyalakan pencatu daya dan sumber isyarat masukan. Secara hati-hati atur besarnya
isyarat masukkan sinusoida sampai mencapai harga maksimum dimana isyarat keluaran tidak
mengalami kecacatan (distorsi). Besarnya tegangan puncak-kepuncak keluaran yang terbaca di
osiloskop adalah
sebesar VP-P.
11) Besarnya tegangan masukan pada titik tes 1 (TP1) adalah sebesaraVP-P.Menghitung
besarnya penguatan tegangan dari penguat dengan menggunakan rumus Av = RF / RIN.
Penguatan tegangan yang diperoleh adalah sebesar Av =
b) Pada Rangkaian Tak Membalik
1) Menyusun rangkaian tak-membalik op-am DC seperti yang terlihat pada gambar 6. 3
Pencatu daya Op-Amp µA741 dibuat dengan memasang dua baterai atau sumber DC variabel.
2) Mengatur sumber DC masukan (gambar 6.4) untuk menghasilkan isyarat sebesar 0,1 V DC
dan menghubungkan ke titik A. Menghidupkan IC dengan menghubungkannya dengan catu
daya. Tegangan keluaran yang terukur pada kaki RL adalah V0 = V DC.
3) Dengan menggunakan rumus penguat tegangan, menghitung besar Av untuk rangkaian
dengan menggunakan harga hasil pengukuran Av.

Gambar 6.3. Rangkaian DC Op-Amp tak-membalik


Gambar 6.4. Rangkaian Sumber tegangan masukan VIN

4) Dengan menggunakan rumusan AV untuk resistansi, hitung besarnya penguatan rangkaian


dengan harga Rin dan RF seperti yang tercantum pada gambar 6.3. AV
= ............................................
5) Jika terdapat perbedaan nilai penguatan tegangan hasil kedua perhitungan, hitung harga
sebenarnya dari resistor Rin dan RF. Kemudian hitung lagi harga AV dengan menggunakan
nilai sebenarnya ini.
6) Menghubungkan dua resistor 200 kW secara seri untuk mendapatkan resistor RF=400 kW.
Ulangi langkah 2,3 dan 4 dengan menggunakan harga RF yang baru ini. Hasil perhitungan
adalah Vout = V, AV (menggunakan tegangan) =
7) Menghubungkan dua resistor 200 kW secara paralel dan ulangi langkah 6 untuk Vin = 0,3
V. Hasil perhitungan adalah
Vout = V, AV (menggunakan tegangan) =
8) Mengubah penguat DC pada gambar 6.3. Menjadi penguat AC seperti terlihat pada gambar
6.5. Harga Rin dan R1 harus dibuat sama.
9) Menghidupkan generator isyarat AC, mengatur agar menghasilkan isyarat 0,1 Vp-p, 400
Hz. Nyalakan catu daya IC.
Gambar 6.5. Rangkaian AC Op-Amp tak-membalik

10) Dengan menggunakan osiloskop tampilkan isyarat masukan (Ch.1) dan isyarat keluaran
pada kaki-kaki RL (Ch.2).
Ch.1 (isyarat masukan)
Time/Div = ..........................
Volt/Div = ..........................
Vp-p = ..........................

Ch.2 (isyarat keluaran)


Time/Div = ..........................
Volt/Div = ..........................
Vp-p = ..........................

11) Dengan menggunakan rumus tegangan, maka kita dapat menghitung besarnya penguat
tegangan.
12) Dengan menggunakan rumus resistor, maka kita dapat menghitung besarnya penguatan
tegangan.
13) Dengan menggunakan kedua Channel pada osiloskop, amati hubungan fase masukan dan
keluaran.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Data Pengamatan
Data pengamatan yang di lakukan dapat di lihat pada Tabe 6.2. Berikut:
Tabel 6.2. Data Pengamatan Pembalik dan Tak Membalik
No

Vin (Volt)

Rin (K
Rf
(

Vout

Vin
Teori

Praktek

Teori

Praktek
1

100

-
2

6
200

-
3

300

2. Analisis Data
1) Tegangan Keluaran (Inverting Op-Amp)
a) Secara Teori
Vout =
=
= - 60 Volt.

Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada Table 6.3. Berikut ini:
Tabel 6.3. Analisis Data Tegangan Keluaran Inverting Op- Amp.
No

Vin (Volt)

Rin ()

Rf ()

Vout (Volt)
1

100.000

200.000

- 60
2

200.000
300.000

- 90
3

300.000

400.000

- 120

2) Penguat Tegangan (Inverting Op- Amp)


a) Secara Teori
Av = -
Av =
= - 20 Kali
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat di lihat pada Tabel 6.4. Berikut.
Tabel 6.4. Analisis Data Penguat Teganan Inverting Op- Amp
No

Vin (Volt)

Rin ()

Rf ()

Av (Kali)
1
3

100.000

2.000.000

- 20
2

200.000

3.000.000

- 15
3

300.000

4.000.000

- 13,3

3) Tegangan Keluaran (Non Inverting Op- Amp)


a) Secara Teori
Vout = ( . Vin
= 63 Volt
Dengan cara yang sama untuk data selanjutya dapat dilihat pada Tabel 6.5. Berikut.
Tabel 6.5. Analisis Data Tegangan Keluaran Non- Inverting
No

Vin (Volt)

Rin ()

Rf ()

Vout (Volt)
1

100.000

2.000.000

63
2

200.000

3.000.000

96
3
9

300.000

4.000.000

129

4) Penguat Tegangan (Non - Inverting Op- Amp)


a) Secara Teori
Av = + 1
Av =
= 21 Kali

Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
Tabel 6.6. Berikut:
Tabel 6.6. Analisis Data Penguat Tegangan Non- Inverting Op-Amp
No

Vin (Volt)

Rin ()

Rf ()

Av (Kali)
1

3
100.000

2.000.000

21
2

200.000

3.000.000

16
3

300.000

4.000.000

14,3

3. Pembahasan
Penguat inverting merupakan suatu penguat yang keluarannya selalu berlawanan fase
dengan masukannya. Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk
membalik dan menguatkan sebuah tegangan. Resistor Rt melewatkan sebagian sinyal keluaran
kembalik ke masukan. Karena keluaran tidak sefase sebesar 1800, maka nilai keluaran tersebut
secara efektif mengurangi besar masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan dari penguat dan di
sebut umpan balik negatif. Masukan yang di balik menghasilkan keluaran yang diperkuat namun
berbeda fasenya yaitu masukan positif menghasilkan keluaran negatif yang diperkuat. Jika
sebgian masukan ini kembali keujung masukan sebagai umpan balik negatif, penguatannya (lain)
berkurang. Penguat tak membalik (Non-Inverting) merupakan suatu penguat dimana tegangan
keuaran mempunyai polaritas yang sama dengan tegangan masukan, sehingga jika isyarat
masukan di hubungkan dengan masukan tak membalik pada sinyal masukan di beri pemasukan
tak membalik maka isyarat keluaran akan sefase. Rangkaian penguat tak membalik pada sinyal
masukan di berikan masukan tak membalik kemudian keluarannya di berikan kembali dengan
masukan pembalik melalui rangkaian umpan balik yang terbentuk dari resistor masukan dan
resistor umpan balik tersebut membentuk sebuah rangkaia pembagi tegangan yang mengurangi
tagangan keluaran dan menghubungkan tegangan keluaran yang telah berkurang tersebut pada
masukan membalik.
Pada praktikum elektronika dasar kali ini di lakukan percobaan penguat operasional
(pembalik dan tak membalik), dimana pada praktikum ini di lakukan dengan tiga perlakuan,
pertama menyusun rangkaian Op- Amp pembalik dan tak membalik sederhana untuk syarat DC
dengan menggunakan sumber DC variabel sebagai catu daya dan menunjukan besar penguat
arus dengan memasang resistor dan menyusun penguat operasional sederhana dengan tingkat
penguatan tertentu.
Perlakuak ke dua yaitu menghitung besar penguat tegangan dengan menggunakan
osiloskop. Pada rangkaian pembalik untuk tegangan masukan yang di gunakan yaitu sebesar 3
volt, 6 volt, dan 9 volt nilai dari percobaan yang di lakukan di peroleh nilai penguat tegangan
berturut- turut sebesar -20 kali, - 15 kali, dan -13,3 kali. Pada pada percobaan rangkaian tak
membalik yang di lakukan di peroleh penguat tegangan berturut- turut sebesar 21 kali, 16 kali,
dan 14,3 kali penentuan tegangan keluaran dan penguat tegangan pada rangkaian ini di lakukan
secara teori.
Dari data yang ada menunjukn bahwa niai pada rangkaian pembalik tegangan masukan
lebih besar di bandingkan dengan nilai pada tegangan keluaran, dimana nilai tegangan
keluarannya bernilai minus. Hal ini menunjukan bahwa data yang di peroleh sesuai dengan teori,
dimana secara teori menyatakan bahwa tegangan masuka lebih besar dari pada tegangan
keluaran. Nampun pada percobaan rangkaian tak membali di peroleh nilai tegangan masukan
yang lebih kecil di bandingkan dengan nilai pada tegangan keluarannya. Data ini menunjukan
hasil yang di peroleh tidak sesuaian dengan teori. Ketidak sesuaian ini kemungkinana besar di
sebabkan oleh kekurang telitian praktikan dalam mengukur atau alat yang di gunakan suda tidak
berfungsi dengan baik.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa:
a. Rangkaian pembalik sederhana untuk syarat DC dapat disusun dengan menghubungkan.
sinyal masukan DC dengan kaki Vin Inverting Op-Amp. Rangkaian opersionl tak membalik
dapat bekerja jika di pasang pada bagian negatif yang di tandai dengan masukan pada kaki
posiatif.
b. Besarnya penguat tegangan yang di peroleh pada percobaan ini secara teori yaitu semakin
besar tegangan masuka maka semakin besar pula tegangan penguatnya.
c. Pada rangkaian penguat operasional pembalik sederhana, besarnya penguat tergantung -20
kali pada besarnya resistro yang digunakan yaitu resistor input (Rin) sebesar 100 dan resistor
feadback (Rf) sebesar 2000 k. Pada rangkaian tak membalik dengan mengguanakan metode
tegangan maka besarnya penguatan untuk untuk sumber tegangan 3 V, 6 V dan 9 V adalah
sebesar 200 k
2. Saran
Saran yang dapat kami sampaiakan pada percobaan ini, yaitu:
a. Untuk Pengelola Laboratorium: Untuk penyediaan alat- alat laboratorim suda cukup
memadai dan kami juga berharap agar ruang praktikum segera dipasangkan AC.
b. Untuk Asisten: Kinerjanya sudah cukup baik semoga dapat di pertahankan dan di
tingkatkan lagi.
c. Untuk Praktikan: Diharapkan agar selalu menjaga kebersihan dan ketertiban dalam
melakukan praktikum serta agar selalu berhati- hati dalam merangkai.
DAFTAR PUSTAKA

Franco, Sergio, 2002. Design with operasional amplifiers dan analog integrated circuit. McGraw.san
fransisco.

Kurniawan, 2014. Rangkaian Inverting Op- Amp. http:// Penguat Op- Amp (inverting
op-amp) dan (non- inverting)- Elektronika. Html. [Diakses tanggal 15 mei
2015 Pukul 09.00 WITA].

Robert F. 1994. Penguat operasional dan rangkaian terpadu linear. Erlangga. Jakarta.

http://sanphysicsedc.blogspot.com/2016/01/laporan-eldas-penguat-operasional.html

Home » Uncategories » Laporan Elektronika Dasar 2 - Penguat Operasional


Selasa, 14 Februari 2017
Laporan Elektronika Dasar 2 - Penguat Operasional

PENGUAT OPERASIONAL

A. TUJUAN
Untuk mendemonstrasikan bagaimana sebuah Op-Amp Inverting (membalik) digunakan sebagai
penguat dalam suatu rangkaian DC dan AC sederhana

B. DASAR TEORI
Penguat Operasional atau Op-Amp adalah penguat diferensial dengan dua masukan dan satu
keluaran yang mempunyai penguatan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105.
Sifat-Sifat Ideal Op-Amp
Gambar 13.1 lambang Op-Amp
Tampak adanya dua masukan, yaitu masukan membalik (INV) dan masukan tak membalik
(NON-INV). Masukan mebalik diberi tanda minus (-) dan masukan tak membalik diberi tanda
positif (+). Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik maka daerah frekuansi
tengah isyarat keluaran berlawana fasa atau berlawanan tanda dengan isyarat masukan.
Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak membalik, maka isyarat
keluaran akan sefasa atau
Pada umumnya op-amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding dengan beda tegangan
isyarat antara kedua masukannya. Op-amp semacam ini dikenal sebagai op-amp biasa ada pula
op-amp yang menghasilkan tegangan isyarat keluaran sebanding dengan beda arus masukan. Op-
amp semacam ii dikenal dengan sebutan op-amp biasa.
Disamping Op-Amp biasa ada pula op-amp yang menghasilkan tegangan isyarat keluaran
sebanding dengan beda arus masukan. Op-amp semacam ini dikenal sebagai op-amp Norton.
Satu contoh op-amp Norton adalah IC LM 3900 buatan national semiconductor. Satu macam lagi
adalah op-amp yang menghasilkan arus keluaran yang sebanding dengan beda tegangan isyarat
antara kedua masukannya. Op-amp semacam ini disebut penguat transkonduktansi operasional
(Operational Transconductanse Amplifier – OTA). Satu contoh OTA adalah IC CA3080 buatan
RCA.
Penguatan menggunakan op-amp
- Penguat membalik
Gambar 13.3 Penguat membalik
- Penguat tak membalik
Gambar 13.6 Penguat tak membalik
- Penguat jumlah
Gambar 13.9 Rangkaian penguat jumlah
(Sutrisno, 1987: 117-123)

Gregorian R dan Temes G (1986) pada bukunya yang berjudul “Analog MOS Integrated Circuits
For Signal Processing” menyatakan bahwa penguat operasional ideal memiliki karakteristik
sebagai penguatan tegangan diferensial tak berhingga, resistans masukan yang besar, resistans
keluaran nol, tidak tergantung pada frekuensi (bandwidth tak berhingga), tidak terpengaruh oleh
temperatur dan tidak memiliki distorsi atau derau.
Elmunsyah (1994) pada skripsinya yang berjudul “Perancangan Penguat Kerja CMOS Untuk
Beban Resistansi Rendah“ menyatakan bahwa dalam teknologi CMOS, perancang rangkaian
mempunyai keluwesan yang lebih besar daripada teknologi bipolar untuk menyesuaikan sifat-
sifat tiap devais terhadap peranannya pada suatu rangkaian (Beauty, 2009: 17).
Penguat operasinal atau disebut dengan op-amp (operational amplifier) adalah suatu beda
(penguat diferensial) yang mempunyai penguatan tegangan sangan tinggi dengan impedansi
masukan tinggi dan imoedansi keluaran rendah. Op-amp merupakan rangakian terintegrasi yang
dikemas dalam bentuk chip, sehingga sangat praktis penggunaanya. Penggunaan op-amp sangat
luas termasuk diantaranya sebagai osilator, filter dan rangkaian instrumentasi.

- Penguat beda
Penguat beda atau differensial amplifier merupakan rangkaian yang banyak dipakai dalam
rangkaian terintergrasi termasuk op-amp. Pada prinsipnya rangkaian penguat beda terdiri atas
dua buah emitor yang dihubungkan jadi satu. Umumnya masukan penguat beda ada dua buah
(berasal dari masing-masing transistor) dan keluarannya ada satu atau dua buah (berasal dari
salah satu atau kedua transistor).

- Analisis DC
Analisis DC dilakukan pada satu sisi transistor , dengan asumsi bahwa kedua transisitir adalah
identik. Rangkaian ekuivalen DC untuk satu sisi transistor adalah trelihat pada gambar.
Gambar 42. Rangkaian Ekivalen DC

- Analisis AC
Analisi AC dilakukan untuk menentukan faktor penguatan common-mode (AC). Untuk itu kedua
masukan harus dibuat sama yakni V1=V2. Rangakian satu sisi transisitor untuk common-mode
adalah pada gambar berikut:
Gambar 43. Rangkaian pada common mode

(Herman Dwi Surjono, 2011: 53-56)

First in operational (here atter op-amp) is a differential input, single ended, output amplifier, as
shown symbolically in figure 1.1. this device is an amplifier intended for use with eksternal
feedback element. Whwre these element determine the resultan function, or operation.
Figure 1-1. The ideal op-amp and its attributes

This give rise to the name, “operational amplifier” denoting an amplifier that, by viutue
of different feedback kroups, can perform a variety of operation. At this point not that for
concern with any virtual technologic to implement the amplifier. Attention is toused more on the
behavioral natire of this building blook device (James Bryant, et all, 2004: 5)

C. ALAT DAN KOMPONEN


1. Power Supply
2. Voltmeter
3. Osiloskop
4. Signal generator
5. IC 741
6. Potensiometer
7. Bread board dan kael jumper
8. Resistor
9. Kapsitor

D. PROSEDUR KERJA
1. merangkai alat seperti pada gambar (gunakan baterai 1,5V sebagai sumber tegangan)
2. mengatur potensio sedemikian rupa, sehingga keluarannya merupakan masukan Vin=0,1
volt
3. mengatur keluaran Vout dan mencatatnya
4. mengulangi prosedur 1-3 dengan Vin 0,15 volt
5. merangkai alat seperti pada gambar
6. mengatur sumber tegnagan audio generator sehingga keluarannya o,1 Vpp dengan
frekuensi 1 KHz. Keluaran audio generator tersebut merupakan masukan Vin dari rangkaian
penguat AC (gunakan osiloskop untuk pengukuran).

E. LEMBAR DATA
1. Grafik Yang Dihasilkan
a) Rangkaian DC
Pada Percobaan ini praktikan gagal melakukan pengukuran terhadap Vout pada osiloskop.
b) Rangkaian AC
- Vin = 0,1 Vpp

- Vin = 0,15 Vpp

2. Data Hasil Tabel


a) Rangkaian (2a)
No

Vin

Vout
1

0,1 V

- (gagal)
2

0,15 V

- (gagal)

b) Rangkaian (2b)
No

Vin

Vout
Ain
1

0,1 Vpp

0,7 Vpp

7
2

0,15 Vpp

0,7 Vpp

4,67

F. PEMBAHASAN
Kita ketahui Op-amp merupakan suatu penguat gandengan langsung yang memperkuat sinyal
arus searah (DC) atau tegangan yang berubah-rubah terhadap satuan waktu.
Isi dari sebuah OP-Amp terdiri dari puluhan transistor, resistor dan kapasitor yang dikemas
dalam suatu rangkaian terpadu, sehingga Op-Amp dapat disebut juga rangkaian terpadu (IC=
Integrated Circuit).

Lambang Op-Amp, yaitu:


Image result for lambang OP AMP
Pada praktikum ini, kami menggunakan komponen utama yaitu IC741. IC741 ini memiliki 8
kaki, yaitu:
Image result for lambang OP AMP
Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan untuk penguat operasional yaitu penguat operasional
sinyal masukan DC dan penguat operasional sinyal masukan AC.
Untuk rangkaian yang kami gunakan, yaitu:
a. Rangkaian penguat operasional (DC)
b. Rangkaian penguat operasional (AC)
Dari gambar jelas bahwa tidak terlalu banyak perbedaan antara rangkaian DC dan rangkaian AC.
Perbedaan yang mencolok yaitu pada rangkaian DC digunakan potensiometer 10 Kohm pada
sinya masukan sedangkan rangkaian AC tidak menggunakan. Selain itu juga pada rangkaian AC
digunakan 2 kapasitor yang diletakkan 1 pada daerah masukan dan satu lagi pada daerah
keluaran, sedangkan pada rangkaian DC tidak ada kapasitor. Jadi jelas bahwa perbedaannya
hanya terletak pada potensiometer dan kapasitor.
Pada tabel data percobaan yang praktikan berikan yaitu untuk rangkaian DC dinyatakan gagal,
karena kami gagal dalam mengukur Vout yang dihasilkan dimana pada osiloskop tidak
menghasilkan apa-apa. Pada percobaan tersebut kami telah merancang percobaan sesuai dengan
rangkaian yang diberikan, yaitu dengan cara merangkai kaki-kaki IC 741 sesuai dengan gambar
rangkaian DC, seperti menghubungkan kaki-2 ke sinyal masukan, kaki-3 ke ground dan lain
sebagainya.
Praktikan sangat yakin bahwasannya rangkaian yang praktikan gunakan itu benar, hal itu terbukti
dengan adanya Vin yang bisa praktikan hitung menggunakan voltmeter, dengan memutar-
mutarkan potensiometer praktikan bisa mendapatkan Vin yang diinginkan seperti 0,1 V atau 0,2
V dan lain sebagainya. Untuk skala 0,15 V itu sulit digunakan karena skala pada voltmeter
terbatas pada keteitian 0,1 V.
Dengan demikian praktikan berkesimpulan bahwasannya percobaan praktikan gagal itu
dikarenakan banyak faktor dan yang paling praktikan curigai yaitu osiloskop yang praktikan
gunakan dimana osiloskop tersebut tidak bisa membaca sinyal output yang praktikan inginkan.
Kemudian pada rangkaian AC didapatkan data Vout lebih besar daripada Vin yang digunakan,
dengan demikian praktikan berkesimpulan bahwasannya percobaan tersebut berhasil
dilaksanakan. Hanya saja praktikan kesulitan membaca Vout yang diberikan karena Vin yang
diberikan perbedaannya sangat kecil yaitu hanya 0,05 Vpp. Untuk frekuensi yang digunakan
yaitu 1000-1500 Hz sementara yang dihasilkan oleh osiloskop 1428,57 Hz. Itu didapatkan dari
time/div yang diperoleh pada osiloskop yaitu sebesar 0,5 msekon / div. jika dihitung:
t = 0,5 ms/div x 1,4 cm = 0,7 ms
f = 1/t = 1/ 0,7 ms = 1428,57 Hz
Dengan demikian praktikan berkesimpulan percobaan ini sudah benar, diperkuat juga dengan
penguatan yang dihasilkan yaitu 7 x dan 6,47 x. Hanya saja mustahil jika Vin berbeda
menghasilkan Vout yang sama dengan rangkaian yang sama pula. Dari itu diharapkan ke
depannya untuk lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum.

G. KESIMPULAN
Penguat Op-Amp inverting (membalik) dapat digunakan sebagai penguat dalam suatu rangkaian
DC maupun AC sederhana. Dimana nantinya akan dihasilkan Vout yang lebih besar dari pada
Vin yang diberikan

H. DAFTAR PUSTAKA
Beauty, dkk. 2009. Jurnal EECC15 Vol III. No. 2. Perancangan rangkaian terpadu penguat
Operasional untuk pengatur Nada. Malang: UB
Bryant, James, dkk. 2004. Op-Amp Application. Oxford: Elsevier
Surjono, HD. 2009. Elektronika Lanjut. Jember: Cerdas Ulet Kreatif
Sutrisno. 1987. Elektronik Terori dan Penerapannya. Bandung : ITB

https://kakauciha.blogspot.com/2017/02/laporan-elektronika-dasar-2-penguat_14.html

Anda mungkin juga menyukai