Jurnal ini menyajikan studi mendalam mengenai operasional amplifier (op-amp) sebagai
elemen kritis dalam desain penguat dan regulator catu daya Abstrak jurnal ini membahas
penerapan operational amplifier (op-amp) dalam berbagai konfigurasi, termasuk sebagai
penguat inverting, penguat non-inverting, penguat diferensiator, integrator, dan regulator catu
daya. Op-amp, sebagai komponen analog dengan berbagai fungsi, digunakan dalam beragam
aplikasi elektronik. Jurnal ini mencakup pembahasan mengenai prinsip dasar, konfigurasi
rangkaian, dan penerapan op-amp dalam sistem elektronik. Selain itu, jurnal ini juga membahas
hasil pengujian dan kesimpulan terkait dengan aplikasi op-amp dalam berbagai konfigurasi.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan op-amp yang umum digunakan, dan hasilnya
dibandingkan dengan prediksi teoritis. Analisis eksperimental membuktikan kinerja penguat
inverting dalam meningkatkan amplitudo sinyal input dengan inversi fase, sementara penguat
non-inverting memberikan penguatan positif. Penguat diferensiator dan integrator
menunjukkan respons terhadap perubahan cepat dan perubahan lambat sinyal, masing-masing.
Selain itu, jurnal ini juga membahas penggunaan op-amp dalam regulator catu daya untuk
mencapai stabilitas tegangan output yang diinginkan. Penelitian ini memberikan wawasan yang
mendalam tentang potensi aplikasi op-amp dalam berbagai konfigurasi dan menggambarkan
pentingnya pemahaman mendalam terhadap karakteristiknya dalam merancang rangkaian
penguat dan regulator catu daya yang efisien.
ABSTRACT
This journal presents an in-depth study of operational amplifiers (op-amps) as a critical element
in the design of power supply amplifiers and regulators. Abstract This journal discusses the
application of operational amplifiers (op-amps) in various configurations, including as inverting
amplifiers, non-inverting amplifiers, amplifiers differentiator, integrator, and power supply
regulator. Op-amps, as analog components with multiple functions, are used in a wide variety of
electronic applications. This journal includes a discussion of basic principles, circuit
configuration, and application of op-amps in electronic systems. Apart from that, this journal
also discusses test results and conclusions related to op-amp applications in various
configurations. Tests were carried out using commonly used op-amps, and the results were
compared with theoretical predictions. Experimental analysis proves the performance of the
inverting amplifier in increasing the input signal amplitude by phase inversion, while the non-
inverting amplifier provides positive gain. Differentiator and integrator amplifiers exhibit
responses to fast changes and slow changes in signals, respectively. Apart from that, this journal
also discusses the use of op-amps in power supply regulators to achieve the desired output
voltage stability. This research provides deep insight into the potential applications of op-amps
in various configurations and illustrates the importance of a deep understanding of their
characteristics in designing efficient power supply amplifier and regulator circuits.
PENDAHULUAN
Operasional amplifier (op-amp) telah menjadi komponen kritis dalam berbagai aplikasi
elektronik sejak ditemukan pertama kali. Sebagai suatu elemen analog yang serbaguna, op-amp
menyediakan kerangka kerja yang esensial dalam perancangan sirkuit elektronik dengan fungsi
penguatan, pemrosesan sinyal, dan regulasi tegangan. Pemahaman mendalam terhadap
karakteristik dan aplikasi op-amp menjadi kunci dalam merancang rangkaian elektronik yang
efisien dan presisi Dalam konteks ini, jurnal ini memfokuskan diri pada penerapan op-amp
dalam berbagai konfigurasi yang umum digunakan, melibatkan fungsi-fungsi kunci seperti
penguat inverting, penguat non-inverting, penguat diferensiator, integrator, dan regulator catu
daya. Setiap konfigurasi ini memiliki peran khas dalam memodifikasi sinyal input atau mengatur
tegangan output sesuai dengan kebutuhan aplikasi tertentu. Penguat inverting dan non-
inverting, sebagai dua konfigurasi penguat dasar, menyediakan pilihan penguatan sinyal dengan
inversi fase dan tanpa inversi fase. Penguat diferensiator dan integrator, di sisi lain,
menghadirkan respons yang signifikan terhadap perubahan cepat dan lambat sinyal,
memberikan kemampuan pemrosesan sinyal yang lebih kompleks. Terakhir, regulator catu daya
menggunakan op-amp untuk mencapai stabilitas tegangan output yang diinginkan, menjamin
keandalan sistem elektronik. Dalam konteks ini, jurnal ini akan menguraikan prinsip dasar,
konfigurasi rangkaian, dan penerapan op-amp dalam setiap fungsi tersebut. Pengujian
eksperimental yang dilakukan menggunakan op-amp umum akan memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang kinerja praktis op-amp dalam aplikasi penguat dan regulator catu
daya. Melalui analisis ini, diharapkan jurnal ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi
para perancang dan pengembang dalam memahami potensi dan aplikasi op-amp dalam desain
sirkuit elektronik yang beragam.
I. KAJIAN TEORI
Op –amp (LM 741) biasanya dilukiskan dengan simbol seperti
gambar dibawah ini
Gambar 2. Datasheet
LM741
Tampak adanya dua masukan yaitu masukan inverting (-) dan masukan noninverting (+).
Dalam percobaan ini kita hanya menggunakan op-amp biasa yaitu dimana tegangan
keluaran sebanding dengan beda tegangan antara kedua isyarat masukan, yaitu masukan
inverting (INV atau - ) dan masukan noninverting (NON INV atau +). Penguat inverting
Penguat inverting merupakan suatu penguat yang hasil sinyal keluaran dari suatu rangkaian
op-amp akan berkebalikan dengan sinyal masukan op-amp.
Gambar 3. Penguat inverting
Op –Amp dapat digunakan dalam konfigurasi non –inverting. Terminal non inverting
dipakai sebagai tempat sinyal masuk dengan terminal satunya, inverting di hubung ke
ground. Sinyal keluaran akan sefasa dengan sinyal masukan . Op Amp (LM 741)
Penguat adalah rangkaian komponen elektronika yang dipakai untuk menguatkan daya
(atau tenaga secara umum). Dalam bidang audio, amplifier akan menguatkan signal suara
berbentuk analog dari sumber suara yaitu memperkuat signal/gain arus (I) dan tegangan
(V) listrik berbentuk sinyal AC dari inputnya menjadi arus listrik AC dan tegangan yang lebih
besar, juga dayanya akan menjadi lebih besar di bagian outputnya. [1]
Diferensiator:
Capasitor pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di depan, maka akan diperoleh
rangkaian diferensiator seperti gamabr rangkaian dibawah. Dengan analisa yang sama akan
diperoleh persamaan penguatannya. Bentuk rangkaian diferensiator mirip dengan rangkaian
inverting. Pada rangkaian diferensiator bentuk isyarat keluaran merupakan diferensial dari
isyarat masukan jika tetapan waktu RC << T/2 dengan T = perioda isyarat.
Contoh praktis hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga
maka outputnya akan menghasilkan sinyal kotak. Integrator Rangkaian integrator dapat
dibangun dengan menggunakan dua komponen pasif, yaitu resistor dan kapasitor yang
dihubungkan secara seri. Fungsi dari rangkaian integrator adalah sebagai pengubah tegangan
kotak menjadi tegangan segitiga. Pada rangkaian integrator, bentuk isyarat keluaran
merupakan integral dari bentuk isyarat masukan jika tetapan waktu RC >>T/2. 𝑉𝑜(𝑡) = 1
−𝑅𝐶 ∫ 𝑣𝑞 (𝑡)𝑑
Selanjutnya yaitu mengenai regulator catu daya yang dimana Regulator catu daya
merupakan komponen penting dalam sistem catu daya, yang berfungsi untuk menstabilkan
tegangan keluaran pada tingkat yang diinginkan. Regulator catu daya dapat berupa
komponen diskrit seperti diode Zener, transistor, maupun integrated circuit (IC) khusus
yang dirancang untuk tujuan tersebut. Beberapa jurnal dan artikel ilmiah menjelaskan
tentang regulator catu daya, termasuk prinsip kerjanya dan jenis-jenisnya. Misalnya, jurnal
dari Politeknik Negeri Sriwijaya menjelaskan bahwa agar tegangan keluaran catu daya lebih
stabil, dapat digunakan suatu komponen IC yang disebut IC regulator, seperti IC Regulator
7812 atau IC Regulator 7805[4]. Selain itu, jurnal lain menyebutkan bahwa regulator catu
daya juga dapat berupa regulator AMS 1117, yang digunakan untuk meregulasi tegangan
masukan menjadi tegangan keluaran yang diinginkan[5]. Dengan demikian, kajian teori
mengenai regulator catu daya mencakup prinsip kerja, komponen-komponen penyusun,
dan aplikasi dalam sistem catu daya.
Catu daya sering disebut juga dengan power supply yang merupakan rangkaian yang
merubah tegangan AC menjadi DC yang teregulasi. Catu yang yang dilihat dari tegangan
keluarannya terdiri dari catu daya tetap dan catu daya variabel. Komponen elektronika
yang mendukung rangkaian catu daya adalah 1. Transformator yang dapat menaikkan dan
menurunkan tegangan AC. 2. IC regulator yang merupakan komponen yang bisa mengubah
tegangan input menjadi nilai keluaran tetap sesuai yang tertera pada IC setelah angka 78xx
untuk catu daya positif dan IC regulator 79xx untuk catu daya negatif. (xx adalah nilai
tegangan yang dikeluarkan dari regulator tersebut). 3. Dioda yang merupakan jenis
komponen pasif yang dapat mensearahkan tegangan AC menjadi DC 4. Kapasitor yang
berfungsi sebagai filter (perata arus yang bergelombang) untuk arus listrik AC pada
rangkaian catu daya. A. Regulator catu daya positif keluaran tegangan 5 volt Pada catu daya
ini menggunakan rangkaian penyearah dengan ic regulator agar menghasilkan tegangan yang
stabil sesuai dengan jenis IC regulator yang digunakan. Datasheet IC regulator tegangan
yang akan digunakan
II.METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang ditampilkan jurnal ini mengacu kepada pedoman 4 jobseheet
praktikum elektronika analog.
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa telah memiliki
kemampuan menggunakan op- amp sebagai penguat inverting
2. Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa telah memiliki
kemampuan menghitung tegangan keluaran penguat non inverting
3. Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan telah memiliki
kemampuan menggunakan OP – Amp sebagai diferensiator dan integrator
4. Mampu merancang rangkaian regulator catu daya
5. Mengetahui cara kerja rangkaian regulator catu daya
6. Mampu menganalisa rangkaian regulator catu daya
Jobsheet 10
Jobsheet 11
D. CARA KERJA
Jobsheet 8
Perhatikan datasheet LM741, buat rangkaian kerja sesuai gambar di atas, kalibrasi
osiloskop pada CH1 dan CH2 dengan skala 1 Volt = 1 Kotak, hubungkan Vin pada masukan
inverting dan masukan non-inverting yang di-groundkan dari Arbitrary Function Generator
(AFG). Terapkan catu daya +12Vdc ke kaki 7 +Vcc dan -12Vdc ke kaki 4 -Vcc dari IC LM741.
Untuk eksperimen awal, gunakan Rinput = 100Ω dan Rfeedback = 220Ω. Hubungkan probe
CH1 sebagai input dan CH2 sebagai output ke rangkaian kerja, pastikan kebenaran rangkaian
sebelum sumber tegangan dihubungkan. Setel sumber sinyal 50 Hz dengan amplitudo 50
mVolt, atur osiloskop dengan volt/Div = 1 Volt di CH2, dan catat hasil pengamatan pada tabel.
Ganti nilai Rfeedback sesuai tabel untuk percobaan selanjutnya.
Jobsheet 9
Perhatikan dengan seksama datasheet LM741 sebelum memulai eksperimen. Rancanglah
rangkaian kerja sesuai dengan gambar yang diberikan. Lakukan kalibrasi pada kedua channel
osiloskop (CH1 dan CH2) dengan skala 1 Volt = 1 Kotak. Hubungkan tegangan input (Vin)
pada masukan inverting dan non-inverting yang di-groundkan dari Arbitrary Function
Generator (AFG). Saat melakukan penyediaan catu daya, sambungkan +12Vdc ke kaki 7 +Vcc
dan -12Vdc ke kaki 4 -Vcc pada IC LM741, mengacu pada informasi dalam datasheet LM741.
Untuk percobaan awal, tentukan nilai Rinput = 100Ω dan Rfeedback = 220Ω. Gunakan kabel
probe untuk menghubungkan CH1 sebagai input dan CH2 sebagai output dari rangkaian
kerja, memungkinkan pemantauan gelombang input dan output. Pastikan kebenaran
rangkaian sebelum menghubungkannya dengan sumber tegangan listrik, dan konsultasikan
dengan pembimbing Anda. Setel sumber sinyal generator ke 50 Hz dengan amplitudo 50
mVolt, atur osiloskop dengan volt/Div = 1 Volt di CH2, dan catat hasil pengamatan pada
tabel. Selanjutnya, sesuaikan nilai Rfeedback sesuai dengan tabel untuk eksperimen
berikutnya.
Jobsheet 10
Rakitlah rangkaian diferensiator sesuai dengan gambar 1 dan lakukan kalibrasi osiloskop
pada kedua channel (CH1 dan CH2) dengan skala 1 Volt = 1 Kotak. Hubungkan tegangan
input (Vin) pada masukan inverting dan masukan non-inverting yang di-groundkan dari
Arbitrary Function Generator (AFG). Selanjutnya, pada catu daya, sambungkan +12Vdc ke
kaki 7 +Vcc dan -12Vdc ke kaki 4 -Vcc dari IC LM741, sesuai dengan informasi dalam
datasheet LM741. Pastikan rangkaian kerja telah terpasang dengan benar dan konsultasikan
dengan pembimbing sebelum terhubung dengan sumber tegangan listrik. Setelah itu,
hidupkan sumber tegangan listrik dan atur sumber sinyal AFG pada frekuensi 50 Hz dengan
amplitudo 8 Volt (1 kotak pada osiloskop). Untuk melihat gelombang output pada channel 2,
putar volt/div ke skala ukur yang lebih kecil pada osiloskop, dan lakukan pemantauan pada
setiap perubahan frekuensi dari AFG. Setelah menyelesaikan eksperimen pertama, lanjutkan
dengan merakit rangkaian kerja yang kedua, dan ulangi langkah-langkah di atas untuk
melihat gelombang input dan output pada rangkaian kedua. Catat hasil pengamatan,
termasuk frekuensi, Vp-p (Volt), dan gain output terhadap input dalam tabel yang telah
disediakan.
Jobsheet 11
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, termasuk trafo step down dengan tegangan
keluaran 6 Volt. Catat besar arus keluaran dari trafo tersebut. Susun 4 buah dioda dan
kapasitor sesuai dengan gambar rangkaian yang diberikan, dengan tegangan sekunder ganda
6 Volt. Pastikan rangkaian kerja telah dirakit dengan benar sebelum melakukan pengukuran.
Sebelum menghubungkan dengan sumber tegangan listrik, konsultasikan dengan
pembimbing untuk memastikan kebenaran penyambungan. Setelah itu, tutup saklar S1 dan
ukur besar tegangan masukan dan keluaran IC regulator 7905. Perhatikan bahwa tegangan
keluaran bersifat negatif, sehingga pastikan posisi probe multimeter tidak terbalik.
Selanjutnya, untuk mengukur tegangan input, gunakan multimeter sebelum IC regulator, dan
sebaliknya.
III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Jobsheet 8
Pada praktikum awal, kami mengeksplorasi penggunaan op-amp sebagai penguat inverting.
Dalam eksperimen ini, kami melakukan perhitungan untuk menentukan besar tegangan
keluaran dari penguat inverting. Dalam setiap percobaan, kami menjaga nilai resistansi R1
tetap konstan, sementara Rf divariasikan. Tahap akhir melibatkan perhitungan nilai gain
dari setiap percobaan, memberikan pemahaman yang mendalam tentang respons penguat
inverting terhadap variasi komponen yang digunakan.
Jobsheet 9
Pada eksperimen kedua, kami fokus pada penerapan op-amp sebagai penguat non-
inverting. Kami melakukan pengukuran tegangan keluaran dari penguat non-inverting ini,
di mana nilai resistansi R1 tetap konstan, sedangkan resistansi Rf bervariasi dalam setiap
percobaan. Langkah terakhir melibatkan perhitungan nilai gain dari setiap percobaan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai respons penguat non-
inverting terhadap variasi komponen.
Jobsheet 10
Tabel hasil :
Dalam praktikum ketiga, fokus utama adalah penerapan op-amp sebagai penguat
diferensiator dan integrator. Kami melakukan perhitungan untuk menentukan besar
tegangan keluaran dari kedua konfigurasi tersebut. Selain itu, kami mengukur periode
satu gelombang penuh pada setiap variasi frekuensi, yang merupakan perbedaan
signifikan dengan praktikum sebelumnya. Dalam eksperimen penguat diferensiator dan
integrator, kami memvariasikan frekuensi sinyal input untuk memperoleh informasi lebih
lanjut mengenai respons sistem. Tahap akhir melibatkan perhitungan nilai gain dari
masing-masing percobaan, memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
karakteristik penguat diferensiator dan integrator dalam konteks variasi frekuensi.
Jobsheet 11
a. IC Regulator 7905
2,8 3,1
b. IC Regulator 7805
3,1 3,2
a. IC Regulator 7805
0,31 3
b. IC Regulator 7905
Dari serangkaian praktikum mengenai op-amp, khususnya penguat inverting dan non-
inverting, serta penguat diferensiator dan integrator, terdapat perbedaan antara hasil analisis
dan hasil eksperimen. Pada percobaan penguat inverting dan non-inverting, analisis
menunjukkan bahwa tegangan keluaran dari penguat inverting lebih besar dibandingkan
dengan non-inverting (dengan R1 dan Rf yang setara). Namun, hasil simulasi Proteus
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara tegangan keluaran inverting dan non-
inverting. Pada praktikum penguat diferensiator dan integrator, analisis mengindikasikan
bahwa tegangan keluaran seharusnya setara dengan tegangan masukan pada penguat
integrator, tetapi jarak antar satu gelombang semakin kecil seiring peningkatan frekuensi.
Sementara teori penguat diferensiator seharusnya menghasilkan penguatan yang sebanding
dengan frekuensi, namun penguatan yang dihasilkan bersifat konstan. Faktor-faktor seperti
kesalahan alat ukur, kesalahan pengukuran, dan kesalahan pembacaan mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen. perbedaan antara hasil analisis dan eksperimen dapat
diatribusikan pada berbagai faktor yang memengaruhi akurasi percobaan, termasuk
kemungkinan kesalahan dalam pengukuran dan ketidaksempurnaan alat. Diperlukan
kewaspadaan ekstra dan validasi data yang cermat dalam penafsiran hasil praktikum op-
amp ini.
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Dewantara, D. TEORI DASAR AMPLIFIER.
[2] Nuryanto, L. E. (2017). Penerapan Dari OP-AMP (Operational Amplifier). Orbith: Majalah
Ilmiah Pengembangan Rekayasa dan Sosial, 13(1).
[3] http://eprints.polsri.ac.id/198/3/BAB%20II.pdf
[4]http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/29896/F.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6