BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menyelidiki penguatan penguatoperasi
2. Menghitung perbedaan antara tegangan input dan output
3. Mengetahui Rangkaian penguat operasi
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
BAB II
LANDASAN TEORI
input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground (Langi 2014:42).
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
Input membalik
Input
tidakmembalik
Offsetnol1-Vccoffset nol2
Kaki-kaki utama yang terdapat pada op-amp terdiri dari kaki masukan
inverting, kaki masukan non – inverting, dan kaki keluaran. Namun karena Op –
Amp termasuk dalam kategori komponen aktif, maka Op-Amp membutuhkan
koneksi catu daya yang terdiri dari koneksi dengan tegangan positif dan negatif.
Op-amp ideal memiliki karakteristik impedansi diantara kedua kaki
masukannya adalah tak hingga sehingga tak membebani rangkaian yang memberi
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
sinyal masukan, memiliki penguatan loop terbuka yang besarnya tak hingga, dan
memiliki impedansi keluaran yang sama dengan nol. Namun pada prakteknya, tak
ada op-amp yang ideal. Di dunia nyata, karakteristik dari op-amp ideal biasanya
didekati oleh devais op-amp yang memiliki impedansi masukan yang tinggi,
penguatan tegangan yang tinggi, pita respon frekuensi penggunaan yang lebar,
dan impedansi keluaran yang rendah, sehingga bisa diasumsikan op-amp tersebut
mendekati karakteristik dari op-amp ideal. Beberapa op-amp yang umum berada
di pasaran adalah IC LM741, OP177, AD8041, TL061, TL071, dan TL081.
Beberapa jenis IC ada yang memiliki lebih dari satu op-amp diskret dalam satu
devais IC, yaitu IC TL082 dan TL084 yang masing-masing memiliki 2 dan 4.
Cara kerja op-amp secara mendasar adalah sebagai devais penguat
diferensial dengan penguatan yang tak hingga. Perbedaan sinyal masukan yang
sangat kecil pada kedua kaki masukan op-amp dapat membuat keluaran dari op-
amp langsung tersaturasi pada rangkaian op-amp yang terbuka. Hal ini
menyebabkan keluaran dari op-amp menjadi tidak linear dan tidak stabil.
Untuk membuat keluarannya menjadi stabil, dibutuhkan rangkaian umpan
balik negatif yang akan memberikan sebagian fraksi sinyal dari kaki keluaran
menuju kaki masukan inverting dari op–amp. Dengan membuat jalur umpan balik
negatif ini akan membuat sinyal yang masuk ke kaki inverting menjadi sama
dengan sinyal yang masuk ke kaki non-inverting. Dengan menggunakan asumsi
ini, maka proses analisis rangkaian pada op–amp akan menjadi mudah. Akibat
penggunaan umpan balik negatif inilah op-amp dapat bekerja sebagai penguat
sinyal. Dan untuk membuat op-amp sebagai rangkai penguat membutuhkan jalur
umpan balik negatif, yaitu rangkaian non-inverting. (Septiawan, 2015)
Op-Amp secara alami memiliki fungsi komparator (pembanding) sehingga
dapat digunakan untuk merealisasikan pengendali On-Off. Efek chattering adalah
fenomena yang sering muncul pada rangkaian komparator akibat ‘tipisnya’ batas
switching, sehingga perlu diterapkan prinsip histerisis di rangkaian komparator
pada pengendali On-Off. Op-Amp dalam konfigurasi umpan terbuka dapat
difungsikan sebagai komparator. Rangkaian komparator Op-Amp
membandingkan tegangan sinyal yang masuk di kedua terminal masukannya.
Salah satu terminal diberi tegangan konstan sebagai tegangan referensi. Terminal
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
yang lain berfungsi sebagai masukan sinyal luar misalnya dari sensor atau
transduser elektronik. Terdapat dua jenis komparator Op-Amp yaitu komparator
non-inverting dan komparator inverting. Komparator inverting memiliki prinsip
yang sama dengan komparator non-inverting hanya saja terminal masukan dan
keluarannya berkebalikan. (Tadeus dkk, 2017)
Amplifier operrasional memiliki dua kaki ambungan input dan output.
Tidak teeradapat sambungan langsung ke common. Sebagian besar (namun tidak
semua) amplifieer operasional membutuhkan sumber simetris (biasanya +- 5 V
hingga +- 15V). Hal ini memungkinkan tegangan output untuk berayun ke arah
positif (diatas 0 V) dan kearah negatif (dibawah 0 V).
Karakteristik amplifier operasional “ ideal “ :
a. Gain tegangan loop-terrbuka harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
b. resistansi input harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
c. resistansi output harus sangat rendah (idealnya nol).
d. bandwicth daya-penuh harus selebar mungkin.
e. slew-rate harus sebesar mungkin.
f. offset input harus sekecil mungkin.
g. rasio penolakan mode-beersama harus sebesar mungkin.
Karena amplifer operasional tersebut “ ideal “, maka dapat disimpulkan:
a. resistansi input (yaitu resistansi yang muncul antara terminal-terminal input
pembalik dan non-pembalik, Ric) adalah tak hingga;
b. gain tegangan loop-terbuka (yaitu rasio Vout tehadap Vin tanpa penerapan
umpan-balik) adalah tak terhingga.
Sebagai konsekuensi dari poin a dan b diatas, maka:
i) tegangan yang muncul antara input pembalik dan non-pembalik (Vic) adalah nol
ii) arus yang mengalir menuju chip (Iic) adalah nol (Iic = Vic / Iic). (Tooley, 2003)
Spesifikasi arus dan tegangan dalam op-amp:
1. Arus catu masuk (input bias current)
Sama dengan setengah dari jumlah arus terpisah yang memasuki dua teminal
masukan sebuah penguat seimbang
2. Arus pengganti masuk Iio(input offset current)
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
Adalah selisih antara arus-arus terpisah yang masuk keterminal op-amp yang
seimbang.
3. Ayunan arus pengganti masuk ∆Iio / ∆T (input offset current drift)
Adalah perbandingan peubahan arus pengganti masukan keperubahan suhu.
4. Tegangan pengganti masuk (input offset voltage)
Adalah tegangan yang harus diberikan antara terminal-terminal masuk untuk
menyeimbangkan op-amp
5. Ayunan tegangan pengganti masuk (input offset voltage drift)
Adalah perbandingan perubahan tegangan pengganti masukan keperubahan
suhu.
6. Tegangan pengganti keluar(output offset voltage)
Adalah selisih antara tegangan searah pada dua terminal keluaran (atau antara
terminal keluaran dan bumi pada o-a,p satu keluaran) kalau dua teminal masuk
dibumikan.
7. Batas ragam-umum masuk (input common-mode range)
Batas dimana penguat masih tetap linear.
8. Batas diferensial masuk (input differential range)
Sinyal selisih terbesar yang dengan aman dapat diberikan keterminal masukan
op-amp.
9. Batas tegangan keluar (output voltage range)
Ayunan tegangan terbesar yang dapat diperoleh tanpa distorsi yang bearti.
10. Lebar pita daya-penuh
Frekuensi terbesar dimana sinusoda yang ukurannya sama dengan batas
tegangan keluaran.
11. Pebandingan penolakan catu daya (power supply rejection ratio)
Adalah perubahan tegangan pengganti masuk keperubahan tegangan catu
daya bersangkutan, dengan tegangan daya lainnya tetap.
12. Laju perubahan waktu (Slew rate)
Adalah perubahan tegangan keluar penguat dalam kondisi sinyal besar.
Salah satu penggunaan op-amp adalah sebagai penguat pembalik
(inverting), yaitu penguat yang keluarannya mempunyai tanda tegangan yang
terbalik dibandingkan dengan tanda tegangan masukan. Hal ini diakibatkan oleh
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
salah satu sifat op-amp ideal adalaah bahwa resistansi maasuk tak-terhingga besa.
Akibatnya tidak ada arus masuk ke kedua terminal masuk dan semua arus hanya
akan melewati R1 dan R2. (Sutanto, 2006)
Penggunaan penguat operasional (op--amp) sangat luas, terutama pada
bagian analog. Misal penguatan sinyal audio-vidio, pada radio untuk proses
pencampuran (mixer) sinyal dan pada konverrsi sinyal diletakkan pada proses
sampling dan multiplying. Belakangan ini, penilitian dalam rangka penigkatan
kemampuan sistem digital dengan teknologi CMOS terus berjalan.
CMOS mempunyai kelebihan utama bila dibandingkan dengan bipolar,
bahwa CMOS mempunyai peluang besar dalam kemudahan pembuatan pada satu
chip.Penguat operasional atau sering disebut Op- Amp merupakan komponen
elektronika yang berfungsi untuk memperkuat sinyal arus searah (DC) maupun
arus bolak-balik (AC). Penguat operasional terdiri atas transistor, resistor dan
kapasitor yang dirangkai dan dikemas dalam rangkaian terpadu (Intregated
Circuit). Dalam penggunaannya Op-Amp dibagi menjadi dua jenis yaitu penguat
linier dan penguat tidak linier dan pada op-amp juga terdapat 2 macam input.
Semua op-amp mempunyai batasan pada jangkauan tegangan operasi
kerjanya. Batasan CMIR (common mode input range) adalah batasan skala
jangkauan tiap masukan op-amp. Di luar batasan tersebut menyebabkan keluaran
distorsi atau terpotong. Keluaran tegangan swing adalah maksimal tegangan
puncak keluaran op-amp dapat hasilkan sebelum tegangan terpotong. Tegangan
ini tergantung tegangan kerja op-amp (VDD atau VSS). Slew rate (SR) adalah
maksimal kemiringan (slope) tegangan keluaran op-amp, hal ini menentukan
kestabilan op-amp untuk masukan bentuk gelombang kotak.
Semua op-amp mempunyai batasan pada jangkauan tegangan operasi
kerjanya. Batasan CMR (common mode input range) adalah batasan skala
jangkauan tiap masukan op-amp. diluar batasan tersebut menyebabkan keluaran
distorsi atau terpotong. Keluaran tegangan swing adalah maksimal tegangan
puncak keluaran op-amp dapat hasilkan sebelum tepotong. Tegangan ini
tergantung kerja op-amp (VDD atau VSS). Slew rate (SR) adalah maksimal
kemiringan (slope) tegangan keluaran op-amp, hal ini menentukan kestabilan op-
amp untuk masukan bentuk gelombang kotak. (Purnomo.Dkk, 2013)
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN
RF
R a
LOP
-
Vi +
b
V0
analog Multimeter
design unit digital
kabel
jumper
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
Vin R1 RF Vout
0,6 10 K Ω 10 K Ω –19,5
1,9 10 K Ω 10 K Ω –19,6
14,3 10 K Ω 10 K Ω –19,2
13,9 10 K Ω 10 K Ω –19,5
15,0 10 K Ω 10 K Ω –19,4
Asisten Praktikan
𝐾Ω
a. 𝑉𝑜𝑢𝑡 1 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 0,6 = −0,6 V
𝐾Ω
b. 𝑉𝑜𝑢𝑡 2 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 1,9 = −1,9 V
𝐾Ω
c. 𝑉𝑜𝑢𝑡 3 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 14,3 = −14,3 𝑉
𝐾Ω
d. 𝑉𝑜𝑢𝑡 4 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 13,9 = −13,9 𝑉
𝐾Ω
e. 𝑉𝑜𝑢𝑡 5 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 15,0 = −15,0
2. Menghitung % deviasi
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%𝐷 = × 100%
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(−0,6)−(−19,5)
a. % 𝐷1 = × 100%
−0,6
18,9
= −0,6 × 100% = 31,5%
(−1,9)−(−19,6)
b. % 𝐷2 = × 100%
−1,9
−17,7
= × 100% = 9,31%
−1,9
(−14,3)−(−19,2)
c. % 𝐷3 = × 100%
−14,3
4,9
= −14,3 × 100% = 0,34 %
(−13,9)−(19,5)
d. % 𝐷4 = × 100%
−13,9
5,9
= −13,9 × 100% = 0,40 %
(−15,0)−(−19,4)
e. % 𝐷5 = × 100%
−15,0
4,4
= −15,0 × 100% = 0,29 %