Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat
menguatkan sinyal dengan tingkat penguatan yang tinggi. Op-amp banyak
digunakan untuk membangun blok rangkaian yang jauh lebih kompleks. Op-amp
itu sendiri merupakan sebuah komonen yang terdiri dari banyak resistor, dioda,
dan trasistir yang dikemas dalam satu terintegritas.
Penggunaan penguat operasional (op--amp) sangat luas, terutama pada
bagian analog. Misal penguatan sinyal audio-vidio, pada radio untuk proses
pencampuran (mixer) sinyal dan pada konverrsi sinyal diletakkan pada proses
sampling dan multiplying.
Belakangan ini, penilitian dalam rangka penigkatan kemampuan sistem
digital dengan teknologi CMOS terus berjalan. CMOS mempunyai kelebihan
utama bila dibandingkan dengan bipolar, bahwa CMOS mempunyai peluang besar
dalam kemudahan pembuatan pada satu chip.
Adanya permintaan pasar yang tinggi terhadap perangkat digital, membuat
koverter analog ke digital mulai banyak dikembangkan dan terbuka pada
kecepatan, resolusi dan konsumsi daya rendah. Melihat dari arsitektur ADC
banyak membutuhkan penguat operasional (op-amp) sebagai proses penaksiran
kapasitor dan sampling-hold.
Op-amp ideal memiliki karakteristik impedansi diantara kedua kaki
masukkannya adalah tak ingga sehingga tak membebani rangkaian yang memberi
sinyal masukan, memiliki penguatan loop terbuka yang besarnya tak hingga, dan
memiliki impedansi keluaran yang sama dengan nol (0).

1.2 Tujuan
1. Menyelidiki penguatan penguatoperasi
2. Menghitung perbedaan antara tegangan input dan output
3. Mengetahui Rangkaian penguat operasi
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

BAB II

LANDASAN TEORI

Operatioanl amplifer atau disingkat op-amp merupakan salah satu


komponen analog yang popular digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian
elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering dibuat antara lain adalah
rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Op-amp pada
dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial) yang memiliki
dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti yang telah dimaklumi ada yang
dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-Amp ideal memiliki open loop
gain (penguatan loop terbuka) yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya op-
amp LM741 yang sering digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki
karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104 – 105. Penguatan yang sebesar ini
membuat op-amp menjadi tidak stabbil, dan penguatannya menjadi tidak terratur
(infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback (umpan balik negatif)
diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai
penguatan yang terukur (finite). Impedansi input op-amp ideal mestinya adalah
tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukkannya 0 (nol.)

Rangkaian penguat inverting adalah rangkaian elektronika yang berfungsi


untuk memperkuat dan membalik polaritas sinyal masukan. Keluaran sensor dan
tranduser pada umumnya mempunyai tegangan yang sangat kecil hingga mikro
volt, sehingga diperlukan penguat dengan impedansi masukan rendah. Rangkaian
penguat inverting merupakan rangkaian penguat pembalik dengan impedansi
masukan sangat rendah. Rangkaian penguat inverting akan menerima arus atau
tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau tegangan
yang lebih besar. Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input
inverting. Input non inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau
v+= 0. Karena v+ dan v- nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground,

input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground (Langi 2014:42).
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

Banyak rangkaian elektronika yang memerlukan penguatan tegangan atau


arus yang tinggi tanpa terjadi pembalikan (inversion) isyarat. Peguat op-amp pada
noninverting op-amp (tak-membalik) didesain untuk keperluan ini. Rangkain ini
dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang
tetap sefase dengan masukan. Impedansi masukan dari rangkaian ini berharga
sangat tinggi dengan nilai sekitar 100 MW. Dengan isyarat masukan dikenakan
pada terminal masukan non-inverting, besarnya penguatan tegangan tergantung
pada harga in R dan F R yang dipasang. Isyarat keluaran penguat ini diambil dari
resistor L R (biasanya berharga sekitar 35-50 W). (Santoso dkk, 2017)
Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat
menguatkan sinyal dengan tingkat penguatan yang tinggi. Op-amp banyak
digunakan untuk membangun blok rangkaian yang jauh lebih kompleks. Op-amp
itu sendiri merupakan sebuah komponen yang terdiri dari banyak resistor, dioda,
dan transistor yang dikemas dalam satu kemasan terintegrasi. Namun kita tidak
perlu membahas atau mengetahui secara detail fungsi dan cara kerja dari
komponen-komponen yang berada di dalam op-amp itu sendiri, yang terpenting
adalah kita op-amp itu sendiri, yang terpenting adalah kita op-amp itu sendiri.
Dalam skema rangkaian, op-amp biasa dilambangkan seperti tampak pada
Gambar 1.
+ Vcc

Input membalik
Input
tidakmembalik

Offsetnol1-Vccoffset nol2

Kaki-kaki utama yang terdapat pada op-amp terdiri dari kaki masukan
inverting, kaki masukan non – inverting, dan kaki keluaran. Namun karena Op –
Amp termasuk dalam kategori komponen aktif, maka Op-Amp membutuhkan
koneksi catu daya yang terdiri dari koneksi dengan tegangan positif dan negatif.
Op-amp ideal memiliki karakteristik impedansi diantara kedua kaki
masukannya adalah tak hingga sehingga tak membebani rangkaian yang memberi
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

sinyal masukan, memiliki penguatan loop terbuka yang besarnya tak hingga, dan
memiliki impedansi keluaran yang sama dengan nol. Namun pada prakteknya, tak
ada op-amp yang ideal. Di dunia nyata, karakteristik dari op-amp ideal biasanya
didekati oleh devais op-amp yang memiliki impedansi masukan yang tinggi,
penguatan tegangan yang tinggi, pita respon frekuensi penggunaan yang lebar,
dan impedansi keluaran yang rendah, sehingga bisa diasumsikan op-amp tersebut
mendekati karakteristik dari op-amp ideal. Beberapa op-amp yang umum berada
di pasaran adalah IC LM741, OP177, AD8041, TL061, TL071, dan TL081.
Beberapa jenis IC ada yang memiliki lebih dari satu op-amp diskret dalam satu
devais IC, yaitu IC TL082 dan TL084 yang masing-masing memiliki 2 dan 4.
Cara kerja op-amp secara mendasar adalah sebagai devais penguat
diferensial dengan penguatan yang tak hingga. Perbedaan sinyal masukan yang
sangat kecil pada kedua kaki masukan op-amp dapat membuat keluaran dari op-
amp langsung tersaturasi pada rangkaian op-amp yang terbuka. Hal ini
menyebabkan keluaran dari op-amp menjadi tidak linear dan tidak stabil.
Untuk membuat keluarannya menjadi stabil, dibutuhkan rangkaian umpan
balik negatif yang akan memberikan sebagian fraksi sinyal dari kaki keluaran
menuju kaki masukan inverting dari op–amp. Dengan membuat jalur umpan balik
negatif ini akan membuat sinyal yang masuk ke kaki inverting menjadi sama
dengan sinyal yang masuk ke kaki non-inverting. Dengan menggunakan asumsi
ini, maka proses analisis rangkaian pada op–amp akan menjadi mudah. Akibat
penggunaan umpan balik negatif inilah op-amp dapat bekerja sebagai penguat
sinyal. Dan untuk membuat op-amp sebagai rangkai penguat membutuhkan jalur
umpan balik negatif, yaitu rangkaian non-inverting. (Septiawan, 2015)
Op-Amp secara alami memiliki fungsi komparator (pembanding) sehingga
dapat digunakan untuk merealisasikan pengendali On-Off. Efek chattering adalah
fenomena yang sering muncul pada rangkaian komparator akibat ‘tipisnya’ batas
switching, sehingga perlu diterapkan prinsip histerisis di rangkaian komparator
pada pengendali On-Off. Op-Amp dalam konfigurasi umpan terbuka dapat
difungsikan sebagai komparator. Rangkaian komparator Op-Amp
membandingkan tegangan sinyal yang masuk di kedua terminal masukannya.
Salah satu terminal diberi tegangan konstan sebagai tegangan referensi. Terminal
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

yang lain berfungsi sebagai masukan sinyal luar misalnya dari sensor atau
transduser elektronik. Terdapat dua jenis komparator Op-Amp yaitu komparator
non-inverting dan komparator inverting. Komparator inverting memiliki prinsip
yang sama dengan komparator non-inverting hanya saja terminal masukan dan
keluarannya berkebalikan. (Tadeus dkk, 2017)
Amplifier operrasional memiliki dua kaki ambungan input dan output.
Tidak teeradapat sambungan langsung ke common. Sebagian besar (namun tidak
semua) amplifieer operasional membutuhkan sumber simetris (biasanya +- 5 V
hingga +- 15V). Hal ini memungkinkan tegangan output untuk berayun ke arah
positif (diatas 0 V) dan kearah negatif (dibawah 0 V).
Karakteristik amplifier operasional “ ideal “ :
a. Gain tegangan loop-terrbuka harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
b. resistansi input harus sangat tinggi (idealnya tidak terhingga).
c. resistansi output harus sangat rendah (idealnya nol).
d. bandwicth daya-penuh harus selebar mungkin.
e. slew-rate harus sebesar mungkin.
f. offset input harus sekecil mungkin.
g. rasio penolakan mode-beersama harus sebesar mungkin.
Karena amplifer operasional tersebut “ ideal “, maka dapat disimpulkan:
a. resistansi input (yaitu resistansi yang muncul antara terminal-terminal input
pembalik dan non-pembalik, Ric) adalah tak hingga;
b. gain tegangan loop-terbuka (yaitu rasio Vout tehadap Vin tanpa penerapan
umpan-balik) adalah tak terhingga.
Sebagai konsekuensi dari poin a dan b diatas, maka:
i) tegangan yang muncul antara input pembalik dan non-pembalik (Vic) adalah nol
ii) arus yang mengalir menuju chip (Iic) adalah nol (Iic = Vic / Iic). (Tooley, 2003)
Spesifikasi arus dan tegangan dalam op-amp:
1. Arus catu masuk (input bias current)
Sama dengan setengah dari jumlah arus terpisah yang memasuki dua teminal
masukan sebuah penguat seimbang
2. Arus pengganti masuk Iio(input offset current)
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

Adalah selisih antara arus-arus terpisah yang masuk keterminal op-amp yang
seimbang.
3. Ayunan arus pengganti masuk ∆Iio / ∆T (input offset current drift)
Adalah perbandingan peubahan arus pengganti masukan keperubahan suhu.
4. Tegangan pengganti masuk (input offset voltage)
Adalah tegangan yang harus diberikan antara terminal-terminal masuk untuk
menyeimbangkan op-amp
5. Ayunan tegangan pengganti masuk (input offset voltage drift)
Adalah perbandingan perubahan tegangan pengganti masukan keperubahan
suhu.
6. Tegangan pengganti keluar(output offset voltage)
Adalah selisih antara tegangan searah pada dua terminal keluaran (atau antara
terminal keluaran dan bumi pada o-a,p satu keluaran) kalau dua teminal masuk
dibumikan.
7. Batas ragam-umum masuk (input common-mode range)
Batas dimana penguat masih tetap linear.
8. Batas diferensial masuk (input differential range)
Sinyal selisih terbesar yang dengan aman dapat diberikan keterminal masukan
op-amp.
9. Batas tegangan keluar (output voltage range)
Ayunan tegangan terbesar yang dapat diperoleh tanpa distorsi yang bearti.
10. Lebar pita daya-penuh
Frekuensi terbesar dimana sinusoda yang ukurannya sama dengan batas
tegangan keluaran.
11. Pebandingan penolakan catu daya (power supply rejection ratio)
Adalah perubahan tegangan pengganti masuk keperubahan tegangan catu
daya bersangkutan, dengan tegangan daya lainnya tetap.
12. Laju perubahan waktu (Slew rate)
Adalah perubahan tegangan keluar penguat dalam kondisi sinyal besar.
Salah satu penggunaan op-amp adalah sebagai penguat pembalik
(inverting), yaitu penguat yang keluarannya mempunyai tanda tegangan yang
terbalik dibandingkan dengan tanda tegangan masukan. Hal ini diakibatkan oleh
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

salah satu sifat op-amp ideal adalaah bahwa resistansi maasuk tak-terhingga besa.
Akibatnya tidak ada arus masuk ke kedua terminal masuk dan semua arus hanya
akan melewati R1 dan R2. (Sutanto, 2006)
Penggunaan penguat operasional (op--amp) sangat luas, terutama pada
bagian analog. Misal penguatan sinyal audio-vidio, pada radio untuk proses
pencampuran (mixer) sinyal dan pada konverrsi sinyal diletakkan pada proses
sampling dan multiplying. Belakangan ini, penilitian dalam rangka penigkatan
kemampuan sistem digital dengan teknologi CMOS terus berjalan.
CMOS mempunyai kelebihan utama bila dibandingkan dengan bipolar,
bahwa CMOS mempunyai peluang besar dalam kemudahan pembuatan pada satu
chip.Penguat operasional atau sering disebut Op- Amp merupakan komponen
elektronika yang berfungsi untuk memperkuat sinyal arus searah (DC) maupun
arus bolak-balik (AC). Penguat operasional terdiri atas transistor, resistor dan
kapasitor yang dirangkai dan dikemas dalam rangkaian terpadu (Intregated
Circuit). Dalam penggunaannya Op-Amp dibagi menjadi dua jenis yaitu penguat
linier dan penguat tidak linier dan pada op-amp juga terdapat 2 macam input.
Semua op-amp mempunyai batasan pada jangkauan tegangan operasi
kerjanya. Batasan CMIR (common mode input range) adalah batasan skala
jangkauan tiap masukan op-amp. Di luar batasan tersebut menyebabkan keluaran
distorsi atau terpotong. Keluaran tegangan swing adalah maksimal tegangan
puncak keluaran op-amp dapat hasilkan sebelum tegangan terpotong. Tegangan
ini tergantung tegangan kerja op-amp (VDD atau VSS). Slew rate (SR) adalah
maksimal kemiringan (slope) tegangan keluaran op-amp, hal ini menentukan
kestabilan op-amp untuk masukan bentuk gelombang kotak.
Semua op-amp mempunyai batasan pada jangkauan tegangan operasi
kerjanya. Batasan CMR (common mode input range) adalah batasan skala
jangkauan tiap masukan op-amp. diluar batasan tersebut menyebabkan keluaran
distorsi atau terpotong. Keluaran tegangan swing adalah maksimal tegangan
puncak keluaran op-amp dapat hasilkan sebelum tepotong. Tegangan ini
tergantung kerja op-amp (VDD atau VSS). Slew rate (SR) adalah maksimal
kemiringan (slope) tegangan keluaran op-amp, hal ini menentukan kestabilan op-
amp untuk masukan bentuk gelombang kotak. (Purnomo.Dkk, 2013)
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan


3.1.1 Peralatan dan Fungsi
1. Multimeter Digital
Fungsi: mengukur arus, tegangan dan juga resistansi.
3. Analog desaign unit
Fungsi: Membawa informasi yang mengubah sinyal gelombang.
4. Jumper
Fungsi: Untuk menghubungkan atau memutuskan hubngan pada
sirkuit.

3.1.2 Bahan dan Fungsi


1. OP-AMP Characteristics board
Fungsi: Untuk memperkuat sinyal arus searah (DC) maupun arus
bolak-balik (AC).
2. Resistor 10 KΩ
Fungsi: Untuk pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian.

3.2 Prosedur Percobaan


1. Disusun rangkaian seperti gambar dibawah. Gunakan R = 10 KΩ, Rf = 10
KΩ. .
2. Dihubungkan Power supply dari Analog Design Unit ke OP-AMP
Characteristics board.
3. Dinyalakan Power ON pada OP-AMP Characteristics board.
4. Dilakukan pengaturan offset nol dengan memutar potensio sehingga
tegangan output yang terbaca pada voltmeter V = 15 v.
5. Diukur tegangan Output(Vo) menggunakan Multimeter Digital.
6. Dicatat hasil pengukuran tersebut.
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

7. Diulangin langkah Percobaan no 3- 6 dengan memvariasikan tegangan


dari 8,9,10,11,12,13,14 Volt.
8. Disusun kembali alat-alat praktikum ke keadaan semula.

RF

R a

LOP
-
Vi +
b
V0

3.3 Gambar Percobaan

analog Multimeter
design unit digital

kabel
jumper

OP-AMP Characteristic board


LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto. 2006. Rangkaian Elektronika. Depok: Universitas Indonesia (UI-Press).


Hal: 114 – 115, dan 118.
Tooley, michael. 2003. Rangkaian Elektronika Prinsip dan Aplikasi. Jakarta:
Erlangga.
Hal: 141, 145, dan 147.
Santoso, Lilik Hari. Dkk. 2017. “Perancangan Dan Pembuatan Temperature
Transmitter Menggunakan Operational Amplifier (Op-Amp) IC LM741“.
Jurnal TrendTech . Jawa Barat: Volume-2/Nomor-3, 2017. Diakses 21
September 2019.
Hal: 1 – 3.
Septiawan, Reza Rendian. 2015. “Penguat Inverting, Non-Inverting, dan
Comparator dengan Histeresis“. Diakses 21 September 2019.
Hal: 1 – 3
Tadeus, Dista Yoel. Dkk. 2017. “Realisasi Pengendali On-Off Histerisis Dengan
OperationalAmplifier (Op-Amp)“. Gema Teknologi. Vol. 19 No. 4 Periode
Oktober 2017 - April 2018. Diakses 21 September 2019.
Hal: 1 – 3.
Purnomo, Joko. Dkk. 2015. “Disain Penguat Operasional (Op-Amp) Dua Stage
UntukAplikasi Adc Sigma Delta (∑∆) Dengan Kecepatan Tinggi
Menggunakan Cmos Teknologi AMS 0,35 µm“. Academia Edu. Vol. 1
No.7, 2016. Diakses 22 September 2019.
Hal: 1 – 6.

Medan, 25 September 2019


Asisten Praktikan

(RANGGA) (Sheila Antika Pratiwi)


LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

Vin R1 RF Vout

0,6 10 K Ω 10 K Ω –19,5

1,9 10 K Ω 10 K Ω –19,6

14,3 10 K Ω 10 K Ω –19,2

13,9 10 K Ω 10 K Ω –19,5

15,0 10 K Ω 10 K Ω –19,4

Medan, 25 september 2019

Asisten Praktikan

(Rangga) (Sheila Antika Pratiwi)


LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

4.2 Analisis Data


1. Menghitung tegangan Vout secara teori
𝑅𝐹
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ( ) × 𝑉𝑖𝑛
𝑅𝑖

𝐾Ω
a. 𝑉𝑜𝑢𝑡 1 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 0,6 = −0,6 V
𝐾Ω
b. 𝑉𝑜𝑢𝑡 2 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 1,9 = −1,9 V
𝐾Ω
c. 𝑉𝑜𝑢𝑡 3 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 14,3 = −14,3 𝑉
𝐾Ω
d. 𝑉𝑜𝑢𝑡 4 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 13,9 = −13,9 𝑉
𝐾Ω
e. 𝑉𝑜𝑢𝑡 5 = − (10
10 𝐾 Ω
) × 15,0 = −15,0

2. Menghitung % deviasi
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
%𝐷 = × 100%
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

(−0,6)−(−19,5)
a. % 𝐷1 = × 100%
−0,6
18,9
= −0,6 × 100% = 31,5%
(−1,9)−(−19,6)
b. % 𝐷2 = × 100%
−1,9
−17,7
= × 100% = 9,31%
−1,9
(−14,3)−(−19,2)
c. % 𝐷3 = × 100%
−14,3
4,9
= −14,3 × 100% = 0,34 %
(−13,9)−(19,5)
d. % 𝐷4 = × 100%
−13,9
5,9
= −13,9 × 100% = 0,40 %
(−15,0)−(−19,4)
e. % 𝐷5 = × 100%
−15,0
4,4
= −15,0 × 100% = 0,29 %

3. Membandingan nilai Vout teori dengan Vout praktek


LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 ; 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘


a. Vout 1 = (-0,6) : (-19,5)
= 0,030 : 1
= 30 × 10-3 : 1
b. Vout 2 = (-1,9) : (-19,6)
= 0,096 : 1
= 96 × 10-3 : 1
c. Vout 3 = (-14,3) : (-19,2)
= 0,745 : 1
= 745 × 10-3 : 1
d. Vout 4 = (-13,9) : (-19,5)
= 0,71) : 1
=71 × 10-2 : 1
e. Vout 5 = (-15,0) : (-19,4)
= 0,773 : 1
=733 × 10-3 : 1
LABORATORIUM FISIKA GELOMBANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan, Medan-20155

Anda mungkin juga menyukai