Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang sebagai suatu istilah
yang berkaitan dengan bidang yang dipengaruhi oleh pendidikan,
kemampuan, dan keahlian. Tetapi keahlian yang diperoleh dari pendidikan
saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang besikap profesional pada
profesi yang diambilnya. Dalam menjadi seorang yang profesional,
diperlukan pemahaman secara teori yang mendalam mengenai hal yang akan
dikerjakan di bidang profesi yang diambil dan juga penguasaan akan
tindakan-tindakan (praktek) yang akan dilakukan dalam bidang profesi yang
akan dikerjakan. Sejalan dengan itu, menurut De George, timbul
kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan
istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang
yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara
atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode
etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang
diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional
paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat. Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.
Empat asas etis, yaitu : Menghargai harkat dan martabat, Peduli dan
bertanggung jawab, Integritas dalam hubungan , dan Tanggung jawab
terhadap masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Dari Etika Profesi Dan Kode Etik Profesi?
2. Apa Saja Macam Organisasi Profesi Di Indonesia?
3. Bagaimana Contoh Pelanggaran Kode Etik Profesi Di Indonesia Dan
Bagaimana Cara Menanganinya?
1.3 Tujuan Kode Etik Profesi
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Profesi Dan Kode Etik Profesi


Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang
bearti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga
dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang diperoleh dari
lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu
profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri
mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang
dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.
Etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan
pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa
kewajiban terhadap masyarakat.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan kode etik profesi. Adapaun prinsip-prinsip etika profesi
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Tanggung Jawab
Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
suatu pekerjaan dan juga terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga
memiliki tanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari
profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan
keadilan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan
harus diberikan kepada siapa saja yang berhak.
3. Prinsip Otonomi
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya, seorang
profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam
diri seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam menjalankan
profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen
pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan
masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa
yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
professional.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang
pekerjaan tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau
konsumen. Konsep etika tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-
pihak yang berada di lingkup kerja tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik
dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan, dan profesi lainnya.
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para
pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak
etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik
profesi:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa
dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti
tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
2.2 Organisasi Profesi Di Indonesia
Organisasi profesional adalah suatu organisasi, yang biasanya
bersifat nirlaba, yang ditujukan untuk suatu profesi tertentu dan bertujuan
melindungi kepentingan publik maupun profesional pada bidang tersebut.
Organisasi profesional dapat memelihara atau menerapkan
suatu standar pelatihan dan etika pada profesi mereka untuk melindungi
kepentingan publik. Banyak organisasi memberikan sertifikasi
profesional untuk menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualifikasi
pada suatu bidang tertentu. Kadang, walaupun tidak selalu, keanggotaan
pada suatu organisasi sinonim dengan sertifikasi.
NO PROFESI ORGANISASI
1 DOKTER IDI (IKATAN DOKTER INDONESIA)
2 GURU PGRI ( PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA )
3 AKUNTAN IAI ( IKATAN AKUNTAN INDONESIA )
4 INSINYUR PII ( PERSATUAN INSINYUR INDONESIA )
5 WARTAWAN PWI ( PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA )
6 ADVOKAT PERADI (PERHIMPUNAN ADVOKAT INDONESIA)
7 ARKEOLOGI IAAI (IKATAN AHLI ARKEOLOGI INDONESIA )
8 PUSTAKAWAN IPI ( IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA )
9 DLL

2.3 Pelanggaran Kode Etik Profesi Di Indonesia


1. Wartawan
Contoh kasus adalah wartawan kerap kali menyebarkan berita
tanpa dikonfirmasi dulu kebenaran berita yang disebarkan (HOAX).
Selain itu berita diperlengkap dengan menampilkan ilustrasi gambar-
gambar yang keterangannya tidak lengkap (tanggal,sumber,dll).
Contoh kasusnya adalah penyebaran berita mengenai virus corona
yang banyak tidak terbukti kebenarannya.
Efek dari penyebaran berita-berita ini adalah terpengaruhnya
masyarakat dan dapat menciptakan perpecahan antar masyarakat. jadi
solusi dari hal ini adalah sebaik nya wartawan sebelum menyiarkan
berita atau memposting berita harus di pastikan dulu kebenarannya
dengan menanyakan pendapat para ahli dan survei langsung ke tempat
kejadian perkara. Selain itu masyarakat juga harus pandai memilih dan
mempercayai berita dengan mencari tahu dulu kebenarannya.
2. Dokter
Contoh kasus adalah melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
menghentikan kehamilan seseorang yang tidak sesuai dengan UU yang
berlaku ( aborsi ). Efek yang ditimbulkan dari hal ini adalah adanya
kemungkinan hilangnya nyawa bayi ataupun pasien yang ingin
melakukan aborsi tersebut. Seharusnya dokter tersebut memberikan
konseling/bimbingan kepada pasien tentang bahaya aborsi. Dan
seharusnya bagi dokter yang melakukan hal ini harus di berikan
hukuman sesuai dengan UU yang berlaku seperti penjara ataupun
mencabyut gelar/lisensi dokternya.
3. Akuntansi
Contoh kasusnya adalah seorang akuntan seringkali membuat data
hasil pelaporan yang tidak sesuai. Dalam hal ini adalah penulisan
jurnal untuk pemasukan dan pengeluaran yang tidak sinkron dan sesuai
dengan data. Hal ini jika terus berlanjut dapat membuat perusahaan
menjadi bangkrut. Untuk mencegah hal ini solusinya adalah setiap data
pemasukan atau pengeluaran yang diajukan harus memiliki bukti (
setiap transaksi harus ada bukti kwitansi yang mendukung ) agar
laporan tersebut dapat di pertanggungjawabkan keasliannya.
4. Advokat
Contoh kasusnya adalah pengacara seringkali melakukan
penyuapan, pemutarbalikan fakta, jual beli perkara hanya agar dapat
memenangkan suatu kasus. Pengacara yang harusnya bersikap jujur
malah melakukan hal-hal yang melanggar sumpah kode etik
profesinya. Hal ini jika dibiarkan akan membuat citra advokat di mata
masyarakat semakin menurun ditambah lagi ketidakpercayaan
masyarakat terhadap para advokat. Pengacara yang melakukan kasus
ini harus ditindak lanjuti secara tegas sesuai UU yang berlaku dan
menarik hak lisensi advokatnya.

Anda mungkin juga menyukai