Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektronika

Oleh:

Nama : Nur Izzah Afkarina


NIM : 221710201032
Kelas : Elektronika - A
I (Pengenalan Beberapa Alat Ukur dan
Acara :
Komponen Elektronika
Asisten: Refi Zullia Fardani

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI, DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam keteknikan pertanian, elektronika juga sangat dibutuhkan. Terutama
dalam pengukuran elektronik ketika menciptakan suatu alat otomatis. Pengukuran itu
sendiri sangat penting dalam pengerjaan elektronika. Suatu alat ukur dalam instrumen
ketika digunakan seharusnya tidak menghambat sistem atau variabel yang diukur.
Pada praktikum acara 1 ini dilakukan pengenalan pada beberapa alat pengukuran,
seperti amperemeter, voltmeter, ohmmeter, dan lain sebagainya. Pada besaran dan
satuan elektronika telah ada standarisasi simbol dan satuan internasional yang erat
kaitannya dengan perhitungan-perhitungan kelistrikan (Listiyarini, 2018). Selain itu
pada praktikum acara 1 dikenalkan dengan rangkaian Jembatan Wheatstone. Dalam
praktikum ini peralatan yang digunakan sangat terbatas, maka dari itu penggunaan alat
ukur digunakan secara bergantian dengan kelompok lain. Serta menggunakan metode
yang tepat dalam pekerjaan pengukuran dan mengetahui range dan batasan alat ukur.
Dilaksanakannya praktikum ini dapat membantu mahasiswa teknik pertanian
mengenal dan mengetahui tentang alat-alat elektronika. Terutama pada alat-alat
pengukuran elektronika yang sangat dibutuhkan ketika ingin menciptakan suatu alat
otomatis untuk pertanian. Sehingga mahasiswa yang berminat untuk mengambil
peminatan enotin sangat terbantu dengan adanya praktikum ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka diajukan perumusan
masalah penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana cara mengukur dan membaca resistor?
2. Bagaimana cara membaca dan mengukur rangkaian seri?
3. Bagaimana cara membaca dan mengukur rangkaian paralel?
4. Bagaimana cara mengukur arus DC?
5. Bagaimana cara mengukur tegangan DC?
6. Bagaimana sifat atau karakteristik sensor sushu?
7. Bagaimana sifat atau karakteristik sensor cahaya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan dalam
praktikum ini sebagai berikut.
1. Mengetahui cara mengukur dan membaca resistor.
2. Mengetahui cara membaca dan mengukur rangkaian seri.
3. Mengetahui cara membaca dan mengukur rangkaian parallel.
4. Mengukur cara mengukur arus DC.
5. Mengukur cara mengukur tegangan DC.
6. Mengetahui sifat atau karakteristik sensor suhu.
7. Mengetahui sifat atau karakteristik sensor cahaya.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sebagai salah satu laporan
pengenalan alat ukur dan komponen elektronika.
2. Bagi pemerintah, dijadikan salah satu acuan penyusunan kebijakan mengenai
laporan pengenalan alat ukur dan komponen elektronika.
3. Bagi masyarakat, untuk salah satu referensi dalam mengenal alat ukur dan
komponen elektronika serta mengetahui sifat konduktor papan projek, sensor cahaya
dan temperatur.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Besaran dan Satuan Ukur Elektronika


Pada besaran dan satuan elektronika telah ada standarisasi simbol dan satuan
internasional yang erat kaitannya dengan perhitungan-perhitungan kelistrikan
(Listiyarini, 2018). Berikut ini merupakan sedikit penjelasan tentang besaran
elektronika.
2.2.1 Tegangan
Tegangan (potensial listrik) merupakan suatu beda potensial antara dua titik
yang memiliki perbedaan jumlah muatan listrik (Listiyarini, 2018). Menurut teori
elektron, sebuah benda akan bermuatan positif jika jumlah Proton lebih besar dari
jumlah elektron. Dan sebaliknya, jika jumlah elektron lebih besar dari jumlah proton
maka benda tersebut bermuatan negatif. Adanya perbedaan muatan akan
mengakibatkan terjadinya perpindahan muatan diantara keduanya. Perubahan energi
ini akan terjadi terus menerus selama masih terdapat perbedaan potensial (muatan).
Perbedaan potensial listrik dapat terjadi jika memberikan tekanan listrik dari suatu
pembangkit listrik.
Baterai atau generator dapat bertindak sebagai pemacu perbedaan diantara dua
titik sehingga disebut sebagai sumber tegangan. Satuan SI dari tegangan atau potensial
listrik ialah volt (V). Satu volt merupakan perubahan energi sebesar satu joule yang
dialami oleh satu coulomb. Secara matematis tegangan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

V= W V= W
Q atau
I×t
Keterangan :
V = tegangan (Volt)
W = energi listrik (Joule)
Q = muatan listrik (Coulomb)
I = kuat arus listrik (Ampere)
t = waktu (detik/second)

2.2.2 Arus
Arus listrik merupakan jumlah muatan yang bergerak melalui penampang suatu
penghantar listrik setiap satuan waktu yang dinyatakan dengan I dan waktu t
(Listiyarini, 2018). Maka dari itu didapatkan bahwa rumus untuk menentukan arus
listrik sebagai berikut.

Q
I=
t
Keterangan :
I = kuat arus listrik (Ampere)
Q = muatan listrik (Coulomb)
t = waktu (detik/second)
Jika terdapat beban di dalam suatu rangkaian tertutup, maka arus listrik akan
mengalir. Rangkaian tertutup sendiri merupakan rangkaian yang seluruh bagiannya
(beban, penghantar, saklar) terhubung dengan sumber listrik (Listiyarini, 2018).
Berikut ini merupakan rangkaian tertutup yang diperlihatkan pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Rangkaian tertutup

Elektron akan mengalir dari arah potensial rendah (kutub negatif) ke potensial
tinggi (kutub positif). Sedangkan pada arus listrik akan mengalir (sesuai konvensi) dari
potensial tinggi (kutub positif) ke potensial rendah (kutub negatif). Dapat disimpulkan
bahwa aliran arus listrik berbanding terbalik dengan arah aliran elektron. Ilustrasinya
dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.2 Arah aliran arus listrik dan elektron pada rangkaian tertutup

Berdasarkan jenisnya, arus listrik dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Arus searah (Direct Current/DC)
Arus searah merupakan arus listrik yang mengalir dengan arah dan besar yang
tetap/konstan. Terdapat banyak macam sumber arus searah, misalnya elemen volta,
accumulator, termo elemen, photo electric cell dan lain sebagainya (Listiyarini,
2018).
2. Arus listrik bolak-balik (Alternating Current/AC)
Arus AC merupakan suatu rangkaian arus dimana tegangan arahnya yang berubah-
ubah dengan suatu irama/ritme tertentu. Maka dari itu arah dan besarnya arus AC
selalu berubah-ubah pula. Arus listrik bolak-balik bisa disimbolkan dengan ~.
Meskipun besarnya arus listrik akan selalu berubah, namun arah arus listrik tersebut
akan tetap konstan.

2.2.3 Hambatan
Hambatan atau resistensi dapat diartikan sebagai kemampuan menghambat
listrik. Besar suatu resistensi yang ada pada suatu penghantar yang panjangnya 1 m dan
luas penampangnya 1 mm² disebut resistivitas (Listiyarini, 2018). Logam memiliki
hambatan (resistensi) sebab logam mampu menghantarkan arus listrik. Jika logam
memiliki elektron yang sulit bergerak maka logam tersebut mempunyai resistensi yang
besar. Dan sebaliknya, jika logam memiliki elektron yang mudah bergerak atau mudah
menghantarkan listrik maka resistensi yang dimiliki kecil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya resistensi adalah sebagai berikut.
1. Resistivitas (hambat jenis penghantar)
Semakin kecil resistivitas sebuah penghantar maka semakin baik karena
resistensinya semakin kecil.
2. Panjang penghantar
Semakin panjang suatu penghantar maka resistensinya semakin besar pula. Jadi
besar panjang penghantar berbanding lurus dengan besar resistensi/hambatan.
3. Luas penampang penghantar
Semakin besar luas penampang penghantar, maka semakin kecil hambatan
(resistensi) penghantar tersebut yang berarti arus yang dialirkan semakin besar.
4. Suhu/temperatur
Jika suatu penghantar mendapat perubahan temperatur baik itu naik ataupun turun
maka resistensinya juga ikut berubah.
Secara matematis resistensi dapat dirumuskan sebagai berikut.

R= l×
A
Keterangan :
R = resistensi (ohm)
l = panjang penghantar (meter)
A = luas penampang penghantar (mm²)

(rho) = resistivitas/hambat jenis (ohm meter)


2.2 Multimeter Digital
Dalam bidang elektronika alat ukur yang sering digunakan yaitu multimeter
atau avometer. Salah satu jenis multimeter yaitu multimeter digital, dimana multimeter
ini mendapatkan hasil pengukuran langsung dalam bentuk angka yang tampil pada
layar display (Listiyarini, 2018). Kelebihan multimeter digital yakni memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi dan juga menghindari kesalahan pembacaan data. Penggunaan
multimeter digital pada dasarnya sama dengan penggunaan pada multimeter analog.
Hanya saja terdapat perbedaan pada cara pembacaan, dimana multimeter digital lebih
mudah dalam membaca hasil pengukuran dari pada multimeter analog (Muda, 2013).
Hasil dari pengukuran multimeter digital langsung berupa angka sehingga pada saat
pengukuran hasil yang didapat bisa langsung dibaca tanpa memerlukan perhitungan
seperti pada multimeter analog.
Namun, hasil data dari pengukuran yang didapatkan dari multimeter digital
masih konvensional, yaitu mengambil data secara manual dengan menekan tombol
'hold' untuk melihat nilai pada multimeter digital tersebut. Alat ukur multimeter digital
yang dapat menyimpan data hasil pengukuran yaitu multimeter tipe PC720M (Yusuf
dkk., 2021). Dalam alat ukur ini dirancang multimeter digital yang dilengkapi dengan
data logger.
Cara pengoperasian multimeter digital tidak sama dengan multimeter analog
yang menggunakan jarum. Multimeter digital tidak menggunakan jarum dalam
menampilkan hasil pengukuran, melainkan menggunakan display yang langsung dapat
menampilkan hasil pengukuran berupa angka (Muda, 2013:04). Bentuk dari multimeter
digital lebih kecil dari pada multimeter analog dan tidak perlu melakukan kalibrasi lagi
sebelum melakukan pengukuran. Menurut Muda, (2013:05) adapun bagian-bagian dari
multimeter digital adalah sebagai berikut.
1. Layar Digital : digunakan untuk menunjukkan besarnya hasil pengukuran secara
langsung.
2. Range Selector : digunakan untuk memilih posisinya pengukuran dan sebagai
saklar on-off.
3. Kabel Merah (Plus) dan Kabel Hitam (Minus) : digunakan sebagai media
penghubung antara alat ukur dengan komponen yang di uji.

Gambar 2.1 Multimeter digital

2.3 Power Supplay DC


Power supply merupakan perangkat yang bekerja untuk mengalirkan arus listrik
ke komponen-komponen atau periferal komputer berupa tegangan DC atau arus searah
(Setiyaningsih, 2023). Power supply berbentuk kotak yang dimana terdapat kabel
menjulur keluar serta ujung kabel yang memiliki konektor, dan power supply terletak
pada casing komputer bagian belakang. Power supply bermanfaat untuk mengubah
input tegangan AC atau arus bolak-balik menjadi tegangan DC/arus searah agar
komputer dapat bekerja. Power supply DC ialah pencatu daya yang menyediakan
tegangan ataupun arus listrik dalam bentuk serta memiliki polaritas yang tetap yaitu
positif dan negatif untuk bebannya (Putra & Herlambang, 2017:15).
Kelebihan dari Power supply DC yaitu: 1) Ringan; 2) Tingkat efisensi dari 70%
- 90%; 3) Jika temperatur kerja lebih dingin, maka rancangan yang dipusatkan lebih
handal; 4) Isolasi dan transien > 60 DB, sedangkan kekurangan dari power supply DC
antara lain: 1) Sering memperoleh tegangan kerut; 2) RFI/Radio Frequency
Interference perlu penapis yang baik; 3) Regulasi yang kurang baik.
Menurut Putra & Herlambang (2017:15-16) power supply DC dibagi menjadi
2 jenis, adapun jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut.
1. AC to DC Power Supply
Dimana alat ini mengubah sumber tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang
dibutuhkan oleh peralatan elektronika.
2. Linear Regulator
Dimana alat ini mengubah tegangan DC yang berfluktuasi menjadi konstan dan
biasanya menurunkan tegangan DC input.

Gambar 2.2 Power supply DC

2.4 Project Board


Project board ialah dasar konstruksi sebuah sirkuit elektronik serta merupakan
prototipe dari suatu rangkaian elektronik (Anggraini, 2019:179). Saat ini project board
disebut juga sebagai papan tempat merangkai komponen. Dalam merangkai suatu
komponen di papan ini , maka tidak memerlukan proses menyolder. Project board dapat
digunakan atau di prototipe kan oleh berbagai sistem elektronik, mulai dari sirkuit
analog hingga digital kecil.
Kelebihan dari penggunaan project board antara lain: 1) Tidak menyolder
rangkaian yang akan dirakit; 2) Mudah dirakit dan bisa bongkar pasang. Kekurangan
dari penggunaan project board antara lain: 1) Terbatasnya suatu rangkaian yang dirakit
di project board untuk bekerja pada frekuensi yang tinggi; 2) Sensitif terhadap
komponen analog, misalnya penggunaan sensor; 3) Dapat menambah induktansi yang
dapat merusak rangkaian yang dirakit.
Project board memiliki lubang yang saling terhubung dengan lubang lainnya,
dan dibagian bawah lubang terdapat konduktor listrik logam khusus. Konduktor logam
berguna untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang dirakit. Di dalam project board
terdapat jalur yang memiliki warna, fungsi dari warna pada masing-masing jalur antara
lain:
1. Jalur berwarna merah pada project board berfungsi sebagai jalur tegangan DC (+)
2. Jalur berwarna biru pada project board berfungsi sebagai jalur tegangan GND (-)

Gambar 2.3 Project board

2.5 Resistor Linier


Salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai pengatur serta
penghambat listrik ialah resistor. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang
digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian (Arifin
dkk., 2016). Besaran satuan dari resistor yaitu ohm (Ω) yang dimana lambang dari
resistor ialah R. Rumus untuk mencari resistor (hambatan) yaitu V/I [tegangan/arus].
Resistor linier merupakan resistor yang memiliki kurva hubungan tegangan-
arus yang linier. Hambatan (resistor) ini bekerja sesuai dengan hukum Ohm dan
memiliki sifat tahanan yang tetap. Resistor linier dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut.
1. Resistor tetap, dimana nilai resistansinya tidak dapat dirubah.
2. Resistor variabel, dimana nilai resistansinya bergantung dalam penggunaan
"kontroler"nya.
Cara pembacaan dan mengetahui nilai pada resistor yaitu dengan gelang warna
yang ada pada resistor. Berikut ini merupakan tabel warna-warna yang terdapat di
tubuh resistor sera cara pembacaan dan mengetahui nilai dari sebuah resistor.
1

Gambar 2.5 Resistor dan warna resistor, cara pembacaan dan


mengetahui nilai resistor

2.6 Resistor Non Linier


Resistor non linear merupakan resistor yang dimana nilai hambatannya dapat
berubah-ubah oleh suatu keadaan. Nilai dari resistor ini dapat berubah dengan
sendirinya, apabila terdapat suhu, cahaya, ataupun tegangan listrik yang
mempengaruhinya (Kurniawan, 2014). Maka dari nilai dari resistor ini tidak merata
(non linear), dengan demikian nilai dapat berubah secara drastis.
2.6.1 Thermistor
Sebuah resistor non linear yang memiliki nilai tahanan ata resistensi yang dapat
berubah karena pengaruh temperatur atau suhu disebut thermistor. Salah satu resistor
non linear ini ialah thermistor AC mobil, dimana sistem kerjanya yaitu dengan cara
membaca berapa derajat suhu yang ada pada evaporator yang kemudian diubah
menjadi tahanan pada thermistor (Harianto dkk., 2017:48). Terdapat dua jenis
thermistor antara lain:
1. Koefisien temperatur positif. Dimana thermistor ini akan mengalami kenaikan nilai
tahanan jika terjadi kenaikan suhu, biasanya dikenal sebagai PTC.
2. Koefisien temperatur negatif. Dimana thermistor ini akan mengalami pengurangan
nilai tahanan jika terjadi kenaikan suhu, biasanya dikenal sebagai NTC.

Gambar 2.6 Thermistor PTC dan thermistor NTC

2.6.2 Fotoresistor
Fotoresistor adala sebuah resistor yang dimana jika terkena perubahan
intensitas cahaya maka nilai resistansinya akan menurun (Rahmadiansyah dkk.,
2017:16). Jenis resistor non linear ini terbuat dari semikonduktor serta memiliki
resistensi yang tinggi. Fotoresistor dapat digunakan secara luas dalam sistem alarm
yang berdasarkan sinar, lampu jalanan dengan saklar otomatis yang akan menyala pada
keadaan gelap, dan lain sebagainya.
Menurut Rahmadiansyah dkk. (2017:16) prinsip kerja fotoresistor antara lain:
1) Cahaya/foton yang berfrekuensi tinggi akan diserap oleh semikonduktor sehingga,
elektron yang memiliki energi yang cukup akan keluar kepita konduksi; 2) Elektron
yang bebas akan menghasilkan aliran listrik, sehingga resistensinya menurun.
Fotoresistor juga bisa disebut LDR (Ligt Dependent Resistor) yang dimana ketika
berada di dalam kegelapan maka besar tahanan bisa mencapai jutaan Ohm. Sedangkan
ketika LDR berada di keadaan yang terang, maka besar tahanan akan menurun hingga
beberapa ratus Ohm.

Gambar 2.7 Fotoresistor


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Maret 2023 pukul 11.05 –
13.00 WIB di Laboratorium Instrumentasi yang terletak di Gedung G, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Komponen


Pada praktikum acara 1 menggunakan alat dan komponen sebagai berikut:
3.2.1 Alat:
a. Power supply DC
b. AVO meter digital
c. AVO meter analog
d. Project board

3.2.2 Komponen:
a. Resistor fixed (2K2Ω; 390Ω; 4K7Ω; 100KΩ; 470KΩ)
b. NTC
c. LDR
d. Connector

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembacaan dan Pengukuran Resistor
Berikut merupakan diagram alir pembacaan dan pengukuran resistor.
Mulai

Siapkan alat dan bahan

A
A

Mengambil sembarang resistor

Memposisikan pemutar AVO meter

Meletakkan pena AVO meter

Membaca hasil pengukuran

Ulangi hingga 3 kali pengulangan

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir pembacaan dan pengukuran resistor

Berikut ini merupakan penjelasan prosedur kerja pada diagram alir pembacaan
dan pengukuran resistor.
1. Mengambil sembarang resistor yang telah disiapkan.
2. Memposisikan pemutar AVO meter pada tanda Ω (Ohm) untuk melakukan
pengukuran resistor.
3. Melekatkan masing-masing pena AVO meter pada kaki resistor.
4. Membaca hasil dari pengukuran pada display dan dicatat.
5. Mengulanginya hingga dua kali dengan menggunakan resistor lain.

3.3.2 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Seri


Berikut ini merupakan diagram alir pembacaan dan pengukuran rangkaian seri.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil 2 buah resistor

Membuat koneksi pada kaki resistor

Memposisikan pemutar AVO meter

Melekatkan masing-masing pena AVO

Membaca hasil pengukuran

Mengulang kembali hingga 2×

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir pembacaan dan pengukuran resistor rangkaian seri
Berikut ini merupakan penjelasan prosedur kerja pada diagram alir pembacaan
dan pengukuran resistor rangkaian seri.
1. Mengambil 2 buah sembarang resistor yang telah ada.
2. Mencatat warna pada resistor serta menghitung besar resistensi pada setiap resistor.
3. Membuat koneksi ada salah satu kaki resistor dengan satu kaki resistor yang lain
dengan menggunakan project board.
4. Memposisikan AVO meter pada tanda OHM untuk melakukan pengukuran resistor
yang telah dirangkai.
5. Melekatkan masing-masing pena AVO meter pada 2 kaki resistor yang bebas
6. Membaca dan mencatat hasil pengukuran pada display.
7. Ulamgin hingga 2× dengan resistor lain yang berbeda.

3.3.3 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Paralel


Berikut ini merupakan gambar diagram alir pembacaan dan pengukuran
rangkaian parallel.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil 2 buah resistor

Membuat koneksi pada kaki resistor

Memposisikan pemutar AVO meter

Melekatkan masing-masing pena AVO

Membaca hasil pengukuran

Mengulang kembali hingga 2×

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir pembacaan dan pengukuran resistor rangkaian paralel
Berikut penjelasan dari diagram alir pembacaan dan pengukuran rangkaian
parallel.
1. Mengambil 2 buah resistor yang telah tersedia.
2. Mencatat warna pada masing-masing resistor.
3. Membuat koneksi pada salah satu kaki resistor dengan satu kaki resistor yang lain
dengan menggunakan project board, lakukan pada sisi lain hal yang sama
4. Memposisikan pemutar AVO meter pada tanda OHM (Ω) untuk melakukan
pengukuran resistor.
5. Melekatkan masing-masing pena AVO meter pada koneksi 2 resistor pada project
board dengan menggunakan jumper.
6. Membaca dan mencatat hasil pengukuran pada display
7. Mengulang kembali cara di atas dengan resistor yang lain.
3.3.4 Pengukuran Arus DC
Berikut ini merupakan gambar diagram alir pengukuran arus DC.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Memposisikan pemutar AVO meter

Mengambil resistor 4700 ohm

Mengkoneksikan kaki resistor

Mengkoneksikan penan negatif AVO meter

Membaca hasil pengukuran

Mengulangi dengan tegangan 9 & 12 V

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir tahapan pengukuran arus DC


Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir tahapan pengukuran arus DC.
1. Memposisikan pemutar AVO meter pada tanda Amp untuk melakukan pengukuran
arus DC.
2. Mengambil resistor 4K7Ω, dan koneksikan salah satu kaki resistor dengan sumber
tegangan +5 volt dengan menggunakan project board.
3. Mengkoneksikan kaki resistor yang bebas dengan pena positif AVO meter.
4. Mengkoneksikan pena negatif AVO meter dengan tegangan 0 volt.
5. Membaca dan mencatat hasil pengukuran yang terdapat di display.
6. Mengulangi tahapan di atas dengan mengganti sumber tegangan menjadi 9 volt dan
12 volt.
3.3.5 Pengukuran Tegangan DC
Berikut ini merupakan gambar diagram alir pengukuran tegangan DC.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Memposisikan pemutar AVO meter

Mengkoneksikan pena AVO meter

Melekatkan pena AVO meter

Membaca hasil pengukuran

Mengulang kembali sebanyak enam kombinasi

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.5 Diagram alir pengukuran tegangan DC


Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir pengukuran tegangan DC.
1. Memposisikan pemutar AVO meter pada tanda Volt untuk melakukan pengukuran
tegangan DC.
2. Mengkoneksikan pena AVO meter pada terminal power supply, pena positif diberi
tanda (✓) dan pena negatif diberi tanda (0).
3. Mencatat hasil pengukuran pada display.
4. Melakukan kembali tahapan di atas hingga sebanyak enam kombinasi.

3.3.6 Karakteristik Sensor Suhu


Berikut ini merupakan gambar diagram alir karakteristik sensor suhu.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil resistor 390 Ω

Mengkoneksikan kaki resistor

Mengkoneksikan pena positif & negatif AVO meter

Menyalakan lilin

Membaca hasil pengukuran

Mengulang dengan tegangan 12 volt

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.6 Diagram alir karakteristik sensor suhu


Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir karakteristik suhu.
1. Mengambil resistor 390Ω.
2. Mengkoneksikan salah satu kaki resistor dengan sumber tegangan +5 volt dengan
menggunakan project board.
3. Mengkoneksikan kaki resistor yang lain dengan pena positif AVO meter dan salah
satu kaki NTC.
4. Mengkoneksikan pena negatif AVO meter dengan kaki NTC yang lain dan
tegangan 0 volt.
5. Menyalakan lilin dan dekatkan NTC dengan lilin, hidupkan catu daya serta
tempatkan pemutar AVO meter pada tanda Volt DC (mengukur tegangan),
mematikan catu daya dan putar AVO meter ke tanda Ohm (mengukur tahanan).
6. Mengulang kembali tahapan (d) hingga mendapatkan 5 pengukuran.
7. Membaca dan mencatat hasil pengukuran pada display AVO meter.
8. Mengulang kembali tahapan di atas dengan mengubah tegangan menjadi 12 volt.
3.3.7 Karakteristik Sensor Cahaya
Berikut ini merupakan gambar diagram alir karakteristik sensor cahaya.
Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil resistor 390 Ω

Mengkoneksikan kaki resistor

Mengkoneksikan pena positif & negatif AVO meter

Menyalakan senter

Membaca hasil pengukuran

Mengulang dengan tegangan 12 volt

Data hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.6 Diagram alir karakteristik sensor cahaya


Berikut ini merupakan penjelasan dari diagram alir karakteristik sensor cahaya.
1. Mengambil resistor 390Ω.
2. Mengkoneksikan salah satu kaki resistor dengan sumber tegangan +5 volt dengan
menggunakan project board.
3. Mengkoneksikan kaki resistor yang bebas dengan pena positif AVO meter dan
salah satu kaki LDR.
4. Mengkoneksikan pena negatif AVO meter dengan kaki LDR yang lain dan
tegangan 0 volt.
5. Menghidupkan senter dan dekatkan ke LDR, hidupkan catu daya serta posisikan
pemutar AVO meter pada tanda Volt DC (mengukur tegangan), matikan catu daya
serta putar AVO meter ke tanda Ohm (mengukur tahanan). Ulangi hingga
mendapatkan 5 data pengukuran.
6. Membaca dan mencatat hasil pengukuran pada display AVO meter.
7. Mengulang kembali tahapan di atas dengan merubah tegangan yang tadinya +5 volt
menjadi 12 volt.

3.4 Skema Rangkaian


Berikut ini merupakan skema rangkaian pada praktikum yang telah
dilaksanakan.
Tabel 3.1 Skema rangkaian
No Keterangan Rangkaian
1. Pengukuran resistor

2. Pengukuran resistor
rangkaian seri

3. Pengukuran resistor
rangkaian paralel

4. Pengukuran arus DC

5. Pengukuran tegangan DC

6. Pengukuran karakteristik
sensor suhu

7. Pengukuran karakteristik
sensor cahaya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembacaan dan Pengukuran Warna Resistor


Adapun hasil dari praktikum yang dilaksanakan memperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Hasil pembacaan dan pengukuran warna resistor
Pembacaan
Warna Pengukuran
No kode warna Toleransi
Resistor (kOhm)
(kOhm)
1 MMME 2,2 5% 2,208
2 CHJE 10 5% 9,89
3 KUKE 470 5% 457,1

600
Resistensi (kΩ)

400 Teori
200
0 Pengukuran
(kΩ)

Gambar 4.1 Grafik hasil pembacaan dan pengukuran warna resistor

Berdasarkan dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa resistor KUKE memiliki
nilai resistansi yang sangat tinggi. Sedangkan resistor CHJE dan MMME memiliki
nilai yang rendah. Untuk resistor MMME sebenarnya memiliki nilai resistansi, namun
di dalam grafik tidak terlihat karena nilainya yang terlalu kecil dibandingkan dengan
resistor CHJE dan resistor KUKE.
Dapat kita lihat bahwa nilai resistansi dari semua resistor berbeda antara
pembacaan dan pengukuran. Hal ini disebabkan karena adanya toleransi ukuran yang
berbeda di setiap resistor serta terdapat hambatan eksternal dan internal, maka dari itu
hasil pengukuran bisa berbeda (Kiswanto, 2019). Selain itu perbedaan hasil dari
pengukuran juga dapat terjadi karena cara pemakaian alat ukur yang salah.
4.2 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Seri
Adapun hasil pengukuran dari praktikum adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil pembacaan dan pengukuran warna resistor
Warna Pengukuran
No Teori (kOhm)
Resistor (kOhm)
CHJE +
1 480 474.5
KUKE
CHJE +
2 12.2 12.05
MMME

600
Resistensi (kΩ)

400 Teori
200
0 Pengukuran
CHJE + CHJE + (kΩ)
KUKE MMME
Gambar 4.2 Garfik hasil pembacaan dan pengukuran rangkaian seri

Grafik di atas menggambarkan nilai resistansi dari sebuah rangkaian seri.


Berdasarkan dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa resistor CHJE ditambah dengan
resistor KUKE memiliki nilai resistansi yang besar. Dan nilai resistansi dari resistor
CHJE ditambah dengan MMME kecil. Menurut Rosman dkk. (2020:42) adanya
perbedaan pada setiap rangkaian seri tergantung pada besarnya nilai resistor.
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa nilai resistansi dari dua rangkaian seri
tersebut berbeda. Rangkaian seri yang dimana terdapat resistor KUKE memiliki nilai
resistansi yang sangat besar dibanding nilai resistansi dari rangkaian seri kedua. Antara
nilai pembacaan dan pengukuran resistansi memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena cara pengukuran pada resistor terdapat kesalahan, yaitu posisi pena
AVO meter kurang tepat di kaki resistor. Serta adanya hambatan eksternal dan internal
yang dapat mengurangi nilai resistansi. Rumus untuk menghitung rangkaian seri antara
lain:

R = R +R R total = jumlah nilai R1 = nilai hambatan 1


total 1 2

hambatan R2 = nilai hambatan


Keterangan:
4.3 Pembacaan dan Pengukuran Rangkaian Paralel
Berikut ini merupakan data yang diperoleh pada saat praktikum rangkaian
paralel.
Tabel 4.3 Hasil pembacaan dan pengukuran rangkaian paralel
Warna Pengukuran
No Teori (kOhm)
Resistor (kOhm)
CHKE +
1 9.169 6.71
KUKE
CHJE +
2 9.69 2.192
MMJE

15
Resistensi (kΩ)

10 Teori
5
0 Pengukuran
CHKE + CHJE + (kΩ)
KUKE MMJE
Gambar 4.3 Grafik hasil pembacaan dan pengukuran rangkaian parallel

Dapat kita lihat dari grafik di atas bahwa nilai resistansi dari dua rangkaian
paralel tersebut berbeda. Rangkaian paralel yang dimana terdapat resistor KUKE
memiliki nilai resistansi yang sangat besar dibanding nilai resistansi dari rangkaian
paralel kedua. Perbedaan tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan toleransi antar
resistor. Dan dilihat dari nilai pembacaan dan pengukuran resistansi, ternyata memiliki
nilai yang berbeda . Hal ini disebabkan karena pada saat resistor di rangkai terdapat
komponen yang dapat mengurangi nilai resistansi, misalnya project board yang dipakai
untuk merakit rangkaian paralel. Serta adanya hambatan eksternal dan internal yang
dapat mengurangi nilai resistansi. Semakin besar nilai hambatan yang dipasang maka
semakin kecil arus yang mengalir sebaliknya semakin kecil nilai hambatan yang di
pasang maka semakin besar arus yang mengalir (Rosman dkk., 2020:43). Rumus untuk
menghitung rangkaian paralel antara lain:
1 1 1
= +
R total R 1 R 2
Keterangan: R1 = nilai hambatan 1
R total = jumlah nilai hambatan R2 = nilai hambatan 2

4.4 Pengukuran Arus DC


Hasil yang didapatkan dari pengukuran adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran arus DC
Arus
Resistor Tegangan DC Arus Teori
No Pengukuran
(Ohm) (V) (mA)
(mA)
1 5.00 1.06 1.00
2 4700 9.00 1.91 1.70
3 12.00 2.55 2.30

3.00 Arus Teori


Arus (mA)

2.00 (mA)
1.00
0.00 Arus
Pengukuran
(mA)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran arus DC


Gambar 4.4 merupakan grafik dari hasil pengukuran arus DC. Berdasarkan
grafik tersebut, dapat dilihat nilai arus pada teori lebih besar dari pada nilai arus pada
pengukuran. Menurut Trian dkk. (2018) adanya perbedaan pada nilai teori dan
pengukuran bisa terjadi sebab praktikan kurang teliti dalam melakukan pengukuran
sehingga hasil yang terbaca berbeda. Dan setiap tegangan DC dinaikkan maka nilai
arus akan semakin bertambah.
Dari data yang diperoleh bahwa nilai arus pada teori lebih besar daripada nilai
arus pengukuran. Hal ini bisa saja disebabkan oleh adanya perubahan pada nilai
resistor, maka dari itu nilai arus pada pengukuran lebih kecil dibandingkan dengan arus
pada teori. Serta semakin besar tegangan DC yang digunakan maka arus DC akan
semakin bertambah. Peristiwa ini terjadi karena nilai tegangan berbanding lurus dengan
nilai arus. Rumus untuk menentukan arus listrik antara lain:
V Keterangan: V = tegangan (volt)
I= R I = arus (ampere) R = resistor (ohm)

4.5 Pengukuran Tegangan DC


Berikut ini data hasil dari pengukuran tegangan DC.
Tabel 4.5 Hasil pengukuran tegangan DC
No 0 5 -12 12 Teori Pengukuran
1 0 0
2 √ 0 12 16.58
3 0 √ 7 4.53
4 0 √ -17 -15.55
5 0 √ 5 3.45
6 0 √ 24 0.54

40
Tegangan (Volt)

20
Teori
0 Pengukuran
1 2 3 4 5 6
-20
Pengukuran Ke-

Tabel 4.5 Hasil pengukuran tegangan DC

Gambar 4.5 tersebut merupakan grafik dari hasil pengukuran tegangan DC.
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa jika pena positif AVO meter bertemu
angka positif ataupun 0, maka hasil dari pengukuran ialah positif. Sedangkan jika pena
positif AVO meter bertemu dengan angka negatif, maka hasil dari pengukuran yaitu
negatif. Menurut Trian dkk. (2018) adanya hambatan dalam dari multimeter yang
digunakan untuk mengukur nilai tegangan arus yang diukur dapat menyebabkan nilai
yang terbaca pada multimeter menjadi tidak sesuai dengan nilai pada teori.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai tegangan dari hasil
pengukuran lebih kecil dibandingkan dengan hasil perhitungan dari teori. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengurangan nilai resistansi dari sebuah resistor. Sehingga
mempengaruhi nilai tegangan. Serta ketika meletakkan pena AVO meter secara
terbalik (pena positif ke angka negatif) maka nilai tegangan DC akan negatif. Sebab
arus tidak akan mengalir jika peletakan tidak sesuai dengan aturan

4.6 Karakteristik Sensor Suhu


Berkut ini merupakan data hasil pengukuran untuk mengetahui karakteristik
sensor suhu.
Tabel 4.6 Karakteristik sensor suhu
V Sumber : Pengukuran 5 volt 12 volt
No
R1 (Ohm) Ke- V out R out V out R out
1 1 4.59 4366.1 10.42 2572.03
2 2 4.18 1988.05 9.47 1459.8
3 390 3 3.32 770.71 8.63 998.72
4 4 1.87 233 7.13 570.99
5 5 0.84 78.75 4.38 224.17

12
Tegagan (V)

10
8
6
4 5 volt
2
0 12 volt
1 2 3 4 5
Percobaan Ke-

Gambar 4.6.1 Gratifik karakteristik sensor suhu (V out )

5000
Resistor (Ohm)

4000
3000 5 volt
2000
12 volt
1000
0
2 1 3 ke-
Percobaan 4 5
Gambar 4.6.2 Garafik sensor suhu (R out)

Pada Gambar 4.6.1 menjelaskan tentang tegangan yang tersisa ketika adanya
perubahan suhu. Sedangkan pada Gambar 4.6.2 menjelaskan tentang sisa hambatan
ketika adanya perubahan suhu. Dapat dilihat bahwa jika perubahan suhu terjadi secara
terus menerus maka tegangan dan hambatan akan semakin sedikit. Semakin besar
temperatur yang diterima thermistor maka tahanan pada thermistornya semakin kecil
(Mursanto, 2016:528).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan tegangan dan
hambatan dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu. Perubahan suhu yang
dimaksud yaitu jika terjadi kenaikan suhu secara terus menerus, maka tegangan dan
hambatan akan semakin hilang. Oleh karena itu di setiap suatu rangkaian elektronik
terdapat pendingin atau kompone yang bisa menurunkan suhu yang ada.

4.7 Karakteristik Sensor Cahaya


Berkut ini merupakan data hasil pengukuran untuk mengetahui karakteristik
sensor suhu.
Tabel 4.7 Hasil pengukuran karakteristik sensor cahaya
V Sumber : Pengukuran 5 volt 12 volt
No
R1 (Ohm) Ke- V out R out V out R out
1 1 4.76 8.27 10.94 8.27
2 2 4.71 8.11 10.92 8.11
3 390 3 4.69 8 10.81 8
4 4 4.69 7.26 10.75 7.26
5 5 4.68 4.37 10.26 4.37

15
Tegangan (V)

10

5 5 volt
12 volt
0
1 2 3 4 5
Percobaan Ke-

Gambar 4.7.1 Grafik karakteristik sensor cahaya (V out)


10

Resistor (Ohm)
5
5 volt
0 12 volt
1 2 3 4 5
Percobaan Ke-

Gambar 4.7.2 Grafik karakteristik sensor cahaya (R out)

Pada Gambar 4.7.1 menjelaskan tentang tegangan yang tersisa karena adanya
cahaya. Sedangkan pada Gambar 4.7.2 menjelaskan tentang hambatan yang tersisa
karena adanya cahaya. Dapat dilihat bahwa jika terdapat cahaya yang semakin
terang/dekat pada rangkaian, maka tegangan dan hambatan akan semakin berkurang.
Nilai resistansi kedua terminal output LDR akan semakin rendah apabila intensitas
cahaya yang ditermia LDR semakin tinggi (Alim dkk., 2017:2)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan tegangan dan
hambatan juga dipengaruhi oleh adanya cahaya. Cahaya yang dimaksud bisa berupa
cahaya lilin. Jika lilin diletakkan semakin dekat dengan rangkaian, maka tegangan dan
hambatan pada rangkaian akan semakin berkurang. Namun berkurangnya tegangan dan
hambatan tidak sedrastis pada penurunan yang dipengaruhi oleh suhu. Penurunan
tegangan dan hambatan yang dipengaruhi oleh cahaya hanya akan berkurang sedikit
demi sedikit.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum pengenalan alat dan komponen
elektronika, yaitu sebagai berikut.
1. Perbedaan nilai resistansi dari semua resistor antara pembacaan dan pengukuran
disebabkan karena adanya toleransi ukuran yang berbeda di setiap resistor serta
terdapat hambatan eksternal dan internal, maka dari itu hasil pengukuran bisa
berbeda.
2. Adanya perbedaan nilai resistensi pada kedua rangkaian seri disebabkan karena
cara pengukuran pada resistor terdapat kesalahan, yaitu posisi pena AVO meter
kurang tepat di kaki resistor.
3. Semakin besar nilai hambatan yang dipasang maka semakin kecil arus yang
mengalir sebaliknya semakin kecil nilai hambatan yang di pasang maka semakin
besar arus yang mengalir akibatnya terdapat perbedaan nlai resistensi pada kedua
rangkaian paralel.
4. Nilai arus pada teori lebih besar daripada nilai arus pengukuran. Hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan pada nilai resistor, maka dari itu nilai arus pada pengukuran
lebih kecil dibandingkan dengan arus pada teori.
5. Nilai tegangan dari hasil pengukuran lebih kecil dibandingkan dengan hasil
perhitungan dari teori. Hal ini disebabkan oleh adanya pengurangan nilai resistansi
dari sebuah resistor. Sehingga mempengaruhi nilai tegangan.
6. Jika perubahan suhu terjadi secara terus menerus maka tegangan dan hambatan
akan semakin sedikit. Semakin besar temperatur yang diterima thermistor maka
tahanan pada thermistornya semakin kecil.
7. Jika terdapat cahaya yang semakin terang/dekat pada rangkaian, maka tegangan
dan hambatan akan semakin berkurang. Nilai resistansi kedua terminal output,LDR
akan semakin rendah apabila intensitas cahaya yang ditermia LDR semakin tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai pengenalan beberapa
alat ukur dan komponen elektronik perlu adanya ketelitian dalam proses merangkai.
Serta disarankan untuk lebih memerhatikan setiap komponen yang dirangkai agar tidak
terjadi kesalahan dalam proses pembacaan dan pengukuran. Sebelum memulai
praktikum hendaknya mengecek ketelitian dan keefektifan alat yang akan digunakan
terlebih dahulu. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami
materi yang terdapat di dalam modul yang telah diberiikan oleh asisten dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. I., Fauzy, M., & Anggoro, D. 2017. Pengukuran Pulse Width Modulation
sebagai Pengatur Resistansi Sensor Cahaya: Halaman 02.

Anggraini, Y. 2019. Pengembangan Trainner Traffic Light Menggunakan Arduino


Uno pada Mahasiswa Teknk Elektro Universitas PGRI Madiun. Faktor:
Jurnal Ilmiah Kependidikan. 6(3): 177-182.

Arifin, J., Zulita, L. N., & Hermawansyah, H. 2016. Perancangan Murottal Otomatis
Menggunakan Mikrokontroller Arduino Mega 2560. Jurnal Media
Infotama, 12(1).

Basri, Irma Yulia, and Dedy Irfan. 2018. 53 Sukabina Press Komponen Elektronika

Harianto, S., Setiawan, A. B., & Sari, A. P. 2017. Studi Tentang Penggunaan Metode
Scanning Pada Sistem Telemetri Pendeteksi Kerusakan Air Conditioner
Kendaraan. Elektrika: Jurnal Teknik Elektro. 1(1): 47-51.

Kiswanto P. A. A 2019. Praktikum Rangkaian Listrik II Percobaan 1 Pengukuran Nilai


Resistor. Halaman 12.

Kuriniawan, A. 2015. Pengertian Resistor Tetap Dan Non Linear - Mencester United.
(online).http://annazkurniawan15.blogspot.com/2014/08/v-
behaviorurldefaultvmlo.html. [Diakses 06 April 2023]

Listiyarini, R. 2018. Dasar Listrik dan Elektronika. Deepublish.

Martias, M. 2017. Penerapan Dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Pada Pengukuran
Komponen Elektronika. Konferensi Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi.
1(1).

Muda I. 2013. Elektronka Dasar. Cetakan 1. Malang. Penerbit Gunung Samudera.


Halaman 4-5.

Mursanto, W. B. 2016. Linersasi Thermistor NTC Menggunakan Metoda Penguat


Inverting. Jurnal Teknik Energi. 6(2): 528.

Putra, J. S. K. R., & Herlambang, I. N. 2017. Rancang Bangun Prototipe Pemisah


Barang Berdasarkan Ukuran Berbasis PLC (Doctoral dissertation, Untag
1945 Surabaya).
Rosman, A., Risdayana, R., Yuliani, E., & Vovi, V. 2020. Karakterstik Arus dan
Tegangan pada Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel dengan
Menggunakan Resistor. d'ComPutarE: Jurnal Ilmiah Information
Technology. 9(2): 42-43.

Setiyaningsih, Y. 2023. Pengertian Power Supply - Fungsi, Jenis, dan Komponennya.


(online),https://dianisa.com/pengertian-power-
supply/#:~:text=Power%20Supply%20DC%20adalah%20salah,pasokan
%20AC%20seperti%20sumber%20listrik. [Diakses 05 April 2023]

Trian Verson, T., Steffan Rafly, T., & Delpiero Nygeska, B. 2018. Dasar pengukuran.

Yusuf, M., Priyandoko, G., & Istiadi, I. 2021. Prototype Data Logger Multimeter
Digital Secara Wireless Berbasis Smartphone. JASEE Journal of
Application and Science on Electrical Engineering. 2(02): 61-74.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran arus resistor Gambar 2. Alat dan komponen

Gambar 3. Resistor Gambar 4. Power supply DC

Gambar 5. Rangkaian seri

Anda mungkin juga menyukai