JURUSAN FISIKA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
KAMPUS KETINTANG, JALAN KETINTANG, SURABAYA 60231
Telepon : +62822-6523-6762. email: fisika@unesa.ac.id, Laman: https://fisika.fmipa.unesa.ac.id
ABSTRAK
Pada percobaan ini dengan judul “Alat Ukur Listrik” dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis nilai tegangan saat diukur menggunakan multimeter analog dan multimeter
digital, menganalisis nilai kuat arus listrik saat diukur dengan multimeter analog,
menganalisis besar perbandingan nilai hambatan dengan cara pembacaan gelang warna pada
resistor dan pengukuran secara langsung dengan menggunakan multimeter analog dan
multimeter digital, menganalisis arah arus pada suatu rangkaian listrik tertutup dengan
menggunakan galvanometer, dan menganalisis besar hambatan pada tahanan geser. Pada
percobaan multimeter digunakan tiga resistor, dengan pengulangan 3 kali disetiap resistornya,
sehinga dihasilkan data sebanyak 27 data. Pada percobaan ini terdapat tiga variabel yaitu,
variabel kontrol, variabel manipulasi, dan variabel respon. Dimana variabel kontrol pada
percobaan multimeter yaitu multimeter analog dan multimeter digital. variabel manipulasinya
jenis resistor, dan variabel responnya yaitu nilai kuat arus, nilai hambatan, dan nilai tegangan.
Pada percobaan galvanometer, variabel manipulasinya yaitu ukuran probe. Variabel
kontrolnya yaitu galvanometer dan baterai (1,5v), dan menghasilkan variabel respon arah arus
listrik. Pada percobaan tahanan geser, multimeter dan tahanan geser sebagai variabel kontrol,
jarak geser dan letak konektor di rheostat sebagai variabel manipulasi , serta nilai hambtan
sebagai variabel respon. Pada percobaan ini diperoleh kesimpulan jika, besar kuat arus listrik
berbanding terbalik dengan besar hambatanya. Sedangkan tegangannya berbanding lurus
dengan besar hambatan. Dimana semakin besar hambatan maka tegangan akan semakin besar,
begitu juga sebaliknya.
Kata kunci : Multimeter, Galvanometer, Tahanan geser, kuat arus, Hambatan, Tegangan
BAB I
PENDAHULUAN
Multimeter merupakan salah satu alat penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter
merupakan piranti elektronik yang digunakan untk pengukuran kuantitas listrik. Alat ini
merupakan gabungan dari beberapa alat ukur elektronik yang dikemas dalam satu kemasan.
Pada umumnya setiap multimeter memiliki 3 fitur yaitu sebagai alat ukur arus (Ampere
Meter), alat ukur tegangan (Volt Meter), dan alat ukur resistansi (Ohm Meter).
Arus listrik yakni merupakan jumlah muatan yang mana bergerak melewati
penampang suatu penghantar dalam tiap satuan waktu. Arus listrik yakni berbanding lurus
dengan muatan dan berbanding terbalik dengan waktu. Pada persamaan lain arus listrik
berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan. Arus listrik
mengalir jika terdapat beban pada suatu rangkaian tertutup (Listiyarini, 2018). Di dalam
sirkuit listrik, arus listrik dihitung sebagai berapa banyak muatan listrik per satuan waktu.
Sehingga arus listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:
q
Ⅰ= ………………………………………………………..(1)
t
Keterangan:
Ⅰ = Kuat arus listrik (A)
q = Muatan listrik (C)
t = Waktu (s)
Tegangan listrik merupakan suatu energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan
setiap muatan listrik dari ujung-ujung penghantar. Alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan dinamai voltmeter, karena perbedaan potensial antara dua titik. Maka bila kita
hendak mengukur tegangan, jepit voltmeter harus dihubungkan ke titik-titik bersangkutan
tersebut. Tegangan dapat juga diartikan sebagai dorongan listrik yang bisa diberikan terhadap
elektron yang mengalir melalui rangkaian alat elektronika yang digunakan untuk mengukur
suatu tegangan pada suatu rangkaian listrik dapat disebut dengan voltmeter. Tegangan juga
sebagian orang dikenal dengan sebutan potensial listrik, yaitu energi yang dibutuhkan untuk
menggerakkan muatan melalui elemen (Bueche, 1997). Untuk memperoleh nilai tegangan
listrik yaitu dengan cara :
Resistor adalah komponen 2 terminal listrik pasif yang berfungsi untuk menghambat
besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian listrik atau elektronik. Arus yang melalui
resistor dalam proporsi langsung dengan tegangan di terminal resistor tersebut. Dengan
demikian, hasil dari tegangan yang diterapkan di terminal Terminator untuk intensitas arus
melalui sirkuit yang disebut resistensi. Ada dua macam resistor yang dipakai pada teknik
listrik dan elektronika yaitu resistor tetap dan resistor variabel. Resistor variabel merupakan
potensiometer atau yang besarnya resistansi dapat diubah-ubah. Sedangkan resistor tetap
adalah resistor yang mempunyai nilai hambatan yang tetap. Potensiometer mempunyai tiga
sambungan, dua buah untuk ujung-ujungnya dan sebuah untuk berjalan (Hidayat,2013).
Gambar 2.1.2 symbol resistor
(Sumber : Kusuma, 2015)
Dalam pembacaan nilai hambatan sebuah resistor dapat ditentukan dari pita atau band yang
terletak pada tubuh resistor. Kode warna yang berada pada badan resistor sendiri merupakan
standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association). Terdapat
dua belas macam warna pita pada resistor, dimana cara membaca besarnya resistansi suatu
resistor dimulai dari posisi cincin terdepan hingga ke posisi cincin toleransi yang letaknya
paling belakang. Pada resistor biasanya terdapat empat hingga enam pita warna. Dimana
cincin pertama dan seterusnya berturutturut menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin
terakhir adalah faktor pengalinya. Lalu dilanjut kedua dan ketiga yakni cincin resistansi,
kemudian cincin keempat merupakan faktor pengali. Lalu cincin kelima ialah cincin yang
menunjukkan besarnya toleransi. Berikut daftar warna resistor dan arti nilainya:
C. Tahanan Geser
Rheostat adalah variabel resistor yang digunakan untuk mengontrol arus yang
mengalir dalam rangkaian atau sirkuit. Rheostat adalah salah satu jenis potensiometer yang
memiliki 2 kawat kaki untuk koneksi. Rheostat (hambatan geser) merupakan variabel resistor
yang didesain untuk menangani arus dan tegangan yang tinggi. Oleh karena itu sebagian besar
rheostat didesain seperti resistor gulungan kawat. Rheostat sering digunakan sebagai
perangkat kontrol daya, misalnya untuk mengontrol atau mengatur intensitas cahaya
(dimmer), kecepatan motor, pemanas dan oven. Namun sekarang rheostat tidak digunakan
dalam fungsi ini lagi dikarenakan efisiensinya yang relatif rendah (Supriyanto, 2015)
Gambar 1.2.4 Tahanan geser
(Sumber : Supriyanto, 2015)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.2 Percobaan 2
1. Galvanometer 1 buah
2. Kit Baterai 1 buah
3. Baterai (1,5 v) 1 buah
3.1.3 Percobaan 3
1. Tahanan geser 1 buah
2. Multimeter 1
buah
3.2.2 Percobaan 2
3.2.3 Percobaan 3
3.3.2 Percobaan 2
1. Variabel manipulasi : Ukuran probe
2. Variabel control : Galvanometer, Baterai
3. Variabel respon : Arah arus listrik rangkaian tertutup
3.3.3 Percobaan 3
1. manipulasi : Jarak geser rheostat, letak konektor di rheostat
2. Variabel control : Multimeter, tahanan geser
3. Variabel Variabel respon : Nilai hambatan
3.4.2 Percobaan 2
4.1 Data
4.1.1 Percobaan 1
a. Multimeter sebagai Amperemeter
Skala maksimum = 50 mA
Batas ukur = 25 mA
4.1.2 Percobaan 2
baterai = 1,5 V
4.1.3 Percobaan 3
Table 4.1.3.1 Data percobaan tahanan geser
Multimeter Posisi 1 (Ω) Posisi 2 (Ω) Posisi 3 (Ω) Posisi 4 (Ω) Posisi 5 (Ω)
Digital 13,10 12,10 10,81 9,00 7,22
(±0,05) Ω
Analog 13,10 12,00 10,80 9,00 7,20
(±0,05) Ω
4.2 Analisis
Berdasarkan tabel 4.1.1.1, tabel 4.1.1.2, dan tabel 4.1.1.3 digunakan tiga resistor
dengan nilai hambatan yang berbeda setiap resistornya yaitu sebesar 10 ± 1%, 33 ± 1%, dan
330 ± 5%. Percobaan ketiga resistor tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan sehingga
didapatkan data sebanyak 27 data dari multimeter analog dan 27 data dari multimeter digital.
Pada percobaan multimeter sebagai amperemeter, dimana resistor dengan nilai
hambatan sebesar 10 ± 1% memperoleh besar kuat arus 5,75 mA; 5,60 mA; 5,75 mA pada
multimeter analog, dan memperoleh besar kuat arus 5,74 mA; 5,60 mA; 5,74 mA pada
multimeter digital. Selanjutnya pada resistor dengan nilai hambatan sebesar 33 ± 1%
memperoleh besar kuat arus 4,50 mA; 4,90 mA; 4,90 mA pada multimeter analog dan
memperoleh besar kuat arus 4,50 mA; 4,88 mA; 4.88 mA pada multimeter digital. Sedangkan
pada resistor dengan nilai hambatan sebesar 330 ± 5% memperoleh besar kuat arus 2,40 mA;
2,55 mA; 2,60 mA pada multimeter analog dan memperoleh kuat arus 2,42 mA; 2,54 mA;
2,60 mA pada multimeter digital. Jadi berdasarkan hasil data percobaan tersebut dapat kita
ketahui bahwa nilai kuat arus berbanding terbalik dangan besarnya nilai hambatan, dimana
semakin besar nilai hambatan maka kuat arus yang dihasilkan akan semakain kecil, begitupun
dengan sebaliknya, semakin kecil besar hamabatanya maka kuat arus yang di hasilkan akan
semakin besar. Besar kuat arus tersebut dapat kita hitung dengan menggunakan rumus
berikut:
Pada percobaan multimeter sebagai voltmeter, dimana resistor atau hambatan yang
kita gunakan masih tetap sama seperti saat percobaan multimeter sebagai amperemeter.
Pertama yaitu resistor dengan nilai hambatan 10 ± 1% memperoleh nilai tegangan 0,75 V;
0,75 V; 0,75 V pada multimeter analog dan memperoleh besar tegangan 0,76 V; 0,77 V; 0,77
V pada multimeter digital. Selanjutnya pada resistor dengan nilai hambatan sebesar 33 ± 1%
memperoleh besar tegangan 0,90 V; 0,90 V; 0,90 V pada multimeter analog dan memperoleh
besar tegangan 0,91 V; 0,91 V; 0,91 V pada multimeter digital. Sedangkan untuk resistor
dengan nilai hambatan sebesar 330 ± 5% memperoleh besar tegangan 0,95 V; 0,95 V; 0,95 V
pada multimeter analog dan memperoleh besar tegangan 0,94 V; 0,94 V; 0,95 V pada
multimeter digital. Sehingga berdasarkan hasil data dari percobaan tersebut dapat kita ketahui
bahwa, besar dari tegangan berbanding lurus dengan besar resistor atau hambatan. Dimana
semakin besar hamabatan maka semakin besar pula tegangannya. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil hambatanya maka semakain kecil pula tegangannya. Nilai tegangan dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Pada percobaan multimeter sebagai ohmmeter, untuk resistor dengan nilai hambatan
sebesar 10 ± 1%, 33 ± 1%, 330 ± 5% diperoleh dari pembacaan warna gelang pada resistor
dan pengukuran menggunakan multimeter. Untuk resistor pertama dengan warna gelang
coklat –hitam-hitam-emas-coklat dengan hambatan sebesar 10 ± 1%, diperoleh besar
hambatan 10,50 Ω; 10,20 Ω; 10,20 Ω pada multimeter analog dan diperoleh besar hambatan
10,10 Ω; 10,22 Ω; 10,22Ω pada multimeter digital. Untuk resistor kedua dengan warna gelang
gelang orange-orange-hitam-emas-coklat dengan hambatan sebesar 33 ± 1%, diperoleh besar
hambatan 31,50 Ω; 31,25 Ω; 31,00 Ω pada multimeter analog dan diperoleh besar hambatan
31,50 Ω; 31,00 Ω; 31,50 Ω pada multimeter digital. Sedangkan resistor dengan warna gelang
orange-orange-coklat-emas dimana memiliki nilai hambatan sebesar 330 ± 5%, diperoleh
besar hambatan 331,00 Ω; 331,00 Ω; 330,00 Ω pada multimeter analog dan diperoleh besar
hambatan 332,00 Ω; 332,00 Ω; dan 331,50 Ω pada multimeter digital. Sehingga dapat kita
bandingkan besar hambatan saat dilakukan pengukuran secara langsung menggunakan
multimeter analog dan digital dengan cara pembacan gelang warna pada resistor. Jadi
perbandinganya:
Jadi, dapat kita amati jika perbandingan antara besar hambatan saat dilakukan pengukuran
secara langsung menggunakan multimeter analog dan digital dengan cara pembacan gelang
warna pada resistor adalah 1:1.
Berdasarkan tabel 4.1.2.1 pada percobaan galvanometer, di mana pada percobaan ini
menggunakan baterai sebesar 1,5 v, dan terdapat dua grup pada galvanometer yaitu drop
positif dan drop negatif. Ketika prof negatif pada galvanometer dipasangkan pada kutub
positif baterai, maka arah arus listrik yang dihasilkan akan negatif atau bergerak ke arah kiri.
Sedangkan saat prof negatif pada alat ukur galvanometer dihubungkan dengan kutub negatif
pada baterai, maka arah arus yang dihasilkan akan positif atau arah arus akan bergerak ke
kanan. Jadi, dengan itu dapat kita ketahui jika arus listrik mengalir dari kutub positif menuju
ke kutub negatif.
Berdasarkan pada tabel 4.1.3.1 pada percobaan ini yaitu tahanan geser dilakukan 5 kali
manipulasi jarak geser. Yang pertama yaitu pada multimeter analog, pada posisi 1 diperoleh
besar hambatan 13,10 Ω, pada posisi 2 diperoleh besar hambatan 12,10 Ω, pada posisi 3
diperoleh besar hambatan 10,80 Ω, pada posisi 4 diperoleh besar hambatan 9,00 Ω, dan pada
posisi 5 diperoleh besar hambatan 7,20 Ω. Sedangkan pada multimeter digital, pada posisi 1
diperoleh besar hambatan 13,10 Ω, pada posisi 2, diperoleh besar hambatan 12,10 Ω , pada
posisi 3, diperoleh besar hambatan 10,81 Ω, pada posisi 4, diperoleh besar hambatan 9,00 Ω,
dan pada posisi 5, diperoleh besar hambatan 7,22 Ω. Jadi, nilai hambatan pada tahanan geser
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1 Percobaan 1(Multimeter sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter)
Pada percobaan multimeter sebagai amperemeter, dihasilkan data sebanyak 9 data. Di
mana terdapat tiga resistor dengan besar hambatan yang berbeda antara satu sama lain yaitu
10 ± 1%, 33 ± 1%, dan 330 ± 5%. Serta setiap resistor dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali. Dari data hasil percobaan dapat disimpulkan juga jika, besar hambatan berbanding
terbalik dengan besar arus yang dihasilkan. Di mana semakin besar hambatan yang dihasilkan
maka semakin kecil arus yang dihasilkan, begitupun sebaliknya. Nilai kuat arus dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Skala yang ditunjuk oleh jarum
Hasil ukur ¿ x batas ukur
Skala maksimum
Pada percobaan multimeter sebagai ohmmeter, dengan besar nilai hambatan 10 ± 1%,
33 ± 1%, 330 ± 5% diperoleh besar nilai hambatan dengan cara pembacaan gelang warna
pada resistor dan cara pengukuran secara langsung menggunakan multimeter analog dan
multimeter digital. Sehingga diperoleh perbandingan nilai hambatan dengan cara pembacaan
gelang warna pada resistor dan pengukuran langsung dengan multimeter sebesar 1:1.
5.2 Saran
1. Mempelajari dan memahami terlebih dahulu buku panduan sebelum melakukan praktikum
agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
2. Mematuhi Semua peraturan yang ada di laboratorium.
3. Menggalibrasi alat ukur terlebih dahulu yang akan digunakan dan mematikan kembali alat
ukur yang telah digunakan.
4. Lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan pembacaan hasil pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Bueche. Hecht. 1997. "Schaum's Outlines College Physics 9Th Edition". New York: MC
Graw-Hill.
Prawiroredjo, K. 2006. Pemahaman dan Penggunaan Alat Ukur Multimeter Analog Sebagai
Pengenalan Teknik Elektronika. LEMDIMAS, 67 – 71.
Falka dan bahar. 2022. Pengukuran nilai selisih eror tegangan keluaran catu daya DC dengan
menggunakan multimeter digital dan analog. Jurnal pengelolaan laboratorium Pendidikan vol.
4 no. 2 hal:48-56.