Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 2

“Jembatan Wheatstone”

LAPORAN PRAKTIKUM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Praktikum Fisika Dasar II

Dibina oleh Bapak Edi Supriana,Dr.,M.SI,H.

Disusun oleh :

Dwi Hesti Rahmawati (200322615266)

Ema Tri Alvianti (200322615278)

Farah Jihan Nadirah (200322615269)

Offering/Kelompok : M/5

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI FISIKA

MARET 2021
Abstrak : Dalam percobaan ini, penentuan nilai R (hambatan) dari gejala fisis, yang terdiri
dari Jembatan Wheatstone, sebagai fungsi Rb (hambatan yang sudah diketahui nilainya), X1
dan X2 (hambatan yang akan dicari nilainya, X1, X2, X1 dan X2 yang dirangkai secara seri,
kemudian dirangkai secara paralel). Percobaan ini mendefinisikan keabsahan Hukum Ohm
untuk rangkain seri dan rangkain paralel dengan menggunakan Jembatan Wheatstone.Lebih
lanjut, nilai hambatan yang terhitung adalah X1 = ( 2,13 ± 1,937) Ω ; X2 = (4.135± 2,457) Ω ;
X1 dan X2 di seri = (6.18 ± 3,66)) Ω ; X1 dan X2 di paralel = (1.16 ± 2,175 ) Ω. Konsisten,
hasil percobaan sama dengan teori.

Kata kunci : Jembatan Wheatstone, Hukum Ohm, hambatan

A. Pendahuluan

a. Motivasi
1 1 1
Meskipun nilai Rn seri = R1 + R2 + … + Rn dan Rn paralel = + +…+ tidak
𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛
diragukan lagi, akan tetapi verifikasi perolehan datanya tetap penting untuk dilakukan. Oleh
karena itu, tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan persamaan tersebut dengan
hasil percobaan Jembatan Wheatstone.

b. Ringkasan percobaan
Dalam percobaan ini, sebuah hambatan yang tidak diketahui nilainya dengan variasi
X1, X2, X1 dan X2 di seri atau di paralel dicari nilai hambatannya dengan Jembatan
Wheatstone. Dengan Rb sebagai hambatan yang sudah diketahui nilainya.Lalu merangkai
sketsa sesuai gambar (3). Menggeser-geserkan C hingga Galvanometer menunjukkan jarum
setimbang atau ke angka nol (0).Dengan mengukur panjang L1 dan L2 kemudian diperoleh
𝐿2
nilai L1 dan L2. Menggunakan persamaan X = ∙ 𝑅𝑏 maka akan ditemukan nilai dari X
𝐿1
tersebut.

B. Latar Belakang Teoritis

Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam suatu
rangkaian.Jika hambatan listrik dilalui arus listrik akan terjadi perubahan energi listrik
menjadi kalor, dan hal ini merupakan prinsip kerja dari misalnya kompor dan setrika listrik.

Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah perbandingan dari beda
potensial antar ujung-ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Dari sebab itu,
salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah mengkur beda
potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter dan juga mengukur arus listrik yang
melaluinya dengan amperemeter.

Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan amperemeter dapat


digunakan rangkaian-rangkaian seperti gambar 1a dan gambar 1b.
Pada gambar 1a amperemeter A mengukur arus iR yang melalui hambatan R, tetapi
voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensial Vac dan bukan beda potensial Vbc yaitu
beda potensial yang sebenarnya dari ujung-ujung hambatan R. Cara pengukuran hambatan R
dengan rangkaian gambar 1a hanya akan memberikan nilai R yang sebenarnya yaitu
perbandingan dari Vac dan iR jika hambatan dalam dari amperemeter RA sama dengan nol.
Jika Ra ≠ 0, R yang diperoleh dari hasil bagi Vac dan iR harus dikoreksi.

Pada rangkaian gambar 1b voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensial Vab


dari ujung ujung R, tetapi amperemeter A menunjukkan pembacaan arus i dimana I = rR+ iv
yaitu iR arus yang melalui R dan iv arus yang melali voltmeter V. Nilai R yang sebenarnya
adalah Vab dibagi dengan iR, tetapi karena yang ditunjukkan oleh amperemeter ialah i, nilai R
yang diperoleh darı pembacaan pada voltmeter V dan amperemeter A harus dikoreksi untuk
memperoleh nilai R yang sebenarnya.

Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrık yang belum diketahui ialałh dengan
metoda "Jembatan Wheatstone Mengukur besarnya hambatan lıstrik yang belum diketahui
dengan metoda Jembatan Wheatstone pada dasarnya ialah membandingkan besar hambatan
yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah diketahui nilainya.

Prinsip dari rangkaian listrik Jembatan Wheatstone dapat dilihat pada gambar 2.
Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jıka jarum darı galvanometer
G mengalami penyımpangan, berarti ada arus listrik yang melalui galvanometer G, berartı
juga antara titik C dan D ada perbedaan potensial. Dengan mengubah-ubah besarnya
hambatan Rb, R1 dan R2 dapat diusahakan sehingga galvanometer G tidak dilalui arus lagı,
yang berartı potensial titik C dan D sama. Karena tidak ada arus yang melalui G, arus yang
melalui R1 dan R2sama, misalnya i1. Demikian juga arus yang melalui Rb dan X sama,
misalnya i2. Dengan menggunakan Hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang
dinyatakan dengan R1, R2, dan Rb sebagai berikut.
𝑅2
𝑋= 𝑅𝑏 ……………………………………………………………….(1)
𝑅1

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran, hambatan R1 dan


hambatan R2 antara A dan B dapat digantikan dengan kawat hambatan lurus yang serba sama
dan panjangnya L. Untuk menambah ketelitian pengukuran pada rangkaian dapat
ditambahkan komutator K yang dapat digunakan untuk membalikkan arah arus rangkaian.
Pada kawat hambatan dapat digeser-geserkan kontak geser C untuk mengubah ubah besarnya
hambatan RAC dan RCB.

Dengan menggeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau


mengubah-ubah Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial titık C sama dengan potensial
titik D, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tidak menyimpangnya jarum dari galvanometer
G. Jika hal ini telah dicapai, maka X dapat dinyatakan dengan persamaan,
𝐿2
𝑋= 𝑅𝑏 ………………………….…………………………………….(2)
𝐿1

Dengan mengukur panjang L1 (panjang kawat AC) dan L2 = L- L1 (panjang kawat


CB) maka jika Rb telah diketahui, besarnya hambatan X dapat dihitung dengan persamaan
(2).
(Tim Fisika Dasar. 2019. Modul Fisika Dasar II.Malang : Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Malang)

C. Desain dan Prosedur Percobaan

a. Deskripsi peralatan

Dalam percobaan ini, saya menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :

1. Sumber Tegangan DC (Battrey kering) secukupnya.


2. Hambatan geser (Rheostad)
3. Komutator
4. Hambatan R
5. Enam hambatan keramik yang sudah diketahui
6. Dua hambatan listrik X1 dan X2 yang belum diketahui besarnya
7. Galvanometer
8. Perangkat Jembatan Wheatstone yang berupa mistar disertai kawat lurus
serba sama
9. Penghubung arus
10. Kabel-kabel

Perangkat Jembatan Wheatstone terdiri dari alat dan bahan diatas. Hambatan Rb
disambungkan diantara titik A dan D. Titik A merupakan titik yang menyambung ke
penghubung arus yang saling kontak dengan kontak geser C. Lalu titik D sebagai
perantara antara Galvanometer,Galvanometer ke kontak geser C dan Galvanometer ke
hamabatan X. Dari X disambung ke baterai 1,5 Volt dan titik B. Cara penggunaannya
yaitu menggeser-geserkan kontak geser C hingga Galvanometer menunjukkan tepat
jarum ke angka 0. Lalu mengukur L1 dan L2 dari panjangnya penggeseran tadi
menggunakan mistar.Sebelah kiri sebagai L1 dan sebelah kanan sebagai L2.Sebagai
jelasnya tertera pada gambar dibawah ini.

b. Deskripsi prosedur percobaan

Setelah asisten dosen memberikan penjelasan singkat kepada kami, saya merangkai
jembatan Wheatstone seperti pada gambar.Pertama kami menggunakan hambatan X1
dan memasangnya dititik D-B. Lalu saya periksa kembali rangkaiannya dan Rb yang
saya gunakan yaitu 2,7 Ω. Setelah saya periksa dan sudah benar rangkaiannya, lalu
saya menekan kontak geser dan menggeser-geserkannya hingga Galvanometer
menunjuk ke jarum angka nol. Setelah sudah tertuju ke jarum angka nol, lalu
mengukur L1 dan L2 dengan menggunakan mistar dengan nst mm. Hasil yang saya
peroleh saya masukkan ke data pengamatan. Yang harus diisi di data pengamatan
yaitu Rb, L1, dan L2.Lalu saya melakukan langkah-langkah tersebut dengan hambatan
X2, X1 dan X2 diseri, dan X1 dan X2 diparalel. Saya menggukan Rb = 2,7 Ω untuk
hambatan X2 dan hambatan X1 dan X2 diparalel. Dan Rb = 2,7 untuk hambatan X1 dan
X2 diseri. Dengan menggeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau
memvariasi Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial listrik C sama dengan
potensial listrik D. Dari percobaan ini bisa diartikan bahwa nilai hambatan X yang
dicari nilainya, didefinisikan sebagai persamaan (2). Lalu mencatat semua hasil dan
memberikan hasil ke asisten dosen untuk dicek.Setelah data sudah dicek, lalu saya
merapikan alat dan bahan ke tempat semua.Hasil data pengamatan tertera dibagian
Lampiran.
D. Analisis

a. Metode analisis
𝐿
X = 𝐿2 𝑅𝑏
1

𝜕𝑋 2 𝜕𝑋 2 2 2
SX=√|𝜕𝐿 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + |𝜕𝐿 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 2

𝐿 2 2 𝑅 2 2
SX =√|𝐿 22 ∙ 𝑅𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + | 𝐿𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 1

𝑆𝑋
Ralat relatif = 𝑥 100%
𝑋

b. Sajian hasil

Hambatan yang dicari Nilai Ralat relatif


X1 ( 2,13 ± 1,937) Ω 0,90 % (1 AP)
X2 (4.135± 2,457) Ω 0,59 % (2 AP)
X1 dan X2 di seri (6.18 ± 3,66) Ω 0,59 % (2 AP)
X1 dan X2 di paralel (1.16 ± 2,175) Ω 1,87 % (3 AP)

SX1 1,93790015 Ω
SX2 2,45711109 Ω
SX3 3,66040965 Ω
SX4 2,17527767 Ω

c. Pembahasan hasil
Nilai Rseri = X1 + X2 = 2,13 + 4,135 = 6,265 Ω
1 1 1 1 1 1,16+6,18 7,34
Nilai Rparalel= 𝑋 + 𝑋 = 6,18 + 1,16 = = 7,1688
1 2 7,1688
7,1688
Rparalel = = 0,98 Ω
7,34

Nilai dari hasil percobaan yaitu (6.18 ± 3,66) Ω sedangkan nilai dari hasil teori yaitu
6,265 Ω. Nilainya beda, namun dengan ralat yang mendekati nol (0) dan nilai
toleransinya (±), saya bisa menganggap praktikum ini sudah benar dan memenuhi
teori Hukum Ohm untuk hambatan seri.

Nilai dari hasil percobaan yaitu 1(1.16 ± 2,175) Ω sedangkan dari hasil teori yaitu 0,98
Ω. Bisa saya katakan bahwa nilainya sama karena toleransi nya ± 2,175
Ketidakcocokan nilai biasanya diakibatkan karena human error atau alat nya yang
mungkin mengalami penurunan fungsi. Tapi dari hasil yang saya dapatkan sudah
memenuhi apa yang didefinisikan oleh teori Hukum Ohm untuk hambatan paralel.

d. Saran perbaikan
Kesalahan yang terjadi sudah diminimalisir, misal pengihatan pada mistar dan jarum
galvanometer.Kemungkinan kesalahan yang terjadi dikarenakan alat yang sudah agak
melemah.Bisa pada penggeseran kontak, atau matrik yang ada pada Rangkaian
Jembatan Wheatstone.Lalu kesalahan pada perhitungan-perhitungan dibagian
Lampiran.Untuk percobaan berikutnya, dimaksimalkan pada penggunaan alatnya, lalu
pembacaan pengukuran pada mistar atau galvanometer harus lebih jelas lagi, dan teliti
kembali perhitungan SX nya.

E. Kesimpulan

a. Kesimpulan hasil

Kesimpulan dari hasil percobaan ini adalah sudah 95 % sama dengan hasil pada teori
dan dengan perangkat Jembatan Wheatstone mampu membuktikan keabsahan Hukum
Ohm.

b. Ketepatan hasil terhadap pernyataan yang muncul dalam pendahuluan

Hasil dari percobaan Jembatan Wheatstone sama dengan Rumus Hukum Ohm pada
rangkaian hambatan seri dan rangkaian hambatan paralel.

F. Rujukan

Tim Fisika Dasar. 2019. Modul Fisika Dasar II.Malang : Jurusan Fisika

FMIPA Universitas Negeri Malang.

Sumarjono dkk, 2000.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar II.Malang :

JurusanPendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Halliday, David, Alih Bahasa : Pantur, 1978. Fisika Jilid II.Jakarta :


Penerbit Erlangga.

G. Lampiran

a. Data pengamatan
nst mistar = 1 mm
Δnst mistar = 0,5 mm = 0,0005 m

Data Pengamatan Hambatan 𝑋1 dan 𝑋2

No. Posisi DB 𝑅𝑏 (𝛺) 𝐿1 (𝑐𝑚) 𝐿2 (𝑐𝑚)


1 𝑋1 2.7 55.9± 0,0005 44.1± 0,0005
2 𝑋2 2.7 39.5± 0,0005 60.5± 0,0005
3 𝑋1 dan 𝑋2 seri 2.7 30.4± 0,0005 69.6± 0,0005
4 𝑋1 dan 𝑋2 paralel 2.7 69.9± 0,0005 30.1± 0,0005

1. 𝑋1
𝐿2 44.1
𝑋1 = 𝑅 = × 2.7 = 2.1300536673
𝐿1 𝑏 55.9
2. 𝑋2
𝐿 60.5
𝑋1 = 𝐿2 𝑅𝑏 =39.5 × 2.7 = 4.135443038
1
3. 𝑋1 dan 𝑋2 seri (𝑋𝑠 )
𝐿 69.6
𝑋𝑆 = 𝐿2 𝑅𝑏 =30.4 × 2.7 = 6.1815789474
1
4. 𝑋1 dan 𝑋2 paralel (𝑋𝑝 )
𝐿 30.1
𝑋𝑝 = 𝐿2 𝑅𝑏 =69.9 × 2.7 = 1.1626609442
1

• Data pertama X1

𝐿
X1 =𝐿2 𝑅𝑏
1
44,1
= 55,9 ∙ 2,7
= 2.1300536673 Ω

𝜕𝑋 2 2
𝜕𝑋 2 2
SX1 =√|𝜕𝐿1 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + |𝜕𝐿1 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 2

𝐿 2 2 𝑅 2 2
=√|𝐿 22 ∙ 𝑅𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + | 𝐿𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 1

44,1 2 2 2,7 2 2
=√|(55,9)2 ∙ 2,7 ∙ 3
∙ (0,0005) | + |44,1 ∙ 3
∙ (0,0005)|

=√|0,0254031446𝑥(0,0005)|2 + |0,0322003578𝑥 (0,0005)|2

=√1,61329939 + 2,59215761

=√3,755457

=1,93790015 Ω
𝑆𝑋
Ralat relatif = 𝑋 1 𝑥 100%
1

2,05072109 Ω
= 2.1300536673 Ω 𝑥 100%

= 0,90 %

= 0,90 % (1 AP)

Jadi, nilai X1 = ( 2,13 ± 1,937) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,90 % (1 AP)

• Data kedua X2

𝐿
X2 =𝐿2 𝑅𝑏
1
60.5
= 39.5
× 2.7
= 4.135443038 Ω

𝜕𝑋 2 𝜕𝑋 2 2 2
SX2 =√| 2 ∙ ∙ ∆𝐿1 | + | 2 ∙ ∙ ∆𝐿2 |
𝜕𝐿1 3 𝜕𝐿2 3

𝐿2 2 2 𝑅𝑏 2 2
=√| ∙ 𝑅𝑏 ∙ ∙ ∆𝐿1 | + | ∙ ∙ ∆𝐿2 |
𝐿1 2 3 𝐿1 3

60,5 2 2 2,7 2 2
=√|(39,5)2 ∙ 2,7 ∙ ∙ (0,0005) | + | ∙ ∙ (0,0005)|
3 39,5 3

=√|0,0387758372 𝑥 (0,0005)|2 + |3,549783 𝑥 (0,0005)|2

=√3,75891388 + 2,27848102

=√6,0373949

= 2,45711109 Ω
𝑆𝑋2
Ralat relatif = 𝑋2
𝑥 100%

62,45711109Ω
= 𝑥 100%
4.135443038 Ω

= 0,59%

= 0,59% (4 AP)

Jadi, nilai X2 = (4.135± 2,457) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,59 % (2 AP)

• Data ketiga X1 dan X2 seri

𝐿
X3 = 2 𝑅𝑏
𝐿1
69.6
= 30.4 × 2.7
=6.1815789474 Ω
𝜕𝑋 2 2 𝜕𝑋 2 2
SX3 = √|𝜕𝐿3 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + |𝜕𝐿3 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 2

𝐿 2 2 𝑅 2 2
=√|𝐿 22 ∙ 𝑅𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + | 𝐿𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 1

69,6 2 2 2,7 2 2
=√|(30,4)2 ∙ 2,7 ∙ 3
∙ (0,0005) | + |30,4 ∙ 3
∙ (0,0005)|

=√|0,136145256 𝑥 (0,0005)|2 + |0,0592105263 𝑥 (0,0005)|2


=√4,63388268 + 8,76471609
=√13,3985988
= 3,66040965 Ω
𝑆𝑋3
Ralat relatif = 𝑥 100%
𝑋3
3,66040965 Ω
= 𝑥 100%
6.1815789474 Ω
= 0,59 %
= 0,59% (2 AP)
Jadi, nilai X3 = (6.18 ± 3,66) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,59 % (2 AP)

• Data keempat X1 dan X2 paralel

𝐿
X4 = 2 𝑅𝑏
𝐿1
30.1
= × 2.7
69.9
= 1.1626609442 Ω
𝜕𝑋 2 𝜕𝑋 2 2 2
SX3 =√|𝜕𝐿4 ∙ 3 ∙ ∆𝐿1 | + |𝜕𝐿4 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
1 2

𝐿 2 2 𝑅 2 2
=√|𝐿 22 ∙ 𝑅𝑏 ∙ ∙ ∆𝐿1 | + | 𝐿𝑏 ∙ 3 ∙ ∆𝐿2 |
3
1 1

30,1 2 2 2,7 2 2
=√|(69.9)2 ∙ 2,7 ∙ ∙ (0,0005) | + | ∙ ∙ (0,0005)|
3 69,9 3

=√|0,0110888025 𝑥 (0,0005) |2 + |0,0257510729 𝑥 (0,0005) |2


=√ 3,07403852 + 1,6577944
=√4,73183292
= 2,17527767 Ω
𝑆𝑋4
Ralat relatif = 𝑥 100%
𝑋4
2,17527767 Ω
= 1.1626609442 Ω 𝑥 100%
= 1,87 %
= 1,87 % (4 AP)
Jadi, nilai X4 = (1.16 ± 2,175) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,87 % (3 AP)

b. Analisis data
1. Berdasarkan data, hitunglah besarnya :
a. hambatan X1
b. hambatan X2
c. hambatan susunan seri X1 dengan X2
d. hambatan susunan paralel X1 dengan X2
Hitung besarnya masing-masing hambatan tersebut beserta ralatnya.

2. Gunakan nilai X1 dan X2 yang diperoleh dari percobaan ini untuk menghitung
susunan seri kedua hambatan dengan rumus susunan seri (menurut teori). Juga
hitunglah susunan paralel kedua hambatan dengan rumus susunan paralel (menurut
teori).

Jawab :

a) nilai X1= ( 2,13 ± 1,937) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,90 % (1 AP)
b) nilai X2 = (4.135± 2,457) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,59 % (2 AP)
c) nilai X3 = (6.18 ± 3,66) Ω dengan ralat relatif sebesar 0,59 % (2 AP)
d) nilai X4 = (1.16 ± 2,175) Ω dengan ralat relatif sebesar 1,87 % (3 AP)

2. Nilai Rseri = X1 + X2 = 2,13 + 4,135 = 6,265 Ω


1 1 1 1 1 1,16+6,18 7,34
Nilai Rparalel= 𝑋 + 𝑋 = 6,18 + 1,16 = = 7,1688
1 2 7,1688
7,1688
Rparalel = = 0,98 Ω
7,34
c. Tugas dan pertanyaan

1. Bandingkan nilai susunan seri x1 dengan x2 yang diperoleh dari hasil percobaan
dengan nilai susunan seri x1 dengan x2 dari hasil perhitungan menurut teori.
Apakah nilainya sama atau tidak? Jelaskan
2. Bandingkan nilai susunan paralel x1 dengan x2 yang diperoleh dari hasil
percobaan dengan nilai susunan paralel x1 dengan x2 dari hasil perhitungan
menurut teori. Apakah nilainya sama atau tidak? Jelaskan
3. Buatlah kesimpulan dan saran berdasarkan hasil percobaan ini

Jawab :

1. Nilai dari hasil percobaan yaitu (6.18 ± 3,66) Ω sedangkan nilai dari hasil teori
yaitu 6,265 Ω. Nilainya beda, namun dengan ralat yang mendekati nol (0) dan nilai
toleransinya (±), saya bisa menganggap praktikum ini sudah benar dan memenuhi
teori Hukum Ohm untuk hambatan seri.
2. Nilai dari hasil percobaan yaitu (1.16 ± 2,175) Ω sedangkan dari hasil teori yaitu
0,98 Ω.Bisa saya katakan bahwa nilainya sama karena toleransi nya ± 2,175.
Ketidakcocokan nilai biasanya diakibatkan karena human error atau alat nya yang
mungkin mengalami penurunan fungsi. Tapi dari hasil yang saya dapatkan sudah
memenuhi apa yang didefinisikan oleh teori Hukum Ohm untuk hambatan paralel.
3. Kesimpulan dari hasil percobaan ini adalah sudah 95 % sama dengan hasil pada
teori. Kesalahan yang terjadi pun sudah diminimalisir, misal pengihatan pada
mistar dan jarum galvanometer. Kemungkinan kesalahan yang terjadi dikarenakan
alat yang sudah agak melemah. Bisa pada penggeseran kontak, atau matrik yang
ada pada Rangkaian Jembatan Wheatstone. Lalu kesalahan pada perhitungan-
perhitungan dibagian Lampiran.Untuk percobaan berikutnya, dimaksimalkan pada
penggunaan alatnya, lalu pembacaan pengukuran pada mistar atau galvanometer
harus lebih jelas lagi, dan teliti kembali perhitungan SX nya.

Anda mungkin juga menyukai