Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

“AMPEREMETER DAN VOLTMETER”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Praktikum Fisika Dasar II
Yang dibimbing oleh Bapak Edi Supriana, Dr. ,M.SI,H.

Disusun oleh :
Dwi Hesti Rahmawati (200322615266)
Ema Tri Alvianti (200322615278)
Farah Jihan Nadirah (200322615269)
Offering/Kelompok : M/5

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2021
Laporan Amperemeter dan Voltmeter

A. Tujuan
a) Diharapkan mahasiswa dapat menentukan hambatan dalam amperemeter
b) Diharapkan mahasiswa dapat menentukan hambatan dalam voltmeter
c) Diharapkan mahasiswa dapat menggunakan alat ukur listrik dengan benar
d) Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan teori grafik dengan benar

B. Dasar Teori
Amperemeter DC adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya
arus listrik (DC) yang mengalir pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika.
Voltmeter DC adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui beda potensial
tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika (Halliday,
1996).
Untuk suatu rangkaian seri yang terdiri atas 2 resistor, arus yang mengalir pada
kedua resistor adalah sama besar, karena jumlah muatan yang melewati R1 juga melewati
R 2 . Hambatan ekuivalen dari resistor yang dipasang seri adalah penjumlahan dari
masing-masing resistor dan selalu lebih besar dari masing-masing resistor. Saat resistor
dihubungkan secara paralel, beda potensial (V) pada resistor akan sama dan hambatan
ekuivalen untuk dua atau lebih resistor yang disusun secara paralel adalah penjumlahan
kebalikan dari masing-masing resistor (Serway, 2014)

A. Pengukuran Arus dan Tegangan


Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus dalam suatu rangkaian.
Amperemeter tersebut dipasang secara seri seperti gambar 1a. Voltmeter digunakan
untuk mengukur tegangan antara dua titik dalam rangkaian. Voltmeter tersebut disusun
secara paralel seperti pada gambar 1b.
Berikut ini adalah rangakaian untuk mengukur serentak baik kuat arus maupun
tegangan :
Keterangan :
1a. Pengukuran kuat arus
1b. Pengukuran beda potensial
1c. Pengukuran serentak kuat arus dan beda potensial dengan amperemeter berada di luar
1d. Pengukuran serentak kuat arus dan beda potensial dengan amperemeter berada di
dalam

Namun, pengukuran serentak ini ada beberapa kelemahan. Pada gambar 1c


voltmeter mengukur mengukur tegangan di ujung-ujung R, namun amperemeter bukan
mengukur arus yang melalui R, sebaliknya pada gambar 1d amperemeter mengukur arus
melalui R tetapi voltmeter tidak mengukur tegangan di ujung-ujung R.
Jadi, saat ada pengukuran arus yang dimaksud yang melalui R, tegangan yang
dimaksud pada ujung-ujung R, maka gambar 1c dan gambar 1d, hanya satu alat yang
mengukur sebenarnya.
Oleh karena itu, pengukuran memerlukan koreksi dan untuk itu perlu diketahui
hambatan dari dalam dari alat tersebut.
B. Mengukur Hambatan Dalam Amperemeter dan Voltmeter
Dalam mengukur hambatan dalam pada voltmeter ataupun amperemeter, bisa
menggunakan dua cara.
1. Pengukuran Hambatan Dalam Amperemeter
Cara pertama, lihat gambar 2a. Jika hasil pengukuran voltmeter adalah V dan hasil
amperemeter adalah I, maka hambatan dalam amperemeter yaitu :

V
R A = I .............................. (1)

Cara kedua, lihat gambar 2b. Pengukuran hambatan dilakukan dua kali, yang pertama
ketika R B belum dipasang, misal hasil menunjukkan amperemeter I1 . Lalu R B
dipasang dan menunjukkan perubahan pada penunjukan amperemeter, misal menjadi
I2 , maka hambatan dalam amperemeter tersebut yaitu :

I1 −I2
RA = R B .............................. (2)
I2

Keterangan :
2a. Pengukuran langsung dengan voltmeter
2b. Pengukuran bertahap dengan hambatan R B

2. Pengukuran Hambatan Dalam Voltmeter


Cara pertama, lihat gambar 3a, jika hasil pengukuran amperemeter adalah I dan hasil
voltmeter adalah v. Maka hambatan dalam voltmeter yaitu :

V
R V = I .............................. (3)
Cara kedua, lihat gambar 3b. Pengukuran hambatan dilakukan dua kali. Yang pertama
saat R B belum dipasang, misal hasil penunjukkan voltmeter V1 . Lalu R B dipasang,
maka penunjukkan voltmeter berubah, misal menjadi V2 , maka hambatan dalam
voltmeter yaitu :

V1 1
RV = V R B .............................. (4)
1 −V2

Keterangan :
3a. Pengukuran langsung dengan ampermeter
3b. Pengukuran bertahap dengan hambatan R B

C. Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Amperemeter dan
Voltmeter :
1. Amperemeter DC / miliamperemeter DC
2. Voltmeter DC / milivoltmeter DC
3. Sumber tegangan DC
4. Bangku hambatan
5. Hambatan geser
6. Penutup arus
7. Kabel-kabel

Berikut ini adalah desain rangkaian hambatan dalam amperemeter :


Rangkaian 1 Rangkaian 2

Berikut ini adalah desain rangakaian hambatan dalam voltmeter :

Rangkaian 1 Rangkaian 2

D. Prosedur Percobaan
• Mengikuti arahan yang diberikan asisten
• Meminjam alat-alat yang dibutuhkan untuk praktikum
• Menanyakan pada asisten mengenai kebenaran seluruh rangkaian yang sudah disusun,
setelah itu switch S ditutup
• Menggunakan hambatan geser untuk mengatur besar arus dan tegangan
• Mencatat hasil praktikum pada lembar kerja yang sudah diberikakn di modul
1) Menyusun rangkaian seperti pada gambar 2b, tetapi belum dihubungkan dengan
R B (dari bangku hambat), lalu menutup switch S, dan mengatur hambatan geser.
Setelah itu, mencatat kedudukan amperemeter (I), lalu menghubungkan R B (tanpa
mengubah yang lain), mencatat lagi kedudukan amperemeter (I2 ). Mengukur dan
mencatat harga hambatan bangku yang digunakan (R B ). Mengulangi percobaan tadi
beberapa kali dengan menggeser hambatan geser.
2) Menyusun rangkaian seperti pada gambar 3b, tetapi belum dihubungkan dengan R B ,
lalu menutup switch S, dan mengatur hambatan geser. Setelah itu, mencatat
kedudukan voltmeter (V1 ), sesudah itu menyambungkan R B , lalu mencatat lagi
kedudukan voltmeter (V2 ). Setelah itu, mengukur dan mencatat harga hambatan
bangku yang digunakan (R B ). Mengulangi percobaan tersebut beberapa kali dengan
menggeser hambatan geser.
E. Hasil dan Pembahasan
a. Metode
Dalam percobaan amperemeter DC, untuk menghitung besarnya hambatan
dalammenggunakan persamaan matematis :
I1 − I2
RA = RB
I2
Keterangan :
RA = hambatan dalam alat ukur amperemeter (Ω)
I1 = arus pada rangkaian tanpa R B (A)
I2 = arus pada rangkaian dengan R B (A)
RB = bangku hambatan (Ω)

Untuk mencari besar ketidakpastian dalam pengukuran ini, dapat digunakan dengan metode
ralat rambat. Persamaan secara matematis,

2 2
∂R A 2 ∂R A 2

∆R A = | . . ∆I | + | . . ∆I |
∂I1 3 1 ∂I2 3 2

Untuk mengetahui presentase ketidakpastian atau ralat relatif dalam pengukuran,


menggunakan perbandingan,
∆R A
Rr = . 100%
RA
Dalam percobaan amperemeter DC, untuk menghitung besarnya hambatan dalam
menggunakan persamaan matematis :
V1
RV = R
V1 − V2 B
Keterangan :
RA = hambatan dalam alat ukur voltmeter (Ω)
I1 = arus pada rangkaian tanpa R B (A)
I2 = arus pada rangkaian dengan R B (A)
RB = bangku hambatan (Ω)

Untuk mencari besar ketidakpastian dalam pengukuran ini, dapat digunakan dengan metode
ralat rambat. Persamaan secara matematis,

2 2
∂R V 2 ∂R V 2

∆R V = | . . ∆V1 | + | . . ∆V2 |
∂V1 3 ∂V2 3
Untuk mengetahui presentase ketidakpastian atau ralat relatif dalam pengukuran,
menggunakan perbandingan,
∆R V
Rr = . 100%
RV
Untuk menghitung hambatan berdasarkan teori menggunakan amperemeter persamaan
matematis,
V
RA =
I
Untuk menghitung hambatan berdasarkan teori menggunakan voltmeter persamaan
matematis,
V
RV =
I
Dalam artian, presentase diatas menunjukkan besar tingkat ketidakpastian atau kesalahan
dalam melakukan seluruh rangkaian atau setiap pengukuran dengan menggunakan alat ukur.

b. Sajian Hasil
I. Pengukuran Hambatan Dalam pada Amperemeter
RB = 0,2 Ω
Data Pengamatan
Nst Amperemeter : 0,01 A
Nst Voltmeter : 0,1 V

Pengukuran Hambatan Dalam pada Amperemeter


𝑅𝐵 = 0,2 Ω
Pengukuran Langsung dengan Pengukuran Bertahap dengan Hambatan
No. Voltmeter 𝑅𝐵
I (Ampere) V (Volt) 𝐼1 (Ampere) 𝐼2 (Ampere)
1. 0,25 ± 0,005 0,03 0,3 ± 0,005 0,27 ± 0,005
2. 0,21 ± 0,005 0,024 0,25 ± 0,005 0,24 ± 0,005
3. 0,18 ± 0,005 0,022 0,22 ± 0,005 0,21 ± 0,005
4. 0,14 ± 0,005 0,02 0,17 ± 0,005 0,16 ± 0,005
5. 0,1 ± 0,005 0,014 0,12 ± 0,005 0,11 ± 0,005
Keterangan :
𝐼 = arus yang terbaca pada pengukuran langsung (A)
𝑉 = tegangan pada pengukuran skala langsung (V)
𝐼1 = arus pada rangkaian tanpa hambatan 𝑅𝐵 (A)
𝐼2 = arus pada rangkaian dengan hambatan 𝑅𝐵 (A)
𝑅𝐵 = bangku hambatan (Ω)
II. Pengukuran Hambatan Dalam pada Voltmeter
𝑅𝐵 = 22000 Ω
Pengukuran Langsung dengan Pengukuran Bertahap dengan Hambatan
No. Amperemeter 𝑅𝐵
V (Volt) I (Ampere) 𝑉1 (Ampere) 𝑉2(Ampere)
−6
1. 1,3 ± 0,05 0,52 𝑥 10 1,1 ± 0,05 0,7 ± 0,05
−6
2. 1,1 ± 0,05 0,46𝑥 10 1 ± 0,05 0,6 ± 0,05
3. 0,9 ± 0,05 0,36 𝑥 10−6 0,8 ± 0,05 0,5 ± 0,05
−6
4. 0,7 ± 0,05 0,30 𝑥 10 0,5 ± 0,05 0,4 ± 0,05
5. 0,5 ± 0,05 0,22 𝑥 10−6 0,3 ± 0,05 0,2 ± 0,05

Keterangan :
𝑉 = tegangan yang terbaca pada pengukuran langsung (A)
𝐼 = arus pada pengukuran skala langsung (V)
𝑉1 = tegangan pada rangkaian tanpa hambatan𝑅𝐵 (A)
𝑉2 = tegangan pada rangkaian dengan hambatan 𝑅𝐵 (A)
𝑅𝐵 = bangku hambatan (Ω)

c. Pembahasan Hasil
Dari hasilpercobaan ini, kami memperoleh data nilai masing-masing hambatan dari setiap
rangkaian pada amperemetr dan voltmete. Nilai ini didapatkan dengan 5 kali proses
pengulangan. Dengan menggunakan metode ralat ralat rambat, diperoleh hasil:

Pengukuranhambatandalam pada amperemeter

Nilai 𝑅𝐴 pengukuran Nilai 𝑅𝐴 pengukuran


No. Ralat Relatif
bertahap langsung
1. (0,020 ± 0,0023)Ω 0,18 % 2 AP 0,12 Ω
2. (0,0083 ± 0,0027)Ω 0,33 % 2 AP 0,11 Ω
3. (0,0095 ± 0,0031) Ω 0,33 % 3 AP 0,12 Ω
4. (0,0125 ± 0,0041) Ω 0,33 % 3 AP 0,14 Ω
5. (0,018 ± 0,0061) Ω 0,33 % 3 AP 0,14 Ω

Pengukuran hambatan dalam pada voltmeter

Nilai 𝑅𝑉 pengukuran Nilai 𝑅𝑉 pengukuran


No. Ralat Relatif
bertahap langsung
1. (60500 ± 5975,9) Ω 0,098% 2 AP 2500000 Ω
2. (5345,0 ± 55000)Ω 0,097% 2 AP 2391304,3 Ω
3. (58667 ± 7686,9) Ω 0,13% 2 AP 2500000 Ω
(110000 0,42% 2 AP 2333333,3 Ω
4.
± 46956,2) Ω
5. (66000 ± 26440)Ω 0,40% 2 AP 2272727,3 Ω
Berdasarkan kedua data diatas menunjukkan bahwa terdapat hambatan di dalam
amperemeter dan voltmeter. Pada amperemeter menggunakan hambatan 𝑅𝐵 yang paling kecil
dan pada voltmeter menggunakan hambatn 𝑅𝐵 yang paling besar agar mudah terbaca tegangan
maupun arusnya.

d. Saran Perbaikan
Pada hasil penghitungan nilai hambatan dalam didapatkan ralat yang cukup besar
bervariasi. Ralat tersebutdidapatkan karena ada beberapa kesulitan dan kesalahan dalam
proses praktikum. Antara lain,jarum pada alat ukur amperemeter dan voltmeter kurang stabil
penunjukkan skalanya, disarankan menggunakan alat ukur multimeter dengan batas ukur yang
tepat. Pada pengukuran hambatan dalam pada voltmeter, menggunakan hambatan geser yang
nilainya besar atau potensio. Sebelum melakukan pengukuran, disarnakan untuk melakukan
pengecekan alat besar kabel penghubungnya, agar saat praktikum mendapatkan data yang
akurat.

F. Kesimpulan

a. Kesimpulan Hasil
Dalam percobaan yang telah kami lakukan, praktikan menentukan nilai atau besar hambatan
dalam amperemeter dan voltmeter dengan metode ralat dan penghitungan secara teori serta
membandingkan kedua hasil tersebut dan mengecek kebenaran rumus yang sudah ada secara
teori.
Setelah merangkai, dapat menentukan besarnya hambatan dan menguji kebenaran rumus
𝐼 −𝐼 𝑉 𝑉1 𝑉
(𝑅𝐴 = 1𝐼 2 𝑅𝐵 sama dengan 𝑅𝐴 = 𝐼 dan 𝑅𝑉 = 𝑉 −𝑉 𝑅𝐵 sama dengan 𝑅𝑉 = 𝐼 ). Berikut hasil
2 1 2
penghitungan.
Pengukuranhambatandalam pada amperemeter

Nilai 𝑅𝐴 pengukuran Nilai 𝑅𝐴 pengukuran


No. Ralat Relatif
bertahap langsung
1. (0,020 ± 0,0023)Ω 0,18 % 2 AP 0,12 Ω
2. (0,0083 ± 0,0027)Ω 0,33 % 2 AP 0,11 Ω
3. (0,0095 ± 0,0031) Ω 0,33 % 3 AP 0,12 Ω
4. (0,0125 ± 0,0041) Ω 0,33 % 3 AP 0,14 Ω
5. (0,018 ± 0,0061) Ω 0,33 % 3 AP 0,14 Ω

Pengukuran hambatan dalam pada voltmeter


Nilai R V pengukuran Nilai R V pengukuran
No. Ralat Relatif
bertahap langsung
1. (60500 ± 5975,9) Ω 0,098% 2 AP 2500000 Ω
2. (5345,0 ± 55000)Ω 0,097% 2 AP 2391304,3 Ω
3. (58667 ± 7686,9) Ω 0,13% 2 AP 2500000 Ω
4. (110000 ± 46956,2) Ω 0,42% 2 AP 2333333,3 Ω
5. (66000 ± 26440)Ω 0,40% 2 AP 2272727,3 Ω

b. Ketepatan Hasil
Dari data hasil perhitungan dari pengukuran hambatan dalam pada amperemeter,
perhitungan berdasarkan pengukuran dan perhitungan berdasarkan teorinya memiliki selisih
yang cukup dekat, yaitukisaran 0,01 Ω sampai 0,2 Ω. Sedangkan Dari data hasil perhitungan
dari pengukuran hambatan dalam pada voltmeter, perhitungan berdasarkan pengukuran dan
perhitungan berdasarkan teorinya memiliki selisih yang cukup jauh, yaitu kisaran
2266666,7Ω sampai 227272,7 kΩ. Hal ini berati bahwa praktikum yang kami pada
amperemeter yang telah lakukan hampir benar atau hampir sama sesuai teori yang sudah ada
sebelumnya. Akan tetapi, pada voltmeter perlu pengulangan praktikum atau pengujian ulang
pada alat praktikum. Dikarenakan perbandingan hasilnya tidak sesuai teori sebelumnya.
G. Daftar Pustaka

Chem-iS-trY. (den 24 April 2012). Amperemeter dan Voltmeter. Hämtat från


ekapswtest.blogspot.com: http://ekapswtest.blogspot.com/2012/04/amperemeter-
dan-voltmeter.html
Panzer. (den 4 Desember 2013). Jurnal Praktikum Fisika (Amperemeter dan Voltmeter).
Hämtat från informationtekno95.blogspot.com:
https://informationtekno95.blogspot.com/2013/12/jurnal-praktikum-fisika-amperemeter-
dan.html
Tim Fisika Dasar. 2019. Modul Fisika Dasar 2. Malang : Jurusan Fisika FMIPA UM
H. Lampiran

Analisis Data

➢ Perhitungan hambatan dalam pada amperemeter berdasarkan pengukuran

Percobaan 1
𝐼1 − 𝐼2 (0,3 − 0,27) 𝐴
𝑅𝐴1 = 𝑅𝐵 = 0,2 Ω = 0,02 Ω
𝐼2 0,27 𝐴
2 2
𝜕𝑅𝐴1 2 𝜕𝑅𝐴1 2
∆𝑅𝐴1 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2

2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴1 = √| . . ∆𝐼1 | + |− 2 . 𝑅𝐵 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3

2 2
0,2 Ω 2 0,3 𝐴 2
∆𝑅𝐴1 √
= | . . 0,005 𝐴| + |− . 0,2 Ω. . 0,005 𝐴|
0,27 𝐴 3 (0,27 𝐴)2 3

∆𝑅𝐴1 = 0,0036909809 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝐴1
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝐴1
0,0036909809 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,18% (2 𝐴𝑃)
0,02 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝐴1 = (0,020 ± 0,0023) Ω(2 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar0,18% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 2
𝐼1 − 𝐼2 (0,25 − 0,24) 𝐴
𝑅𝐴2 = 𝑅𝐵 = 0,2 Ω = 0,0083 Ω
𝐼2 0,24 𝐴
2 2
𝜕𝑅𝐴2 2 𝜕𝑅𝐴2 2
∆𝑅𝐴2 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2

2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴2 √
= | . . ∆𝐼1 | + |− 2 . 𝑅𝐵 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3

2 2
0,2 Ω 2 0,25 𝐴 2
∆𝑅𝐴2 = √| . . 0,005 𝐴| + |− . 0,2 Ω. . 0,005 𝐴|
0,24 𝐴 3 (0,24 𝐴)2 3

∆𝑅𝐴2 = 0,00278615034Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝐴2
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝐴2
0,00278615034 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,33% (2 𝐴𝑃)
0,0083 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝐴2 = (0,0083 ± 0,0027) Ω(2 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,33% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 3
𝐼1 − 𝐼2 (0,22 − 0,21) 𝐴
𝑅𝐴3 = 𝑅𝐵 = 0,2 Ω = 0,0095 Ω
𝐼2 0,21 𝐴
2 2
𝜕𝑅𝐴3 2 𝜕𝑅𝐴3 2
∆𝑅𝐴3 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2

2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴3 = √| . . ∆𝐼1 | + |− 2 . 𝑅𝐵 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3

2 2
0,2 Ω 2 0,22 𝐴 2
∆𝑅𝐴3 √
= | . . 0,005 𝐴| + |− . 0,2 Ω. . 0,005 𝐴|
0,21𝐴 3 (0,21 𝐴)2 3

∆𝑅𝐴3 = 0,00318566469 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝐴3
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝐴3
0,00318566469 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,33% (2 𝐴𝑃)
0,0095 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝐴3 = (0,0095 ± 0,0031) Ω(2 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,33% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 4
𝐼1 − 𝐼2 (0,17 − 0,16) 𝐴
𝑅𝐴4 = 𝑅𝐵 = 0,2 Ω = 0,0125 Ω
𝐼2 0,16 𝐴
2 2
𝜕𝑅𝐴4 2 𝜕𝑅𝐴4 2
∆𝑅𝐴4 = √| . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2

2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴4 √
= | . . ∆𝐼1 | + |− 2 . 𝑅𝐵 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3

2 2
0,2 Ω 2 0,17 𝐴 2
∆𝑅𝐴4 = √| . . 0,005 𝐴| + |− . 0,2 Ω. . 0,005 𝐴|
0,16 𝐴 3 (0,16 𝐴)2 3

∆𝑅𝐴4 = 0,0041862656 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝐴4
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝐴4
0,0041862656 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,33% (2 𝐴𝑃)
0,0125 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝐴4 = (0,0125 ± 0,0041) Ω(2 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,33% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 5
𝐼1 − 𝐼2 (0,12 − 0,11) 𝐴
𝑅𝐴5 = 𝑅𝐵 = 0,2 Ω = 0,018 Ω
𝐼2 0,11 𝐴
2 2
𝜕𝑅𝐴5 2 𝜕𝑅𝐴5 2
∆𝑅𝐴5 √
= | . . ∆𝐼 | + | . . ∆𝐼 |
𝜕𝐼1 3 1 𝜕𝐼2 3 2

2 2
𝑅𝐵 2 𝐼1 2
∆𝑅𝐴5 = √| . . ∆𝐼1 | + |− 2 . 𝑅𝐵 . . ∆𝐼2 |
𝐼2 3 𝐼2 3

2 2
0,2 Ω 2 0,12 𝐴 2
∆𝑅𝐴5 √
= | . . 0,005 𝐴| + |− . 0,2 Ω. . 0,005 𝐴|
0,11 𝐴 3 (0,11 𝐴)2 3

∆𝑅𝐴5 = 0,00610431927 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝐴5
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝐴5
0,00610431927 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,33% (3 𝐴𝑃)
0,018 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝐴5 = (0,018 ± 0,0061) Ω(2 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,33% (2 𝐴𝑃).

➢ Perhitungan hambatan dalam pada voltmeter berdasarkan pengukuran

Percobaan 1
𝑉1 1,1𝑉
𝑅𝑉1 = 𝑅𝐵 = 22000 Ω = 60500 Ω
𝑉1 − 𝑉2 (1,1 − 0,7) 𝑉
2 2
𝜕𝑅𝑉1 2 𝜕𝑅𝑉1 2
∆𝑅𝑉1 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3

2 2
𝑉2 2 𝑉1 2
∆𝑅𝑉1 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3

∆𝑅𝑉1
2 2
0,7 𝑉 2 1,1 𝑉 2
= √|− . 22000 Ω. . 0,05 𝑉| + | . 22000 Ω. . 0,05 𝑉|
(1,1 𝑉 − 0,7 𝑉)2 3 (1,1 𝑉 − 0,7 𝑉)2 3

∆𝑅𝑉1 = 5975,93553814Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝑉1
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝑉1
5975,93553814 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,098% (2 𝐴𝑃)
60500 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝑉1 = (60500 ± 5975,9) 𝑘Ω(5 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,098% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 2
𝑉1 1𝑉
𝑅𝑉2 = 𝑅𝐵 = 22000 Ω = 55000 Ω
𝑉1 − 𝑉2 (1 − 0,6) 𝑉

2 2
𝜕𝑅𝑉2 2 𝜕𝑅𝑉2 2
∆𝑅𝑉2 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3

2 2
𝑉2 2 𝑉1 2
∆𝑅𝑉2 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3

∆𝑅𝑉2
2 2
0,6 𝑉 2 0,6 𝑉 2
= √|− . 22000 Ω. . 0,05 𝑉| + | . 22000 Ω. . 0,05 𝑉|
(1 𝑉 − 0,6 𝑉)2 3 (0,6 𝑉 − 0,5 𝑉)2 3

∆𝑅𝑉2 = 5345,03923694 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝑉2
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝑉2
5345,03923694 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,097% (2 𝐴𝑃)
55000 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝑉2 = (5345,0 ± 55000) 𝑘Ω(5 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,097% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 3
𝑉1 0,8 𝑉
𝑅𝑉3 = 𝑅𝐵 = 22000 Ω = 58667 Ω
𝑉1 − 𝑉2 (0,8 − 0,5) 𝑉

2 2
𝜕𝑅𝑉3 2 𝜕𝑅𝑉3 2
∆𝑅𝑉3 = √| . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3

2 2
𝑉2 2 𝑉1 2
∆𝑅𝑉3 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉1 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉2 |
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 (𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3

∆𝑅𝑉3
2 2
0,5 𝑉 2 0,8 𝑉 2
= √|− . 22000 Ω. . 0,05 𝑉| + | . 22000 Ω. . 0,05 𝑉|
(0,8 𝑉 − 0,5 𝑉)2 3 (0,8 𝑉 − 0,5 𝑉)2 3

∆𝑅𝑉3 = 7686,94758909 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝑉3
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝑉3
7686,94758909 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,13% (2 𝐴𝑃)
58667 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝑉3 = (58667 ± 7686,9) 𝑘Ω(5 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,13% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 4
𝑉1 0,5 𝑉
𝑅𝑉4 = 𝑅𝐵 = 22000 Ω = 110000Ω
𝑉1 − 𝑉2 (0,5 − 0,4) 𝑉

2 2
𝜕𝑅𝑉4 2 𝜕𝑅𝑉4 2
∆𝑅𝑉4 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3

2 2
𝑉2 2 𝑉1 2
∆𝑅𝑉4 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉 |
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 1
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 2
∆𝑅𝑉4
2 2
0,4 𝑉 2 0,5 𝑉 2
= √|− . 22000 Ω. . 0,05 𝑉| + | . 22000 Ω. . 0,05 𝑉|
(0,5 𝑉 − 0,4 𝑉)2 3 (0.5 𝑉 − 0,4 𝑉)2 3

∆𝑅𝑉4 = 46956,2444077Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝑉4
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝑉4
46956,2444077 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,42% (2 𝐴𝑃)
110000 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝑉4 = (110000 ± 46956,2) Ω(6 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,42% (2 𝐴𝑃).

Percobaan 5
𝑉1 0,3 𝑉
𝑅𝑉5 = 𝑅𝐵 = 22000 Ω = 66000 Ω
𝑉1 − 𝑉2 (0,3 − 0,2) 𝑉

2 2
𝜕𝑅𝑉5 2 𝜕𝑅𝑉5 2
∆𝑅𝑉5 √
= | . . ∆𝑉1 | + | . . ∆𝑉2 |
𝜕𝑉1 3 𝜕𝑉2 3

2 2
𝑉2 2 𝑉1 2
∆𝑅𝑉5 = √|− . 𝑅 . . ∆𝑉 | + | . 𝑅 . . ∆𝑉 |
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 1
(𝑉1 −𝑉2 )2 𝐵 3 2

∆𝑅𝑉5
2 2
0,2𝑉 2 0,3 𝑉 2
= √|− . 22000 Ω. . 0,05 𝑉| + | . 22000 Ω. . 0,05 𝑉|
(0,3 𝑉 − 0,2 𝑉)2 3 (0,3𝑉 − 0,2 𝑉)2 3

∆𝑅𝑉5 = 26440,7093534 Ω
Ralat Relatif
∆𝑅𝑉5
𝑅𝑟 = . 100%
𝑅𝑉5
26440,7093534 Ω
𝑅𝑟 = . 100% = 0,40% (2 𝐴𝑃)
66000 Ω
Jadi, nilai 𝑅𝑉5 = (66000 ± 26440) Ω(5 𝐴𝑃)dengan ralat relatif sebesar 0,40% (2 𝐴𝑃).

➢ Perhitungan hambatan dalam pada amperemeter berdasarkan teori


Percobaan 1
𝑉 0,03 𝑉
𝑅𝐴1 = = = 0,12 Ω
𝐼 0,25 𝐴
Percobaan 2
𝑉 0,024 𝑉
𝑅𝐴2 = = = 0,11Ω
𝐼 0,21 𝐴
Percobaan 3
𝑉 0,022 𝑉
𝑅𝐴3 = = = 0,12 Ω
𝐼 0,18 𝐴
Percobaan 4
𝑉 0,02 𝑉
𝑅𝐴4 = = = 0,14 Ω
𝐼 0,14 𝐴
Percobaan 5
𝑉 0,014 𝑉
𝑅𝐴5 = = = 0,14 Ω
𝐼 0,1 𝐴

➢ Perhitungan hambatan dalam pada voltmeter berdasarkan teori

Percobaan 1
𝑉 1,3 𝑉
𝑅𝑉1 = = = 2500000 Ω
𝐼 0,00000052 𝐴
Percobaan 2
𝑉 1,1 𝑉
𝑅𝑉2 = = = 2391304,3 Ω
𝐼 0,00000046 𝐴
Percobaan 3
𝑉 0,9 𝑉
𝑅𝑉3 = = = 2500000 Ω
𝐼 0,0000036 𝐴
Percobaan 4
𝑉 0,7 𝑉
𝑅𝑉4 = = = 2333333,3 Ω
𝐼 0,0000003 𝐴
Percobaan 5
𝑉 0,5 𝑉
𝑅𝑉5 = = = 2272727,3 Ω
𝐼 0,00000022 𝐴
Tugas dan Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dan kumpulkan sebelum praktikum dimulai

1. Dengan melihat letak dari amperemeter pada Gambar 1a dan voltmeter pada Gambar 1b
masing-masing sebagai alar ukur arus melalui R dan tegangan ujung-ujung R, maka
bagaimana sebaiknya hambatan masing-masing pada kedua alat tersebut.
2. Dapatkah amperemeter berfungsi sebagai voltmeter. Jika dapat, bagaimana rangkaiannya
dan apakah syarat-syaratnya.?
3. Turunkah Persamaan (2) dan (4), sertakan juga syarat-syarat yang diperlukan serta
koreksi yang mungkin diberikan.
Jawab :
1. Sebaiknya pada gambar 1a dipasang seri antara hambatan dan amperemeter, sehingga R
total dapat dihitung dengan Rtotal = R1+R2. Arus akan mengalir ke hambatan dan
amperemeter pada gambar 1b, sebaiknya hambatan dan Voltmeter dipasang secara
paralel sehingga sumber tegangan menyalurkan tegangan ke hambatan dan Voltmeter.
2. Amperemeter dapat berfungsi sebagai Voltmeter dengan pengukuran arus dan tegangan
secara bersamaan. Voltmeter akan mengikur tegangan pada ujung-ujung R dan disusun
secara paralel. Sedangkan amperemeter disusun secara seri. Syaratnya adalah
amperemeter berada dalam rangkaian dan berhubungan langsung dengan R.
𝐼1 − 𝐼2
3. 𝑅𝐴 = 𝑅𝐵
𝐼2
𝑅𝐴 𝐼2 = 𝑅𝐵 𝐼1 − 𝑅𝐵 𝐼2
𝑅𝐴 𝐼2 + 𝑅𝐵 𝐼2 = 𝑅𝐵 𝐼1
(𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 )𝐼2 = 𝑅𝐵 𝐼1
𝑅𝐵 𝐼1
𝐼2 =
𝑅𝐴 + 𝑅𝐵
𝑉1
𝑅𝑉 = 𝑅𝐵
𝑉1 −𝑉2
𝑅𝑉 𝑉1 − 𝑅𝑉 𝑉2 = 𝑅𝐵 𝑉1
𝑅𝑉 𝑉1 − 𝑅𝐵 𝑉1 = 𝑅𝑉 𝑉2
(𝑅𝑉 − 𝑅𝐵 )𝑉1 = 𝑅𝑉 𝑉2
𝑅𝑉 𝑉2
𝑉1 =
𝑅𝑉 − 𝑅𝐵

Anda mungkin juga menyukai