Anda di halaman 1dari 43

MULTIMETER EL201

TRPE

I. Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

1. Menjelaskan data-data pada Alat Ukur.


2. Mempergunakan Alat ukur secara benar.
3. Menentukan Batas ukur dari Alat Ukur.
4. Menentukan tahanan dalam dari Ampermeter dan Voltmeter.
5. Menentukan kesalahan pengukuran dari alat ukur listrik.

II. Dasar Teori

Sebelum kita menggunakan alat ukur listrik, misalnya : Ampermeter, Voltmeter,


Wattmeter, Power Faktor meter, dsb. Kita perlu mengetahui terlebih dahulu data-
data yang ada pada alat ukur, misalnyasebuah Ampermeter dengan tanda sebagai
berikut:

1
Gambar. 1

: Pemakaian alat ukur AC dan DC

: Alat ukur berdasarkan azas kumparan putar

1,5 : Kelas alat ukur

: Penggunaan alat ukur secara vertical (tegak lurus)

: Isolasinya telah diuji pada tegangan 2000 Volt

Skala meter

Gambar. 2 Skala meter pada alat ukur

Satu strip skala = 1

Gambar 3 Skala meter

Batas Ukur Maksimum ( BUM ) = 25

Jumlah strip = 25

2
Maka satu strip skala = 25/25 = 1

Gambar di atas adalah pembacaan yang benar Adalah dari arah B.


Gambar. 4 Arah pembacaan yang benar

Kelas alat ukur

Ketelitian alat ukur disebut kelas alat ukur

Kelompok alat ukur dibagi menjadi kelompok :

Kelompok 1 : Meter presisi termasuk meter kelas 0,1; 0,2; sampai 0,5

Kelompok 2 : Meter kerja yaitu 1 ; 1,5 ; 2,5 ; sampai 5

Contoh :

Voltmeter dengan batas ukur maksimum (BUM) = 60 Volt

Kelas alat ukur= 2,5

Kesalahan ukur = ± 2,5% dari 60 Volt

2 ,5
= ± x 60 volt
100

= ± 1,5 Volt

3
Dapat dilihat gambar dibawah ini :

Gambar . 5

Pembacaan Alat Ukur

Gambar. 6 Contoh pembacaan mistar yang benar

Cara Menggunakan Alat Ukur

4
Gambar. 7 Ampermeter selalu dihubung seri dengan beban

Gambar. 8 Voltmeter selalu dihubungkan parallel dengan beban

III. Alat yang Digunakan


1. Multimeter
2. Power supply Variabel 0 - 30 Volt
3. Lampu 12 Volt
4. Kabel penghubung secukupnya
5. Saklar tunggal
6. Resistor : 470 Ω
560 Ω

IV. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan di
laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop kontak
dan circuit braker)
4. Untuk pengukuran arus dan tegangan searah, letakkan multimeter pada saklar Idc /
Vdc, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling besar.
Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.
5. Perhatikan skala range yang sesuai dengan batas ukur dan baca hasil pengukuran
dengan teliti dan benar, catat hasilnya.

5
V. Rangkaian Percobaan / Pengesetan (set-ing) Alat’

Gambar 3

VI. Prosedur Percobaan


1. Buat rangkaian seperti gambar 1 dan 2 serta amati, kemudian hasil pengamatan
masukkan dalam table 1.1

2. Buat Rangkaian seperti gambar di bawah ini dengan nilai R = 470 Ω dengan
teganan 10 Volt

3. Ukur arus ( I ) dan catat dalam tabel 1.2, untuk resistor 470 Ω dimana a pada
tabel 1.2 untuk batas ukur untuk kesalahan terkecil sedangkan b untuk batas ukur
tertinggi. Kemudian hitung kesalahan Mutlak dan Relative.

6
4. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk resistor 560 Ω.

5. Mengukur Tahanan R1 = 470 Ω R2 = 220 Ω R3 = 330 Ω. Tabel 1.3.


R1 + R2 + R3 ; R1// R2 + R3 ; R1 // R2 // R3

VII. Data Hasil Percobaan

Tabel 1.1

No. Diagram V (Volt) Kondisi Keterangan


Rangkaian Lampu

1.

2.

Tabel 1.2

Kesalahan
Batas Tahanan Pengukuran Pengukuran
Pengukuran (Ohm) Arus I (mA) Mutlak Relative Tahanan (Ω)
(Ω) (%)

a.
470
b.

a.
560
b.

Tabel 1.3

R R Kesalahan

Rangkaian R Berdasarkan kode Terukur


Mutlak (Ω) Relative (%)
warna

7
Seri
Seri - paralel
Paralel

VIII. Analisis
 Menganalisis data-data dan cara menggunakan alat ukur untuk suatu rangkaian.
 Analisa batas ukur pada pengukuran.
 Menganalisis tahanan dalam dari Ampermeter dan voltmeter.
 Analisa kesalahan pengukuran pada alat ukur.

IX. Kesimpulan

8
HUBUNGAN SERI, PARALEL
EL202
DAN KOMBINASI SUATU TAHANAN

TRPE

I. Tujuan

Setelah melakuakan percobaan ini, pratikan dapat :

1. Membuktikan bahwa nilai tahanan seri (R T) dapat dicari dengan rumus :


RS = R1 + R2 + R3 + ………… + Rn
2. Menghitung bahwa nilai tahanan parallel ( R P) dapat dicari dengan rumus :
1 1 1 1 1
= + + + …………. +
Rp R1 R2 R3 Rn
3. Menghitung nilai tahanan yang dihubungkan secara kombinasi berdasarkan
rumus RS dan RP
4. Menentukan nilai tahanan pengganti pada hubungan seri, parallel dan
kombinasi.

II. Dasar Teori

Dalam rangkaian listrik, biasanya tidak hanya terdapat satu buah tahanan saja pada
rangkaian tersebut,Tetapi dihubungkan dengan tahanan lain, yang dapat dirangkaikan
dalam beberapa cara antara lain :

1. Tahanan yang di hubungkan secara seri


2. Tahanan yang dihubungkan secara parallel
3. Tahanan yang dihubungkan secara kombinasi

Jadi jelas bahwa hubungan tahanan tersebut di atas dirangkai menurut kebutuhan

9
Hubungan Seri

Gambar 3.1 Memperlihatkan rangkaian 3 buah tahanan yang dihubungkan secara seri

Gambar 1 Rangkaian Seri

Dari hokum Kirchoff II didapatkan

E = I.R1 + I.R2 + I. R3

Dari hokum Ohm bahwa:

E = I. RS

Sehingga persamaan di atas menjadi

I.RS = I ( R1 + R2 + R3 )

Jadi

RS = R1 + R 2 + R 3

Dari Persamaan di atas terbukti bahwa tahanan total dari rangkaian seri adalah jumlah
dari harga masing-masing tahanan atau dalam rumus umumnya ditulis :

RS = R1 + R2 + R3 + ……. + Rn

10
Hubungan Paralel

Gambar 3.2 adalah rangkaian 3 buah tahanan dalam hubungan parallel

Gambar 2 Rangkaian Paralel

Berdasarkan Hukum Kirchop, maka besar arus :

IT = I1 + I 2 + I 3

Kemudian berdasarkan hokum Ohm dapat disubstitusikan :

1 1 1 1
= + +
Rp R1 R2 R3

Khusus untuk dua tahanan yang dihubungkan parallel dapat digunakan Rumus

R1 x R2
RP =
R1 + R2

Hubungan Kombinasi

Dalam hubungan kombinasi besarnya tahanan pengganti dapat dicari dengan


menggabungkan rumus-rumus pada hubungan seri dan parallel (tergantung dari
susunan rangkaian)

Sebagai salah contoh adalah Gambar 3.3 yang merupakan rangkaian 3 buah tahanan
yang dihubungkan secara kombinasi seri parallel.

11
Gambar 3 Rangkaian Kombinasi

Berdasarkan rumus=rumus seri parallel, maka

R 2 x R3
RAB = R1 +
R2 + R3

III. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Sumber Tegangan DC : 1 bh
2. Multimeter DC : 1 bh
3. Tahanan 0,5 W, 1K : 2 bh
Tahanan 0,5 W, 3K3 : 3 bh
5K6 : 1 bh
4. Saklar : 1 bh
5. Experriment Board : 1 bh
6. Kabel penghubung secukupnya

IV. Kesehatan dan Keselamatan (K3).


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan di
laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop kontak
dan circuit braker)
4. Untuk pengukuran arus dan tegangan searah, letakkan multimeter pada saklar
Idc / Vdc, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling
besar. Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.

12
5. Perhatikan skala range yang sesuai dengan batas ukur dan baca hasil pengukuran
dengan teliti dan benar, catat hasilnya.
V. Langkah Percobaan
1. Hubungan Seri
a. Telitilah semua peralatan/ komponen sebelum digunakan
b. Buatlah rangkaian seperti Gambar di bawah ini :

c. Lakukan pengukuran seperti Tabel 1

2. Hubungan Paralel
d. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini :

e. Lakukan pengukuran sesuai dengan Tabel 2

13
3. Hubungan Kombinasi

Buatlah rangkaian seperti Gambar di bawah ini (Gambar 3)

f. Lakukan pengukuran sesuai dengan Tabel 3

VI. Data percobaan

Tabel 1

Tegangan (Volt) Tahanan Total ( Ω )


Arus
R menurut kode
No. R Diukur ( Ω )
warna ( Ω ) Dihitung
V Total VR ( mA ) Diukur (Ω)
(Ω)

R1 = 1 K

1 R2 = 3 K 3

R3 = 5 K 6

R1 = 3 K 3

2 R2 = 3 K 3

R3 = 3 K 3

14
Tabel 2

Arus ( mA ) Tahanan Total (Ω)


R Menurut Tegangan
No. R Diukur (Ω)
Kode (Ω) (Volt)
IT IR1 IR2 Diukur Dihitung

R1 = 1 K
1
R2 = 1 K

R1 = 3 K 3
2
R2 = 1 K

Tabel 3

Arus (mA) Tegangan (Volt) Tahanan Total (Ω)


R Menurut R Diukur
No
Kode (Ω (Ω)
IT IR2 IR3 VT VR Diukur Dihitung

R1 = 1 K

1 R2 = 3 K 3

R3 = 5 K 6

R1 = 1 K

2 R2 = 1 K

R3 = 270

VII. ANALISIS
 Menganalisis bahwa nilai tahanan seri (R T) dan parallel ( RP) dapat dicari dengan
rumus
 Menganalisis nilai tahanan pengganti pada hubungan seri, parallel dan kombinasi
pada suatu rangkaian.

15
VIII. KESIMPULAN

16
RANGKAIAN RLC SERI EL203

TRPE

1. TUJUAN PERCOBAAN
Selesai melaksnakan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
1. Menentukan nilai Impedasi (Z) pada rangkaian RL, RC dan RLC dalam hubungan seri,
2. Menggambarkan secara Vektor hubungan RLC secara seri
3. Menghitung besarnya sudut phasa reaktansi induktif dan kapasitif menggunakan
trigonometri, operasi J (kompleks) dan bentuk polar,
4. Menganalisa rangkaian RLC ditinjau dari arus, tegangan maupun sudut phasanya.

2. DASAR TEORI
Setiap komponen pada rangkaian RLC seri mempunyai pengaruh yang berbeda.
Misalnya, komponen R untuk arus dan tegangannya digambarkan sefase. Komponen
lain, seperti L (inductor) untuk tegangan mendahului arusnya 900 dan untuk C
(kapasitansi) tegangannya tertinggal 900 dari arusnya, sehingga VC dan VL dapat
dikatakan saling berlawanan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1, berikut ini.

1.a RC seri b. Fasor diagram

( Z )=√ R 2+ XL2 ohm


R XL
Z= = ohm
cos ɵ sin ɵ

XL
ɵ0 = arc tan (sudut fasa)
R

17
V
I = (Amp). XL = 2 πfL (Ω)
Z

Z=√ R 2+ XC 2

R XC
Z= = ohm
cos ɵ sin ɵ

XC
ɵ0 = arc tan (sudut fasa)
R

V 1
I = (Amp). XC = (Ω)
Z 2 πfC

2.a RC seri b. Fasor diagram

3. a RLC seri b. fasor

Pada saat XL = XC, terjadi resonansi seri dimana nilai impedansi Z = R Secara
trigonometri, pada saat XL¿ XC lihat gambar 4.

Dan impedansi (Z) :


R XC −XL
Z= = ohm
cos ɵ sin ɵ

18
Pada saat Xc ¿ XL gambar (4)
XC −XL
ɵ0 = arc tan
R

Impedansi (Z) :
R XC −XL
Z= = ohm
cos ɵ sin ɵ

Menentukan impedansi Z menggunakan operasi J (bilangan kompleks)


Z = R + j X L – j XC
Z = R + j (XL – XC), bila XL¿ XC maka ɵ positif
Z = R + j (XL – XC), bila XL¿ XC maka ɵ negative

Selain itu, dapat juga duselenggarakan dengan bentuk polar


Z = |Z|<ɵ , Z = √ R2 +( XL−XC )2 ohm

R XC −XL XC −XL
Z= = , ɵ = arc tan
cos ɵ sin ɵ R
Jika XL¿ XC, ɵ akan positif
Jika XL¿ XC, ɵ akan negative

Gambar 4

3. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Catu daya terisolasi 1 buah


2. Osiloskop 1 buah
3. AVO meter 3 buah
4. Tahanan 4K7 1 buah
5. Kapasitor 1 uF 1 buah

19
6. Balast TL 40 W Philip 1 buah
7. Saklar 1 buah
8. Kabel secukupnya

4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan
di laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop
kontak dan circuit braker)
4. Untuk pengukuran arus dan tegangan AC, letakkan multimeter pada saklar Iac /
Vac, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling besar.
Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.
5. Perhatikan skala range yang sesuai dengan batas ukur dan baca hasil
pengukuran dengan teliti dan benar, catat hasilnya.

20
5. Gambar Percobaan

6. Langkah Kerja

1. Rakitlah rangkaian percobaan pada gambar 5.


2. Atur tegangan sumber sesuai dengan table 1
3. Lakukan percobaan masing-masing nilai tahanan, catat hasil pembacaan Arus,
Tegangan pada tabel 1
4. Hitung besarnya sudut fasa (ɵ) dan impedansi serta catat pada tabel 1
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 untuk percobaan 5 b. catat pada tabel 2
6. Rakitlah rangkaian percobaan 5 c, catat semua pembacaan alat ukur dan catat
pada tabel 3
7. Huitung besarnya sudut phasa dan impedansi, masukkan dalam tabel 3
8. Matikan sumber, dan kembalikan alat-alat.
9. Buat laporan sesuai dengan ketentuan.

21
7. Data Percobaan
Tabel 1
No R Vs VL I XL ɵ Impedansi (Z)
(Ω) (V) (V) (A) (Ω) (o)
√ R2 + XL2 R / cos ɵ XL / sin ɵ

Tabel 2
No R Vc Vs I Xc ɵ Impedansi (Z)
(Ω) (V) (V) (A) (Ω) (o)
√ R2 + XC 2 R / cos ɵ XC / sin ɵ

22
Tabel 3
R C( Vs I VR Vc VL Xc XL ɵ Z ( Ω)
(Ω) μF ¿ (V) (A) (V) (V) (V) (Ω) (Ω)
(o) V/I √ R2 +¿ ¿ ¿
1

8. Analisa
 Menganalisa hasil nilai Impedasi (Z) pada rangkaian RL, RC dan RLC dalam
hubungan seri,
 Menganalisa gambar Vektor hubungan RLC secara seri
 Menganalisa nilai besarnya sudut phasa reaktansi induktif dan kapasitif
menggunakan trigonometri, operasi J (kompleks) dan bentuk polar,
 Menganalisa rangkaian RLC ditinjau dari arus, tegangan maupun sudut phasanya.

9. Kesimpulan

23
RANGKAIAN RLC PARALEL EL204

TRPE

1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
1. Menentukan nilai impedansi (z) pada rangkaian RLC parallel,
2. Menggambarkan secara vektoris impedansi RLC parallel
3. Menentukan besarnya sudut fasa (Ѳ) antara arus dan tegangan pada rangkaian
RCL parallel
4. Menganalisis frekuensi resonansi RLC parallel.

1. Dasar Teori
Pada gambar 1 diperlihatkan secara sederhana rangkaian RLC parallel. Setiap
komponen yang parallel dengan suatu sumber, maka di setiap cabang akan
mempunyai tagangan yang sama. Akan tetapi arus disetiap cabang akan berbeda, yaitu
arus sumber akan sama dengan jumlah vektoris arus cabang.

Gambar 1. Rangkaian RLC parallel (Hk. Kirchoff Arus)

Besarnya arus yang melalui R, L dan C adalah :


V
I R = (Amp) → IR sefase V
R

V
I L= (Amp) → IL lagging V
XL
24
V
I C= (Amp) → IC leading V
XC

Gambar 2. Fasor arus RLC parallel

Besarnya arus garis adalah :


I t= √ I R 2+¿ ¿ →
Capasitif (Ic > IL)
Atau,
I t= √ I R 2+¿ ¿ →
Induktif ( IL > IC)

Gambar 3. Fasor arus IC > IL

Dari fasor 3. Terlihat bahwa :


( IC−IL)
tanѲ= atau
IR
(IC−IL)
Ѳ=arc tan
IR
V
Impedansi (Z) = (Ω)
I line

25
Gambar 4 . fasor arus IL ˂ IC

Resonansi terjadi saat XC = XL yang nilainya dapat dihitung dengan :


1
Fr= (Hz) → seri dan parallel
2 π √ LC

2. Alat dan Bahan yang digunakan


1. Variable transformer garis terisolasi 1 buah
2. Audio frekuensi generator 3 buah
3. CRO dual trace 1 buah
4. Elavi 15 N 1 buah
5. Resistor
6. Kapasitor 1 buah
7. Induktor (ballast) 1 buah
8. Saklar 3 buah
9. Kabel penghubung secukupnya

3. Rangkaian Percobaan

Gambar 5

26
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan
di laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop
kontak dan circuit braker)
4. Untuk pengukuran arus dan tegangan AC, letakkan multimeter pada saklar Iac /
Vac, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling besar.
Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.
5. Perhatikan skala range yang sesuai dengan batas ukur dan baca hasil
pengukuran dengan teliti dan benar, catat hasilnya.
6. Untuk penggunaan Osiloskop terlebih dahuli dikalibrasi sebelum digunakan,
setelah di kalibrasi laporkan dengan PLP untuk di cek.

5. Langkah Kerja
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 5
2. Periksakan rangkaian pada instruktur
3. Tutup saklar S1, naikkan tegangan VAB = 30 volt, baca alat ukur dan catat pada
tabel
4. Buka S1, tutup S2, naikkan tegangan VAB = 30 volt, baca alat ukur dan catat
pada tabel
5. Buka S2 tutup S3, naikkan tegangan VAB = 30 volt, baca alat ukur dan catat IC
pada tabel
6. Tutup S2 dan S3, naikkan tegangan VAB = 30 volt, baca alat ukur dan catat (I)
RL pada tabel
7. Tutup S1, S2 dan S3, naikkan tegangan VAB = 30 volt, baca alat ukur dan catat
(I) RLC pada tabel
8. Hitung I RLC menggunakan rumus dan catat pada tabel
9. Hitung Impedansi menggunakan rumus dan catat pada tabel
10. Hitung sudut fase menggunakan rumus dan catat pada tabel
11. Hitung frekuensi resonansi dengan rumus
12. Ganti sunber dengan AFG, tetapkan tegangan keluarannya 6 volt, rubahlah
frekuensi AFG sampai tercapai resonansi.

27
13. Selesaika kembalikan alat-alat.

6. Data Percobaan
No V ab (V) IR IL IC IRL IRC IRLC I line Z ɵ (o)
(mA) (mA) (mA) (mA) (mA)
(mA) (mA)

7. Analisa
 Menganalisa nilai impedansi (z) pada rangkaian RLC parallel,
 Menganalisa gambar vektoris impedansi RLC parallel
 Menganalisa besarnya sudut fasa (Ѳ) antara arus dan tegangan pada rangkaian
RCL parallel
 Menganalisis frekuensi resonansi RLC parallel.

8. Kesimpulan

28
EL205
PERBAIKAN FAKTOR DAYA

TRPE

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengaruh pemasangan kapasitor pada beban-beban Induktif
2. Menghitung kebutuhan kapasitor kompensasi pada rangkaian listrik

2. DASAR TEORI
Kebanyakan beban yang digunakan untuk penerangann dan daya bersifat induktif.
Misalnya, motor-motor listrik, lampu TL, transformator dll. Karena beban tersebut
bersifat induktif, maka banyak daya (VA) yang tak bias dimanfaatkan. Hal ini secara
teknis dan ekonomis kurang menguntungkan. Salah satu cara untuk memanfaatkan
daya (VA) tersebut adalah dengan memasang kapasitor parallel beban.

Dari fasor daya berikut dapat dilihat bahwa :


Daya nyata (P) :
P = V.I cos ɵ (ω)
Daya semu (S) = VI (VA)
Daya reaktif (Q) : Q = VI sin ɵ (Var)
Qc = Q1 - Q2
Qc = P (tan ɵ1 – tan ɵ2)

29
3. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. COS ɵ METER 1 buah
2. Motor kapasitor 1 buah
3. Kapasitor 4 µF / 250 V 1 buah
4. Kapasitor 20 µF/ 250V 1 buah
5. Balast TL 40 w/ 220V 1 buah
6. Elafi 15 N / Multimeter 2 buah
7. Lampu TL 40w 1 buah
8. Mortar (kipas angin) 1 buah

4. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan
di laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop
kontak dan circuit braker)
4. Untuk pengukuran arus dan tegangan DC, letakkan multimeter pada saklar Idc /
Vdc, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling besar.
Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.
5. Untuk pengukuran arus dan tegangan AC, letakkan multimeter pada saklar Iac /
Vac, kemudian untuk saklar batas ukur pasangkan pada batas ukur paling besar.

30
Bila belum terbaca perlahan turunkan sampai dapat terbaca jelas dengan
mematikan sumber terlebih dulu.

6. Perhatikan skala range yang sesuai dengan batas ukur dan baca hasil
pengukuran dengan teliti dan benar, catat hasilnya.
7. Untuk penggunaan Osiloskop terlebih dahuli dikalibrasi sebelum digunakan,
setelah di kalibrasi laporkan dengan PLP untuk di cek.

5. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 1

Gambar 2

6. LANGKAH KERJA
1. Rakitlah peralatan seperti gambar 1 tanpa kapasitor
2. Baca alat ukur, catat pada tabel
3. Paralelkan kapasitor yang diminta
4. Baca alat ukur, catat pada tabel

31
5. Rakitlah peralatan seperti gambar 2 tanpa kapasitor dan motor tanpa beban
6. Baca alat ukur, catat pada tabel
7. Paralelkan kapasitor dengan motor, catat pada tabel
8. Bebani motor kapasitor dengan mengkopelnya dengan generator
9. Baca alat ukur, catat pada tabel
10. Selesai kembalikan alat-alat.

7. DATA PERCOBAAN

Beban V sumber I (A) cos (ɵ) P (ω) S (VA) Q (Var) Z ( Ω)

Tl 40 w

TL // C1

TL // C2

Balast

bl // C1

bl // C2

M// C1

M// C2

32
8. ANALISA
 Menganalisa pengaruh pemasangan kapasitor pada beban-beban Induktif
 Menganalisa perhitungan kebutuhan kapasitor kompensasi pada rangkaian listrik

9. KESIMPULAN

33
PENGUKURAN PENTANAHAN EL206

TRPE

1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengukur Tahanan Pentanahan dengan baik dan benar.
2. Mengetahui tahanan yang baik untuk pentanahan.
3. Mengetahui tahanan jenis tanah.
4. Menghitung tahanan jenis tanah setelah melakukan pengukuran tahanan tanah di
sekitar kampus.
5. Mengetahui cara untuk memperkecil nilai tahanan, agar di dapat tahanan yang
baik digunakan dalam pentanahan.

2. Teori Dasar
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan
dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan
isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan
arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke
tanah dengan menggunakan sistem pentanahan. Sistem pentanahan yang digunakan
baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem
penangkal petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang
telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada
prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu sistem
proteksi. Tidak jarang orang umum atau awam maupun seorang teknisi masih ada
kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran
yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah
hambatan sistem suatu sistem pentanahan tersebut. Tujuan utama dari adanya
grounding sistem pentanahan ini adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low-
impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan
transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge

34
adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding
sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut. Pengukuran
tahanan pentanahan bertujuan untuk mengetahui besarnya tahanan pentahanan dari
beberapa kondisi tanah.Nilai tahanan yang baik yaitu 0 Ω - 5 Ω. Untuk nilai tahanan
di berbagai tempat itu berbeda sesuai dengan kondisi tanahnya. Indonesia sendiri
memiliki 3 kondisi tanah meliputi, tanah berair, tanah liat, dan tanah berbatu. Karena
kami berdomisili di daerah Banjarmasin Kalimantan Selatan, maka kami mengukur
nilai tahanan pentanahan di sekitar kampus POLIBAN. Jenis tanah di Banjarmasin
sendiri merupakan jenis tanah rawa, Kemudian pengukuran juga menggunakan
elektroda yang terbuat dari tembaga dengan diameter 1,5 cm yang di pasang vertikal
atau di tanam di tanah. Alat yang paling utama untuk pengukuran yaitu Earth
Resistance Tester. Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan
yang terukur dengan kemampuan mengukur sampai 1999 Ω

3. Alat dan Bahan


1. Martil 1 buah
2. Elektroda batang bantu 2 buah
3. Meteran 1 buah
4. Kabel penghubung secukupnya
5. Earth Resistance Tester 1 buah
6. Elektroda tes 1 buah

4. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan
di laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop
kontak dan circuit braker).
4. Untuk pengukuran menggunakan alat ukur pentanahan harus di perhatikan
keluaran setiap elektrodanya, dan selektor range pembacaan pada alat ukur.

35
5. Rangkaian Percobaan

6. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan peralatan dan bahan.
2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth Resistance
Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah berarti kondisi
baterai dalam kondisi baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai lemah atau
bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu di ganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar rangkaian dengan menanam
elektroda utama dan elektroda bantu. Tanam elektroda dengan martil. Jika
menjumpai lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman
elektroda.
4. Menentukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda bantu
dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol “PRESS TO

36
TEST”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol
“. . . “ yang berkedip – kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama.
6. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang di inginkan dan
tekan tombol “ PRESS TO TEST “ selama beberapa detik.
7. Mencatat nilai tahanan yang muncul pada layar ERT.
8. Mengembalikan posisi tombol “ PRESS TO TEST “ ke posisi awal.
9. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang berbeda
dengan langkah yang sama.

7. Hasil Pengukuran

Kedalaman Nilai Tahanan hasil pengukuran


Elektroda
Elektroda (m) (Ω)

Dari hasil pengukuran tahanan pentanahan, kemudian hitunglah tahanan jenis tanah untuk ketiga
elektroda berikut :

1. Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 1


2. Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 2
3. Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 3

37
8. Analisis
 Menganalisa Tahanan Pentanahan dengan baik dan benar untuk pentanahan dan
jenis tanah.
 Menganalisa tahanan jenis tanah setelah melakukan pengukuran tahanan tanah di
sekitar kampus.
 Menganalisa cara untuk memperkecil nilai tahanan, agar di dapat tahanan yang
baik digunakan dalam pentanahan.

9. Kesimpulan

38
PENGUKURAN DENGAN LUX EL207

METER
TRPE

1. Tujuan
1. Mengetahui jenis alat ukur pencahayaan
2. Mengetahui cara kerja alat ukur pencahayaan
3. Mengetahui intensitas pencahayaan
4. Mengetahui fungsi dilakukannya pengukuran pencahayaan.

2. Dasar Teori
Cahaya merupakan bentuk dari radiasi elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata dan memiliki panjang gelombang dengan jangkauan 0.4 x 10 -4 − 0.75 x 10-4
cm. Dalam pengukuran cahay, ada beberapa istilah yang digunakan, yaitu:

 Intensitas Cahaya
Adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah
tertentu. Besarnya intensitas cahaya diukur dalam satuan candela (cd)

 Lumen
Disimbolkan dengan lm adalah unit satuan SI untuk mengukur keluaran
cahaya
oleh suatu sumber cahay. Satu lumen setara dengan besarnya cahaya yang
dipancarkan sumbeer cahaya secara seragam sebesar 1 candela pada 1
streadian
solid angle atau sudut ruang. Sehingga dituliskan 1 lm = 1 cd sr

 Iluminasi
Atau intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang mengenai suatu
permukaan. Iluminasi dihitung dalam satuan footcandles (fc) atau dalam
bentuk lux. 1 lux = 1 lumen/m2

39
Alat ukur pencahayaan adalah lux meter. Lux meter memiliki satuan lux, yang
didefinisikan sebagai satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Lux meter
memiliki range intensitas cahaya antara 1 – 100.000 Lux. Lux meter disusun oleh tiga
komponen utama yaitu rangka, LED dan photodiode. Prinsip kerja lux meter adalah
dengan mengubah energi cahaya menjadi arus listrik yang kemudian ditampilkan pada
LED.
Pengukuran lumen pada dasarnya adalah pengukuran yang menggunakan
pendekatan sumber titik. Pengukuran lumen dilakukan dalam ruang gelap dimana tidak
ada cahaya pantul yang diterima sensor luxmeter. Terdapat tiga jenis pengukuran
lumen, yaitu :
 Pengukuran umum
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada satu ruangan. Pengukuran jenis ini
dilakukan dengan membagi ruangan menjadi beberapa titik pengukuran dengan
jarak antar titik sama besar
 Pengukuran local
Dilakukan pada objek berupa benda tertentu. Mekanismenya benda ukur akan
dibagi menjadi beberapa titik ukur.
 Pengukuran reflektan
Pengukuran jenis ini adalah pengukuran besar reflektan dengan melakukan dua
kali pengukuran. Pengukuran pertama adalah mengukur intensitas pencahayaan
yang jatuh pada bidang ukur dengan meletakkan photo cell menghadap sumber
cahaya. Pengukuran kedua dengan membalik photocell sampai angka pada
display menunjukkan angka tertinggi. Besarnya reflektan dirumuskan sebagai
berikut: Reflektan = (pengukuran 2/pengukuran 1) x 100%

Pengukuran lumen penting untuk menghemat energi dalam pencahayaan.


Aplikasipengukuran lumen adalah pada bidang berikut:
1. Pengukuran tingkat pencahayaan pada bangunan
2. Pengukuran distribusi intensitas cahaya luminer
3. Bidang video, fotografik, dan arsitektur

40
3. Alat dan Bahan

1. Fitting lampu
2. Lampu pijar
3. Lampu Neon (panjang dan Ulir)
4. Lampu LED
5. Kabel
6. luxmeter/lightmeter

4. K3
1. Sebelum memulai praktikum, praktikan memahami tata tertib dan keselamatan di
laboratorium.
2. Mengetahui tempat dan cara penggunaan peralatan Laboratorium
3. Memperhatikan dan waspada terhadap tempat-tempat sumber listrik (stop kontak
dan circuit braker).
4. Sebelumnya praktikan harus mengetahui cara menggunakan Luxmeter.

5. Gambar Percobaan

41
6. Langkah Kerja
1. Rangkailah lampu pijar dengan saklar tunggal
2. Masukan ke sumber tegangan dan nyalakan lampu
3. Ukur dengan lux meter
4. Catat hasil di tabel
5. Lakukan hal yang sama untuk lampu neon
6. Pengukuran Umum Variasi Jenis Lampu
1. Pasang lampu pada fitting-nya
2. Tentukan dua belas titik pengukuran pada ruangan
3. Nyalakan lampu dan ukur lumen pada dua belas titik pengukuran dengan
jarak vertikal 1m dari lantai
4. Catat hasil pengukuran dan variasikan jenis lampu percobaan.
7. Pengukuran Umum Variasi Tinggi
1. Pasang lampu pada fitting-nya.
2. Nyalakan lampu dan ukur lumen tepat di bawah sinar lampu dengan
ketinggian dari lantai
3. Catat hasil pengukuran dan variasikan tinggi
8. Pengukuran Umum dengan Empat Jenis Lampu
1. Pasang keempat lampu pada fitting-nya.
2. Tentukan dua belas titik pengukuran pada ruangan
3. Nyalakan lampu dan ukur lumen tepat di bawah sinar lampu dengan
ketinggian dari lantai
4. Catat hasil pengukuran dan variasikan jenis lampu percobaan

42
7. Data Percobaan

No Lampu Intensitas Cahaya


10 cm 30 cm 40cm 60 cm 80 cm 100 cm
1 Pijar 10 watt

2 Pijar 25 watt

3 Pijar 50 watt

4 Neon Panjang

5 Neon Ulir

6 LED

8. Analisa
 Menganalisa cara kerja alat ukur pencahayaan danMengetahui intensitas
pencahayaan
 Menganalisa fungsi dilakukannya pengukuran pencahayaan.

9. Kesimpulan

43

Anda mungkin juga menyukai