HUKUM OHM
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fisika Dasar III
yang dibimbing oleh Nugroho Adi Pramono, S.Si., M.Sc.
Disusun oleh:
Offering AB
Kelompok 3
Ikhfan Prayoga 220321600740
A. TUJUAN
1. Mempelajari hubungan antara tegangan (V) dan kuat
arus (I) yang mengalir dalam suatu penghantar dengan
hambatan (R).
2. Menghitung R melalui metode grafik.
3. Terampil menggunakan amperemeter dan voltmeter.
B. DASAR TEORI
Hukum Ohm pertama kali dikemukakan pada tahun 1825 oleh seorang
fisikawan yang berasal dari Jerman, yakni Georg Simon Ohm (1789-1854) (Tim
Praktikum Fisika Dasar 3, 2023). Hukum Ohm menyatakan hubungan linier antara
beda potensial V dengan kuat arus I pada bahan berhambatan jika suhu konstan
(Ulva, 2022). Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah
konduktor tiap waktu (atau satu detik) (Yasu, 2021). Nilai arus listrik ini berbanding
lurus dengan nilai beda potensial/tegangan dan berbanding terbalik dengan nilai
hambatan/resistansi.
𝐼 = 𝑉.𝑅.................. (3)
Arus listrik yang melalui suatu penghantar selalu sebanding dengan beda
potensial yang diberikan pada penghantar tersebut dinamakan Hukum Ohm.
Pada persoalan ini, kita akan membahas material yang terdapat pada penghantar.
Oleh karena itu medan listrik 𝐸 di suatu titik pada material resistif akan ditinjau
dan hubungannya dengan rapat arus 𝐽 pada titik yang sama. Dari hubungan
tersebut, resistivitas 𝜌 pada material dinyatakan sebagai:
𝜌 = 𝐸𝐽.................. (4)
Menentukan Resistansi dari Resistivitas apabila kita mengetahui resistivitas
dari suatu penghantar, maka kita dapat menghitung resistansi dari panjang
penghantar tersebut.
Jika hubungan ini digrafikkan, maka akan terlihat seperti gambar (1) di
bawah ini. Grafik yang sesuai dengan hukum Ohm ( persamaan 1) disebut grafik
Ohmik, sedangkan yang tidak sesuai dengan hukum Ohm disebut non Ohmik.
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan hukum ohm adalah
sebagai berikut:
1.
Gambar 2. Multimeter (2
buah)
2.
3.
4.
Berfungsi untuk
menghubungkan tegangan dari
sumber tegangan ke semua
perangkat yang ada pada
rangkaian.
Gambar 5. Kabel
Penghubung
Gambar 6. Hambatan R
D. SKEMA PERCOBAAN
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memastikan bahwa multimeter pertama sebagai amperemeter DC (A) dan
multimeter kedua sebagai voltmeter DC (V) dengan batas ukur yang tepat,
dengan memutar selektornya.
2. Menyusun alat-alat sesuai skema rangkaian percobaan Hukum Ohm, seperti
Gambar 1.
3. Mencatat penunjukkan amperemeter dan voltmeter pada tabel.
4. Mengubah nilai arus yang lewat amperemeter A dengan memutar sumber
arus DC, lalu mencatat tegangan pada setiap perubahan arus yang terbaca
voltmeter V, pada tabel data.
F. DATA PERCOBAAN
Variabel Bebas : Tegangan (V)
Variabel Kontrol : Kuat Arus Listrik (I)
Variabel Terikat : Hambatan (R)
NST Amperemeter : 0,5 mA = 0,0005 A
½ NST Amperemeter : 0,25 mA = 0,00025 A
NST Voltmeter : 0,2 V
½ NST Voltmeter : 0,1 V
1 0,8 0,0025
2 0,9 0,0035
3 1,2 0,0045
4 1,4 0,0055
5 1,8 0,0065
6 2,0 0,0075
7 2,4 0,0085
8 2,6 0,0095
9 2,8 0,0105
10 3,2 0,0115
Tabel 3. Data Hasil Percobaan.
G. ANALISIS DATA
Pada percobaan Hukum Ohm ini untuk memperoleh data dengan
menggunakan beberapa metode:
Menggunakan nilai hambatan menggunakan persamaan
𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉
𝑅=
𝑅
Menghitung nilai ralat hambatan menggunakan ralat rambat
2 2
1 2 𝑉 2
√
∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
Mencari hubungan antara arus dengan tegangan dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil dan membuat grafik hubungan (I) dan (V)
Menentukan nilai hambatan (R)
1. Percobaan 1
𝑉
𝑅=
𝐼
0,8
𝑅=
0,0025
𝑅 = 320
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 0,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0025 3 0,00252 3
∆𝑅 = 34,15
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
34,15
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
320
𝑅𝑅 = 10,67 % (2 AP)
Jadi, nilai dari R = (320 ± 34,15) dengan ralat relatif sebesar 10,67 %
(2 AP).
2. Percobaan 2
𝑉
𝑅=
𝐼
0,9
𝑅=
0,0035
𝑅 = 257,1429
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 0,9 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0035 3 0,00352 3
∆𝑅 = 22,64397
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
22,64397
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
257,1429
𝑅𝑅 = 8,81 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (257,14 ± 22,64) dengan ralat relatif sebesar 8,81
% (3 AP).
3. Percobaan 3
𝑉
𝑅=
𝐼
1,2
𝑅=
0,0045
𝑅 = 266,6667
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 1,2 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0045 3 0,00452 3
∆𝑅 = 17,80519
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
17,80519
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 6,68 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 17,81) dengan ralat relatif sebesar 6,68 %
(3 AP)
4. Percobaan 4
𝑉
𝑅=
𝐼
1,4
𝑅=
0,0055
𝑅 = 254,5455
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 1,4 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0055 3 0,00552 3
∆𝑅 = 14,36739
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
14,36739
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
254,5455
𝑅𝑅 = 5,64 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (254,54 ± 14,37) dengan ralat relatif sebesar 5,64 %
(3 AP)
5. Percobaan 5
𝑉
𝑅=
𝐼
1,8
𝑅=
0,0065
𝑅 = 276,9231
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 1,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0065 3 0,00652 3
∆𝑅 = 12,47447
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
12,47447
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
276,47447
𝑅𝑅 = 4,50 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (276,47 ± 12,47) dengan ralat relatif sebesar 4,50 %
(3 AP)
6. Percobaan 6
𝑉
𝑅=
𝐼
2,0
𝑅=
0,0075
𝑅 = 266,6667
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 2,0 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0075 3 0,00752 3
∆𝑅 = 10,68311
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
10,68311
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 4,01 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 10,68) dengan ralat relatif sebesar 4,01 %
(3 AP)
7. Percobaan 7
𝑉
𝑅=
𝐼
2,4
𝑅=
0,0085
𝑅 = 282,3529
2 2
1 2 𝑉 2
√
∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 2,4 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0085 3 0,00852 3
∆𝑅 = 9,600301
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
9,600301
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
282,3529
𝑅𝑅 = 3,40 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (282,35 ± 9,60) dengan ralat relatif sebesar 3,40 %
(3 AP)
8. Percobaan 8
𝑉
𝑅=
𝐼
2,6
𝑅=
0,0095
𝑅 = 273,6842
2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 2,6 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0095 3 0,00952 3
∆𝑅 = 8,502947
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
8,502947
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
273,6842
𝑅𝑅 = 3,11 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (273,68 ± 8,50) dengan ralat relatif sebesar 3,11 %
(3 AP)
9. Percobaan 9
𝑉
𝑅=
𝐼
2,8
𝑅=
0,0105
𝑅 = 266,6667
2 2
1 2 𝑉 2
√
∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 2,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0105 3 0,01052 3
∆𝑅 = 7,630796
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
7,630796
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 2,86 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 7,63) dengan ralat relatif sebesar 2,86 %
(3 AP)
10. Percobaan 10
𝑉
𝑅=
𝐼
3,2
𝑅=
0,0115
𝑅 = 279,2609
2 2
1 2 𝑉 2
√
∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
2 2
1 2 3,2 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0115 3 0,01152 3
∆𝑅 = 7,06184
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
7,06184
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
279,2609
𝑅𝑅 = 2,86 % (3 AP)
Jadi, nilai dari R = (279,26 ± 7,06) dengan ralat relatif sebesar 2,54 %
(3 AP)
= −0,0033
Mencari nilai b
𝑛(∑𝑥𝑦)−(∑𝑥)(∑𝑦)
𝑏= 𝑛 (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2
10 (0,15625)−(0,07)(19,1)
=
10 (0,0005725)−(0,0049)
= 273,33333
Mencari nilai 𝑆̅𝑦
1 Σx2 (Σy)2 −2 (Σx)(Σxy)(Σy)+n(Σxy)2
𝑆̅𝑦 = √n−2 |Σy 2 − |
n(Σx2 )−(Σx)2
=
1 (0,0005725)(364,81)−(2) (0,07)(0,15625)(19,1)+(10)(0,024414)
√10−2 |42,69 − 10 (0,0005725)−(0,0049)
|
= 0,075277
Mencari nilai 𝑆̅𝑏
𝑛
𝑆̅𝑏 = 𝑆𝑦̅ √𝑛(∑ 𝑥 2 )− (∑ 𝑥)2
10
= 0,075277√5 (334,75)−(1056,25)
= 0,2877541401
0,0005725
= 0,075277√5 (334,75)−(1056,25)
=0,062708
= 1881,25 %
𝑠̅
𝑅𝑏 = | 𝑏𝑏 | × 100
0,2877541401
=| | × 100
273,3333
= 3,03 % (3 AP)
2
1.5
1
0.5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014
I (A)
H. PEMBAHASAN
TUGAS
1) Buatlah grafik hubungan antara I sebagai sumbu X dan V sebagai sumbu
Y. Dari grafik yang dihasilkan bagaimana nilai V bila I bertambah besar?
Jawab:
2
1.5
1
0.5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014
I (A)
Apabila nilai I semakin besar, maka akan semakin besar pula nilai V nya.
Hal itu dapat kita melalui data percoban dan juga dari grafik yang terlihat antara I
dan V saling berbanding lurus.
ΔV = 𝑙 σ 𝑗 = ( 𝑙 σA ) 𝐼 = 𝑅I
𝑙
Besar hambatan dari konduktor adalah 𝑅 = sehingga dapat didefinisikan
σA
I. KESIMPULAN
Hukum Ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik yang mengalir pada suatu
beban listrik sebanding dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan. Benda penghantar bisa dikatakan mematuhi Hukum Ohm apabila nilai
resistensinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensialnya yang
dikenakan kepadanya. Secara matematis, persamaan Hukum Ohm ditunjukan
sebagai berikut:
V = I∙R
Pada praktikum ini juga didapatkan grafik hubungan antara kuat arus (I)
dengan tegangan (V) yang berbanding lurus, yaitu jika nilai kuat arus semakin
besar, maka nilai tegangannya juga semakin besar. Pada grafik ini juga memiliki
derajat kemiringan/gradien yang mana pada konteks hukum ohm, gradien tersebut
merupakan besar dari resistensi. Pada perhitungan menggunakan metode grafik
didapatkan nilai resistensi (R) yang hampir sama dengan nilai resistensi (R) yang
dipakai pada praktikum yakni sebesar 270 Ω dan nilai resistensi dari metode grafik
juga memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai resistensi yang didapatkan dari
perhitungan persamaan hukum ohm, yang mana praktikum ini telah sesuai dengan
teori yang ada.
J. DAFTAR PUSTAKA
Ulva, Siti Maria., Sunjoyo., Aprilia Evi Suryanti. (2022). Jurnal Ikatan Alumni
Fisika Universitas Negeri Medan: Analisis Konsistensi Tahanan Cincin
Terhadap Variasi Nilai Resistensi Pada Berbagai Medium. Medan:
Universitas Negeri Medan