Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR III

HUKUM OHM
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Fisika Dasar III
yang dibimbing oleh Nugroho Adi Pramono, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh:
Offering AB
Kelompok 3
Ikhfan Prayoga 220321600740

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA
NOVEMBER 2023
PERCOBAAN HUKUM OHM

A. TUJUAN
1. Mempelajari hubungan antara tegangan (V) dan kuat
arus (I) yang mengalir dalam suatu penghantar dengan
hambatan (R).
2. Menghitung R melalui metode grafik.
3. Terampil menggunakan amperemeter dan voltmeter.

B. DASAR TEORI
Hukum Ohm pertama kali dikemukakan pada tahun 1825 oleh seorang
fisikawan yang berasal dari Jerman, yakni Georg Simon Ohm (1789-1854) (Tim
Praktikum Fisika Dasar 3, 2023). Hukum Ohm menyatakan hubungan linier antara
beda potensial V dengan kuat arus I pada bahan berhambatan jika suhu konstan
(Ulva, 2022). Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah
konduktor tiap waktu (atau satu detik) (Yasu, 2021). Nilai arus listrik ini berbanding
lurus dengan nilai beda potensial/tegangan dan berbanding terbalik dengan nilai
hambatan/resistansi.

Resistansi dan Resistivitas apabila kita menerapkan beda potesial yang


sama di antara ujung suatu penghantar atau kawat maka akan menghasilkan beda
arus di antara kedua ujung penghantar tersebut (Halliday, 2010). Karakteristik
konduktor pada suatu penghantar ini merupakan resistansi listriknya. Selanjutnya
menentukan resistansi antara dua titik konduktor dengan menerapkan beda
potensial 𝑉 di antara titik-titik tersebut dan mengukur arus 𝐼 yang dihasilkan.
Besar resistansi R disimbolkan sebagai:
𝑅 = 𝐼................ (1)
Satuan SI untuk resistansi pada persamaan (1) ialah volt per ampere.
Persamaan ini memberikan nama khusus yang disebut dengan Ohm (Ω),
sehingga:
𝑣
1 ohm =1 Ω = 1 volt per ampere =1𝐴........... (2)

Konduktor yang fungsinya dalam rangkaian sebagai penyediaan


resistansi disebut dengan resistor. Dalam suatu diagram rangkaian, kita
representasikan resistor dan resistansi dengan simbol. Jika kita tulis persamaan
(1) sebagai

𝐼 = 𝑉.𝑅.................. (3)

Arus listrik yang melalui suatu penghantar selalu sebanding dengan beda
potensial yang diberikan pada penghantar tersebut dinamakan Hukum Ohm.
Pada persoalan ini, kita akan membahas material yang terdapat pada penghantar.
Oleh karena itu medan listrik 𝐸 di suatu titik pada material resistif akan ditinjau
dan hubungannya dengan rapat arus 𝐽 pada titik yang sama. Dari hubungan
tersebut, resistivitas 𝜌 pada material dinyatakan sebagai:

𝜌 = 𝐸𝐽.................. (4)
Menentukan Resistansi dari Resistivitas apabila kita mengetahui resistivitas
dari suatu penghantar, maka kita dapat menghitung resistansi dari panjang
penghantar tersebut.
Jika hubungan ini digrafikkan, maka akan terlihat seperti gambar (1) di
bawah ini. Grafik yang sesuai dengan hukum Ohm ( persamaan 1) disebut grafik
Ohmik, sedangkan yang tidak sesuai dengan hukum Ohm disebut non Ohmik.

Gambar 1. Hukum Ohm


Kita semua tahu, tentu saja, bahwa arus listrik disebabkan oleh aliran
elektron yang masing-masing memiliki muatan listrik yang sama. Jika kita memiliki
benda bermuatan negatif, itu berarti benda tersebut memiliki elektron ekstra, dan
seberapa bermuatan suatu benda diukur dengan jumlah elektron ekstra yang ada.
Muatan elektron biasanya dilambangkan dengan simbol q atau e, dinyatakan dalam
coulomb, yaitu: q ≈ 1,6×10 -19 coulomb.
Menurut hukum Ohm, 1 ohm, didefinisikan sebagai resistansi yang
digunakan dalam rangkaian yang dilalui arus 1 ampere yang memiliki beda
potensial 1 volt (Sutrisno, 1986). Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan arti
hambatan, yaitu perbedaan potensial dibandingkan dengan kekuatan arus. Semakin
besar sumber tegangan maka semakin besar pula arus yang dihasilkan, sehingga
besarnya hambatan tidak dipengaruhi oleh besarnya tegangan dan arus, melainkan
oleh panjang penampang, luas penampang, dan jenis bahan.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan hukum ohm adalah
sebagai berikut:

No. Alat dan bahan Fungsi

1.

Berfungsi untuk melihat nilai


dari kuat arus (I) dan tegangan
(V).

Gambar 2. Multimeter (2
buah)

2.

Berfungsi untuk mengatur


besar kecilnya arus yang
lewat.
Gambar 3. Potensio

3.

Sebagai sumber tegangan.


Gambar 4. Sumber
Tegangan DC

4.

Berfungsi untuk
menghubungkan tegangan dari
sumber tegangan ke semua
perangkat yang ada pada
rangkaian.
Gambar 5. Kabel
Penghubung

Sebagai variabel kontrol.

Gambar 6. Hambatan R

Tabel 1. Alat dan Bahan.

D. SKEMA PERCOBAAN

Gambar 7. Skema Percobaan Hukum Ohm.

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memastikan bahwa multimeter pertama sebagai amperemeter DC (A) dan
multimeter kedua sebagai voltmeter DC (V) dengan batas ukur yang tepat,
dengan memutar selektornya.
2. Menyusun alat-alat sesuai skema rangkaian percobaan Hukum Ohm, seperti
Gambar 1.
3. Mencatat penunjukkan amperemeter dan voltmeter pada tabel.
4. Mengubah nilai arus yang lewat amperemeter A dengan memutar sumber
arus DC, lalu mencatat tegangan pada setiap perubahan arus yang terbaca
voltmeter V, pada tabel data.
F. DATA PERCOBAAN
 Variabel Bebas : Tegangan (V)
 Variabel Kontrol : Kuat Arus Listrik (I)
 Variabel Terikat : Hambatan (R)
 NST Amperemeter : 0,5 mA = 0,0005 A
 ½ NST Amperemeter : 0,25 mA = 0,00025 A
 NST Voltmeter : 0,2 V
 ½ NST Voltmeter : 0,1 V

No. Volt (V) I (A)

1 0,8 0,0025
2 0,9 0,0035
3 1,2 0,0045
4 1,4 0,0055
5 1,8 0,0065
6 2,0 0,0075
7 2,4 0,0085
8 2,6 0,0095
9 2,8 0,0105
10 3,2 0,0115
Tabel 3. Data Hasil Percobaan.
G. ANALISIS DATA
Pada percobaan Hukum Ohm ini untuk memperoleh data dengan
menggunakan beberapa metode:
 Menggunakan nilai hambatan menggunakan persamaan
𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉
𝑅=
𝑅
 Menghitung nilai ralat hambatan menggunakan ralat rambat

2 2
1 2 𝑉 2

∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
 Mencari hubungan antara arus dengan tegangan dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil dan membuat grafik hubungan (I) dan (V)
 Menentukan nilai hambatan (R)
1. Percobaan 1

𝑉
𝑅=
𝐼

0,8
𝑅=
0,0025
𝑅 = 320

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 0,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0025 3 0,00252 3

∆𝑅 = 34,15
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
34,15
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
320
𝑅𝑅 = 10,67 % (2 AP)

Jadi, nilai dari R = (320 ± 34,15) dengan ralat relatif sebesar 10,67 %
(2 AP).

2. Percobaan 2

𝑉
𝑅=
𝐼

0,9
𝑅=
0,0035
𝑅 = 257,1429

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 0,9 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0035 3 0,00352 3

∆𝑅 = 22,64397

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
22,64397
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
257,1429
𝑅𝑅 = 8,81 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (257,14 ± 22,64) dengan ralat relatif sebesar 8,81
% (3 AP).

3. Percobaan 3

𝑉
𝑅=
𝐼

1,2
𝑅=
0,0045
𝑅 = 266,6667

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 1,2 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0045 3 0,00452 3

∆𝑅 = 17,80519

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
17,80519
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 6,68 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 17,81) dengan ralat relatif sebesar 6,68 %
(3 AP)

4. Percobaan 4

𝑉
𝑅=
𝐼

1,4
𝑅=
0,0055
𝑅 = 254,5455

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 1,4 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0055 3 0,00552 3

∆𝑅 = 14,36739

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
14,36739
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
254,5455
𝑅𝑅 = 5,64 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (254,54 ± 14,37) dengan ralat relatif sebesar 5,64 %
(3 AP)

5. Percobaan 5

𝑉
𝑅=
𝐼

1,8
𝑅=
0,0065
𝑅 = 276,9231

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 1,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0065 3 0,00652 3

∆𝑅 = 12,47447

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
12,47447
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
276,47447
𝑅𝑅 = 4,50 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (276,47 ± 12,47) dengan ralat relatif sebesar 4,50 %
(3 AP)

6. Percobaan 6

𝑉
𝑅=
𝐼
2,0
𝑅=
0,0075
𝑅 = 266,6667

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 2,0 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0075 3 0,00752 3

∆𝑅 = 10,68311

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
10,68311
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 4,01 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 10,68) dengan ralat relatif sebesar 4,01 %
(3 AP)

7. Percobaan 7

𝑉
𝑅=
𝐼

2,4
𝑅=
0,0085
𝑅 = 282,3529

2 2
1 2 𝑉 2

∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 2,4 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0085 3 0,00852 3

∆𝑅 = 9,600301
Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
9,600301
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
282,3529
𝑅𝑅 = 3,40 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (282,35 ± 9,60) dengan ralat relatif sebesar 3,40 %
(3 AP)

8. Percobaan 8

𝑉
𝑅=
𝐼

2,6
𝑅=
0,0095
𝑅 = 273,6842

2 2
1 2 𝑉 2
∆𝑅 = √| . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 2,6 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0095 3 0,00952 3

∆𝑅 = 8,502947

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
8,502947
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
273,6842
𝑅𝑅 = 3,11 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (273,68 ± 8,50) dengan ralat relatif sebesar 3,11 %
(3 AP)

9. Percobaan 9
𝑉
𝑅=
𝐼

2,8
𝑅=
0,0105
𝑅 = 266,6667

2 2
1 2 𝑉 2

∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 2,8 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0105 3 0,01052 3

∆𝑅 = 7,630796

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
7,630796
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
266,6667
𝑅𝑅 = 2,86 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (266,67 ± 7,63) dengan ralat relatif sebesar 2,86 %
(3 AP)

10. Percobaan 10

𝑉
𝑅=
𝐼

3,2
𝑅=
0,0115
𝑅 = 279,2609

2 2
1 2 𝑉 2

∆𝑅 = | . . ∆𝑉| + | 2 . . ∆𝐼|
𝐼 3 𝐼 3

2 2
1 2 3,2 2
∆𝑅 = √| . . 0,1| + | . . 0,00025|
0,0115 3 0,01152 3
∆𝑅 = 7,06184

Ralat Relatif
∆𝑅
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
𝑅
7,06184
𝑅𝑅 = | | 𝑋 100%
279,2609
𝑅𝑅 = 2,86 % (3 AP)

Jadi, nilai dari R = (279,26 ± 7,06) dengan ralat relatif sebesar 2,54 %
(3 AP)

 Mencari Hubungan antara arus dengan tegangan menggunakan metode


kuadrat terkecil.
No. X = I (A) Y= V (Volt) X2 Y2 XY

1 0,0025 0,8 0,00000625 0,64 0,002

2 0,0035 0,9 0,00001225 0,81 0,00315

3 0,0045 1,2 0,00002025 1,44 0,0054

4 0,0055 1,4 0,00003025 1,96 0,0077

5 0,0065 1,8 0,00004425 3,24 0,0117

6 0,0075 2,0 0,00005625 4 0,015

7 0,0085 2,4 0,00007225 5,76 0,0204

8 0,0095 2,6 0,00009025 6,76 0,0247

9 0,0105 2,8 0,00011025 7,84 0,0294

10 0,0115 3,2 0,00013325 10,24 0,0368

Σ 0,0005725 42,69 0,15625


0,07 19,1
∑2 0,0049 364,81 32776𝑥10−7 1822,436 0,024414
 Mencari nilai a
(∑𝑦)(∑𝑥 2 )−(∑𝑥)(∑𝑥𝑦)
𝑎= 𝑛 (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2
(19,1)(0,0005725)−(0,07)(0,15625)
= 10 (0,0005725)−(0,0049)

= −0,0033
 Mencari nilai b
𝑛(∑𝑥𝑦)−(∑𝑥)(∑𝑦)
𝑏= 𝑛 (∑𝑥 2 )−(∑𝑥)2
10 (0,15625)−(0,07)(19,1)
=
10 (0,0005725)−(0,0049)

= 273,33333
 Mencari nilai 𝑆̅𝑦
1 Σx2 (Σy)2 −2 (Σx)(Σxy)(Σy)+n(Σxy)2
𝑆̅𝑦 = √n−2 |Σy 2 − |
n(Σx2 )−(Σx)2

=
1 (0,0005725)(364,81)−(2) (0,07)(0,15625)(19,1)+(10)(0,024414)
√10−2 |42,69 − 10 (0,0005725)−(0,0049)
|

= 0,075277
 Mencari nilai 𝑆̅𝑏
𝑛
𝑆̅𝑏 = 𝑆𝑦̅ √𝑛(∑ 𝑥 2 )− (∑ 𝑥)2

10
= 0,075277√5 (334,75)−(1056,25)

= 0,2877541401

 Mencari nilai 𝑆̅𝑎


(Σx2 )
𝑆̅𝑎 = 𝑆𝑦̅ √𝑛(∑ 𝑥 2 )− (∑ 𝑥)2

0,0005725
= 0,075277√5 (334,75)−(1056,25)

=0,062708

 Menghitung ralat relatif


𝑠̅
𝑅𝑎̅ = | 𝑎𝑎 | × 100
0,062708
= | −0,0033 | × 100

= 1881,25 %

𝑠̅
𝑅𝑏 = | 𝑏𝑏 | × 100
0,2877541401
=| | × 100
273,3333

= 3,03 % (3 AP)

Jadi nilai a = ( −0,003 ± 0,063) V dengan ralat relatif sebesar


1881,25 % dan nilai b = (273,33 ± 0,29) Ω dengan ralat realtif sebesar
3,03 % (3AP). Dari hasil perhitungan diatas, dapat ditentukan
persamaan garis sebagai berikut:

Grafik Hubungan antara Kuat Arus (I) dengan


Tegangan (V)
3.5
3 y = 273.33x - 0.0033
R² = 0.9927
2.5
V (Volt)

2
1.5
1
0.5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014
I (A)

Grafik 1. Hubungan antara Kuat Arus (I) dengan Tegangan (V).

H. PEMBAHASAN

Pada percobaan hukum ohm ini adalah percobaan yang membahas


hubungan antara tegangan (V) dan kuat arus (I) yang mengalir dalam suatu
penghantar dengan hambatan (R). Pada percobaan ini nilai V divariasikan, dan nilai
R tetap. Karena R merupakan konstanta perbandingan antara tegangan dan arus.
yang mempengaruhi nilai R adalah jenis penghantar, panjang penghantar, luas
penghantar dan konduktifitas.

Berdasarkan hasil percobaan hukum ohm ini menyatakan bahwa hubungan


antara tegangan (V) dan kuat arus (I) yang mengalir dalam suatu penghantar dengan
hambatan (R) dapat dilihat pada grafik hubungan kuat arus (I) dengan tegangan (V)
di atas. Dari grafik di atas, menunjukkan bahwa apabila kuat arus (I) bertambah
besar maka nilai tegangan (V) juga akan bertambah besar. Sehingga, beda
potensial/tegangan (V) dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan kuat arus
listrik (I) yang mengalir di dalamnya. Hal ini telah sesuai dengan teori.

Pada pratikum Hukum Ohm ini, analisis hambatan menggunakan ralat


rambat dan ralat kuadrat terkecil. Dari hasil analisis, diperoleh bahwa hasil
perhitungan telah sesuai dengan teori, bahwa nilai resistansi dari hasil praktikum
selalu mendekati nilai resistansi dari resistor yang dipakai pada praktikum yaitu
sebesar 270 Ω. Untuk besar kuat arus dan tegangan yaitu semakin besar pada saat
pratikum, dari percobaan pertama sampai percobaan ke sepuluh, dan hasil ralat
relatifnya pada ralat rambat semakin mengecil, dengan menggunakan ralat rambat
diperoleh:

Percobaan 1: R = (320 ± 34,15) dengan ralat relatif sebesar 10,67 % (2 AP).

Percobaan 2: R = (257,14 ± 22,64) dengan ralat relatif sebesar 8,81 % (3 AP).

Percobaan 3: R = (266,67 ± 17,81) dengan ralat relatif sebesar 6,68 % (3 AP).

Percobaan 4: R = (254,54 ± 14,37) dengan ralat relatif sebesar 5,64 % (3 AP).

Percobaan 5: R = (276,92 ± 12,47) dengan ralat relatif sebesar 4,50 % (3 AP).

Percobaan 6: R = (266,67 ± 10,68) dengan ralat relatif sebesar 4,01 % (3 AP).

Percobaan 7: R = (282,35 ± 9,60) dengan ralat relatif sebesar 3,40 % (3 AP).

Percobaan 8: R = (273,68 ± 8,50) dengan ralat relatif sebesar 3,11 % (3 AP).

Percobaan 9: R = (266,67 ± 7,63) dengan ralat relatif sebesar 2,86 % (3 AP).


Percobaan 10: R = (278,26 ± 7,06) dengan ralat relatif sebesar 2,54 % (3 AP).

Sedangkan pada perhitungan ralat metode kuadrat terkecil besar Ra =


1881,25 % dan besar Rb = 3,03 % (3 AP), dan besar b = 273,3333 yang merupakan
gradien dari grafik hubungan antara kuat arus (I) dengan tegangan (V), yang dimana
nilai gradien tersebut adalah nilai resistansi dari rangkaian. Jika dibandingkan hasil
nilai resistansi dari metode grafik dengan persamaan hukum ohm dan nilai
resistansi dari resistor yang dipakai pada praktikum ini yakni sebesar 270 Ω
didapatkan nilai yang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa praktikum ini telah
sesuai dengan teori yang ada. Kesalahan ralat yang besar, terjadi karena pada saat
pratikum, praktikan kurang teliti dalam membaca skala hasil pengukuran, usia alat
pratikum yang sudah tua sehingga mengalami penurunan fungsi alat, serta
kurangnya ketelitian dalam perhitungan dalam analisis data.

 TUGAS
1) Buatlah grafik hubungan antara I sebagai sumbu X dan V sebagai sumbu
Y. Dari grafik yang dihasilkan bagaimana nilai V bila I bertambah besar?
Jawab:

Grafik Hubungan antara Kuat Arus (I) dengan


Tegangan (V)
3.5
3 y = 273.33x - 0.0033
R² = 0.9927
2.5
V (Volt)

2
1.5
1
0.5
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014
I (A)

Apabila nilai I semakin besar, maka akan semakin besar pula nilai V nya.
Hal itu dapat kita melalui data percoban dan juga dari grafik yang terlihat antara I
dan V saling berbanding lurus.

1) Bagaimanakah bentuk grafiknya (lurus / lengkung/ parabola)?


Jawab:
Bentuk dari grafik diatas pada hubungan V dan I berbentuk garis lurus atau
biasa disebut linier.

2) Dari grafik hasil percobaan tersebur, turunkan rumus hubungan antara V


dan I?
Jawab:
Rapat arus (J) dan medan listrik (E) terbentuk didalam sebuah konduktor
apabila terdapat suatu beda potensial yang melalui konduktor tersebut. Nilai
rapat arus sendiri berbanding lurus dengan medan listrik.
j = σE
j=𝐼𝐴
ΔV = El
∆𝑉
j = σE = σ 𝑙

ΔV = 𝑙 σ 𝑗 = ( 𝑙 σA ) 𝐼 = 𝑅I
𝑙
Besar hambatan dari konduktor adalah 𝑅 = sehingga dapat didefinisikan
σA

hambatn sebagai perbandingan beda potensial di dalam konduktor dengan arus


dalam konduktor:
y = a + bx
V = 0 + RI
V = RI
Dimana V = y, I = x, dan R = b
3) Bila hukum OHM menyatakan V = IR dimana V adalah tegangan, I kuat
arus dan R hambatan yang menyatakan konstanta perbandingan. Sesuaikan
hasil percobaan ini dengan hukum ohm tersebut?
Jawab:
Dari persamaan tersebut diperoleh nilai b yang merupakan konstanta
perbandingan antara V dan I (R), nilai b yang diperoleh sebesar 273,3333 Ω,
nilai ini sesuai dengan nilai hambatan sebenarnya yang telah digunakan dalam
percobaan, hal ini dikarenakan nilai resistensi yang didapat hampir mendekati
nilai resistensi dari resistor yang dipakai yakni sebesar 270 Ω, selain itu nilai
resistensi dari gradien grafik hubungan antara kuat arus dengan tegangan
hampir sama juga nilainya dengan nilai resistensi sesuai dengan perhitungan
menggunakan persamaan hukum ohm. Karena R yang didapatkan merupakan
konstanta, maka nilai R tetap meskipun nilai tegangan dan kuat arusnya
berubah.
4) Apakah satuan besaran R, dan apakah nilai berubah R berubah apabila
tengan V atau kuat arus I berubah nilainya? lalu kira-kira apakah yang
mempengaruhi nilai hambatan R itu?
Jawab:
Satuan dari besaran R adalah ohm (Ω), karena R yang didapatkan
merupakan konstanta, maka nilai R tetap meskipun nilai tegangan dan kuat
arusnya berrubah. Adapaun factor yang mempengaruhi nilai R yaitu panjang
hambatan (l), konstanta bahan hambatan yang digunakan (𝜌), dan luas
penampang (A).

I. KESIMPULAN

Hukum Ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik yang mengalir pada suatu
beban listrik sebanding dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan
hambatan. Benda penghantar bisa dikatakan mematuhi Hukum Ohm apabila nilai
resistensinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensialnya yang
dikenakan kepadanya. Secara matematis, persamaan Hukum Ohm ditunjukan
sebagai berikut:

V = I∙R

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat


hubungan antara tegangan (V) dan kuat arus (I) yang mengalir dalam suatu
penghantar dengan hambatan (R).Yang pertama, beda potensial (V) dalam suatu
rangkaian berbanding lurus dengan kuat arus listrik (I) yang mengalir di dalamnya.
Sehingga apabila di dalam suatu rangkaian memiliki beda potensial yang besar,
maka kuat arus listrik akan besar pula dan sebaliknya, apabila suatu rangkaian
memiliki beda potensial yang kecil maka kuat arus listrik akan kecil juga.
Selanjutnya nilai hambatan (R) tidak bergantung dengan nilai kuat arus (I) ataupun
tegangan (V), namun nilai resistensi bergantung pada struktur resistor itu sendiri
seperti luas penampang (A), massa jenis kawat dan panjang kawat.

Pada praktikum ini juga didapatkan grafik hubungan antara kuat arus (I)
dengan tegangan (V) yang berbanding lurus, yaitu jika nilai kuat arus semakin
besar, maka nilai tegangannya juga semakin besar. Pada grafik ini juga memiliki
derajat kemiringan/gradien yang mana pada konteks hukum ohm, gradien tersebut
merupakan besar dari resistensi. Pada perhitungan menggunakan metode grafik
didapatkan nilai resistensi (R) yang hampir sama dengan nilai resistensi (R) yang
dipakai pada praktikum yakni sebesar 270 Ω dan nilai resistensi dari metode grafik
juga memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai resistensi yang didapatkan dari
perhitungan persamaan hukum ohm, yang mana praktikum ini telah sesuai dengan
teori yang ada.
J. DAFTAR PUSTAKA

Haliday,David., Robert Resnick., Jear Walker.(2010).Fisika Dasar, edisi


Ketujuh Jilid Terjemahan. Tim Pengajar Fisika ITB:Jakarta.

Sutrisno.(1986). Elektonika Teori dan Penerapannya, Jilid 1.ITB:Bandung

Tim Praktikum Fisika Dasar 3.(2023).Modul Praktikum Fisika Dasar 3.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Ulva, Siti Maria., Sunjoyo., Aprilia Evi Suryanti. (2022). Jurnal Ikatan Alumni
Fisika Universitas Negeri Medan: Analisis Konsistensi Tahanan Cincin
Terhadap Variasi Nilai Resistensi Pada Berbagai Medium. Medan:
Universitas Negeri Medan

Yasu, Ratna Mustika., Charis Fathul Hadi.(2021).Pengaruh Tegangan


Terhadap Besar Kuat Arus Listrik Pada Persamaan Hukum Ohm.
Universitas PGRI Banyuwangi: Banyuwangi.
K. LAMPIRAN
1. Dokumentasi

Gambar 8. Dokumentasi Praktikum.

Gambar 9. Dokumentasi Praktikum.


2. Laporan Sementara

Gambar 10. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai