PERCOBAAN V
“MENGHITUNG BESAR HAMBATAN SUATU PENGHANTAR
MENGGUNAKAN HUKUM OHM”
Disusun Oleh :
Nama : Luthfiah Salma Auliyaa
NIM : M0320045
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 1 Desember 2020
Asisten Praktikum : Hegar Gigih Febrian
v
I = ......................................................
R
(1)
Persis seperti bunyi dari Hukum Ohm yang banyak diketahui, yaitu “Kuat arus dalam
suatu rangkaian berbanding lurus dengan tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan
berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian”. Untuk menghitung besar tegangan
listrik, persamaan (1) digunakan menjadi persamaan (2):
V = I × R..............................................
(2)
Persamaan (2) disebut Hukum Ohm ketika mengacu pada perangkat atau
bahan yang R nya merupakan independen dari V. Namun, R tidak konstan untuk
banyak zat selain logam, atau perangkat seperti tabung vakum, transistor, dan
sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Hukum Ohm bukanlah hukum
yang mendasar, melainkan hanya sebuah deskripsi tentang bahan konduktor
logam(Giancoli, 2005).
ρL
R = ...............................................................
A
(4)
III. Metodelogi
2. Voltmeter 1 buah
3. Amperemeter 1 buah
Berfungsi untuk mengukur besar arus listrik.
4. Resistor 1 buah
Berfungsi untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian.
5. Jumper 1 buah
2. Laptop 1 buah
Gambar 3.2.1.7
Panel hambatan (PCB)
X
X
Aturlah sumber tegangan pada nilai 1.5 volt. Catat arus yang mengalir
pada resistor. (Langkah 3)
Turunkan V menjadi 9 volt, 7.5 volt, 6 volt sampai 3 volt dengan rentang 1.5
volt. Catat arus yang mengalir pada resistor untuk masing-masing nilai V.
(Langkah 5)
X
X
Gambar 3.3.1.1
Diagram alir cara kerja pengambilan data
3.3.2. Cara kerja olah data
Masukkan data yang sudah ada pada tabel yang sudah dibuat dalam
Ms.Excel berupa besar hambatan dan tegangan.
Drop tabel dalam grafik hubungan kuat arus (I) terhadap tegangan (V).
X
Gambar 3.3.2.1
Diagram alir cara kerja olah data
I(A) I/R
V (V)
y= mx + c
y = m.x
I = 1/R.V
V. Analisa Data
Hukum Ohm merupakan hukum yang mungkin paling terkenal dari semua
hukum, teori, dan prinsip-prinsip ilmu kelistrikan. Hukum Ohm menyatakan bahwa
arus (I) yang mengalir melalui konduktor sebanding dengan tegangan (V). Pada
percobaan Hukum Ohm menggunakan prinsip kerja dengan cara merangkai resistor
yang digunakan pada panel hambatan (PCB) secara seri atau paralel. Ujung-ujung
dari resistor tersebut kemudian dihubungkan melalui jumper ke voltmeter dan
amperemeter. Penghubungan ini digunakan untuk menentukan besarnya tegangan dan
kuat arus dari resistor yang digunakan, karena besar hambatan, tegangan, dan kuat
arus sangat penting dalam praktikum Hukum Ohm ini. Perbandingan antara tegangan
dengan kuat arus merupakan suatu bilangan konstan yang disebut dengan hambatan
listrik. Ketika catu daya dihubungkan ke rangkaian melalui kabel penghubung lalu
dihidupkan, maka akan didapatkan nilai tegangan dan kuat arus. Besarnya tegangan
dan kuat arus tersebut dapat dilihat berdasarkan angka yang terdapat dalam voltmeter
dan amperemeter.
Percobaan pada praktikum ini dilakukan sebanyak empat kali yang masing-
masing percobaan dilakukan sebanyak delapan kali, yaitu pada resistor 10 kΩ,
resistor 3.3 kΩ, rangkaian seri kedua resistor, dan rangkaian paralel kedua resistor.
Percobaan pertama dilakukan para resistor 10 kΩ, dan didapatkan data percobaan
seperti yang tertera pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, didapatkan besar tegangan dan
kuat arus yang berbeda pada setiap pengukuran (delapan kali pengukuran), yaitu pada
pengukuran pertama didapatkan perbandingan antara tegangan dengan kuat arus atau
biasa disebut hambatan sebesar 10000 Ω, hambatan kedua sebesar 9523.81 Ω,
hambatan ketiga sebesar 9677.419 Ω, hambatan keempat sebesar 9756.098 Ω,
hambatan kelima sebesar 9615.385 Ω, hambatan keenam sebesar 9523.81 Ω,
hambatan ketujuh sebesar 9722.222 Ω, dan hambatan kedelapan sebesar 9756.098 Ω.
Lalu, berdasarkan data-data yang diperoleh dari tabel 1, didapatkan grafik sebagai
berikut.
Hubungan kuat arus dengan tegangan
0.0009
0.0008 f(x) = 0.000103095238095238 x + 1.07142857142857E-06
0.0007 R² = 0.999557503252084
0.0006
I (ampere)
0.0005
Series2
0.0004 Linear (Series2)
0.0003
0.0002
0.0001
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
V (volt)
Gambar 5.1
Grafik R1
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa nilai kuat arus berbanding lurus dengan tegangan
yang diberikan, ditandai dengan garis lurus yang linier. Pada gambar 5.1 didapat
persamaan garis yaitu y = 0.0001x + 1E-06, dengan gradien (m) 0.0001.Gradien dari
persamaan garis tersebut bisa digunakan untuk membuktikan kesesuaiannya dengan
besar hambatan yang digunakan menggunakan persamaan R=1/m. Dan pada
percobaan pertama ini, gradien dari persamaan garis tersebut benar menunjukkan
bahwa R yang digunakan sebesar 10000 Ω. Atau bisa dikatakan bahwa perhitungan
secara grafik memberikan hasil yang sama dengan perhitungan manual.
Pada percobaan kedua menggunakan resistor sebesar 3.3 kΩ. Sesuai data pada
tabel 2, didapatkan hambatan pertama sebesar 3305.785 Ω, hambatan kedua sebesar
3333.333 Ω, hambatan ketiga sebesar 3314.917 Ω, hambatan keempat sebesar
3289.474 Ω, hambatan kelima sebesar 3278.689 Ω, hambatan keenam sebesar
3333.333 Ω, hambatan ketujuh sebesar 3225.806 Ω, dan hambatan kedelapan sebesar
3225.806 Ω. Lalu, berdasarkan data-data yang diperoleh dari tabel 2, didapatkan
grafik sebagai berikut.
Hubungan kuat arus dengan tegangan
0.00300
0.00250
f(x) = 0.0003 x + 1.24999999999999E-05
0.00200 R² = 0.999854518522437
I (ampere)
0.00150 Series2
Linear (Series2)
0.00100
0.00050
0.00000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
V (volt)
Gambar 5.2
Grafik R2
Gambar 5.2 juga menunjukkan bahwa nilai kuat arus berbanding lurus dengan
tegangan yang diberikan ditandai dengan garis lurus yang linier. Berdasarkan garis
yang terbentuk pada gambar 5.2, diperoleh persamaan garis y = 0.0003x + 1E-05,
dengan gradien (m) 0.0003. Gradien tersebut jika digunakan untuk membuktikan
besarnya hambatan yang digunakan dalam percobaan ini didapatkan hambatan
sebesar 3333.333 Ω, yang artinya ada sedikit perbedaan dengan hambatan yang
sesungguhnya digunakan dalam percobaan kedua ini.
0.00040
I (ampere)
Series2
0.00030 Linear (Series2)
0.00020
0.00010
0.00000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
v (volt)
Gambar 5.3
Grafik R disusun secara seri
0.00200 Series2
Linear (Series2)
0.00150
0.00100
0.00050
0.00000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
V (volt)
Gambar 5.4
Grafik R disusun paralel
Grafik pada gambar 5.3 merupakan grafik dari kedua resistor yang dirangkai secara
seri, sednagkan grafik pada gambar 5.4 merupakan grafik dari kedua resistor yang
dirangkai secara paralel. Kedua grafik tersebut masih menunjukkan grafik linier yang
lurus, menandakan bahwa besarnya kuat arus berbanding lurus dengan besarnya
tegangan. Jika dihitung secara manual, didapatkan Rs sebesar 13300 Ω, tetapi jika
diukur dengan memanfaatkan gradien yang ada dalam persamaan garis atau
menggunakan perhitungan grafik, diperoleh Rs sebesar 12500 Ω dan kedua hasil
tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sedangkan pada rangkaian
paralel, jika dihitung secara manual diperoleh Rp sebesar 2481.39 Ω, tetapi jika
dihitung dengan memanfaatkan gradien yang ada dalam persamaan garis atau
menggunakan perhitungan grafik, diperoleh Rp sebesar 2500 Ω dan terdapat
perbedaan di antara keduanya.
VI. Kesimpulan
I/R
V (V)
y= mx + c
y = m.x
I = 1/R.V
VIII. Lampiran
8.1 Capture olah data
Capture Olah Data
Gambar 8.1.1
Olah data perhitungan R1
Gambar 8.1.2
Olah data perhitungan R2
Gambar 8.1.3
Olah data perhitungan grafik dan perhitungan manual Rseri
Gambar 8.1.4
Olah data perhitungan grafik dan perhitungan manual Rparalel