A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
tiga cara, yaitu rangkaian seri, rangkaian paralel dan rangkaian campuran.
adalah rangkaian yang disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau beda
mengerti tentang teori dan rumus dasarnya, setelah itu dengan teori dan
dibutuhkan komponen dan bahan penunjang, hal ini juga menjadi masalah
baru, karena terkadang ada bahan yang susah dicari dan didapatkan.
listrik yang dipasang paralel dan yang dipasang seri, namun banyak yang
belum mengetahui cara merangkai dan menentukan besarnya arus listrik
besarnya tegangan yang terdapat pada rangkaian tersebut. Oleh karena itu,
2. Tujuan
paralel.
B. KAJIAN TEORI
Dalam satu rangkaian listrik ada elemen yang harus diketahui yaitu arus dan
kerja yang dilakukan untuk menggerakkan suatu muatan pada elemen atau
2021).
dari ujung ke ujung dikatakan dihubunkan secara seri. Pada rangkaian seri
jika sejumlah muatan Q keluar dari hambatan R 1, muatan Q juga pasti akan
masuk ke resistor R2. Jadi muatan yang sama melewati kedua resisitor pada
Rangkaian resistor paralel, jika muatan mencapai titik a yang disebut sebuah
1 1 1 1
= + +…+ (1.2)
Rtotal R 1 R 2 Rn
(Sundaygara, 2018).
disebut konduktivitas, lawan dari resistivitas atau lebih dikenal dengan istilah
sulit arus listrik melewatinya. Hubungan antara beda potensial, arus listrik
V
I= (1.3)
R
sebagai penahan arus yang mengalir dalam suatu ranggkaian dan berupa
terminal yang sebanding dengan arus listrik yang melewatinya sesuai dengan
Hukum Ohm. Sebuah resistor tidak memiliki kutub positif dan negatif, tetapi
(tegangan), ampere (arus listrik) dan ohm (hambatan) dalam satu unit.
(singkatan dri Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis multimeter dalam
Paralel dan Arus Transien dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
2. Prosedur Kerja
acak.
a. Data Pengamatan
Tabel 1.3 Data Pengamatan Nilai Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri
Paralel
Arus (A) Tegangan (Volt)
No Rangkaian Itot Vtot Rtot
I1 I2 I3 V1 V2 V3
1 Seri 4×10-6 4×10-6 4×10-6 1,676 2,465 2,328 4×10-6 2,863 733.000
2 Paralel 50×10-6 4×10-6 45×10-6 2,924 2,921 2,925 52×10-6 2,931 24,16×103
3 Seri-Paralel 30×10-6 3×10-6 27×10-6 1,323 1,756 1,765 30×10-6 3,078 98,9×103
R1 = 43.000 Ω
R2 = 620.000 Ω
R3 = 42.000 Ω
b. Analisis Data
Hasil analisis pada percobaan Rangkaian Seri-Paralel adalah sebagai
berikut:
Gelang B (Merah = 2)
Gelang C (Kuning = 4)
5
T = x (AB x 10c)
100
5
= x (62 x 104)
100
T = 31.000 Ω
R = AB x 10C ± D
4
= 62×10 ±31. 000
= 589.000 Ω
= 651.000 Ω
Dengan cara yang sama untuk data resistor yang selanjutnya dapat
a) Rangkaian Seri
Diketahui : R1 = 43.000 Ω
R2 = 620.000 Ω
R3 = 62.000 Ω
Vsumber = 3 Volt
Ditanyakan : Rs =......?
Is =......?
Penyelesaian : Rs = R 1 + R2 + R 3
= 43.000+620.000+62.000
Rs = 725.000 Ω
Vsumber
Is = Rs
3
= 725 .000
Is = 0,00000413793 A
Diketahui : Rs = 725.000
Is = 0,00000413793 A
Ditanyakan : Vs = ......?
Penyelesaian : Vs = Is x Rs
= 0,00000413793 x 725.000
Vs = 3 Volt
b) Rangkaian Paralel
Diketahui : R1 = 43.000 Ω
R2 = 620.000 Ω
R3 = 62.000 Ω
Vsumber = 3 Volt
Ditanyakan : Rp =......?
Ip =......?
1 1 1 1
+ +
Penyelesaian : Rp = R1 R2 R3
1 1 1
+ +
= 43 . 000 620 . 000 62 .000
Rp = 0,0000409977 Ω
Vsumber
Ip = Rp
3
= 0,0000409977
Ip = 73.174,7484 A
Diketahui : Rp = 0,0000409977 Ω
Ip = 73.174,7484 A
Ditanyakan : Vp = ......?
Penyelesaian : Vp = Ip x Rp
= 73.174,7484 x 0,0000409977
Vp = 3 Volt
c) Rangkaian Seri-Paralel
Diketahui : R1 = 43.000 Ω
R2 = 620.000 Ω
R3 = 62.000 Ω
Vsumber = 3 Volt
Is-p =......?
1 1 1
+
Penyelesaian : R 2−3 = R 2 R 3
1 1
+
= 620 .000 62. 000
R2-3 = 0,0000177419 Ω
Rs-p = R1+Rs-p
= 43.000+0,0000177419
Rs-p = 43.000,000018 Ω
Vsumber
Is-p = Rs− p
3
= 043 .000,000018
Is-p = 0,0000697674 A
Is-p = 0,0000697674 A
Penyelesaian : Vs-p = Is x Rs
= 0,0000697674 x 43.000,000018
Vs-p = 3 Volt
2. Pembahasan
dua jenis yaitu rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel. Selain itu
ada juga rangkaian listrik yang merupakan gabungan dari rangkaian seri dan
paralel). Sehingga terdapat tiga bentuk rangkaian listrik yaitu rangkaian seri,
ketiga bentuk rangkaian tersebut terletak pada cara merangkai atau menyusun
warna yaitu biru, merah, kuning, dan emas diperoleh nilai resistansi
kode warna dan multimeter tidak jauh berbeda sehinga resistor dapat
digunakan. Kedua, penentuan nilai arus dan tegangan pada rangkaian seri,
paralel dan seri-paralel. Untuk rangkaian seri, besar arus pertama, kedua dan
ketiga adalah sama yaitu sebesar 4x10-6 A. Dan tegangan pertama, kedua dan
ketiga secara berturut-turut yaitu 1,676 Volt, 2,465 Volt dan 2,328 Volt.
Untuk rangkaian paralel, besar tegangan ketiganya yaitu 2,9 Volt sedangkan
arus pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut yaitu 50x10-6 A, 4x10-6 A
dan 45x10-6 A. Untuk rangkain seri-paralel datanya dapat dilihat pada Tabel
1.3. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian seri besar
kuat arus yang mengalir pada masing-masing reistor adalah sama yaitu 4x10 -6.
Sedangkan pada rangkaian paralel tegangannya sama yaitu 2,9 Volt. Hal ini
rangkain seri-paralel dimana pada rangkain seri, tegangan akan dibagi dan
arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah sama dan pada
nilai toleransi dengan resisitor biru, merah, kunging dan emas sebesar 31.000
hasil analisis selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.4. Dari data analisi
nilai toleransinya juga semakin besar. Dalam menentukan nilai arus dan
tegangan pada rangkaian seri diperoleh nikai hambatan dan analisis sebesar
semakin besar nilai tegangannya maka kuat arus semakin besar dan semakin
kecil nilai kuat arus maka nilai hambatannya semakin kecil dan untuk
rangkaian paralel serta seri-paralel juga sama dengan rangkaian seri. Hal ini,
sesuai dengan teori Akhpriliano (2017) mengenai hukum Ohm dimana besar
kuat arus yang mengalir sebanding dengan beda potensial dan berbanding
disimpulkan bahwa praktek yang telah dilakukan sesuai dengan teori dimana
pada rangkaian seri kuat arus yang mengalir pada masing-masing resistor
adalah sama dan dapat dikatakan sebagai rangkaian pembagi arus. Kuat arus
yang mengalir pada suatu rangkaian berbanding lurus dengan beda potensial
sebaliknya.
PENYEARAH DAN CATU DAYA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
dioda bridge.
tegangan listrik pada alat-alat listrik yang ada dirumah. Maka dari itu
gelombang penuh.
2. Tujuan
gelombang.
B. KAJIAN TEORI
Power Supply atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan catu daya
adalah suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk
atau catu daya ini memerlukan sumber energi listrik yang kemudian
mengubahnya menjadi energi listrik yang dibutuhkan oleh perangkat
power supply yang dapat menjaga kestabilan tegangan dan arus listrik
meskipun terdapat perubahan atau variasi pada beban atau sumber listrik
(Tegangan dan Arus Input). Unregulated Power Supply adalah power supply
yang tegangan ataupun arus listriknya dapat berubah ketika beban berubah
power supplay yang tegangan atau arusnya dapat diatur sesuai kebutuhan
Bias diode adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal diode. Apabila
A diberi tegangan positif dan K diberi tegangan negative maka bias tersebut
dikatakan bias maju (forward bias). Pada kondisi bias ini akan terjadi aliran arus
dengan ketentuan beda tegangan yang diberikan ke diode atau VA-VK > Vj dan
tegangan positif, arus yang mengalir (IR) jauh lebih kecil dari pada kondisi bias
maju. Bias ini dinamakan bias mundur (reverse bias) pada arus maju (IF)
maupun tidak ada peningkatan IR yang cukup signifikan. Secara umum semua
diode memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama. Semua diode terbentuk
oleh sambungan PN yang secara fisik diode dikenali melalui nama elektrodenya
yang khas yaitu : anode dan katode. Diode dibedakan menurut fungsinyabeserta
utama dari peralatan catu daya DC yang ada saat ini. Catu daya DC untuk beban-
yang dilengkapi dengan filter kapasitor sebagai perata tegangan keluaran seperti
masukan penyearah di sisi jala-jala sistem distribusi akan mengalir pada saat
terjadinya pengisian kapasitor filter, sehingga bentuk arus input ini menjadi non
sinusoidal atau terdistorsi dari bentuk sinusoidalnya seperti dilihat pada Gambar
2.4 berikut.
periodik non sinusoidal seperti ini akan terdiri sari satu komponen arus
yang terdiri dari sebuah dioda. Melihat dari namanya, maka hanya setengah
maksimum. Harga
V m ini hanya bisa diukur dengan CRO yakni dengan melihat
pada sekunder trafo adalah tegangan efektif. Hubungan antara tegangan puncak
Vm
V eff =V rms = =0 ,707 V m
√2 ....................................................................(2.2)
Tegangan efektif atau rms (root-means-square) adalah tegangan yang
penyearah ini
V γ diabaikan (Surjono, 2007).
dasar transformator adalah sepasang ujung pada bagian sekunder. Bagian primer
dan sekunder adalah merupakan lilitan kawat email yang tidak berhubungan
secara elektris. Kedua lilitan kawat ini dililitkan pada sebuah inti yang dinamakan
inti trafo. Untuk trafo yang digunakan pada tegangan AC frekuensi rendah
biasanya trafo tersebut dari lempengan-lempengan besi yang disusun menjadi satu
C. METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan penyearah dan catu
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Pada Percobaan Penyearah dan Catu Daya.
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Transformator CT Sebagai penurun tegangan
2. Dioda Penyearah Sebagai penyearah gelombang
3. Resistor Sebagai penghambat arus
Sebagai tempat merangkai komponen-komponen
4. Breadboard
elektronika
Menampilkan isyarat masukan dan keluaran
5. Osiloskop
gelombang
6. Kabel penghubung Untuk menghubungka rangkaian
7. Multimeter Untuk mengukur arus, tegangan dan hambatan
2. Prosedur Kerja
1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
Prinsip kerja dari rangkaian penyearah setengah gelombang adalah pada saat
gelombang penuh pernah dibuat dua dioda dan merupakan gabungan duah
percobaan dengan memfariasikan jumlah dioda yaitu satu dioda dan dua buah
dioada, dan dirangkai dipapan rangkaian beserta dengan resistor, dimana dari
berturut-turut pada titik A, B, dan C adalah 11,96 volt, 6,37 volt dan 6,08
−3
volt. Sedangkan nilai tegangan DC pada titik A, B, dan C adalah 3,6×10
11,94 volt, 6,46 volt dan 6,48 volt. Sedangkan nilai tegangan DC pada titik A,
B,C, D dan E adalah 3,9 volt, 5,53 volt, 4,1 volt, 5,47 volt dan 5,48 volt. Dari
hasil data pengamatan tidak memiliki jarak antara puncang gelombangnya,
praktek sudah sesuai, dimana teori yang ada menjelaskan bahwa gelombang
menggunakan satu buah dioda saja dan untuk keluaran gelombang penuh
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
elektronikanya yaitu ada rangkaian yang paling sederhana dan ada pula
rangkaian yang rumit. Untuk rangkaian elektronika yang rumit akan sulit
teorema Thevenin dan Norton. Teorema Thevenin dan Norton ini akan
salah satu teori atau alat analisis yang dapat digunakan untuk
membuat sebuah khayalan yang tidak jelas atau tidak pasti tentang
2. Tujuan Praktikum
B. KAJIAN TEORI
Rangkaian listrik umumnya memiliki bagian masukan dan bagian
dengan suatu rangkaian yang terdiri dari sumber tegangan(V T) dari seri
yang terdiri dari arus (IN) dan paralel dengan Resistansi Ekivalen (RE)
dalamnya. Ada dua rangkaian setara yang lazim digunakan yakni Rangkaian
tidak hanya digunakan untuk dua hambatan paralel saja, akan tetapi untuk
1989).
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang
yang diamati. Tujuan yang sebenarnya dari teorema ini adalah untuk
yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi
ekivalennya.
Pada gambar di atas, dengan terorema substitusi kita dapat melihat rangkaian
sirkit B dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus
melewati sirkit B pada dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b. Setelah
tidak aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga
diganti dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
didapatkan
i=i1+isc .........................................................................................(5.1)
V
i=− +i ..................................................................................(5.2)
RTH sc
Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir sama dengan
V oc
0=− +isc ..................................................................................(5.3)
RTH
V oc =isc⋅RTH ....................................................................................(5.4)
Dari persamaan (5.2) dan (5.4) , didapatkan :
atau menonaktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber
tegangan tahanan dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber
arus tahanan dalamnya = ∞atau rangkaian open circuit). Jika pada rangkaian
tersebut terdapat sumber dependent atau sumber tak bebasnya, maka untuk
singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya (R th) didapatkan dari nilai
tegangan pada kedua terminal tersebut yang di-open circuit dibagi dengan arus
berikut:
1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuit kan pada terminal a-
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di nonaktifkan dengan cara
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan rangkaian
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
V TH
RTH =
Theveninnya didapatkan dengan cara I SC .
5. Untuk mencari
I sc pada terminal titik a-b tersebut dihubungsingkatkan dan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang
membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan
V
i=− +i ................................................................................(5.7)
RN sc
berikut:
1. Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
2. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit kan pada terminal a-
3. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di nonaktifkan dengan cara
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan rangkaian
4. Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
V OC
RN=
Nortonnya didapatkan dengan cara IN .
V
5. Untuk mencari 0 C pada terminal titik a-b tersebut dibuka dan dicari tegangan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan
(Ramdhani, 2005).
C. METODE PRAKTIKUM
Thevenin dan Norton adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 5.1
berikut.
Tabel 5.1 Alat dan Bahan Percobaan Rangkaian Setara Thevenin dan
Norton
No
. Alat dan Bahan Fungsi
1. Catu daya Sebagai sumber pengatur tegangan
2. Resistor Sebagai objek pengamatan
Sebagai alat ukur hambatan, arus, dan
3. Multimeter
tegangan
Sebagai penghubung antara rangkaian
4. Kabel penghubung
thevenin dan norton dengan catu daya
Sebagai tempat merangkai komponen
5. Papan rangkaian elektronika menjadi rangkaian thevenin dan
norton
2. Prosedur Kerja
1. Hasil
a. Data pengamatan
Vs VTh RTh/RN IN VL IL
No
(V) (V) (Ω ) (A) (V) (A)
−3
1 9 3,6 x 10 21,56 x 10−3 1 x 10−4 38,8 x 10−3 12 x 10−5
2 12 2,4 x 10−3 21,56 x 10−3 3 x 10−4 97,5 x 10−3 13 x 10−5
Keterangan:
R1 =6670Ω
R2 =2,4 Ω
R3 =9,7 Ω
R4 =R L =1Ω
b. Analisis Data
1) Teorema thevenin
RTh
a) Menentukan
RTh =R3 + ( R1 // R2 )
=R3 +
( R1 ×R2
R1 + R 2 )
=9,7 + ( 6670×2,4
6670+2,4 )
=9,7 + (16008
6672, 4 )
64722 , 28+16008
=
6672, 4
=12,0991 Ω
V Th
b) Menentukan
V s =9
(1) Untuk V
R2
V Th = ×V S
R1 +R2
2,4
= ×9
6670+2,4
21,6
=
6672,4
−3
=3,24×10 V
V s =12
(2) Untuk V
R2
V Th = ×V S
R1 +R2
2,4
= ×12
6670+2,4
28,8
=
6672,4
=0,00432 V
−3
=4,32×10 V
VL
c) Menentukan
V s =9
(1) Untuk V
RL
V L= ×V Th
R Th +R L
1
= ×( 3 , 24×10−3 )
12+1
−3
3,24×10
=
13
−4
=2,49×10 V
V s =12
(2) Untuk V
RL
V L= ×V Th
R Th +R L
1
= ( 4 , 32×10−3 )
12+1
−3
4 ,32×10
=
13
−4
=3,32×10 V
IL
d) Menentukan
V S =9
(1) Untuk V
VL
I L=
RL
−4
2 , 49×10
=
1
−4
=2,49×10 A
V S =12
(2) Untuk V
VL
I L=
RL
−4
3,32×10
=
1
−4
=3,32×10 A
2) Teorema Norton
RN
a) Menentukan
R N =RTh =R3 + ( R2 // R1 )
=12,0991 Ω
IN
b) Menentukan
V s =9
(1) Untuk V
VP
IN=
R3
RP R 2×R 3
→V P= ×V S R P=
R1 + R 2 R 2 + R3
1,92 2,4×9,7
= ×9 =
6670+1,92 2,4+9,7
17,28 23 ,28
= =
6670 ,92 12 ,1
=0,00259 V =1,923967 Ω
−3
=2,59×10
VP
→I N =
R3
−3
2,59×10
=
9,7
−4
=2,67×10 A
V s =12
(2) Untuk V
VP
IN=
R3
Rp
→V p = ×V 3
R3
1, 92
= ×12
6670+1 ,92
23 ,04
=
6670+1,92
=0,00345 V
−3
=3,45×10 V
VP
→I N =
R3
3,45×10−3
=
9,7
−4
=3,56×10 A
VC
c) Menentukan
R L ×R
R P= N
V s =9 R L + RN
(1) Untuk V
1×12
V L=I N ×R P =
1+12
12
−4 =
=2,67×10 ×0,923 13
−4
=2,46×10 V =0,923Ω
V s =12
(2) Untuk V
V L=I N ×R P
−4
=3,56×10 ×0 ,923
−4
=3,29×10 V
IL
d) Menentukan
V s =9
(1) Untuk V
VL
I L=
RL
−4
2 , 46×10
=
1
−4
=2,46×10 A
V s =12
(2) Untuk V
VL
I L=
RL
−4
3,29×10
=
1
−4
=3,29×10 A
2. Pembahasan
memahami cara kerja rangkaian setara Thevenin dan Norton. Pada percobaan
rangkaian secara Thevenin dan Norton terlebih dahulu dipercobakan yaitu cara
membuat rangkaian setara Thevenin dan Norton, yang mana rangkaian disusun
secara seri dan paralel yang ditunjukan pada Gambat 5.4. percobaan rangkaian
secara Thevenin dan Norton ini juga dilakukan untuk menentukan hambatan
Thevenin ( RTh ) yang terdapat pada rangkaian, mengukur besar tegangan terbuka
atau tegangan Thevenin ( V Th ) , mengukur besar arus singkat atau arus Norton ( I N ) ,
mengukur besar tegangan beban (V L ) , dan mengukur arus yang mengalir pada
beban atau hambatan yang ditinjau ( I L ) . Percobaan ini dilakukan menggunakan dua
kali perlakuan yaitu perlakuan pengukuran menggunakan teorema Thevenin dan
−3
21,56×10 Ω. Sedangkan secara teori dengan perhitungan matematis diperoleh
besar
R Th yaitu 12,0991 Ω. Hal ini menunjukan adanya perbedaan antara hasil
praktik dengan hasil secara teori. Kesalahan bisa disebebkan oleh kesalahan dalam
pembacaan alat ukur atau pengaruh hambatan dalam alat ukur tersebut.
−3
tegangan yang diberikan yaitu sebesar 9 V diperoleh sebesar 3,6×10 V. Untuk
−3 −3
berturut-turut sebesar 3,24×10 V dan 4 ,32×10 V. Untuk pengukuran tegangan
pada hambatan beban (V L ) dengan sumber tegangan yang diberikan sebesar 9 V dan
−3
12 V. Secar praktik diperoleh hasil pengukuran beturut-turut sebesar 38,8×10 V
−3
dan 97,5×10 V. Untuk pengukuran arus yang mengalir pada beban atau hambatan
yang ditinjau (
I L)
dengan sumber tegangan yang diberikan sebesar 9 V dan 12 V
−5 −5
12×10 A dan 13×10 A. Sedangkan secara teori dengan menggunakan
−4
perhitungan matematis diperoleh berturut-turut sebesar 2,49×10 A dan
−4
3,32×10 A.
−3
praktek diperoleh besar hambatan norton sebesar 21,56×10 Ω. Sedangkan secara
teori yang diperoleh sebesar 12,0991 Ω. Untuk pengukuran pada rangkaian terbuka
−4
praktek diperoleh hasil pengukuran berturut-turut sebesar 2,67×10 A dan
−4
3,56×10 A.pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran tegangan pada hambatan
−3
praktik diperoleh hasil pengukuran berturut-turut sebesar 38,8×10 V dan
−3
97,5×10 V. Sedangkan secara teori dengan perhitungan matematis diperoleh
−4 −4
secara berturut-turut sebesar 2,46×10 V dan 3,29×10 V. Untuk pengukuran
−5 −5
12×10 A dan 13×10 A. Sedangkan secara teori dengan perhitungan secara
−4 −4
matematis diperoleh hasil berturut-turut sebesar 2,46×10 A dan 3,29×10 A.
praktik dan teori berbeda. Hal ini dikarenakan oleh, cara pengukuran dengan praktik
tidak ada arus yang mengalir pada saat mencari hambatan Thevenin. Sedangkan
dilepas sehingga
R3 menjadi dialiri arus listrik.
PENGUAT OPERASIONAL (PEMBALIK DAN TAK MEMBALIK)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
dan transistor.
pembalik dan tak membalik memiliki perbedaan dari segi susunan atau
tinggi.
penguat inverting dan non inverting. Akan tetapi, jika kita hanya membaca
teori-teori yang ada tanpa mengaplikasikannya maka kita tidak akan bisa
(inverting) dan yang mana rangkaian tak membalik (non inverting). Oleh
semua itu.
2. Tujuan
B. KAJIAN TEORI
diode dan transistor. Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun dalam sebuah
rangkaian yang terintegrasi atau yang biasa dikenal dnegan Integrated Circuit
gambar tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua buah input inverting dan non-
inverting. Pada Gambar 1 terdapat dua masukan sebagai sumber daya dari Op-
Amp tersebut, yaitu tegangan positif (+V cc ) dan tegangan negatif (−V EE )
Gambar 6.1. Simbol Op-Amp pada Rangkaian
dahulu beberapa sifat-sifat dari Op-Amp ideal yaitu perbedaan tegangan Input
(V dm ) adalah nol, arus input Op-Amp (ia ) adalah nol, pengua lingkar terbuka
(AVOL) tak berhingga, hambatan keluaran lingkar terbuka (Ro, ol) adalah nol,
hambatan masukan lingkar terbuka (Ri, ol) tak berhingga, lembar pita (bandwith)
tak berhingga atau Δf tak berhingga, Common Mode Rejection Ratio (CMRR)
tak berhingga.
Op-Amp yang digunakan pada makalah ini, yaitu Op-Amp dengan tipe
mempunyai fungsi masing-masing. Kaki satu offset null yang berfungsi untuk
Ampberjenis differential. Kaki kedua yaitu inverting input yang berfungsi sebagai
masukan pada Op-Amp. Sifat keluaran dari masukan melalui kaki ini, yaitu fasa
sinyal keluaran akan berlawanan dengan sinyal masukan. Kaki ketiga non-
inverting input. Kaki ini berfungsi sebagai masukan pada Op-Amp. Sifat keluaran
dari masukan melalui kaki ini yaitu fasa sinyal keluaran akan berfasa sama dengan
sinyal masukan. Kaki empat (V negatif ) kaki ini berfungsi sebagai sumber daya
tegangan negatif pada Op-Ampagar dapat bekerja. Kaki lima offset null fungsi
dari kaki ini sama dengan kaki satu. Kaki enam output kaki ini berfungsi sebagai
keluaran dari Op-Amp. Kaki tujuh (V posotif ) kaki ini berfungsi sebagai sumber
daya tegangan positif. Kaki delapan not connected kaki ini berfungsi pelengkap
kemasan standar komponen 8-pin kaki ini tidak terhubung kemanapun pada
(Nuryanto. 2017).
berikut.
ini (negatif) yang besarnya hampir sama dengan tegangan masukan (Suwarno,
2009).
umpan balik negatif adalah sebagai penguat inverting. Pada konfigurasi ini, sinyal
masukan
V in akan diberikan pada kaki masukan inverting dari Op-Ampsetelah
mencari hambatan
Ri seangkan kaki masukan non-inverting dihubungkan dengan
akan sama dengan nol. Kondisi ini disebut dengan virtual ground. Seperti
hambatan
Rf menuju kaki masukan inverting. Konfigurasi penguat inverting
Pada rangkaian penguat inverting arus yang berasal dari sinyal masukan yang
V in−V − V in
Ii = = ... ..................................... ........ ....................... (1)
Ri Ri
Akibat dari kondisi virtual ground dan impendansi masukan yang tinggi, maka
tidak ada arus yang akan masuk ke Op-Ampdan semua arus akan diteruskan
Ii =I f ......................................................................................... (2)
Besarnya arus yang melewati jalur umpan balik negatif dapat ditulis,
berikut.
V out R
A= =− f .......................................................................... (4)
V in Ri
Akibat fasa dari sinyal keluaran yang terbalik dengan fasa sinyal masukan, maka
rangkaian penguat non-inverting. Skema rangkaian penguat ini dapat dilihat pada
Gambar 6. 5 berikut.
Namun dari rangkaian tersebut kita dapat melihat bahwa tegangan umpan balik
V f merupakan fraksi dari tegangan keluaran V out yang dilewatkan pada pembagi
tegangan yang terdiri dari dua buah resistor Rf dan Ri sehingga dapat ditulis,
Ri
Vf= ⋅V .. ..... ........ .. ... .. ... .. ........ ..... ...... ..... ........ .. ... .. (6)
R f +R i out
V out
A=
V in
R
= f ................................................................................ (7)
Ri
(Septiawan,2015).
negatif memiliki peranan yang sangat penting karena rangkaian tersebut dapat
menghasilkan penguatan yang dapat terukur. Sedangkan rangkaian feedback
bagian penguatan (gain). Kemudian penggeser level (level stiffer) dan yang
C. METODE PRAKTIKUM
Tabel 6.1 Alat dan Bahan Percobaan Penguat Operasional (Pembalik dan Tak
Membalik)
No Alat dan Bahan Fungsi
Resistor 2 KΩ dan
1 Sebagai objek pengamatan
200 KΩ
2 IC Op-Amp LM-741 Sebagai penguat
3 Multimeter digital Untuk mengukur tegangan masukan
4 Baterai 9 Volt Sebagai sumber arus
Menghubungkan baterai dengan rangkaian penguat
5 Kabel penghubung
inverting dan non-inverting
6 Kawat email Sebagai pembumian
Sebagai tempat merangkai rangkaian penguat
7 Papan rangkaian
inverting dan non-inverting
2. Prosedur Kerja
LM-741
data pengamatan
1. Hasil
a. Data Pengamatan
b. Analisis Data
Rf
AV =−
Rin
200 .000 Ω
AV =−
2000 Ω
AV =−100 Kali
Rf
V out =− ×V
Rin in
V out =−100 × (−22 , 6×10−3 )
V out =22 ,6×10−1
V out =0 , 226 Volt
V out =
( )1+R f
R in
×V in
2. Pembahasan
sangat tinggi dengan dua masukan dan satu keluaran. Op-Amp pada
nya dimasukan pada input non-inverting sehingga polaritas output akan sama
penguat inverting dan non-inverting serta cara kerja dari rangkaian tersebut,
Amp.
(pembalik dan tak membalik). Perlakuan pertama yang dilakukan adalah pada
pembalik Rin dan hambatan feedback sebesar 2.000 Ω dan 200.000 Ω dengan
tegangan masukan (V in ) −3
sebesar 22. 6×10 Volt. Sedangkan perlakuan kedua
hambatan pembalik (
Rin ) dan hambatan feedback sebesar 2000 Ω dan
−3
200.000 Ω dengan menghasilkan tegangan masukan sebesar 18×10 Volt.
sebesar 200.000 Ω dan 2000 Ω dan bernilai negatif sehingga diperoleh besar
besar nilai penguatan pada rangkaian inverting yaitu sebesar 0.226 Volt.
Berdasarkan hasil dari data pengamatan dan analisis data dapat dilihat
bahwa antara tegangan masukan dan tegangan keluaran memiliki beda fasa
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
faktor penguatan yang sangat besar dengan dua masukan dan satu
rangkaian yang digunakan untuk mencari selesih dari dua tegangan yang
telah dikalikan dengan dua konstanta tertentu yang ditentukan oleh nilai
fungsi dari rangkaian tersebut adalah untuk mencari selisih antara kedua
masukannya.
2. Tujuan Praktikum
rangkaian pengurang.
dan pengurang.
c. Dapat menyususn rangkaian penjumlah dan pengurang menggunakan
EWB
B. KAJIAN TEORI
dari resistor, diode, dan transistor. Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun
dalam sebuah rangkaian yang terintegrasi atau yang biasa dikenal dengan
penguat.
Rangkaian Op-Ampterdiri dari dua input, yaitu input inverting dan non
inverting. Selain itu terdapat pula dua sumber masukan sebagai sumber daya
(−V ee ) .
Op-Amp yang sering digunakan yaitu Op-Amp dengan tipe LM-741 . Op-
fungsi masing-masing.
berfungsi sebagai masukan pada OpAmp, sifat keluaran dari masukan melalui
kaki ini, yaitu fasa sinyal keluaran akan berlawanan dengan sinyal masukan. Kaki
tiga (Non-Inverting Input) berfungsi sebagai masukan pada OpAmp, sifat keluaran
dari masukan melalui kaki ini, yaitu fasa sinyal keluaran akan berfasa sama
dengan sinyal masukan. Kaki empat (V negatif) berfungsi sebagai sumber daya
tegangan negatif pada Op-Amp agar dapat bekerja. Kaki lima(Offset Null).
Berfungsi seperti kaki satu. Kaki enam (Output) berfungsi sebagai keluaran dari
pin, kaki ini tidak terhubung ke manapun pada rangakaian (Nuryanto, 2017).
outpotyang merupakan jumlah dari tiga buah tegangan input. Hal ini merupakan
masing terhubung dengan resisitor dan dijumlahkan (Summing) pada titik (Node)
Rf Rf Rf
V 0 =− ×V 1 − ×V 2 −
R1 R1 R n .............................................................(7.1)
Jika
R1 =R2 =Rn , maka
Rf
V 0 =−( V 1 +V 2 +. .. . .. .. . ..+V n )×
R .........................................................(7.2)
adalah:
Rf
V 01=− ×V 1
R1 .......................................................................................(7.3)
Analog untuk
V 02×V 1 =0 maka
Rf
V 02=− ×V 2
R1 ......................................................................................(7.4)
tegangan output
V 0 =V 01 +V 02
Rf
=(V 2−V 1 )×
R1 ....................................................................................(7.5)
(Fauzi, 2015).
masukan asli dari rangkaian seluruhnya dan bagian yang dikembalikan dari
merupakan arus keluaran atau voltase keluaran dan bisa dimasukkan ke dalam
masukan sebagai arus atau sebagai voltase tertentu. Buku ini hanya membahas
penguat voltase, yaitu voltase keluaran yang dikembalikan pada masukan sebagai
voltase. Prinsip umpan balik ini bisa digambarkan seperti dalam diagram blok
sebesar
V 0 sehingga mendapatkan keluaran sebesar V out =V 0 ×V ip . Keluaran ini
melewati satu rangkaian pengembali yang mana sinyal dikalikan dengan faktor t
yang lebih kecil dari satu, yang berarti sinyal keluaran dikurangi. Hasil V + dari
V V =V −V
dan V 1 agar menghasilkan masukan ip sebesar ip in t ,yang dimasukkan ke
besar sinyal pada input dikurangi oleh umpan balik. Kalau seandainya sinyal pada
masukan penguat bertambah, maka akan ada proses melingkar yang membuat
sebagai berikut.
V out =V 0 ×V ip
V ip =V in −V t
V t =V out ×t
V out
→ A=
V in
V0
=
1+V 0 ×t ..............................................................................................(7.6)
C. METODE PRAKTIKUM
Penjumlah dan Pengurang Tegangan dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut:
2. Prosedur Kerja
a. Rangkaian Penjumlah
Generator.
−V ee
4) Menghubungkan kaki 4 ( ) pada sumber dengan tegangan
+V cc
negatif pada catu daya dan kaki 7 ( ) pada sumber daya
(V in ) (V out )
5) Mengatur dan pada rangkaian menggunakan
multimeter.
b. Rangkaian Pengurang
Generator.
−V ee
4) Menghubungkan kaki 4 ( ) pada sumber dengan tegangan
+V cc
negatif pada catu daya dan kaki 7 ( ) pada sumber daya
(V in ) (V out )
5) Mengatur dan pada rangkaian menggunakan
multimeter.
osiloskop.
c. Merangkai pada aplikasi Software Electronic Workbench(EWB).
Gam
bar 7.9 Rangkaian Pengurang Tegangan Menggunakan Software
Elektronic Workbench
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
a. Data Pengamatan
1) Rangkaian Penjumlah
2) Rangkaian Pengurang
3) Rangkaian EWB
b. Analisi Data
( V out )
1. Menentuan Tegangan Keluaran
a) Rangain Penjumlah
V out =−R f
( )
V in
Rin
=−R f
( ) V in V 2
+
Rin R 2
=−10 ( )
−3 −3
81×10 47 ,1×10
+
1 1,5
=−10 ( )
−3 −3
121 ,5×10 +47 , 1×10
1,5
=−10 ( )
−3
168 ,6×10
1,5
=−10 ( 112 , 4×10−3 )
=−1124×10−3
=−1,124 volt
b) Rangaian Pengurang
( ) ( )
V out = −
Rf
R1
V 1+
Rf
R2
×V 2
=−
( ) ( )
Rf
R1
R
V 1 + f + 1 ×V 2
R2
= −
[( 200 . 000
200 )
⋅58×10−3 +
] [(
200 . 000
200 )
+1 ⋅192×10−3
]
=[ (−1000 )⋅58×10−3 ] + [ ( 1001 )⋅19 , 2×10−3 ]
−3 −3
=−58.000×10 +19219,2×10
−3
=−38780,8×10
=−38,7808 volt
2. Mencari Penguatan
a) Penjumlah
V out
AV =
V in
−1, 124
=
−5375×10−3
=−21,00935 kali
b) Pengurang
V out
AV =
V in
−38 ,7808
=
306 ,6×10−3
=−108,7515 kali
2. Pembahasan
dengan diberikan input lebih dari satu untuk menghasilkan sinyal outputyang
linear sesuai dengan nilai penjumlah sinyal input dan faktor penguat yang
ada. Pada umumnya rangkaian penjumlah disusun dengan penguat inverting
dan non inverting yang diberikan input satu line. Adapun rangkaian
pengurang adalah rangkaian yang digunakan untuk mencari selisih dari dua
tegangan yang telah dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan oleh
atau rangkaian penguat selisih dimana fungsi dari rangkaian tersebut adalah
yang diperoleh dari hasil pengukuran tegangan pada V 1 sebesar 81×10 volt
−3
−3
nilai tegangan masukan ( V in ) sebesar −53,5×10 volt dan menghasilkan
−3
nilai tegangan keluaran ( V out ) sebesar 301,8×10 volt. Berdasarkan data
Hal ini dapat dilihat bahwa nilai tegangan masukan ( V in ) bernilai negatif
fasa.
input inverting sebesar 200 Ω dan nilai hambatan resistor kedua ( R2 ) melalui
pengukuran tegangan pada V 1 sebesar 58×10 volt dan nilai tegangan pada
−3
−3
( V in ) sebesar 356,6×10 volt dan menghasilkan nilai tegangan keluaran
−3
( V out ) sebesar 134,5×10 volt. Berdasarkan data pengamatan pada
percobaan rangkaian pengurang sudah sesuai dengan teori. Hal ini dapat
gelombang linear dan dapat dilihat pada Ganbar 7.8 dan Gambar 7.9.
analisis yang diperoleh untuk teganagn keluaran tidak sesuai dengan data
pengamatan. Hal ini disebebkan karena alat ukur yang digunakan yaitu
multimeter sudah tidak stabil dimana ketika dikalibrasi nilai yang dihasilkan
untuk besar penguat tegangan yaitu tegangan yang masuk diperkuat untuk
pada percobaan ini sudah sesuai dengan teori. Dimana sinyal gelombang
(EWB) hasil sinyal outputnya tidak sesuai dengan teori dimana sinyal
keluarannya sama dengan sinyal masukan yaitu gelombang sinusoidal. Hal ini
difaktori oleh nilai resistor yang dipakai pada rangkaian elektronic workbench
RANGKAIAN INTEGRATOR
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam ilmu fisika secara umum tidak terlepas dari berbagai jenis
atau menurunkan tagangan secara tidak linear yang sering disebut dengan
rangkaian integrator.
diparalel dengan sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau
(frekuensi = 0), kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor
banyak hal yang perlu diketahui lebih jauh seperti merangkai serta
2. Tujuan Praktikum
Tujuan yang akan dicapai pada praktikum rangkaian integrator
disusun dalam sebuah rangkaian yang terintegrasi atau yang biasa dikenal
arus searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Penguat operasional terdiri dari
matematis pada sinyal masukan. Untai integrator terrlihat pada Gambar 8.1.
Jika masukan inverting berada pada latar semu dan impedans masukan
Op-Amp sangat besar, maka arus masukan Op-Amp mendekati nol, sehingga:
v i (t )
i(t )=
R ......................................................................................(8.1)
1 1
v 0 (t )=− ∫ i − ∫ v (t )
C f dt = RC f i dt...............................................(8.2)
Q 1
C= ⇔ V = Q
V C .........................................................................(8.3)
Q=∫ I dt .........................................................................................(8.4)
1
V = ⋅∫ I
C dt....................................................................................(8.5)
Dalam rangkaian Gambar 8.1 ini juga berlaku prinsip bumi semu,
maka nilai negatif dari voltase input sama dengan voltase pada resistor dan
voltase output sama dengan voltase pada kondensor. Arus dalam resistor I R
terdapat :
1 V in
V out =
C
∫ I I=−
Ri
dtdan
1 V in
V out =− ⋅∫
C R i dt...........................................................................(8.6)
1
V out =− ∫V
CR i in dt .........................................................................(8.7)
Jadi voltase output dari rangkaian ini sebanding dengan integral waktu dari
−V i
ΔV 0 = ⋅Δt
RC ................................................................................(8.8)
Vi
Ii =
R , maka
−I i⋅Δt
ΔV 0 =
C ................................................................................(8.9)
ΔV 0 −V i
= =slope
Δt RC .....................................................................(8.10)
(Fauzi, 2005).
C. METODE PRAKTIKUM
integrator
8.3 berikut,
a. Data Pengamatan
sebagai berikut.
1) Gelombang Kotak
2) Gelombang Segitiga
Gambar 8.7. Isyarat Masukan untuk Gelombang
Segitiga
3) Gelombang Sinusoidal
Gambar 8.9. Isyarat Masukan untuk
Gelombang Sinusoidal
2. Pembahasan
Rangkaian integrator merupakan rangkaian yang menggunakan
yang diinginkan maka pada perlakuan ini tidak berhasil atau dikatakan
gagal, maka perlakuan ini diganti dengan sebuah aplikasi yaitu software
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.5 sampai 8.10. Kemudian ketika
berhasil.
1. Latar Belakang
Rangkaian filter dibagi atas dua bagian besar yaitu rangkaian filter lolos
komponen pasif maupun aktif. Tapis lolos rendah atau low passfilter akan
melewatkan frekuensi rendah atau dengan kata lain low passfilter akan
cut-off. Filter lolos tinggi atau High PassFilter adalah rangkaian filter
filter itu dan jenis-jenis filter yaitu filter lolos rendah dan filter lolos tinggi.
hubungan amplitudo dan fase antara isyarat masukan dan isyarat keluaran
agar kita dapat mengetahui dan memahami hal tersebur serta dapat di
2. Tujuan Praktikum
(Nuryanto, 2017)
Dengan demikian Filter dapat dikelompokkan menjadi Filter pasif dan Filter
kotak. Rangkaian ini akan menjadirangkaian tapis lolos rendah (LPF, low pass
1
X C=
ωC ........................................................................................(9.1)
dengan leluasa. Penguatan yang dialami oleh Vdikenal dengan gain atau
rendah dantapis/filter lolos tinggi dapat dilihat pada Tabel 9.1 berikut.
osiloskop.
Function Generator(FG).
1. Hasil Pengamatan
a. Data Pengamatan
1
F c=
2π √ C 1C 2 R1 C 3
1
F c=
2(3,14 )|(1μF )(1μF )(20 .000Ω)(1μF )
1
F c=
(6,28 )|(143 )(20.000)
1
F c=
(6,28 )(1,41 x 4−7 )
F c=1.129.331 Hz
1
F c=
2π √ R1 R2 C 1 C2
1
F c=
2(3,14 )|(20.000Ω)(20.000Ω)(1 μF )(1μF )
1
F c=
(6,28)|4 x 10−3
1
F c=
0,1256
F c=7,9618 Hz
2. Tegangan Keluaran
A
V out = F xV in
Fc
|1+
F
1,586
V out = x 0,46
1.129 .331
|1+
1000
1,586
V out = x 0,46
|1+1.129 ,331
1,586
V out = x0 ,46
33,6204
V out =0,0217 Volt
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
A
V out = F xV
|1+
Fc( )
F 4 in
1 ,586
V out = x 3,7
( )
4
500
|1+
7 ,9618
1 ,586
V out = x3,7
|1+(62 ,79987) 4
1 ,586
V out = x3,7
3943 ,824
V out =0 ,001488 Volt
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
3. Penguat Tegangan
a) Untuk Filter Lolos Tinggi
V out
Av =
V in
0 , 0217
Av =
0 , 46
Av =0 , 0047147 kali
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
V out
Av =
V in
0 ,001488
Av =
3,7
Av =0 ,00402 kali
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
φ=−tan−1
() f
fc
φ=−tan−1 (
1000
1129331 )
−1
φ=−tan (0,00088548)
φ=−0 , 0507342536
φ=−0 , 0507°
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
φ=−tan
−1
() f
fc
φ=−tan−1
500
(
7 ,9618 )
φ=−89 , 087722
φ=−89 , 088 °
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada
2. Pembahasan
diatasnya. Filter lolos tinggi adalah rangkaian faktor yang berfungsi untuk
Praktikum tentang tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi dilakukan
rendah dan tapis lolos tinggi. Pengukuran pada rangkaian tapis lolos tinggi
V in ) sebesar 0,53 Volt dan nilai tegangan gelombang keluaran ( V out ) sebesar
masukan (
V in ) sebesar 0,427 Volt dan niali tegangan gelombang keluaran (
gelombang keluaran (
V out ) sebesar 4 ,02×10−5 Volt. Dan pada frekuensi
) yaitu sebesar 3,7 Volt dan 0,001488 Volt. Pada frekuensi 1000 Hz diperoleh
Volt dan 0,000362 Volt. Pada frekuensi 1200 Hz diperoleh nilai tegangan
gelombang masukan (
V in ) dan keluaran ( V out ) yaitu sebesar 3,2 Volt dan
masukan (
V in ) dan keluaran ( V out ) yaitu sebesar 3,8 Volt dan 9,55×10−5
dan keluaran (
V out ) yaitu sebesar 3,9 Volt dan 1,57×10−5 Volt.
masukan baik pada tapis lolos rendah maupun pada tapis lolos tinggi. Hasil
yang diperoleh juga tidak teratur dan pada gambar juga menunjukan
Hasil analisis data pada penentuan besar penguatan untuk tapis lolos
tinggi dan tapis lolos rendah dengan cara membagi tegangan gelombang
keluaran (
V out ) dengan tegangan gelombang masukan ( V in ). Sehingga
diperoleh besar nilai penguat gelombang untuk filter lolos tinggi yaitu secara
kali, 0,148586 kali, dan 0,407921 kali. Untuk nilai penguat tegangan pada
filter lolos rendah yaitu secara berturut-turut sebesar 0,000402 kali, 0,000101
−5 −5 −5 −6
kali, 6,98×10 kali, 2,51×10 kali, 1,12×10 kali, dan 4 ,02×10 kali. Jika
dibandingkan dengan teori besar penguatan yang diperoleh untuk tapis lolos
tinggi dan tapis lolos rendah tidak begiti jauh, akan tetapi belum dapat
dikatakan berhasil.
untuk semua frekuensi masukan begitu pula pada pengukuran tapis lolos
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tapis lolos
tinggi akan melewatkan sinyal frekuensi tinggi dan meredam sinyal frekuensi
tinggi.