Anda di halaman 1dari 19

MODUL 1

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL


KODE MODUL: RSP

A. Tujuan
1. Mempelajari karakteritik rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian
seri-paralel
2. Menentukan besarnya arus yang mengalir pada rangkaian seri dan
tegangan pada rangkaian paralel dengan menggunakan hukum korchoff

B. Alat dan Bahan


1. Multimeter
2. Resistor
3. Catu daya
4. Kabel
5. Breadboard

Gambar 1.1 Skema Rangkaian Seri

1
Gambar 1.2 Skema Rangkaian Paralel

Gambar 1.3 Skema Rangkaian Seri-Paralel

C. Dasar Teori
Rangkaian listrik adalah serangkaian komponen-komponen elektronika
yang dirangkai untuk mengalirkan listrik dari sumber daya ke perangkat yang
diinginkan. Rangkaian listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen
dasar seperti resistor (R), kapasitor (C), induktor (L), diode, dan transistor.
Rangkaian listrik dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
1. Rangkaian Seri
Pada Gambar 1.1 tiga buah elemen dikatakan tersusun secara seri
dikarenakan mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak
terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan. Apabila
dua atau lebih resistor dihubugkan secara seri satu sama lain dan
dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka arus yang melalui semua
resistor adalah sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun
secara seri. Sehingga memenuhi persamaan sebagai berikut:
𝐼 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = … = 𝐼𝑛 (1.1)

Keterangan:
𝐼 adalah arus yang mengalir pada ragkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼1 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-1 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

2
𝐼2 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-2 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

𝐼3 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-3 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

𝐼𝑛 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-n (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar
tahanan sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari
masing-masing tahanan seri adalah sama dengan tegangan total sumber
tegangan. Sehingga dapat dirumuskan menjadi:
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + … + 𝑉𝑛 (1.2)

Keterangan:
𝑉 adalah tegangan yang mengalir pada ragkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉1 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-1 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉2 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-2 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉3 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-3 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉𝑛 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-n (𝑉𝑜𝑙𝑡)

Resistansi pengganti pada rangkaian seri merupakan jumlah resistasi


yang telah digunakan. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + … + 𝑅𝑛 (1.3)

Keterangan:
𝑅 adalah nilai resistansi pengganti pada ragkaian (Ω)
𝑅1 adalah nilai resistansi pada resistor ke-1 (Ω)

𝑅2 adalah nilai resistansi pada resistor ke-2 (Ω)

𝑅3 adalah nilai resistansi pada resistor ke-3 (Ω)

𝑅𝑛 adalah nilai resistansi pada resistor ke-n (Ω)

2. Rangkaian Paralel
Merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis
edar untuk mengalirkan arus. Contoh sederhana rangkaian paralel dapat
dilihat pada Gambar 1.2. Masing-masing rangkaian dapat

3
dihubung-putuskan tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain. Tegangan
pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber.
Sehingga dapat dituliskan sebagai:
𝑉 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = … = 𝑉𝑛 (1.4)

Keterangan:
𝑉 adalah tegangan yang mengalir pada ragkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉1 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-1 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉2 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-2 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉3 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-3 (𝑉𝑜𝑙𝑡)

𝑉𝑛 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-n (𝑉𝑜𝑙𝑡)

Arus masing-masing cabang bergantung pada besar tahanan yang


terdapat pada cabang. Sehingga dapat dirumuskan sebagai:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 + … + 𝐼𝑛 (1.5)

Keterangan:
𝐼 adalah arus yang mengalir pada ragkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼1 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-1 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

𝐼2 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-2 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

𝐼3 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-3 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

𝐼𝑛 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-n (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)

Hambatan pengganti pada rangkaian paralel akan lebih kecil


daripada hambatan aslinya. Sehingga dapat dirumuskan sebagai:
1 1 1 1 1
𝑅𝑃
= 𝑅1
+ 𝑅2
+ 𝑅3
+…+ 𝑅𝑛
(1.6)

Keterangan:
𝑅 adalah nilai resistansi pengganti pada ragkaian (Ω)
𝑅1 adalah nilai resistansi pada resistor ke-1 (Ω)

𝑅2 adalah nilai resistansi pada resistor ke-2 (Ω)

𝑅3 adalah nilai resistansi pada resistor ke-3 (Ω)

4
𝑅𝑛 adalah nilai resistansi pada resistor ke-n (Ω)

D. Langkah Percobaan
1. Rangkaian Seri

a. Siapkan alat dan bahan


b. Ukur resistansi pada masing-masing resistor yang digunakan dengan
menggunakan multimeter. Catat hasilnya pada LKM!
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.1 dengan menggunakan
bread board
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 4 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM!
2. Rangkaian Paralel
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ukur resistansi pada masing-masing resistor yang digunakan dengan
menggunakan multimeter. Catat hasilnya pada LKM!
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.2 dengan menggunakan
bread board
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 4 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM!
3. Rangkaian Seri-Paralel
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ukur resistansi pada masing-masing resistor yang digunakan dengan
menggunakan multimeter. Catat hasilnya pada LKM!
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.3 dengan menggunakan
bread board.

5
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 4 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM.
f. Hitung arus yang mengalir pada masing-masing resistor dengan
menggunakan persamaan pada Dasar Teori. Catat hasilnya pada LKM.

E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan nilai arus yang diperoleh dari percobaan. Apakah nilai yang
diperoleh untuk setiap resistor sama? Mengapa?
2. Apakah nilai arus yang diperoleh pada rangkaian berbeda dengan nilai arus
yang diperoleh dari hasil perhitungan? Mengapa?
3. Apakah yang terjadi pada rangkaian jika tegangan masukan yang
digunakan lebih besar dari 10 Volt?

F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan antara resistansi dan resistor!
2. Jelaskan perbedaan antara rangkaian seri, paralel, dan rangkaian seri
paralel!
3. Bagaimana proses teradinya arus listrik?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan breadboard!
5. Pada Gambar 1.4 diketahui 𝑅1 = 2Ω, 𝑅2 = 4Ω, 𝑅3 = 2Ω, 𝑅4 = 2Ω, dan

𝑅5 = 8Ω dengan tengangan masukan sebesar 24 Volt. Tentukan nilai arus

dan hambatan pengganti dari rangkaian tersebut!

6
7
MODUL 2
JEMBATAN WHEATSTONE
KODE MODUL: JWE

A. Tujuan
Mengetahui prinsip jembatan Wheatstone dan menggunakannya untuk
menentukan nilai hambatan

B. Alat dan Bahan


1. 1 set Jembatan Wheatstone
2. Kabel penghubung steker tumpuk
3. Kabel penghubung
4. Catu daya
5. Kotak hambatan
6. Galvanometer

Gambar 2.1 Percobaan Jembatan Wheatstone

C. Dasar Teori
Jembatan Wheatstone adalah untuk mengetahui nilai suatu hambatan
yang belum diketahui nilainya. Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian
yang terdiri dari dua pembagi tegangan. Pembagi pertama tersusun atas R1
dan R2 dan pembagi kedua tersusun atas R3 dan R4 seperti pada Gambar 2.2.

8
Gambar 2.2 Jembatan Wheatstone
VBA adalah selisih antara tegangan B dengan tegangan A.

𝑉𝐺 = ( ) ( )
𝑅4
𝑅3+𝑅4
𝑉 −
𝑅2
𝑅1+𝑅2
𝑉 (2.1)

Pada saat VA dab VB memiliki potensial yang sama, maka VBA akan
bernilai nol. Artinya, jika titik A dan B dihubungkan dengan suatu arus, maka
tidak akan ada aliran arus. Persamaan 2.1 akan menjadi:
𝑅2𝑅3 = 𝑅1𝑅4 (2.2)

Dari persamaan 2.2, jika salah satu resistor tidak diketahui nilainya,
misal R4, maka dengan menempatkan sebuah galvanometer (G) dan mengatur
nilai R1 dan R2 sedemikian rupa sehingga jarum galvanometer menunjukkan
angka nol, nilai R4 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑅2
𝑅4 = 𝑅1
𝑅3 (2.3)

dimana nilai R3 sudah diketahui terlebih dahulu (hambatan tetap).


Pada percobaan ini, R1=RAB yang sebanding dengan panjang AB, R2=RBC
sebanding dengan panjang BC, R3=RBOX dan R4=RX atau Rkawat.

D. Langkah Percobaan
1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 2.3. Pasang resistor RX diantara
dua terminal sekrup dan pastikan terjepit dengan baik.

9
Gambar 2.3 Skema Percobaan Jembatan Wheatstone
2. Atur kotak hambatan RBOX bernilai 2 Ω.
3. Pastikan catu daya dalam keadaan mati (bernilai 0) kemudian nyalakan
catu daya.
Perhatian! Pilih tegangan keluaran catu daya 3V DC.
4. Tempelkan ujung steker penunjuk diatas kawat jembatan Wheatstone,
kira-kira ditengah-tengah.
Perhatian! Jangan menempelkan ujung steker penunjuk pada kawat
terlalu lama apabila jarum galvanometer melewati batas ukur. Pilih posisi
kira-kira jarum mendekati nol, setelah itu geser-geser ujung steker
penunjuk.
5. Perhatikan jarum penunjuk pada galvanometer. Apakah jarum tersebut
menunjuk angka nol? Jika tidak, geser steker penunjuk ke kiri atau ke
kanan hingga jarum galvanometer menunjukkan angka nol.
6. Catat jarak AB dan BC pada tabel LKM (tabel 1).
7. Matikan catu daya.
8. Ulangi langkah 2-6 dengan nilai RBOX 4Ω, 8Ω dan 10Ω.
9. Ganti resistor RX2 dengan yang lain.
10. Lakukan langkah 1 sampai 8.
11. Matikan catu daya.
12. Hitung nilai RX. Catat hasilnya pada LKM.

10
E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan nilai resistor RX dan Rkawat yang diperoleh dari percobaan.
Apakah nilai resistor yang diperoleh untuk setiap percobaan sama?
Mengapa?
2. Mengapa Panjang AB dan BC sebanding dengan hambatan RAB dan RBC?
Jelaskan!

F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan prinsip jembatan Wheatstone dan kegunaannya!
2. Apa yang dimaksud dengan galvanometer? Jelaskan fungsinya!
3. Mengapa suatu hambatan perlu diketahui hasilnya?

11
MODUL 3
VOLTAMETER
KODE MODUL: VTM

A. Tujuan
Menentukan keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga.

B. Alat dan Bahan


1. 1 set Voltameter tembaga
2. Amperemeter analog
3. Neraca digital
4. Hambatan geser
5. Stopwatch
6. Amplas
7. Tisu
8. Larutan CuSO4

Gambar 3.1 Percobaan Voltameter

12
C. Dasar Teori
Hukum Faraday I mengatakan bahwa “Massa zat yang dihasilkan di
elektroda pada peristiwa elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik
yang dialirkan selama elektrolisis berlangsung”. Pernyataan tersebut dapat
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
𝐺 = 𝑎𝑖𝑡 (3.1)
𝐺
𝑖= 𝑎𝑡
(3.2)

Keterangan:
𝐺 adalah massa endapan logam (𝑔𝑟)
𝑎 adalah ekivalen elektrokimia (𝑔𝑟/𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑚𝑏)
𝑖 adalah arus yang terbaca pada amperemeter (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝑡 adalah waktu rangkaian dialiri arus listrik (𝑠)
Secara kuantitatif, jumlah arus ang dialirkan dinyatakan sebagai 1
Faraday, sehingga sesuai dengan satuan standar kelistrikan yang menyatakan
banyaknya electron yang melewati elektrolit. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai:
1 𝐹𝑎𝑟𝑎𝑑𝑎𝑦 = 1 𝑚𝑜𝑙 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 = 96500 𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑚𝑏
(2.2)

D. Langkah Percobaan
1. Bersihkan elektroda dengan menggunakan kertas amplas. Ukur massa
elektroda dengan menggunakan neraca.
2. Buat rangkaian seperti pada Gambar 3.2. Hubungkan dengan catu daya
pada tegangan 12 Volt. Pertahankan nilai arus pada 1 A dengan cara
mengatur nilai pada hambatan geser.

13
Gambar 3.2 Skema Rangkaian Percobaan Voltameter
3. Setelah 10 menit, putus aliran listrik lalu keringkan katoda dengan cara
dipanaskan.
4. Timbang massa endapan yang menempel pada katoda.
5. Lakukan langkah 1 - 4, 3 kali dengan selang waktu yang sama.
6. Lakukan langkah 1 - 5 untuk arus 2 A.

E. Uji Pemahaman
1. Mengapa percobaan ini menggunakan larutan CuSO4?
2. Apakah nilai arus yang diperoleh pada percobaan sesuai dengan nilai
arus yang ditunjukan oleh amperemeter?

F. Tugas Pendahuluan
1. Hitung nilai a untuk Cu!
2. Jelaskan perbedaan antara kutub anoda dan kutub katoda pada rangkaian!
3. Tuliskan secara lengkap deret volta!

14
MODUL 4
DIFRAKSI DAN INTERFERENSI CAHAYA CELAH GANDA
KODE MODUL: DDI

A. Tujuan
Memahami konsep difraksi cahaya pada celah ganda

B. Alat dan Bahan


1. Set laser semikonduktor 632nm
2. Catu daya
3. Regulator
4. Rel aluminium
5. Dudukan laser
6. Dudukan layer
7. Set celah dengan pemutar
8. Layar pemegan
9. Rol meter
10. Penghubung
11. Penggaris

15
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Induksi dan Motor Listrik

C. Dasar Teori

Gambar 4.2 Syarat Difraksi


Seberkas sinar melewati dua celah S1 dan S2, sinar tersebut akan terurai
menjadi 2 gelombang lingkaran yang berpusat pada S1 dan S2. Saat
gelombang-gelombng lingkaran mencapai layar, maka gelombang akan saling
tumpang tindih dan berinterferensi. Interferensi akan menghasilkan garis terang
dan gelap, dengan hasus memenuhi syarat difraksi pada Gambar 4.2:

Gambar 4.3 Interferensi Konstruktif


Interferensi konstruktif (garis terang) dan interferensi destruktif (garis
gelap) ditunjukkan pada Gambar 4.3. interferensi terjadi di jika 2 gelombang

16
mencapai titik P dan perbedaan jalur optiknya merupakan kelipatan bilangan
bulat dari panjang gelombang dan dirumuskan sebagai:
∆ = 𝑑𝑠𝑖𝑛θ = 𝑛λ ; 𝑛 = 0, ±1, ±2, … (4.1)
Interferensi destruktif terjadi jika dua gelombang mencapai titik P dan
perbedaan jalur optiknya merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang
gelombang. Dirumuskan sebagai:
λ
∆ = 𝑑𝑠𝑖𝑛θ = 𝑚 2
; 𝑚 = ±1, ±3, ±5, … (4.2)

Berdasarkan hasil diatas rumus interferensi dan sudut azimuth θ dapat


dituliskan menjadi:
1. Interferensi konstruktif (garis terang pusat)
∆ = 𝑑𝑠𝑖𝑛θ = 𝑛λ ; 𝑛 = 0, ±1, ±2, … (4.3)
2. Interferensi destruktif (garis gelap pusat)
∆ = 𝑑𝑠𝑖𝑛θ = 𝑚λ ; 𝑚 = ±1, ±3, ±5 … (4.4)
θ bernilai sangat kecil sehingga sin θ = tan θ = y/L . Substitusikan nilai Sin θ
kepada persamaan di atas nilai jarak antara garis terang pusat dengan ujung
garis lain (y) dapat dihitung dengan:
1. Interferensi konstruktif (garis terang pusat)
λ𝐿
𝑦=𝑛 𝑑
; 𝑛 = 0, ±1, ±2, … (4.5)

2. Interferensi destruktif (garis gelap pusat)


λ𝐿
𝑦=𝑚 2𝑑
; 𝑛 = ±1, ±3, ±5, … (4.6)

3. Jarak antara dua garis gelap atau dua garis terang yang berdekatan
λ𝐿
∆𝑦 = 𝑦𝑛+1 − 𝑦𝑛 = 𝑦𝑚+1 − 𝑦𝑚 = 𝑑
(4.6)

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. lebar garis terang berbanding lurus dengan panjang gelombang laser dan
berbanding terbalik dengan jarak antar celah.
2. 2 lebar garis terang sama dengan jarak garis gelap pertama = 2yo = Δy sama
dengan jarak antar garis terang yang lain.

17
Hasil di atas berlaku pada kondisi ideal Dengan asumsi lebar tiap celah
mendekati 0. Jika lebar celah tidak mendekati 0, maka difraksi tiap celah harus
diperhitungkan.
Pada Gambar 4.4 menunjukkan interferensi celah ganda yang ideal tanpa
memperhitungkan kondisi difraksi. Setiap celah memiliki lebar masing-masing
sehingga pengaruh difraksi celah tunggal harus diperhitungkan di dalam hasil
percobaan celah ganda Young. Garis yang menumpuk, merupakan interferensi
celah ganda dan difraksi celah tunggal

Gambar 4.4 Interferensi Celah Ganda


Pada Gambar 4.5, garis putus-putus menunjukkan garis-garis difraksi dan
garis yang tebal menunjukkan garis-garis interferensi.

Gambar 4.5 Difraksi dan Interferensi

18
D. Langkah Percobaan
1. Putar pemutar celah ke (II) dan catat lebar celah a serta jarak antar celah d
periksa kembali apakah sinar laser melewati celah dengan baik
2. Atur jarak antara layar dengan celah (L) sehingga lebar celah dapat diukur
dengan mudah. Catat nilai L.
3. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri terang. Ukur dan
catat lebar celah garis terang pusat atau utama.
4. Ukur dan catat jarak antara garis gelap pertama dan kedua pada kedua sisi
dan garis terang pusat.
5. Gunakan persamaan celah ganda Young untuk menghitung nilai teoritis y.
Bandingkan nilai teori dengan nilai hasil percobaan.

E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan perbedaan antara interferensi dan difraksi!
2. Apa yang terjadi apabila laser menggunakan pemutar celah ke (III)?

F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan prinsip interferensi cahaya!
2. Jelaskan prinsip difraksi cahaya!

19

Anda mungkin juga menyukai