Anda di halaman 1dari 49

,

TIM PENYUSUN

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala karena berkat, rahmat dan
karunia-Nya-lah, penulisan buku Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Buku Petunjuk Praktikum ini dirancang untuk digunakan sebagai pedoman
praktikum Elektronika Dasar bagi Mahasiswa Fisika Fakultas MIPA Universitas Mataram.
Adapun sebelum digunakan, Mahasiswa diharapkan membaca dengan seksama,
agar ketika dalam pelaksanaannya nantinya menjadi lebih siap, terutama dalam hal
penggunaan alat ukur listrik. Pengukuran menggunakan alat ukur listrik yang harus
diperhatikan antara lain jenis sumber listriknya (AC atau DC), batas ukurnya, polaritas,
obyek yang akan diukur. Apabila terjadi kesalahan, maka akan berakibat rusaknya
peralatan tersebut. Untuk itu Praktikan harus selalu berhati-hati.
Akhirnya Penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat dalam menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan
demi penyerpurnaan buku ini di masa yang akan datang.

Mataram, September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

PERCOBAAN 1 PEMBAGI TEGANGAN DAN PEMBEBANAN .............. 1

PERCOBAAN 2 RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN NORTON ..... 5

PERCOBAAN 3 PENYEARAH GELOMBANG .......................................... 11

PERCOBAAN 4 KARAKTERISTIK FET .................................................... 16

PERCOBAAN 5 PENGUAT EMITOR DITANAHKAN ............................. 21

PERCOBAAN 6 DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR RC ................. 26

PERCOBAAN 7 OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) ........................ 32

PERCOBAAN 8 GERBANG LOGIKA DASAR ......................................... 39

iii
PERCOBAAN 1
PEMBAGI TEGANGAN DAN PEMBAGI TEGANGAN

A. Alat dan Bahan


1. Baterai 9V 1 buah
2. Breadboard 1 buah
3. Voltmeter 1 buah
4. Kabel jumper 2 buah
5. Kabel hubung banana-aligator 2 buah
6. Klip baterai 9V 1 buah
7. Resistor 10 k 1 buah
8. Resistor 22 k 2 buah
9. Single Lamp Modul 1 Buah
10. Potensiometer 10 k 1 Buah

B. Teori Singkat
Rangkaian pembagi tegangan dalam aplikasinya sangatlah penting, misalnya
dipergunakan untuk memperkecil tegangan yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
contoh, bila peralatan elektronik yang digunakan harus menggunakan tegangan 6V,
sementara power supply bertegangan output 12V, maka tegangan output power supply
tersebut perlu diturunkan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan.
Perhatikan gambar di bawah ini.

R1

Vin I
R2 Vout

Gambar 1.1 Rangkaian Pembagi Tegangan


Dengan mempergunakan hukum Ohm, diperoleh:

1
𝑉𝑖𝑛
𝐼= (1.1)
𝑅1+𝑅2

Tegangan keluaran ditentukan dengan menggunakan persamaan:


𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼 𝑅2 (1.2)

Dari persamaan (1.1) dan (1.2) didapatkan

𝑅2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (𝑅 ) 𝑉𝑖𝑛 (1.3)
1 +𝑅2

Dari persamaan (1.3) dapat disimpulkan, besar tegangan keluaran bergantung pada besar
nilai resistor R2. Untuk keperluan prakris, seringkali dibuat resistor yang nilainya bias
diatur yang dinamakan resistor variable (VR) atau potensiometer. Peralatan ini sering
dipergunakan untuk mengatur volume sebuah peralatan audio maupun mengatur tegangan
keluaran sebuah power suplly.

Gambar 1.2b: Potensiometer


Gambar 1.2a: Resistor variabel

Gambar 1.2c. Simbol Potensiometer

2
C. Prosedur Percobaan:
C.1. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan Pembebanan
1. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Ukurlah tegangan keluaran (VAB) di
mana elektroda + ke A dan elektroda – ke B. Gunakan batas ukur alat yang sesuai.
Isilah tabel di bawah ini:
No R1 (kOhm) R2 (kOhm) VAB (volt)*
1
2
3

Mengapa VAB lebih kecil dari tegangan sumber (+9V)?


S
+9V
+6V

R1=10k
A
R2
0V B

2. Tambahkan keluaran pada rangkaian di atas resistor sebesar 10 kOhm. Resistor ini
disebut beban. Sekarang ukurlah VAB! Catat hasilnya pada tabel di bawah ini.

No R1 (kOhm) R2 (kOhm) RL (kOhm) VAB (volt)**


1
2
3

Nb: Nilai R1 dan R2 adalah sama antara langkah 1 dan 2.


VAB* = tegangan keluaran tanpa beban
VAB** = tegangan keluaran dengan beban
3. Jelaskan mengapa VAB (volt)** lebih kecil dari pada VAB (volt)*!

3
C.2. Pembagi Tegangan Dengan Potensiometer dan Pembebanan
1. Ambil Baterai 9V, Resistor 10 k, dan Potensiometer 10 k, kemudian susun
rangkaian seperti gambar di bawah ini:

a
10 k
b
10 k c
d

2. Sebelum rangkaian dihubungkan ke baterai 9V, putar potensiometer pada posisi di


tengah.
3. Ukur masing masing nilai tegangan untuk setiap titik sebagaimana dalam tabel, dan
masukkan hasil pengukurannya ke bagian bawah masing masing titik pengukuran.
Vbat = ...........Volt

No Vab Vbd Vad Vbc Vcd Vbd Vac Vcd Vcd dengan
(V) (V) (V) (V) (V) (V) (V) (V) beban (V)

4. Hubungkan sebuah beban Lampu pada keluaran cd, kemudian ukur kembali
keluaran cd (Vcd).
5. Putar posisi potensiometer dan ulangi langkah (3) sebanyak 3 kali.
6. Ulangi langkah (1) s.d. (4). Masukkan ke dalam tabel pengukuran, Amati kondisi
Lampu.

D. Kesimpulan

4
PERCOBAAN 2
RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN NORTON

A. Alat dan Bahan


1. Power Supply DC max. 12 V 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Breadboard 1 buah
4. Kabel multimeter 1 set
5. Kabel jumper 3 buah
6. Kabel banana-aligator 2 buah
7. Resistor 10k 1 buah
8. Resistor 100/2 Watt 2 buah
9. Resistor 10/3 Watt 1 buah

B. Teori Singkat
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat suatu dalil yang terkenal, yaitu dalil
Thevenin. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut:
“Suatu rangkaian dengan suatu keluaran dapat digantikan dengan suatu rangkaian
yang terdiri dari suatu sumber tegangan tetap  Th dan suatu hambatan RTh yang

dipasang seri dengan sumber tegangan tersebut.”

Rangkaian dalam hal ini adalah rangkaian elektronika/peralatan elektronik mulai


dari yang sederhana sampai dengan yang rumit, asal memiliki keluaran dan sumber
tegangan.

Untuk memperjelas bunyi dalil tersebut, tinjau rangkaian pada gambar (2.1) di
bawah ini:

5
Ro
Vo,b

 Th

Peralatan elektronik

Gambar 2.1: Rangkaian Setara Thevenin.

Gambar (2.1) di atas adalah sebuah rangkaian setara Thevenin, dengan Vo,b =
tegangan keluaran terbuka. Disebut terbuka, karena tidak diberi beban. Sedangkan  Th

sebagai sumber tegangan tetap, yakni nilai tegangannya tidak akan turun walau diberi
beban berapapun juga. Sementara yang diberi kotak adalah peralatan elektronik yang
terdiri dari beberapa komponen-komponen yang dapat diganti hanya dua buah komponen
saja, yaitu  Th dan Ro. Tanpak dalam gambar Vo =  Th .

Misal, pada gambar (2.1) di atas diberi beban RL, sehingga mengalir arus IL seperti
gambar (2.2) di bawah ini. Terlihat, dari hukum Ohm,  Th = I L ( Ro + RL ) , dengan

I L RL = VO , sehingga diperoleh persamaan:

Vo =  Th − I L Ro (2.1)

Dari persamaan (2.1), tanpak Vo ≠  Th . Dengan demikian, Vo mengalami

penurunan tegangan sebesar ILRo ( V = I L Ro ).

RTh

I
 Th RL Vo
L

Peralatan elektronik

Gambar 2.2: Rangkaian pengganti Thevenin ketika diberi beban RL.

6
Semakin besar RTh, semakin besar pula jatuh tegangannya. Agar peralatan tersebut
tidak terbebani, RTh haruslah sekecil mungkin. Contoh, baterei yang masih baru memiliki
Ro (hambatan dalam batterei) sangat kecil. Bila baterei tersebut sering dipakai, maka Ro –
nya akan membesar, sehingga tegangan keluarnnya menjadi mengecil.

Bila persamaan (2.1) digrafikan, akan diperoleh grafik seperti gambar (2.3) di
bawah ini.

Vo
 Th
V =
I L Ro

I
IL I max

Gambar 2.3: Grafik antara Vo vs I.

Tanpak dalam grafik, pada saat I = IL, tegangan keluaran telah turun sebesar
 Th
V = I L Ro . Garis beban berakhir pada I max = , yaitu arus keluaran yang mengalir
Ro
saat keluaran dihubung singkat.

Lalu bagaimana cara membuat rangkaian setara Thevenin? Tinjau gambar


(2.4) di bawah ini.

R1
 Vo
R2

Gambar 2.4: Rangkaian listrik.

Untuk menentukan  Th , digunakan cara sebagai berikut:

7
• Hitung terlebih dahulu tegangan keluaran tanpa beban (dalam keadaan terbuka). Pada
R2
rangkaian di atas, didapat  TH = vo ,b =  . Hal ini sama dengan mengukur
R1 + R2
tegangan keluaran tanpa beban dengan menggunakan voltmeter.
• Ro ditentukan dengan menghitung hambatan setara keluaran, jika sumber dihubung
singkat. Seperti tanpak dalam gambar (2.5) di bawah, didapat Ro = R ll R2.

R1

R2 RTh

Gambar 2.5: Menentukan RTh.

Sementara pada rangkaian setara Norton, mempergunakan sumber arus tetap, yang
disebut arus Norton (IN) dan hambatan keluaran RN yang dipasang secara paralel dengan
sumber arus tersebut. Yang dimaksud sumber arus tetap adalah suatu sumber yang
menghasilkan arus dengan nilai tertentu, tidak tergantung pada hambatan beban yang
dipasang pada keluaran. IN dapat ditentukan dengan cara keluaran dihubung singkat, lalu
dihitung arus listrik yang terjadi pada keluaran tersebut. Cara ini identik dengan
mengukur arusnya dengan mempergunakan amperemeter.

Misal, tinjau rangkaian gambar (2.4) di atas. Setelah keluaran dihubung singkat,

seperti gambar (2.6), maka R2 = 0, sehingga I =  IN .
R1

R1
 Vo
R2

Gambar 2.6: Cara mencari IN

8
Sedangkan hambatan keluaran RN sama dengan hambatan keluaran pada setara
Thevenin, hanya saja cara memasangnya adalah parallel dengan sumber arus. Dengan
demikian, didapat rangkaian setara Norton seperti gambar (2.7) di bawah ini.

IN RN

Gambar 3.7: Rangkaian setara Norton.

Hubungan antara setara Thevenin dengan Norton adalah 𝜀𝑇ℎ = 𝐼𝑁 𝑅𝑁 . Dengan


demikian rangkaian setara Thevenin dapat diubah menjadi rangkaian seatara Norton, dan
begitu pula sebaliknya. Hal ini bias dilihat seperti gambar (2.8) di bawah ini.

RTh

 Th IN RN

Gambar 2.8: Hubungan antara setara Thevenin dan Norton.

Tanda  berarti rangkaian setara Thevenin dapat diubah menjadi rangkaian setara
Norton dan begitu pula sebaliknya.

C. Prosedur Percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini pada papan rangkaian!

R1 R2
 Vo
R3

Pasang tegangan masukan sebesar 12Vdc (ε = 12Vdc), R1 = R3 = 100 Ω dan


R2 = 10 kΩ. Kemudian ukur tegangan keluaran (Vo) dengan menggunakan voltmeter.
Perhatikan polaritasnya! Hasil pengukuran Vo = ____________ V.
9
2. Cabut resistor R2 dan sekarang ukur tegangan keluarannya (tegangan pada R3)! Hasil
pengukuran Vo = _________________ V. Apakah hasilnya berbeda? Jelaskan!
3. Bandingkan hasil pengukuran di atas dengan hasil perhitungan lalu simpulkan!
4. Matikan power supply dan cabut dari rangkaian. Pasang kembali R2 dan
hubungsingkatkan masukannya dengan mempergunakan kabel jumper. Ukur hambatan
keluarannya dengan mempergunakan Ohmmeter. Hasil pengukuran R = ________.
Hasil pengukuran ini di sebut hambatan RThevenin atau Norton.
5. Sekarang buat rangkaian seperti di bawah ini di papan rangkaian!
RTh
Vo,b

 Th

6. Pasang tegangan masukan sebesar 12Vdc (εTh = 12Vdc) dan RTh = beberapa Ohm saja
(semakin kecil semakin bagus). Ukur tegangan keluarannya dengan menggunakan
voltmeter. Hasil pengukurannya adalah Vo = ________V.
7. Sekarang pasang hambatan keluaran sebesar 10kΩ pada keluarannya, kemudian ukur
tegangan keluarannya. Hasil pengukuran Vo = ________V. Bandingkan hasil langkah
(6) dengan (7) dan jelaskan!
8. Sekarang ganti RTh = 10 kΩ. Ulangi langkah 6 dan 7. Apakah yang terjadi? Jelaskan!

D. Kesimpulan

10
PERCOBAAN 3
PENYEARAH GELOMBANG

A. Bahan dan Alat


1. Power supply 12V AC 1 buah
2. Breadboard 1 buah
3. Kabel multimeter 1 set
4. Kabel banana-aligator 2 buah
5. Kabel jumper 3 buah
6. Osiloskop 1 buah
7. Passive probe 1 set
8. Dioda 1N4007 4 buah
9. Resistor 100/2 Watt 1 buah
10. Elco 220 F/25V 1 buah
11. Multimeter 1 buah

B. Teori Singkat
Penyearah Setengah Gelombang
Tinjau gambar (4.1a) di bawah ini!

vin

vin D
V out v out

R
t

Gambar 4.1a: Penyearah Setengah Gambar 4.1b: Grafik Masukan dan


Gelombang Keluaran versus waktu.

Untuk menganalisis bentuk gelombang keluarannya dapat digunakan kaidah sebagai


berikut:

11
R
✓ Ketika Vi >0, diode terpanjar maju, sehingga Vo = xVi  Vi
rf + R

✓ Ketika Vi < 0, diode terpanjar mundur, akibatnya Vo = −V .

Dengan kidah seperti di atas maka dapat dibuat bentuk gelombang keluarannya seprti
gambar (6.1b).

Penyearah Gelombang Penuh dengan Menggunakan Rangkaian Jembatan Diode.


Perhatikanlah gambar (4.2a) di bawah ini.

vin

vin v out
D1 D2
v out
D3 D4
RL
t
a. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh b. Grafik Bentuk Gelombang
Gambar 4.2: Penyearah Gelombang Penuh dengan Diode Jembatan

Tanpak dalam gambar (4.2a) di atas,


✓ Ketika Vi > 0, diode D2 terpanjar maju, sehingga Vo = Vi

✓ Ketika Vi < 0, diode D4 terpanjar maju, sehingga Vo = Vi .

Penyearah Gelombang Penuh dengan Menggunakan tapis RC.


Agar keluaran lebih halus, maka perlu diberi rangkaian tapis RC. Sebab salah satu
sifat komponen C (kapasitor) adalah menyimpan muatan listrik yang besifat sementara.
Perhatikan gambar (4.3a) di bawah ini.

12
vin

vin t
D1 D2
vout
D3 D4
RL C v out vrr

Gambar 4.3: Peyearah dengan Tapis RC


Tanpak dalam gambar, tegangan riak punca ke puncak (Vrpp) tergantung pada
tetapan waktu t = RC. Secara pendekatan tegangan riak punca ke puncak (Vrpp) adalah

1
Vrpp = V p (untuk gelombang penuh) ....................... 4.3a)
2 fRC
dan

1
Vrpp = V p (untuk setengah gelombang) .................... 4.3b)
fRC
Dengan demikian, tegangan keluaran yang dihasilkan oleh penyearah gelombang
dengan tapis adalah:

1
Vo = V p − Vrpp ............................................. 4.3c)
2

C. Prosedur Perobaan
Penyearah Setengah Gelombang
1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini! Gunakan Dioda 1N4007

Vo

POWER
SUPLLY AC 100 Ohm
12V

13
2. Pasang osciloskop pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
tabel di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)

Penyerah Gelombang Penuh


1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini! Gunakan Dioda 1N4007.

D1 D2
Power supply
keluaran ac
D3 D4 RL Vout (dc)

2. Pasang osciloskup pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
tabel di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)

14
3. Tambahkan kapasitor elektrolit 220 F/25 V pada keluaran!

D1 D2
Power supply
keluaran ac Vout(dc)
D3 D4 RL C

4. Pasang osciloskop pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
table di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)

D. Kesimpulan

15
PERCOBAAN 4
KARAKTERISTIK JFET

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui perbedaan antara transistor bipolar dan transistor efek medan
2. Menggambar kurva karakteristik drain
3. Menggambar kurva karakteristik arus drain dengan tegangan gate-source berbeda
4. Menggambarkan kurva transduktansi sebuah FET dari kurva ID VS VGS.

B. Alat dan Bahan


1. Minilab 1 buah
2. Breadboard 1 buah
3. Multimeter Digital 2 buah
4. Kabel jumper 10 buah
5. Kabel hubung banana-aligator 4 buah
6. Kabel hubung banana-banana 4 buah
7. Resistor 560  1 buah
8. FET 2N3819 2 buah
9. Potensiometer 10 k 1 Buah

C. Teori Singkat
Transistor adalah alat semikonduktor yang berfungsi sebagai penguat, switching,
dan stabilisasi tegangan. Pada umumnya transistor dibagi 2, yaitu transistor PNP dan
NPN. Dari pembagian ini akan diklasifikasikan lagi tergantung jenis-jenis transistor
tersebut. Transistor PNP adalah transistor yang sumbernya terletak pada gate positif.
Sedangkan NPN adalah transistor yang sumbernya terletak pada gate negatif.
Transistor dapat berfungsi sebagai switching dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET) memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari
sumber listriknya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Dalam rangkain analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkain analog melingkupi pengeras suara, penyetabil sumber listrik, dan penguat

16
sinyal radio. Dalam rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan
tinggi sehingga berfungsi sebagai gerbang logika, memori, dll.

JFET adalah komponen tiga terminal dimana salah satu terminal dapat mengontrol
arus antara dua terminal lainnya. JFET terdiri atas dua jenis, yakni kanal-N dan kanal-P,
sebagaimana transistor terdapat jenis NPN dan PNP. Pada umumnya penjelasan
tentang JFET (junction field-effect transistor) adalah kanal-N, karena untuk kanal-P adalah
kebalikannya.

Ga,bar 4.1. Simbol JFET (Junction Field Effect Transistor)

Simbol JFET (junction field-effect transistor) untuk kanal-N dan kanal-P


ditunjukkan pada gambar diatas. Dalam simbol tersebut, arah tanda panah pada gate
merupakan arah arus pada persambungan seandainya diberi bias maju. Tetapi perlu
diingat bahwa daerah kerja JFET adalah bila persambungan tersebut diberi bias
mundur. Oleh karena itulah, maka arus gate IG adalah nol (sangat kecil) dan
akibatnya resistansi input dari JFET adalah tinggi sekali (dalam orde puluhan
megaohm).

Gambar 4.2. Karakteristek Depletion Junction Field-Effect Transistor JFET

17
Pada tegangan yang lebih tinggi, karakteristik diperumit oleh adanya ketidak
simetrian daerah deplesi. S akan lebih positif terhadap G dan D akan lebih positif
terhadap S. Karenanya dekat ujung D dan saluran menjadi paling positif terhadap
G, panjar mundur menjadi terbesar, dan daerah deplesi menjadi paling lebar.
Dengan menurunnya VDS, panjar mundur meninggi sampai kedua daerah deplesi
hampir bertemu, terdapat kecenderungan untuk mencomot (“pinch-off”) saluran
konduksi. Pada gambar diatas, tegangan pinch-off VP untuk = 0, VGS adalah sekitar
5 V. Di atas pinch-off, kenaikan VDS akan menurunkan lebar saluran, membuat
“offset” kenaikan kerapatan arus akibat kenaikan tegangan D-S, dan kurva iD akan
menjadi datar.

Karena tegangan saluran-G menentukan lebar lapisan deplesi, dengan adanya


tegangan negatif yang dikenakan pada G, pinch-off terjadi tegangan D-S yang
rendah dan arus D berharga rendah. Perhatikan bahwa untuk VGS = 0 pada gambar
diatas, harga VDS = 5V memberikan tegangan saluran-G sebesar 5 V dan pinch-off
terjadi. Jika VGS = -4V, pinch-off terjadi pada VDS = 2V dimana tegangan saluran-G sama
dengan Vp. Di atas pinch-off kurva arus relatif datar sampai tegangan GD mencapai suatu
harga terjadinya patahan avalanche. Bagian kurva karakteristik i-v dimana iD hampir tidak
tergantung pada VDS disebut “arus-tetap” atau “daerah jenuh” (saturation region).

D. Prosedur Percobaan
Langkah Kerja:
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.3.
2. Atur tegangan VDD seperti ditunjukan pada tabel 1, amatilah perubahan nilai arus yang
ditunjukan oleh multimeter, masukkanlah hasilnya dalam tabel 4.1.
3. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.4.
4. Dengan mempertahankan VGG = 0V, atur tegangan VDD sesuai dengan tabel 4.1.
5. Amatilah perubahan nilai yang ditunjukan oleh amperemeter, masukanlah hasilnya
dalam tabel 4.2.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk nilai-nilai tegangan VDD yang lain pada tabel 4.2.

18
Gambar 4.3. Rangkaian Pengujian Arus ID

Gambar 4.3. Rangkaian Pengujian Arus ID dengan IG berbeda

Tabel Pengamatan :
Tabel 4.1.
No VDD (Volt) ID (mA)
1 1
2 2
… …
10 10

19
Tabel Pengamatan :
Tabel 4.2.
No VGG VDD (Volt) ID (mA)
1 1
2 2
1
… …
10 10
11 1
12 2
2
… …
20 10
31 1
32 2
3
… …
40 10
41 1
42 2
4
… …
50 10
51 1
52 2
6
… …
60 10

E. Tugas Pendahuluan
1) Jelaskan perbedaan antara BJT dan FET!
2) Apa yang dimaksud dengan Kurva transkoduktansi.
3) Jelaskan prinsip kerja FET N-Channel!
4) Pinch-off adalah tegangan drain di atas tegangan ini arus drain menjadi konstan.

F. Kesimpulan

20
PERCOBAAN 5
PENGUAT EMITOR DI TANAHKAN

A. Alat dan Bahan


1. Power Supply + kabel hubung 1 unit
2. Osiloskop 1 unit
3. Multimeter + kabel multimeter 1 buah
4. Passive Probe 1 set
5. Breadboard 1 buah
6. Kabel jumper 6 buah
7. Resistor 100k 2 buah
8. Resistor 10k 1 buah
9. Resistor 1k 1 buah
10. Resistor 100 1 buah
11. Kapasitor 10 nF 2 buah
12. Transistor BC548 1 buah

B. Teori Dasar
Transistor adalah salah satu komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor
jenis n dan p. Transistor memiliki 3 kaki (elektroda), yang disebut emitor (e), basis (b)
dan kolektor(c). Transistor ada dua macam, yakni transistor dwikutup dan trasistor efek
medan (FET). Transistor dwikutup ada dua macam, yaitu jenis npn dan pnp. Untuk
materi dalam percobaan ini akan dititikberatkan pada transistor dwikutup. Gambar (5.1)
di bawah ini adalah menunjukkan type paket transistor yang ada di pasaran untuk daya
rendah, yang berkode BC 548. Transistor ini didesain untuk digunakan sebagai penguat
secara umum dan saklar yang menuntut arus kolektor samapi 300mA.

Gambar 5.1: Transistor daya rendah berkode BC 548


21
Salah satu cara merancang sebuah penguat adalah dengan menggunakan
bias pembagi tegangan, seperti dalam gambar (5.2) di bawah ini.
+Vcc

R B1 RC
CE
C vout
C1
B
vin
E
RB 2 RE CE

Gambar 5.2: Rangkaian Bias Pembagi Tegangan.

Tanpak dalam gambar (5.2) di atas, tegangan basis-tanah diperoleh dengan pembagi
tegangan, yaitu:

𝑅𝐵2
𝑉𝐵 = [𝑅 ] 𝑉𝐶𝐶 (5.1)
𝐵1 +𝑅𝐵2

Untuk menghitung arus emitor, maka digunakan hukum Kirchoff pada bagian
masukan, yaitu VB = I E RE + VBE , sehingga didapatkan:

VB − VBE
IE = (5.2)
RE
Kemudian jika ditinjau dari keluarannya, jika diterapkan KVL maka didapatkan
persamaan:

VCC = I C RC + VCE + I E RE (5.3)

Bila titik-Q tepat berada ditengah-tengah garis beban, yang berarti VCE = ½ VCC, maka
persamaan (5.3) berubah menjadi VCC = I C RC + 1 2 VCC + I E RE . Bila arus basis dianggap

nol, maka I CQ = I EQ , sehingga arus emitor dalam keadaan tenang adalah

22
1 VCC
I EQ = 2
(5.4)
RC + RE

Dalam prakteknya, sering


• RE = 0,2RC agar untuk isyarat yang besar, bentuk isyarat tetap simetrik.
• RB = 10 RE agar bila suhu berubah, tidak banyak berpengaruh terhadap arus dan
tegangan kerja.

Untuk menentukan penguat dan impedansi rangaian pada frekuensi tengah


diperlukan rangkaian setara seperti pada gambar (5.3) di bawah ini. Perlu diingat, besar
impedansi kapasitas pada frekuensi tengah dianggap sangat kecil, sehingga semua
kapasitor yang searah dengan arus terhubung singkat.

vin vout
RB1 RB 2 ib  re  ib 1
hoe RC

Gambar 5.3: Rangkaian setara Penguat CE Pembagi Tegangan


pada Frekuensi Tengah

Dari gambar (5.2) di atas di dapatkan beberapa persamaan, yaitu:


a) Impedansi masukan penguat rangkaian

𝑍𝑖𝑛 = 𝑅𝐵1 ‖𝑅𝐵2 ‖𝛽𝑟𝑒 (5.5a)

b) Impedansi keluaran penguat

23
𝑍𝑜𝑢𝑡 = 1⁄ℎ ‖ 𝑅𝐶 (5.5b)
𝑜𝑒

c) Penguat tegangan

1⁄
ℎ𝑜𝑒 ‖𝑅𝐶 𝑅
𝐴𝑣 = − ≅ − 𝑟𝐶 (5.5c)
𝑟𝑒 𝑒

Dari persamaan (5.5c) tanpak penguat tegangan hanya bergantung pada hambatan
kolektor dan hambatan ac basis-emitor sebagai diode dalam panjar maju 𝑟𝑒 .

C. Prosedur Percobaan:
1. Buatlah rangkaian pada papan roti seperti gambar di bawah ini!
+12V

100k 10k
10 nF
C v out
10 nF
B
v in BC 548

E
1k
100k

2. Ukurlah tegangan listrik di titik B. VB = _______V.


3. Ukurlah tegangan listrik antara titik B dengan titik E. Tegangan ini disebut tegangan
VBE. Hasil pengukuran: VBE = ____________V.
Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil secara teoritis!
4. Sekarang ukurlah tegangan listrik antara titik C dengan titik E. Tegangan ini disebut
tegangan VCE. Hasil pengukuran: VCE = ____________V.
Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil secara teoritis!

24
5. Ukurlah tegangan listrik antara titik B dan C. Tegangan ini disebut tegangan VCB.
Hasil pengukuran: VCB = ____________V.
Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil secara teoritis!
6. Bagaimanakah hubungan antara hasil 3, 4 dan 5? Jelaskan!
7. Pasang masukan vin dengan menggunakan signal generator berbentuk gelombang
sinusoidal pada frekuensi 1kHz dan amplitude 25mV.
8. Pasang channel 1 Oscilloscope pada masukan dan channel 2 pada keluaran. Amati
bentuk gelombang masukan dan keluarannya! Catat hasil pengamatan Anda!
9. Sekarang lepaskan ke dua channel dan ukurlah tegangan masukan dan keluaran
penguat dengan menggunakan voltmeter ac! Hasil pengukurannya:
vin = _____________ mV; vout = ______________ mV
10. Bandingkan hasil pengukuran tegangan output dengan input. Hasilnya disebut
penguat tegangan Av. Av = _____________
11. Bandingkan hasil (10) dengan hasil secara teoritis!
12. Pasang resistor 100Ω pada keluaran penguat! Ulangi langkah 7 sampai 11. Catat
hasilnya!

D. Kesimpulan

25
PERCOBAAN 6
DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR RC

A. Alat dan Bahan


1. Function Generator 1 buah
2. Osiloskop 1 buah
3. Passive Probe 1 buah
4. Probe Function Generator 1 buah
5. Breadboard 1 buah
6. Resistor 10k 1 buah
7. Resistor 100k 1 buah
8. Kapasitor 100 pF 1 buah
9. Kapasitor 0,01 uF 1 buah

B. Teori Singkat
Rangkaian Differensiator
Tinjau rangkaian di bawah ini.

Gambar 6.1. Rangkaian differensiator RC


Rangkaian pada gambar 6.1. adalah rangkaian differensiator RC. Perhatikan letak
komponen R dan C-nya. Isyarat masukan menggunakan gelombang berbentuk persegi.
Untuk memahami masalah differensiator ini, perhatikan gambar 6.2. di bawah ini.

26
Gambar 6.2. Grafik Vp vs t. a) Masukan berupa gelombang persegi,
b). saat t=RC<<T/2, c) saat t>>T/2

Rangkaian Integrator

Tinjau rangkaian 6.3. di bawah ini:

Gambar 6.3. Rangkaian integrator RC

Rangkaian pada gambar 6.3. di atas adalah sebuah rangkaian differensiator RC


sederhana. Adapun keluarannya adalah seperti pada Gambar 6.4. di bawah ini.

27
Gambar 6.4. Grafik Vp vs t. a) Masukan berupa gelombang persegi,
b) saat t=RC<<T/2, c) Saat t>>T/2

Pada saat Vi mencapai harga maksimum (Vp) kapasitor C diisi dengan muatan
melalui R, dengan tetapan waktu t=RC. Untuk t << T/2 (gambar 4.5b) kapasitor akan
terisi penuh sebelum T/2, sehingga Vo cepat mencapai Vp. Jika tetapan waktu t >> T/2,
maka sewaktu Vo<Vp, Vi(t) sudah berubah tanda, sehingga Vo akan turun. Dengan
demikian, ketika t >> T/2 bentuk tegangan keluaran akan mirip dengan integral masukan.
Oleh karena itu rangkaian ini disebut integrator.

Rangkaian integrator banyak digunakan untuk meratakan arus dc, membuat


gelombang segitiga dan lain-lain.

28
C. Prosedur Percobaan
a. Differensiator RC
1. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini:

100 k

Gambar 6.6. Differensiator RC


2. Atur function generator waveform persegi pada frekuensi 1 kHz dan tegangan
4Vpp.
3. Pasang function generator pada masukan. Ukur tegangan masukan dan
keluaran menggunakan osiloskop. Baca tegangan masukan dan keluaran.
Catat hasilnya pada table di bawah ini.
4. Ulangi langkah 2-3 untuk waveform segitiga.
5. Atur kembali waveform function generator ke posisi sinyal persegi. Ubah
frekuensi generator pada frekuensi 100 kHz, catat tegangan keluaran. Bila
diperlukan ubah volt/div dan time/div ke posisi yang ideal untuk memperoleh
gambar yang jelas.

Tabel hasil percobaan

No Vi (1 kHz) Gambar Vo (Vpp) Gambar Vo (Vpp)


1

Untuk Vi (1 kHz) Untuk Vi (100 kHz)

29
2

Untuk Vi (1 kHz) Untuk Vi (100 kHz)

b. Differensiator RC
1. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini:
10 k

Gambar 6.7. Integrator RC


2. Atur function generator waveform persegi pada frekuensi 1 kHz dan tegangan
4 Vpp.
3. Pasang function generator pada masukan. Ukur tegangan masukan dan
keluaran menggunakan osiloskop. Baca tegangan masukan dan keluaran.
Catat hasilnya pada table di bawah ini.
4. Ulangi langkah 2-3 untuk waveform segitiga.
5. Atur kembali waveform function generator ke posisi sinyal persegi. Ubah
frekuensi generator pada frekuensi 20 kHz, catat tegangan keluaran. Bila
diperlukan ubah volt/div dan time/div ke posisi yang ideal untuk memperoleh
gambar yang jelas.

30
Tabel hasil percobaan

No Vi (1 kHz) Gambar Vo (Vpp) Gambar Vo (Vpp)


1

Untuk Vi (1 kHz) Untuk Vi (20 kHz)

Untuk Vi (1 kHz) Untuk Vi (20 kHz)

D. Kesimpulan

31
PERCOBAAN 7
OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

A. TUJUAN
1. Membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada hambatan
unpan balik dan input rangkaian.
2. Mengoperasikan Op-Amp Inverting dan Non Inverting.

B. PERALATAN DAN BAHAN


1. Op Amp 741 2 Buah
2. Resistor 1 k 4 Buah
3. Resistor 10 k 2 Buah
4. Resistor 20 k 2 Buah
5. Resistor 51 k 2 Buah
6. Resistor 100 k 2 Buah
7. Resistor 200 k 2 Buah
8. Analog Digital Trainer 1 Unit
9. Kabel Jumper 16 Buah
10. Multimeter Digital 1 Unit
11. Osiloskop 1 Unit
12. Passive Probe 1 Set

C. TEORI SINGKAT
Penguat operasional (bahasa Inggris: operational amplifier) atau yang biasa
disebut op-amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan sambatan (bahasa
Inggris: coupling) arus searah yang memiliki bati (faktor penguatan atau dalam
bahasa Inggris: gain) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat
operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling
banyak digunakan adalah seri 741.

32
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna.
Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika sederhana
seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan
distorsi rendah.
Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik
yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya. Karakteristik penguat operasional ideal adalah:
1. Bati tegangan tidak terbatas;
2. Impedansi masukan tidak terbatas;
3. Impedansi keluaran nol;
4. Lebar pita tidak terbatas;
5. Tegangan offset nol (kondisi ketika masukan sebesar nol);
Terdapat banyak sekali penggunaan dari penguat operasional dalam berbagai
jenis sirkuit listrik, diantaranya: Penguat Pembalik (Inverting), Penguat Non-
Pembalik (Non Inverting), Komparator, Penguat Diferensial, Penguat Penjumlah,
Integrator, Diferensiator. Dalam Praktikum ini kita akan membahas rangkaian
Penguat Inverting dan Non Inverting.
Penguat Inverting adalah suatu penguat di mana isyarat keluaran yang
merupakan hasil penguatan, berbeda fase 180o dengan isyarat masukan (berlawanan
fase). Pada penguat membalik, isyarat masukan diberikan ke masukan yang negatif
(Pin 2) dan masukan yang tidak membalik (Pin 3) di tanahkan.
Perhatikan rangkaian pada gambar di bawah ini!
R2

i2
R1 a
vi
Vo
i1 i1'
b

Gambar Rangkaian Penguat inverting


Untuk menganalisis rangkaian pada gambar di atas, digunakan golden rule
sebagai berikut:
33
• Kedua masukan terdapat hambatan diferensial yang sangat besar, sehingga
vi − v a v a − v o
i1' = 0 . Akibatnya, i1 = i2 atau = .
R1 R2

• Kedua masukan terhubung singkat maya, sehingga va = vb = 0 (karena titik


vi − 0 0 − v o v − vo
b di tanahkan), akibatnya = atau i = . Maka penguat
R1 R2 R1 R2

tegangan lingkar tutup pada penguat membalik adalah:

R2
Av (lt ) = −
R1

Sementara itu, impedansi masukan penguat didefinisikan sebagai


𝑣𝑖𝑛
perbandingan antara isyarat masukan dengan arus masukan, 𝑧𝑖𝑛 = = 𝑅𝑖𝑛 .
𝑖𝑖𝑛

𝑧𝑖𝑛 = 𝑅𝑖𝑛

Sedangkan impedansi output penguat adalah:

Av (lt )
Zo = Ro (lb)
Av (lb)

Pada penguat Non Inverting, isyarat masukan di suapkan ke masukan tidak


membalik (Pin 3), dan rangkaian umpan baliknya tetap diletakkan antara keluaran
dengan masukan yang membalik (Pin 2).
Perhatikan gambar di bawah ini!
Rf
if
ii
a
vo
b
vi
Gambar: Penguat non-inverting u.b. resistor
34
Dengan aturan Golden Rules diperoleh, va = vb = vi dan ii’=0, sehingga
vi v o − vi v  R + Rf 
= atau o =  i  . Akhirnya diperoleh penguat tegangan lingkar
Ri Rf vi  Ri 
tutup:

 Ri + R f  R
Av (lt ) =   = 1 + f
 Ri  Ri

Impedansi penguat masukan adalah

Z i = Ri (dif ) = 

Sedangkan impedansi penguat keluarannya adalah

Av (lt )
Zo = Ro (lb)
Av (lb)

D. LANGKAH PERCOBAAN
Penguat Inverting
1. Gunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti pada gambar di
bawah.
Rf

+VCC
Rin 7
2
6
3 Vout
Vin 4
-VCC

2. Gunakan tegangan simetri untuk mengaktifkan Op-Amp. Set Rf = Rin = 1 kΩ,


3. Atur function generator pada frekuensi 1000 Hz dan keluaran kira-kira 60 mVp-p.

35
4. Hubungkan osiloskop pada input dan output Op-Amp. Setel time/div pada posisi
0.2 ms/div, volt/div CH1 = 20 mV/div dan volt/div CH2 mulai dari 20 mV/div.
5. Cek rangkaian dengan teliti. Setelah tidak bermasalah, Nyalakan Power supply
6. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan. Gambarkan!
Gambar bentuk gelombang
Gambar Gelombang Masukan Gambar Gelombang Keluaran

7. Ukurlah tegangan ac masukan dan keluarannya dengan mempergunakan


voltmeter ac. Hasilnya tulis pada tabel.
8. Ulangi percobaan dengan mengubah nilai Rf, kemudian hasilnya tulis pada tabel
di bawah ini.

36
No Hambatan (kΩ) Tegangan Efektif(V) Penguat Tegangan
Input Feedback Input Output Teori Pengukuran
1 1 kΩ 10 kΩ
2 1 kΩ 20 kΩ
3 1 kΩ 51 kΩ
4 1 kΩ 100 kΩ
5 1 kΩ 200 kΩ

Catatan: Setiap bentuk gelombang pada CRO difoto!


Penguat Non Inverting
1. Gunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti gambar di bawah
ini.
Rf

+VCC
Ri
2 7
6
3
4
v in -VCC

vout

2. Gunakan tegangan simetri untuk mengaktifkan Op-Amp. Set Rf = Rin = 1 kΩ,


3. Atur function generator pada frekwensi 1000 Hz dan keluaran kira-kira 10 mV.
4. Hubungkan osiloskop pada input dan output Op-Amp.
5. Cek rangkaian dengan teliti. Setelah tidak bernasalah, Nyalakan power supply
6. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan. Gambarkan!
Gambar bentuk gelombang

37
Gambar Gelombang Masukan Gambar Gelombang Keluaran

7. Ukurlah tegangan ac masukan dan keluarannya dengan mempergunakan


voltmeter ac. Hasilnya tulis pada tabel.
8. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah nilai Rf, kemudian hasilnya tulis
pada tabel di bawah ini.

No Hambatan (kΩ) Tegangan Efektif(V) Penguat Tegangan


Input feedback Input Output Teori Pengukuran
1 1 kΩ 10 kΩ
2 1 kΩ 20 kΩ
3 1 kΩ 51 kΩ
4 1 kΩ 100 kΩ
5 1 kΩ 200 kΩ

Catatan: Setiap bentuk gelombang pada CRO difoto!

E. Kesimpulan

38
PERCOBAAN 8
GERBANG LOGIKA DASAR

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara kerja gerbang logika dasar.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Analog Digital Trainer 8 bit/16 bit
2. Kabel Stud/Power
3. Kabel Jumper
4. IC 4081
5. IC 4071
6. IC 4069
7. IC 4011
8. IC 7486
9. IC 7402

III. DASAR TEORI


Gerbang Logika adalah suatu komponen yang paling dasar pada suatu rangkaian
Digital. Seluruh aplikasi rangkaian Digital adalah terdiri dari ribuan atau bahkan jutaan
dari rangkaian gerbang Logika yang sudah terpaket dalam IC (Integrated Circuit), Chip
atau bahkan processor untuk menghasilkan fungsi-fungsi tertentu .

Gerbang logika merupakan blok dasar yang digunakan untuk membentuk rangkaian
elektronika digital.

Ada 7 macam gerbang logika dasar : AND, OR, NOT, NAND, NOR, Ex-OR, dan Ex-
NOR. Tetapi disini kita hanya membahas 6 macam gerbang logika dasar yaitu tanpa
Ex-NOR.
1. Gerbang AND

Gambar 8.1. Simbol Gerbang Logika And

39
Operasi AND:
- Jika input A AND B keduanya HIGH ( 1 ), maka output X akan HIGH.
- Jika input A atau B salah satu atau keduanya LOW ( 0 ), maka output X akan
LOW ( 0 ).
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel 8.1. Tabel Kebenaran gerbang AND

2. Gerbang OR

Gambar 8.2. Simbol Gerbang Logika OR


Operasi OR:
- Jika input A OR B salah satu atau keduanya HIGH ( 1 ), maka output X akan
HIGH ( 1 ).
- Jika input A dan B keduanya LOW ( 0 ), maka output X akan LOW ( 0 )
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Tabel 8.2. Tabel Kebenaran gerbang OR

3. Gerbang NOT/Inverter

Gambar 8.3. Simbol Gerbang Logika NOT

40
Operasi NOT:
- Jika input A HIGH ( 1 ), maka output X akan LOW ( 0 ).
- Jika input A LOW ( 0 ), maka output X akan HIGH ( 1 ).

INPUT OUTPUT
A X
0 1
1 0
Tabel 8.3. Tabel Kebenaran gerbang NOT

4. Gerbang NAND

Gambar 8.4. Simbol gerbang Logika NAND


Operasi NAND:
- Merupakan inverse ( kebalikan ) dari operasi AND.
- Jika input A AND B keduanya HIGH ( 1 ), maka output X akan LOW.
- Jika input A atau B salah satu atau keduanya LOW ( 0 ), maka output X akan
HIGH ( 1 ).
INPUT OUTPUT
A B X
X = A• B
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Tabel 8.4. Tabel Kebenaran gerbang NAND

5. Gerbang NOR

Gambar 8.5. Simbol Gerbang Logika NOR


Operasi NOR:
- Merupakan inverse ( kebalikan ) dari operasi OR.
- Jika input A OR B salah satu atau keduanya HIGH ( 1 ), maka output X akan
LOW.
- Jika input A dan B keduanya LOW ( 0 ), maka output X akan HIGH ( 1 ).

41
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 1
0 1 0 X = A+ B
1 0 0
1 1 0
Tabel 8.5. Tabel Kebenaran gerbang NOR

6. Gerbang Ex-OR

Gambar 8.6. Simbol Gerbang Logika Ex-OR


Operasi Logika Ex-OR:
- Ex-OR adalah kependekan dari Exclusive OR.
- Jika salah satu dari kedua inputnya HIGH ( 1 ), maka output X akan HIGH (1).
- Jika kedua inputnya bernilai LOW ( 0 ) atau HIGH ( 1 ) semua, maka output X
akan LOW ( 0 )
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 1 X = A B
1 0 1
1 1 0
Tabel 8.6. Tabel Kebenaran gerbang Ex-OR
Berdasarkan tabel di atas, Ex-OR dapat disusun dari gerbang: AND, OR dan
NOT Atau dari gerbang NAND.

IV. LANGKAH PERCOBAAN


Percobaan 1.1 Gerbang AND
1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika AND seperti pada gambar 8.1
2. Hubungkan pin 14 pada IC CD4081 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke
ground menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A dan B ke saklar biner menggunakan jumper.
4. Hubungkan keluaran pada pin 3 IC CD4081 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
42
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1

Percobaan 1.2 Gerbang OR


1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika AND seperti pada gambar 8.2.
2. Hubungkan pin 14 pada IC CD4071 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke
ground menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A dan B ke saklar biner menggunakan kabel jumper.
4. Hubungkan keluaran pada pin 3 IC CD4071 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1

Percobaan 1.3 Gerbang NOT


1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika NOT seperti pada gambar 8.3.
2. Hubungkan pin 14 pada IC CD4069 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke
ground menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A ke saklar biner menggunakan jumper.
4. Hubungkan keluaran pin 2 pada IC CD4069 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
43
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A X
0
1

Percobaan 1.4 Gerbang NAND


1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika NAND seperti pada gambar 8.4.
2. Hubungkan pin 14 pada IC CD4011 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke
ground menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A dan B ke saklar biner menggunakan kabel jumper.
4. Hubungkan keluaran pada pin 3 IC CD4011 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1

Percobaan 1.5 Gerbang NOR


1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika NOR seperti pada gambar 8.5.
2. Hubungkan pin 14 pada IC 7402 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke ground
menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A dan B ke saklar biner menggunakan kabel jumper.
4. Hubungkan keluaran pada pin 3 IC 7402 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
44
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1

Percobaan 1.6 Gerbang eX-OR


1. Susun rangkaian pengujian Gerbang Logika Ex-OR seperti pada gambar 8.6.
2. Hubungkan pin 14 pada IC 7486 dengan sumber tegangan 5V dan pin 7 ke ground
menggunakan kabel jumper.
3. Hubungkan masukan A dan B ke saklar biner menggunakan kabel jumper.
4. Hubungkan keluaran pada pin 3 IC 7486 ke indicator LED menggunakan kabel
jumper.
5. Nyalakan Saklar on/off pada Digital Analog Trainer.
6. Catat hasil percobaan pada tabel kebenaran sesuai dengan kombinasi masukan A
dan B. Catatan : jika LED menyala maka keluaran bernilai 1 dan jika tidak menyala
keluaran bernilai 0.

Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1

V. KESIMPULAN

45
DATA PINOUT IC

46

Anda mungkin juga menyukai