TIM PENYUSUN
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala karena berkat, rahmat dan
karunia-Nya-lah, penulisan buku Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Buku Petunjuk Praktikum ini dirancang untuk digunakan sebagai pedoman
praktikum Elektronika Dasar bagi Mahasiswa Fisika Fakultas MIPA Universitas Mataram.
Adapun sebelum digunakan, Mahasiswa diharapkan membaca dengan seksama,
agar ketika dalam pelaksanaannya nantinya menjadi lebih siap, terutama dalam hal
penggunaan alat ukur listrik. Pengukuran menggunakan alat ukur listrik yang harus
diperhatikan antara lain jenis sumber listriknya (AC atau DC), batas ukurnya, polaritas,
obyek yang akan diukur. Apabila terjadi kesalahan, maka akan berakibat rusaknya
peralatan tersebut. Untuk itu Praktikan harus selalu berhati-hati.
Akhirnya Penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat dalam menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan
demi penyerpurnaan buku ini di masa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
PERCOBAAN 1
PEMBAGI TEGANGAN DAN PEMBAGI TEGANGAN
B. Teori Singkat
Rangkaian pembagi tegangan dalam aplikasinya sangatlah penting, misalnya
dipergunakan untuk memperkecil tegangan yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
contoh, bila peralatan elektronik yang digunakan harus menggunakan tegangan 6V,
sementara power supply bertegangan output 12V, maka tegangan output power supply
tersebut perlu diturunkan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan.
Perhatikan gambar di bawah ini.
R1
Vin I
R2 Vout
1
𝑉𝑖𝑛
𝐼= (1.1)
𝑅1+𝑅2
𝑅2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (𝑅 ) 𝑉𝑖𝑛 (1.3)
1 +𝑅2
Dari persamaan (1.3) dapat disimpulkan, besar tegangan keluaran bergantung pada besar
nilai resistor R2. Untuk keperluan prakris, seringkali dibuat resistor yang nilainya bias
diatur yang dinamakan resistor variable (VR) atau potensiometer. Peralatan ini sering
dipergunakan untuk mengatur volume sebuah peralatan audio maupun mengatur tegangan
keluaran sebuah power suplly.
2
C. Prosedur Percobaan:
C.1. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan Pembebanan
1. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Ukurlah tegangan keluaran (VAB) di
mana elektroda + ke A dan elektroda – ke B. Gunakan batas ukur alat yang sesuai.
Isilah tabel di bawah ini:
No R1 (kOhm) R2 (kOhm) VAB (volt)*
1
2
3
R1=10k
A
R2
0V B
2. Tambahkan keluaran pada rangkaian di atas resistor sebesar 10 kOhm. Resistor ini
disebut beban. Sekarang ukurlah VAB! Catat hasilnya pada tabel di bawah ini.
3
C.2. Pembagi Tegangan Dengan Potensiometer dan Pembebanan
1. Ambil Baterai 9V, Resistor 10 k, dan Potensiometer 10 k, kemudian susun
rangkaian seperti gambar di bawah ini:
a
10 k
b
10 k c
d
No Vab Vbd Vad Vbc Vcd Vbd Vac Vcd Vcd dengan
(V) (V) (V) (V) (V) (V) (V) (V) beban (V)
4. Hubungkan sebuah beban Lampu pada keluaran cd, kemudian ukur kembali
keluaran cd (Vcd).
5. Putar posisi potensiometer dan ulangi langkah (3) sebanyak 3 kali.
6. Ulangi langkah (1) s.d. (4). Masukkan ke dalam tabel pengukuran, Amati kondisi
Lampu.
D. Kesimpulan
4
PERCOBAAN 2
RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN NORTON
B. Teori Singkat
Dalam suatu rangkaian listrik, terdapat suatu dalil yang terkenal, yaitu dalil
Thevenin. Adapun bunyinya adalah sebagai berikut:
“Suatu rangkaian dengan suatu keluaran dapat digantikan dengan suatu rangkaian
yang terdiri dari suatu sumber tegangan tetap Th dan suatu hambatan RTh yang
Untuk memperjelas bunyi dalil tersebut, tinjau rangkaian pada gambar (2.1) di
bawah ini:
5
Ro
Vo,b
Th
Peralatan elektronik
Gambar (2.1) di atas adalah sebuah rangkaian setara Thevenin, dengan Vo,b =
tegangan keluaran terbuka. Disebut terbuka, karena tidak diberi beban. Sedangkan Th
sebagai sumber tegangan tetap, yakni nilai tegangannya tidak akan turun walau diberi
beban berapapun juga. Sementara yang diberi kotak adalah peralatan elektronik yang
terdiri dari beberapa komponen-komponen yang dapat diganti hanya dua buah komponen
saja, yaitu Th dan Ro. Tanpak dalam gambar Vo = Th .
Misal, pada gambar (2.1) di atas diberi beban RL, sehingga mengalir arus IL seperti
gambar (2.2) di bawah ini. Terlihat, dari hukum Ohm, Th = I L ( Ro + RL ) , dengan
Vo = Th − I L Ro (2.1)
RTh
I
Th RL Vo
L
Peralatan elektronik
6
Semakin besar RTh, semakin besar pula jatuh tegangannya. Agar peralatan tersebut
tidak terbebani, RTh haruslah sekecil mungkin. Contoh, baterei yang masih baru memiliki
Ro (hambatan dalam batterei) sangat kecil. Bila baterei tersebut sering dipakai, maka Ro –
nya akan membesar, sehingga tegangan keluarnnya menjadi mengecil.
Bila persamaan (2.1) digrafikan, akan diperoleh grafik seperti gambar (2.3) di
bawah ini.
Vo
Th
V =
I L Ro
I
IL I max
Tanpak dalam grafik, pada saat I = IL, tegangan keluaran telah turun sebesar
Th
V = I L Ro . Garis beban berakhir pada I max = , yaitu arus keluaran yang mengalir
Ro
saat keluaran dihubung singkat.
R1
Vo
R2
7
• Hitung terlebih dahulu tegangan keluaran tanpa beban (dalam keadaan terbuka). Pada
R2
rangkaian di atas, didapat TH = vo ,b = . Hal ini sama dengan mengukur
R1 + R2
tegangan keluaran tanpa beban dengan menggunakan voltmeter.
• Ro ditentukan dengan menghitung hambatan setara keluaran, jika sumber dihubung
singkat. Seperti tanpak dalam gambar (2.5) di bawah, didapat Ro = R ll R2.
R1
R2 RTh
Sementara pada rangkaian setara Norton, mempergunakan sumber arus tetap, yang
disebut arus Norton (IN) dan hambatan keluaran RN yang dipasang secara paralel dengan
sumber arus tersebut. Yang dimaksud sumber arus tetap adalah suatu sumber yang
menghasilkan arus dengan nilai tertentu, tidak tergantung pada hambatan beban yang
dipasang pada keluaran. IN dapat ditentukan dengan cara keluaran dihubung singkat, lalu
dihitung arus listrik yang terjadi pada keluaran tersebut. Cara ini identik dengan
mengukur arusnya dengan mempergunakan amperemeter.
Misal, tinjau rangkaian gambar (2.4) di atas. Setelah keluaran dihubung singkat,
seperti gambar (2.6), maka R2 = 0, sehingga I = IN .
R1
R1
Vo
R2
8
Sedangkan hambatan keluaran RN sama dengan hambatan keluaran pada setara
Thevenin, hanya saja cara memasangnya adalah parallel dengan sumber arus. Dengan
demikian, didapat rangkaian setara Norton seperti gambar (2.7) di bawah ini.
IN RN
RTh
Th IN RN
Tanda berarti rangkaian setara Thevenin dapat diubah menjadi rangkaian setara
Norton dan begitu pula sebaliknya.
C. Prosedur Percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini pada papan rangkaian!
R1 R2
Vo
R3
Th
6. Pasang tegangan masukan sebesar 12Vdc (εTh = 12Vdc) dan RTh = beberapa Ohm saja
(semakin kecil semakin bagus). Ukur tegangan keluarannya dengan menggunakan
voltmeter. Hasil pengukurannya adalah Vo = ________V.
7. Sekarang pasang hambatan keluaran sebesar 10kΩ pada keluarannya, kemudian ukur
tegangan keluarannya. Hasil pengukuran Vo = ________V. Bandingkan hasil langkah
(6) dengan (7) dan jelaskan!
8. Sekarang ganti RTh = 10 kΩ. Ulangi langkah 6 dan 7. Apakah yang terjadi? Jelaskan!
D. Kesimpulan
10
PERCOBAAN 3
PENYEARAH GELOMBANG
B. Teori Singkat
Penyearah Setengah Gelombang
Tinjau gambar (4.1a) di bawah ini!
vin
vin D
V out v out
R
t
11
R
✓ Ketika Vi >0, diode terpanjar maju, sehingga Vo = xVi Vi
rf + R
Dengan kidah seperti di atas maka dapat dibuat bentuk gelombang keluarannya seprti
gambar (6.1b).
vin
vin v out
D1 D2
v out
D3 D4
RL
t
a. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh b. Grafik Bentuk Gelombang
Gambar 4.2: Penyearah Gelombang Penuh dengan Diode Jembatan
12
vin
vin t
D1 D2
vout
D3 D4
RL C v out vrr
1
Vrpp = V p (untuk gelombang penuh) ....................... 4.3a)
2 fRC
dan
1
Vrpp = V p (untuk setengah gelombang) .................... 4.3b)
fRC
Dengan demikian, tegangan keluaran yang dihasilkan oleh penyearah gelombang
dengan tapis adalah:
1
Vo = V p − Vrpp ............................................. 4.3c)
2
C. Prosedur Perobaan
Penyearah Setengah Gelombang
1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini! Gunakan Dioda 1N4007
Vo
POWER
SUPLLY AC 100 Ohm
12V
13
2. Pasang osciloskop pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
tabel di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)
D1 D2
Power supply
keluaran ac
D3 D4 RL Vout (dc)
2. Pasang osciloskup pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
tabel di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)
14
3. Tambahkan kapasitor elektrolit 220 F/25 V pada keluaran!
D1 D2
Power supply
keluaran ac Vout(dc)
D3 D4 RL C
4. Pasang osciloskop pada keluaran rangkaian. Amati gambar yang terjadi! Ukurlah
tegangan keluaran rangkaian (tegangan dc) dengan menggunakan multimeter! Isilah
table di bawah ini!
Gambar Bentuk Gelombang Keluaran Tegangan Keluaran (volt)
D. Kesimpulan
15
PERCOBAAN 4
KARAKTERISTIK JFET
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui perbedaan antara transistor bipolar dan transistor efek medan
2. Menggambar kurva karakteristik drain
3. Menggambar kurva karakteristik arus drain dengan tegangan gate-source berbeda
4. Menggambarkan kurva transduktansi sebuah FET dari kurva ID VS VGS.
C. Teori Singkat
Transistor adalah alat semikonduktor yang berfungsi sebagai penguat, switching,
dan stabilisasi tegangan. Pada umumnya transistor dibagi 2, yaitu transistor PNP dan
NPN. Dari pembagian ini akan diklasifikasikan lagi tergantung jenis-jenis transistor
tersebut. Transistor PNP adalah transistor yang sumbernya terletak pada gate positif.
Sedangkan NPN adalah transistor yang sumbernya terletak pada gate negatif.
Transistor dapat berfungsi sebagai switching dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET) memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari
sumber listriknya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Dalam rangkain analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkain analog melingkupi pengeras suara, penyetabil sumber listrik, dan penguat
16
sinyal radio. Dalam rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan
tinggi sehingga berfungsi sebagai gerbang logika, memori, dll.
JFET adalah komponen tiga terminal dimana salah satu terminal dapat mengontrol
arus antara dua terminal lainnya. JFET terdiri atas dua jenis, yakni kanal-N dan kanal-P,
sebagaimana transistor terdapat jenis NPN dan PNP. Pada umumnya penjelasan
tentang JFET (junction field-effect transistor) adalah kanal-N, karena untuk kanal-P adalah
kebalikannya.
17
Pada tegangan yang lebih tinggi, karakteristik diperumit oleh adanya ketidak
simetrian daerah deplesi. S akan lebih positif terhadap G dan D akan lebih positif
terhadap S. Karenanya dekat ujung D dan saluran menjadi paling positif terhadap
G, panjar mundur menjadi terbesar, dan daerah deplesi menjadi paling lebar.
Dengan menurunnya VDS, panjar mundur meninggi sampai kedua daerah deplesi
hampir bertemu, terdapat kecenderungan untuk mencomot (“pinch-off”) saluran
konduksi. Pada gambar diatas, tegangan pinch-off VP untuk = 0, VGS adalah sekitar
5 V. Di atas pinch-off, kenaikan VDS akan menurunkan lebar saluran, membuat
“offset” kenaikan kerapatan arus akibat kenaikan tegangan D-S, dan kurva iD akan
menjadi datar.
D. Prosedur Percobaan
Langkah Kerja:
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.3.
2. Atur tegangan VDD seperti ditunjukan pada tabel 1, amatilah perubahan nilai arus yang
ditunjukan oleh multimeter, masukkanlah hasilnya dalam tabel 4.1.
3. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.4.
4. Dengan mempertahankan VGG = 0V, atur tegangan VDD sesuai dengan tabel 4.1.
5. Amatilah perubahan nilai yang ditunjukan oleh amperemeter, masukanlah hasilnya
dalam tabel 4.2.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk nilai-nilai tegangan VDD yang lain pada tabel 4.2.
18
Gambar 4.3. Rangkaian Pengujian Arus ID
Tabel Pengamatan :
Tabel 4.1.
No VDD (Volt) ID (mA)
1 1
2 2
… …
10 10
19
Tabel Pengamatan :
Tabel 4.2.
No VGG VDD (Volt) ID (mA)
1 1
2 2
1
… …
10 10
11 1
12 2
2
… …
20 10
31 1
32 2
3
… …
40 10
41 1
42 2
4
… …
50 10
51 1
52 2
6
… …
60 10
E. Tugas Pendahuluan
1) Jelaskan perbedaan antara BJT dan FET!
2) Apa yang dimaksud dengan Kurva transkoduktansi.
3) Jelaskan prinsip kerja FET N-Channel!
4) Pinch-off adalah tegangan drain di atas tegangan ini arus drain menjadi konstan.
F. Kesimpulan
20
PERCOBAAN 5
PENGUAT EMITOR DI TANAHKAN
B. Teori Dasar
Transistor adalah salah satu komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor
jenis n dan p. Transistor memiliki 3 kaki (elektroda), yang disebut emitor (e), basis (b)
dan kolektor(c). Transistor ada dua macam, yakni transistor dwikutup dan trasistor efek
medan (FET). Transistor dwikutup ada dua macam, yaitu jenis npn dan pnp. Untuk
materi dalam percobaan ini akan dititikberatkan pada transistor dwikutup. Gambar (5.1)
di bawah ini adalah menunjukkan type paket transistor yang ada di pasaran untuk daya
rendah, yang berkode BC 548. Transistor ini didesain untuk digunakan sebagai penguat
secara umum dan saklar yang menuntut arus kolektor samapi 300mA.
R B1 RC
CE
C vout
C1
B
vin
E
RB 2 RE CE
Tanpak dalam gambar (5.2) di atas, tegangan basis-tanah diperoleh dengan pembagi
tegangan, yaitu:
𝑅𝐵2
𝑉𝐵 = [𝑅 ] 𝑉𝐶𝐶 (5.1)
𝐵1 +𝑅𝐵2
Untuk menghitung arus emitor, maka digunakan hukum Kirchoff pada bagian
masukan, yaitu VB = I E RE + VBE , sehingga didapatkan:
VB − VBE
IE = (5.2)
RE
Kemudian jika ditinjau dari keluarannya, jika diterapkan KVL maka didapatkan
persamaan:
Bila titik-Q tepat berada ditengah-tengah garis beban, yang berarti VCE = ½ VCC, maka
persamaan (5.3) berubah menjadi VCC = I C RC + 1 2 VCC + I E RE . Bila arus basis dianggap
22
1 VCC
I EQ = 2
(5.4)
RC + RE
vin vout
RB1 RB 2 ib re ib 1
hoe RC
23
𝑍𝑜𝑢𝑡 = 1⁄ℎ ‖ 𝑅𝐶 (5.5b)
𝑜𝑒
c) Penguat tegangan
1⁄
ℎ𝑜𝑒 ‖𝑅𝐶 𝑅
𝐴𝑣 = − ≅ − 𝑟𝐶 (5.5c)
𝑟𝑒 𝑒
Dari persamaan (5.5c) tanpak penguat tegangan hanya bergantung pada hambatan
kolektor dan hambatan ac basis-emitor sebagai diode dalam panjar maju 𝑟𝑒 .
C. Prosedur Percobaan:
1. Buatlah rangkaian pada papan roti seperti gambar di bawah ini!
+12V
100k 10k
10 nF
C v out
10 nF
B
v in BC 548
E
1k
100k
24
5. Ukurlah tegangan listrik antara titik B dan C. Tegangan ini disebut tegangan VCB.
Hasil pengukuran: VCB = ____________V.
Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil secara teoritis!
6. Bagaimanakah hubungan antara hasil 3, 4 dan 5? Jelaskan!
7. Pasang masukan vin dengan menggunakan signal generator berbentuk gelombang
sinusoidal pada frekuensi 1kHz dan amplitude 25mV.
8. Pasang channel 1 Oscilloscope pada masukan dan channel 2 pada keluaran. Amati
bentuk gelombang masukan dan keluarannya! Catat hasil pengamatan Anda!
9. Sekarang lepaskan ke dua channel dan ukurlah tegangan masukan dan keluaran
penguat dengan menggunakan voltmeter ac! Hasil pengukurannya:
vin = _____________ mV; vout = ______________ mV
10. Bandingkan hasil pengukuran tegangan output dengan input. Hasilnya disebut
penguat tegangan Av. Av = _____________
11. Bandingkan hasil (10) dengan hasil secara teoritis!
12. Pasang resistor 100Ω pada keluaran penguat! Ulangi langkah 7 sampai 11. Catat
hasilnya!
D. Kesimpulan
25
PERCOBAAN 6
DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR RC
B. Teori Singkat
Rangkaian Differensiator
Tinjau rangkaian di bawah ini.
26
Gambar 6.2. Grafik Vp vs t. a) Masukan berupa gelombang persegi,
b). saat t=RC<<T/2, c) saat t>>T/2
Rangkaian Integrator
27
Gambar 6.4. Grafik Vp vs t. a) Masukan berupa gelombang persegi,
b) saat t=RC<<T/2, c) Saat t>>T/2
Pada saat Vi mencapai harga maksimum (Vp) kapasitor C diisi dengan muatan
melalui R, dengan tetapan waktu t=RC. Untuk t << T/2 (gambar 4.5b) kapasitor akan
terisi penuh sebelum T/2, sehingga Vo cepat mencapai Vp. Jika tetapan waktu t >> T/2,
maka sewaktu Vo<Vp, Vi(t) sudah berubah tanda, sehingga Vo akan turun. Dengan
demikian, ketika t >> T/2 bentuk tegangan keluaran akan mirip dengan integral masukan.
Oleh karena itu rangkaian ini disebut integrator.
28
C. Prosedur Percobaan
a. Differensiator RC
1. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini:
100 k
29
2
b. Differensiator RC
1. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini:
10 k
30
Tabel hasil percobaan
D. Kesimpulan
31
PERCOBAAN 7
OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)
A. TUJUAN
1. Membuktikan penguatan pada amplifier yang hanya bergantung pada hambatan
unpan balik dan input rangkaian.
2. Mengoperasikan Op-Amp Inverting dan Non Inverting.
C. TEORI SINGKAT
Penguat operasional (bahasa Inggris: operational amplifier) atau yang biasa
disebut op-amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan sambatan (bahasa
Inggris: coupling) arus searah yang memiliki bati (faktor penguatan atau dalam
bahasa Inggris: gain) sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat
operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling
banyak digunakan adalah seri 741.
32
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna.
Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika sederhana
seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan
distorsi rendah.
Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik
yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya. Karakteristik penguat operasional ideal adalah:
1. Bati tegangan tidak terbatas;
2. Impedansi masukan tidak terbatas;
3. Impedansi keluaran nol;
4. Lebar pita tidak terbatas;
5. Tegangan offset nol (kondisi ketika masukan sebesar nol);
Terdapat banyak sekali penggunaan dari penguat operasional dalam berbagai
jenis sirkuit listrik, diantaranya: Penguat Pembalik (Inverting), Penguat Non-
Pembalik (Non Inverting), Komparator, Penguat Diferensial, Penguat Penjumlah,
Integrator, Diferensiator. Dalam Praktikum ini kita akan membahas rangkaian
Penguat Inverting dan Non Inverting.
Penguat Inverting adalah suatu penguat di mana isyarat keluaran yang
merupakan hasil penguatan, berbeda fase 180o dengan isyarat masukan (berlawanan
fase). Pada penguat membalik, isyarat masukan diberikan ke masukan yang negatif
(Pin 2) dan masukan yang tidak membalik (Pin 3) di tanahkan.
Perhatikan rangkaian pada gambar di bawah ini!
R2
i2
R1 a
vi
Vo
i1 i1'
b
R2
Av (lt ) = −
R1
𝑧𝑖𝑛 = 𝑅𝑖𝑛
Av (lt )
Zo = Ro (lb)
Av (lb)
Ri + R f R
Av (lt ) = = 1 + f
Ri Ri
Z i = Ri (dif ) =
Av (lt )
Zo = Ro (lb)
Av (lb)
D. LANGKAH PERCOBAAN
Penguat Inverting
1. Gunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti pada gambar di
bawah.
Rf
+VCC
Rin 7
2
6
3 Vout
Vin 4
-VCC
35
4. Hubungkan osiloskop pada input dan output Op-Amp. Setel time/div pada posisi
0.2 ms/div, volt/div CH1 = 20 mV/div dan volt/div CH2 mulai dari 20 mV/div.
5. Cek rangkaian dengan teliti. Setelah tidak bermasalah, Nyalakan Power supply
6. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan. Gambarkan!
Gambar bentuk gelombang
Gambar Gelombang Masukan Gambar Gelombang Keluaran
36
No Hambatan (kΩ) Tegangan Efektif(V) Penguat Tegangan
Input Feedback Input Output Teori Pengukuran
1 1 kΩ 10 kΩ
2 1 kΩ 20 kΩ
3 1 kΩ 51 kΩ
4 1 kΩ 100 kΩ
5 1 kΩ 200 kΩ
+VCC
Ri
2 7
6
3
4
v in -VCC
vout
37
Gambar Gelombang Masukan Gambar Gelombang Keluaran
E. Kesimpulan
38
PERCOBAAN 8
GERBANG LOGIKA DASAR
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara kerja gerbang logika dasar.
Gerbang logika merupakan blok dasar yang digunakan untuk membentuk rangkaian
elektronika digital.
Ada 7 macam gerbang logika dasar : AND, OR, NOT, NAND, NOR, Ex-OR, dan Ex-
NOR. Tetapi disini kita hanya membahas 6 macam gerbang logika dasar yaitu tanpa
Ex-NOR.
1. Gerbang AND
39
Operasi AND:
- Jika input A AND B keduanya HIGH ( 1 ), maka output X akan HIGH.
- Jika input A atau B salah satu atau keduanya LOW ( 0 ), maka output X akan
LOW ( 0 ).
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel 8.1. Tabel Kebenaran gerbang AND
2. Gerbang OR
3. Gerbang NOT/Inverter
40
Operasi NOT:
- Jika input A HIGH ( 1 ), maka output X akan LOW ( 0 ).
- Jika input A LOW ( 0 ), maka output X akan HIGH ( 1 ).
INPUT OUTPUT
A X
0 1
1 0
Tabel 8.3. Tabel Kebenaran gerbang NOT
4. Gerbang NAND
5. Gerbang NOR
41
INPUT OUTPUT
A B X
0 0 1
0 1 0 X = A+ B
1 0 0
1 1 0
Tabel 8.5. Tabel Kebenaran gerbang NOR
6. Gerbang Ex-OR
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A X
0
1
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1
Tabel Kebenaran
INPUT OUTPUT
A B X
0 0
0 1
1 0
1 1
V. KESIMPULAN
45
DATA PINOUT IC
46