Anda di halaman 1dari 107

OLEH

PROGRAM STUDI SISTEM PRODUKSI INDUSTRI


AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PADANG
2012
Daftar Isi

D a f t a rI s i 2

Pedoman Praktikum Sistem Kelistrikan 3

Modul 1 : PENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA 5

Modul 2 : ALAT – ALAT PRAKTIKUM 36

Modul 3a : PRINTED CIRCUIT BOARD (PCB) 44

Modul 3b: Membuat Rangkaian Elektronika dengan menggunakan Breadboard 50

Modul 4 : HUKUM OHM DAN RANGKAIAN RESISTOR 55

Modul 5 : TEOREMA THEVENIN & NORTON 62

Modul 6 : PENGISIAN DAN PENGOSONGAN KAPASITOR 67

Modul 7 : PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DAN APLIKASI DIODA 72

Modul 8 : PRAKTIKUM KARAKTERISTIK BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR 77

Modul 9 : PRAKTIKUM MEMBUAT ADAPTOR SEDERHANA 86

Modul 10 : PRAKTIKUM RANGKAIAN LOGIKA 96

Modul 11 : PRAKTIKUM MEMBUAT RUNNING LED 102

2
PEDOMAN PRAKTIKUM SISTEM KELISTRIKAN

A. KEHADIRAN
a. Praktikan diwajibkan untuk mengikuti 90 % dari seluruh objek praktikum
sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum, apabila kurang dari hal
tersebut praktikum dinyatakan gagal.
b. Ketidakhadiran karena sakit atau berhalangan harus disertai dengan surat resmi
yang diserahkan pada dosen yang bersangkutan
c. Praktikan harus datang tepat waktu.
d. Toleransi keterlambatan 10 menit
e. Keterlambatan lebih dari 10 menit dianggap tidak hadir
f. Praktikan diabsen oleh dosen masing - masing objek

B. PERSYARATAN MENGIKUTI PRAKTIKUM


a. Berprilaku dan berpakaian sopan
b. Memasuki labor harus memakai jas labor dan di pasang dengan rapi.
c. Selama pratikum tidak dibenarkan :
i. berambut gondrong bagi yang cowok
ii. memakai kaos oblong atau sandal
iii. makan, minum dan merokok

C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Mentaati tata tertib yang berlaku di laboratorium
b. Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dosen penanggungjawab
c. Memelihara kebersihan serta bertanggungjawab atas keutuhan alat-alat
praktikum
d. Setelah praktikum, praktikan sudah membuat jurnal objek yang dipraktikumkan,
perubahan jurnal diberi tahu pada saat praktikum.
e. Jurnal praktikum harus ditandatangani oleh dosen pada jadwal praktikum
tersebut.

D. PENILAIAN
a. Nilai praktikum ditentukan dari : Laporan awal, Laporan akhir, Aktivitas
praktikum
b. Kelulusan praktikum ditentukan oleh : Nilai ujian akhir praktikum, Nilai
praktikum serta keikutsertaan praktikum lebih kurang 90%

3
E. SANKSI ADMINISTRASI
a. Sanksi administrasi diberikan kepada praktikan jika selama melaksanakan
praktikum mengakibatkan kerugian seperti memecahkan/merusakkan alat, dsb.

F. LAPORAN
a. Sebelum praktikum praktikan membuat laporan awal, setelah praktikum
membuat laporan akhir
b. Daftar pustaka minimal 3 buah (tidak termasuk penuntun)
c. Teori laporan minimal 3 lembar

G. LAIN - LAIN
a. Hal – hal yang belum ditentukan dapat diatur kemudian

4
MODUL 1 PENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA

1.1 Resistor

Resistor adalah komponen elektronika pasif yang berukuran kecil dengan 2 buah kaki dan
memiliki hambatan listrik tertentu. Bila sebuah resistor dihubungkan dengan sumber tegangan
DC, maka pada resistor akan mengalir arus listrik yang besarnya proporsional terhadap tegangan
listrik. Besar arus dan tegangan listrik pada sebuah resistor akan selalu mengikuti aturan dalam
hukum Ohm. Hukum Ohm secara matematika dapat dituliskan :

V
R= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(1)
I

Dimana R adalah hambatan listrik dengan satuan Ohm (), V adalah tegangan listrik dengan
satuan Volt (V) dan I adalah kuat arus listrik dengan satuan Ampere (A). Jadi nilai hambatan
sebuah resistor dinyatakan dengan satuan Ohm ().

Dalam perkembangannya resistor dapat digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain :

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)

Resistor tetap adalah jenis resistor yang nilai hambatannya tetap dan tidak bisa diubah-ubah.
Resistor ini sangat banyak dipasaran. Dalam gambar rangkaian elektronika resistor tetap
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 lambang resistor

Gambar 1a adalah lambang resistor menurut standar Amerika sedangkan gambar 1b adalah
lambang resistor menurut standar IEC. Bentuk resistor dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.2 contoh resistor

5
Karena ukurannya yang sangat kecil, maka untuk menyatakan besar hambatan sebuah resistor
digunakan kode gelang warna yang terdapat pada badan resistor. Ada 2 macam kode warna
resistor yaitu resistor dengan 4 gelang warna dan resistor dengan 5 gelang warna. Hubungan
kode warna resistor dengan nilai hambatannya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

Gambar 1.3 kode gelang warna pada resistor

Contoh soal 1

Sebuah resistor dengan 4 gelang warna memiliki warna sebagai berikut :


Kuning – merah – hijau – emas , carilah nilai hambatan resistor ini.
Dari tabel warna di gambar 3 didapat :
Gelang 1 kuning = 4
Gelang 2 merah = 2
Gelang 3 hijau = x 100.000
Gelang 4 emas = toleransi 5%
Maka nilai hambatan resistor 42 x 100.000 = 4.200.000  5% Ohm atau 4,2  5% megaOhm

Contoh soal 2

Sebuah resistor dengan 5 gelang warna sebagai berikut :


Merah – merah – hitam - hitam – coklat, carilah nilai hambatan resistor ini.
Dari tabel gambar 3 didapat :
Gelang 1 merah = 2
Gelang 2 merah = 2

6
Gelang 3 hitam = 0
Gelang 4 hitam = -
Gelang 5 coklat = toleransi 1%
Maka nilai hambatan resistor adalah : 220  1% Ohm
Untuk mempermudah penulisan nilai resistor dalam rangkaian elektronika, maka nilai dalam
ribuan sering disingkat dengan huruf K dan nilai dalam jutaan disingkat dengan huruf M.
contoh : 1K2 artinya 1,2 KiloOhm, 15M2 artinya 15,2 MegaOhm. Tujuan penulisan ini untuk
mempermudah membaca dan mambuat gambar rangkaian elektronika.

Resistor Seri dan Paralel

Beberapa resistor bila dihubungkan secara seri seperti pada gambar 4a, maka hambatan totalnya
akan meningkat, dan bila dihubungkan secara paralel seperti gambar 4b maka hambatan totalnya
akan turun. Untuk resistor yang dipasang secara seri, maka hambatan total resistor dapat dihitung
dengan persamaan

R S=R1 + R2 + R3 +…+ R n ……………………………………. 1

Sedangkan untuk resistor yang dirangkai secara paralel, hambatan totalnya dapat dihitung dengan
persamaan :

1 1 1 1 1
= + + + …+ …………………………………….... 2
R p R1 R2 R3 Rn
R1 R2 R3

R1 R2 R3
Gambar 4a

Gambar 4b
Gambar 1.4 rangkaian seri dan paralel resistor

Resistor sebagai pembagi tegangan dan pembagi arus listrik.


R1 R2 R3

V1 V2 V3

V
Gambar 1.5 resistor sebagai pembagi tegangan listrik

Bila resistor dipasang secara seri terhadap sumber tegangan maka resistor akan membagi
tegangan listrik. Besar tegangan untuk tiap resistor pada gambar 1.5 dapat dihitung sebagai
berikut

7
R1
V 1= .V
R 1 + R 2 + R3

R2
V 2= .V
R 1 + R2 + R 3

R3
V 3= .V
R1 + R2 + R3

Bila resistor dipasang paralel terhadap sumber tegangan seperti pada gambar 1.6, maka resistor
akan berfungsi sebagai pembagi arus listrik.

I
I1 I2 I3

V
R1 R2 R3

Gambar 1.6 resistor paralel untuk membagi arus listrik

Arus untuk tiap-tiap resistor dapat dihitung dengan persamaan :

V =V 1=V 2=V 3

I . R P=I 1 . R1=I 2 . R2=I 3 . R 3

Maka arus yang mengalir untuk tiap resistor adalah :

I . RP V
I 1= =
R1 R1

I . RP V
I 2= =
R2 R2

I . RP V
I 3= =
R3 R3

2. Variabel Resistor

Variabel resistor adalah resistor yang nilainya dapat diubah-ubah. Variabel resistor ada 2 jenis
yaitu :

-Potensiometer,
Adalah variabel resistor yang besar hambatannya dapat diubah-ubah dengan menggunakan
tangan. Berikut adalah lambang dan gambar variabel resistor.

8
Gambar 1.7 lambang dan contoh potensiometer

Gambar 1.8 cara kerja potensiometer

Sebuah potensiometer memiliki 3 buah terminal (kaki), seperti tampak pada gambar 8. Kaki
A dan B adalah sebuah resistor tetap sedangkan kaki W (kaki tengah) memiliki kontak yang
dapat bergeser sepanjang hambatan A dan B, sehingga bila kontak digeser maka hambatan A-
W dan W-B akan berubah.
-Trimmer Potensiometer (Trimpot)
Merupakan potensiometer yang hanya bisa diubah nilai hambatannya dengan menggunakan
alat bantu sebuah obeng untuk memutar kontaknya. Berikut lambang dan gambar trimpot.

Gambar 1.9 lambang dan contoh trimpot

9
3. Termistor

Termistor adalah hambatan yang nilainya dapat berubah secara linier terhadap kenaikan
temperatur. Jadi hambatan sebuah termistor dipengaruhi oleh temperatur alat tersebut. Termistor
sering digunakan sebagai sensor panas atau dapat juga digunakan untuk menjaga suhu suatu
rangkaian atau alat supaya tetap stabil. Lambang dan bentuk termistor dapat dilihat pada gambar
10.

Termistor ada 2 jenis yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive
Temperature Coefficient). Pada NTC hambatannya akan turun bila temperaturnya naik
sedangkan pada PTC sebaliknya, hambatan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.

Gambar 1.10 termistor

4. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR adalah resistor yang hambatannya berubah seiring dengan intensitas cahaya yang
diterimanya. LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya. Nama lain LDR adalah Photo-
resistor. Hambatan sebuah LDR akan turun jika intensitas cahaya yang mengenainya meningkat.
Gamabr 11 menunjukan bentuk dan lambang sebuah LDR.

Gambar 1.11 lambang dan bentuk LDR (photo-resistor)

10
1.2 Kapasitor

Kapasitor pertama kali dibuat pada tahun 1745 oleh ilmuwan Jerman Ewald Georg von Kleist
dan secara terpisah juga di buat oleh ilmuwan Belanda Pieter van Musschenbroek pada tahun
1746. Pieter van Musschenbroek membuat kapasitor pertamanya di universitas Leyden
(University of Leyden) dan menamakannya sebagai kapasitor Leyden atau lebih dikenal dengan
sebutan Leyden Jar. berikut gambar Leyden Jar.

Gambar 1.12 Leyden Jar

Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik dalam
jangka waktu tertentu. Seperti sebuah baterai, kapasitor juga digunakan untuk menyimpan energi
listrik hanya saja proses penyimpanan energi listrik pada kapasitor berbeda dengan proses
penyimpanan energi listrik pada baterai. Di dalam kapasitor juga terdapat 2 buah terminal sama
seperti baterai. Di dalam baterai terjadi reaksi kimia yang akan menyebabkan salah satu terminal
menghasilkan elektron dan terminal yang lainnya menyerap elektron , sehingga terjadilah aliran
muatan listrik. Sebuah kapasitor jauh lebih sederhana dibandingkan dengan baterai, kapasitor
tidak menghasilkan elektron, tetapi kapasitor menyimpan muatan listrik.

Di dalam kapasitor terdiri dari 2 buah terminal atau sering disebut lempeng konduktor dan bahan
dielektrik yang disisipkan di antara kedua lempeng konduktor. Dielektrik adalah bahan isolator
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas sebuah kapasitor.

Secara teori, bahan dielektrik adalah sejenis isolator. Banyak bahan yang dapat digunakan
sebagai bahan dielektrik sebuah kapasitor antara lain : keramik, mika, kaca, kertas, udara, serat
selulosa, porselein, mylar, teflon dan bahan kimia cair. Penggunaan bahan-bahan dielektrik ini
disesuaikan dengan penggunaan kapasitor itu sendiri. Berikut adalah contoh penggunaan
kapasitor yang disesuaikan dengan bahan dielektriknya :

 Bahan dielektrik udara atau lebih dikenal dengan variabel kapasitor, umumnya
digunakan untuk men-turning frekuensi radio.
 Kapasitor mylar dengan bahan dielektrik mylar umum digunakan pada rangkaian clock
frekuensi, alarm atau counter.
 Gelas atau kaca untuk digunakan pada kapasitor yang bekerja pada tegangan tinggi.

11
 Kapasitor keramik banyak digunakan pada frekuensi tinggi. Seperti pada rangkaian
pemancar dan antena, mesin sinar X dan mesin MRI.
 Kapasitor elektrolit dengan bahan dielektrika dari bahan kimia cair, umum digunakan
pada frekuensi rendah dan rangkaian daya. Kapasitor elektrolit ini umumnya memiliki
kapasitas yang besar-besar.
 Super kapasitor adalah kapasitor dengan muatan yang cukup besar bekerja pada
tegangan rendah dan memiliki waktu pengisian yang sangat singkat. Super kapasitor
umum digunakan pada rangkaian daya listrik dan mobil – mobil tenaga listrik.

Macam-Macam kapasitor

Secara garis besar kapasitor dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1. Kapasitor polar
Kapasitor polar adalah kapasitor yang memiliki 2 kutub pada kaki keluarannya yaitu kutub
positif dan kutub negatif dan memiliki bahan dielektrik yang bersifat polar. Kaki yang
panjang merupakan kutub positif dan kaki yang pendek atau kaki yang memiliki tanda
khusus adalah kaki negatif. Pemasangan kapasitor elektrolit dalam rangkaian elektronika
tidak boleh terbalik, khususnya untuk rangkaian arus DC namun untuk arus AC tidak jadi
masalah. Kapasitor ini tidak boleh terkena panas yang berlebih pada saat proses penyolderan
karena bahan elektrolit yang terdapat di dalam kapasitor dapat mendidih dan menyebabkan
kapasitor menjadi rusak. berikut gambar kapasitor elektrolit
Contoh kapasitor polar adalah : kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum. Gambar 1.13
menunjukan lambang dan bentuk kapasitor polar

Gambar 1.13 lambang dan bentuk kapasitor polar

2. Kapasitor non polar


Kapasitor non polar adalah kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik yang bersifat non-
polar. Pada kapasitor jenin ini tidak ada perbedaan kutub pada kedua kakinya. Umumnya
kapasitor non polar memiliki ukuran yang kecil. Pemberian nama kapasitor non polar sesuai
dengan nama bahan dielektriknya. Contoh kapasitor keramik dengan bahan dielektrik
keramik, kapasitor mylar, dengan bahan dielektrik dari bahan mylar, kapasitor kertas dengan
bahan dielektrik dari kertas dan sebagainya. Gambar 1.14 menunjukan simbol dengan bentuk
kapasitor non-polar.

12
Gambar 1.14 lambang dan bentuk kapasitor non – polar

3. Variabel kapasitor
Variabel kapasitor adalah jenis kapasitor yang besar kapasitasnya bisa diubah-ubah dengan
mengatur luas bidang elektroda yang berhadapan. Variabel kapasitor umumnya menggunakan
bahan dielektrik udara. Variabel kapasitor dirangkai bersama dengan induktor dan resistor,
digunakan sebagai alat untuk men-turning frekuensi radio. Karena menggunakan bahan
dielektrik udara maka kapasitor ini memiliki kapasitas yang kecil dalam orde picoFarrad.
berikut adalah gambar varibel kapasitor.

Gambar 1.15 menunjukan contoh dan lambang kapasitor

Gambar 1.15 variabel kapasitor

Satuan Kapasitas Kapasitor

Kapasitas sebuah kapasitor dinyatakan dalam satuan Farrad (F) namum 1 Farrad adalah harga
yang sangat besar sekali untuk sebuah kapasitor. Di pasaran kapasitor umumnya dijual dalam

13
ukuran kapasitas yang jauh lebih kecil dari 1 Farrad. Untuk kapasitor polar (dwikutub) dengan
bahan dielektrik larutan elektrolit dijual dengan satuan mikro Farrad, umumnya dari 0,1
mikroFarrad hingga 47000 mikroFarrad (47 miliFarrad). Sedangkan untuk kapasitor non polar
umumnya tersedia dengan kapasitas yang lebih kecil lagi, berkisar dari 1000 nanoFarrad hingga
1pikoFarrad.

Kapasitor seri dan paralel

Bila sebuah kapasitor kita hubungkan dengan sebuah sumber tegangan DC seperti pada gambar
berikut ini, maka besar kapasitas kapasitor dapat dinyatakan dengan persamaan :

Gambar 1.16 rangkaian kapasitor dengan sumber arus DC

dengan C adalah kapasitas kapasitor, Q besar muatan yang tersimpan di dalam kapasitor dan V
adalah beda potensial pada kapasitor.

Bila beberapa buah kapasitor dipasang seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan, maka
akan terjadi proses pembagian tegangan pada tiap kapasitor (lihat gambar 1.17)

14
Gambar 1.17 kapasitor yang dipasang seri

maka besar tegangan total pada rangkaian seri kapasitor di atas adalah :

karena

maka didapat :

atau dapat ditulis :

15
Sebaliknya bila beberapa kapasitor dipasang secara paralel, maka tegangan yang terjadi di kaki
tiap-tiap kapasitor akan sama, namun muatan yang diisikan ke kapasitor akan terbagi ke masing
– masing kapasitor. Lihat gambar berikut ini.

Gambar 1.18 beberapa kapasitor yang dirangkai secara paralel

Maka jumlah muatan yang disimpan di dalam kapasitor adalah :

karena

maka didapat:

Atau dapat ditulis :

16
1.3 Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub positif yang disebut
anoda dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik DC hanya dapat mengalir dari anoda ke
katoda dan tidak dapat mengalir dari katoda ke anoda. Fungsi dioda secara umum adalah sebagai
penyearah arus listrik, oleh sebab itu dioda umum digunakan sebagai pengubah arus AC menjadi
arus DC.

Dioda terbuat dari pengabungan 2 jenis semikonduktor yang berbeda. Pengabungan ini
menyebabkan terjadinya 1 sambungan dengan 2 buah terminal sehingga diode mempunyai 2
buah terminal (kaki) yaitu kaki positif (anoda) dan kaki negatif (katoda).

Kaki positif (anoda) Kaki negatif (Katoda)


. P N

Semikonduktor tipe P Semikonduktor tipe N

sambungan (juction)

Gambar 1.19 struktur dioda

Dioda terbagi menjadi beberapa macam antara lain :

1. Dioda silikon
Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak digunakan
sebagai penyerah arus AC ke DC
2. Cristal diode (Cat’s Whisker)
Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio sebagai alat
demodulasi
3. Varactor diode
Varactor diode adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik
4. Silicon Controler Rectifier (SCR)
SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila dibandingkan
dengan varaktor
5. Photodioda
Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor
6. Laser dioda
Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar menjadi
cahaya monokromatik yang koheren
7. Dioda Zener
Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik, diode
zener memiliki tegangan breakdown yang rendah.
8. Light emitting Diode (LED)
LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya
9. Gunn diode
Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam microwave

10. Thermal diode

17
Thermal diode adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dengan
mengatur besarnya tegangan yang melawatinya. Diode ini banyak digunakan dalam
sistem pendingin termoelektrik.

Dan masih banyak lagi jenis-jenis dioda lainnya. Berikut ini contoh dan lambang dioda

Gambar 1.20 macam-macam dioda

Ukuran dioda

Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran sebuah dioda dinyatakan dalam
satuan berapa kuat arus dan tegangan maksimum yang dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran
ukuran dioda dinyatakan dalam bentuk no tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik yang
membuatnya. Contoh tipe-tipe dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15 dan sebagainya

Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :

Gambar 1.21 macam-macam lambang dioda

1.4 Transistor

18
Transistor adalah komponen elektronika aktif yang banyak digunakan sebagai penguat, sakelar,
rangkaian logika dan sebagainya. Transistor ada 2 jenis yaitu transistor PNP dan Transistor NPN.
Kedua jenis transistor ini dapat dengan mudah dibedakan dari gambar lambangnya. Gambar 1.22
menunjukan perbedaan lambang transistor PNP dan NPN.

Gambar 1.22 lambang transistor PNP dan NPN

Transistor memiliki 3 buah kaki, yiatu kaki basis (b), kaki emitor (e) dan kaki kolektor (c).
Bentuk dan ukuran transistor sangat beragam sehingga untuk menentukan kaki-kakinya pun
memiliki cara –cara tersendiri. Namun secara garis besar konfigurasi kaki transistor dapat dilihat
seperti pada gambar 1.23 berikut ini.

Gambar 1.23 konfigurasi kaki macam-macam transistor

Menguji transistor

19
Transistor termasuk jenis komponen elektronika yang tidak tahan panas, sehingga untuk
menyolder transistor harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu lama. Untuk mengetahui
sebuah transistor dalam keadaaan baik atau tidak kita dapat mengukur hambatan antar kaki-kaki
transistor dengan mengunakan multimeter analog. Berikut langkah-langkah untuk menguji
transistor:

1. Siapkan mutilmeter analog dan set pada pengukuran Ohmmeter 10X.


2. Siapkan transistor dan lakukan pengujian sebagai berikut :
Untuk transistor PNP :

Probe Positif Probe negatif Hasil pembacaan


Basis Emitor Hambatan rendah
Emitor Basis Hambatan tinggi
Basis Kolektor Hambatan rendah
Kolektor Basis Hambatan tinggi
Kolektor Emitor Hambatan tinggi
Emitor Kolektor Hambatan tinggi
Untuk Transistor NPN:

Probe Positif Probe negatif Hasil pembacaan


Basis Emitor Hambatan tinggi
Emitor Basis Hambatan rendah
Basis Kolektor Hambatan tinggi
Kolektor Basis Hambatan rendah
Kolektor Emitor Hambatan tinggi
Emitor Kolektor Hambatan tinggi
3. Perhatikan juga, untuk transistor yang masih baik, kondisi fisiknya tidak boleh ada yang
rusak atau mengeluarkan cairan.

Pengkodean pada transistor

Secara garis besar, kode sebuah transistor dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Transistor dengan kode awal B atau A


Kode B digunakan untuk transistor dengan bahan dasar silikon dan kode awal A untuk
transistor dengan bahan dasar germanium, namun pada saat ini bahan dasar germanium
sudah sangat jarang ditemukan di pasaran. Huruf kedua mengindikasikan tipe dari
transistor yaitu : C artinya daya rendah bekerja pada frekuensi audio, D artinya daya
tinggi pada frekuensi audio, dan F artinya daya rendah pada frekuensi tinggi. Contoh :
BD 139 artinya bahan dasar transistor silikon bekerja pada daya tinggi frekuensi audio.
2. Dengan kode awal TIP
TIP artinya Texas Instrument Power transistor. Umumnya transistor ini digunakan
sebagai sakelar pada daya tinggi frekuensi rendah.
3. Transistor dengan kode awal 2N
Transistor dengan kode awal 2N adalah transistor dengan daya tinggi pada frekuensi
rendah.

Tabel berikut ini memberikan contoh macam-macan transistor dan kegunaannya.

20
NPN transistors
Tipe IC VCE hFE Ptot
Kode Struktur Penggunaan Pengganti
bodi max. max. min. max.
BC107 NPN TO18 100mA 45V 110 300mW Audio, low power BC182 BC547
General purpose, BC108C
BC108 NPN TO18 100mA 20V 110 300mW low power BC183 BC548
General purpose,
BC108C NPN TO18 100mA 20V 420 600mW low power
 

Audio (low noise),


BC109 NPN TO18 200mA 20V 200 300mW low power
BC184 BC549

General purpose, BC107


BC182 NPN TO92C 100mA 50V 100 350mW low power BC182L
General purpose,
BC182L NPN TO92A 100mA 50V 100 350mW low power
BC107 BC182

BC547B NPN TO92C 100mA 45V 200 500mW Audio, low power BC107B
General purpose,
BC548B NPN TO92C 100mA 30V 220 500mW low power
BC108B

Audio (low noise),


BC549B NPN TO92C 100mA 30V 240 625mW low power
BC109

General purpose,
2N3053 NPN TO39 700mA 40V 50 500mW low power
BFY51

General purpose,
BFY51 NPN TO39 1A 30V 40 800mW medium power BC639

General purpose,
BC639 NPN TO92A 1A 80V 40 800mW medium power BFY51

General purpose,
TIP29A NPN TO220 1A 60V 40 30W high power
 

General purpose, TIP31C


TIP31A NPN TO220 3A 60V 10 40W high power TIP41A
General purpose, TIP31A
TIP31C NPN TO220 3A 100V 10 40W high power TIP41A
General purpose,
TIP41A NPN TO220 6A 60V 15 65W high power
 

General purpose,
2N3055 NPN TO3 15A 60V 20 117W high power
 

Please note: the data in this table was compiled from several sources which are not entirely consistent!
Most of the discrepancies are minor, but please consult information from your supplier if you require
precise data.
PNP transistors
Tipe IC VCE hFE Ptot
Kode Struktur Penggunaan Pengganti
bodi max. max. min. max.
BC177 PNP TO18 100mA 45V 125 300mW Audio, low power BC477
General purpose,
BC178 PNP TO18 200mA 25V 120 600mW low power
BC478

Audio (low noise),


BC179 PNP TO18 200mA 20V 180 600mW low power
 

BC477 PNP TO18 150mA 80V 125 360mW Audio, low power BC177
General purpose,
BC478 PNP TO18 150mA 40V 125 360mW low power
BC178

TIP32A PNP TO220 3A 60V 25 40W General purpose, TIP32C

21
high power
General purpose,
TIP32C PNP TO220 3A 100V 10 40W high power
TIP32A

Keterangan :

Struktur : menyatakan jenis transistor (PNP atau NPN)

Tipe bodi : bentuk transistor dan konfigurasi kakinya dipasaran

ICmax : arus kolektor maksimum

VCEmax : tegangan kolektor – emitor maksimum

hFEmax : penguatan arus maksimum

Ptot : daya total transistor

1.5 Tranformator

Transformator adalah alat yang digunakan untuk memindahkan energi listrik dari satu kumparan
ke kumparan lainnya dengan cara induksi. Perubahan arus listrik di kumparan primer
transformator menyebabkan perubahan fluks magnetik di dalam inti transformator dan kemudian
menimbulkan perubahan flus magnetik pula di kumparan sekunder. Perubahan medan magnet
induksi menimbulkan perubahan tegangan induksi dikumparan sekunder, sehingga di kumparan
sekunder timbul arus listrik bila dihubungkan dengan sebuah beban. Arus listrik akan mengalir di
kumparan sekunder dan energi listrik dipindahkan dari kumparan primer ke kumparan sekunder
dan terus ke beban. Gambar 1.24 menunjukan cara kerja sebuah transformator.

Gambar 1.24 cara kerja transformastor

Pada transformator ideal, induksi tegangan di kumparan sekunder besarnya proporsional


terhadap kumparan primer dan ditentukan oleh rasio jumlah lilitan kawat pada kumparan primer
dan kumparan sekundernya. Secara matematis dapat ditulis :

22
V s Ns
=
V p Np

Gambar 1.25 lambang dan aliran arus dan tegangan pada transformator

Dimana : Vs : tegangan sekunder; V p : tegangan primer; N s : jumlah lilitan kumparan sekunder


dan Np : jumlah lilitan kumparan primer.

Karena transformator bekerja jika ada perubahan tegangan listrik, maka transformator hanya
bekerja pada arus listrik AC dan gelombang-gelombang sinusoidal, untuk tegangan DC
transformator tidak memberikan efek apa, kecuali mamberikan seuatu nilai hambatan akibat
panjangnya kawat yang digunakan untuk membuat suatu kumparan.

Pada transformator terdapat sebuah inti besi yang berfungsi untuk memperbesar fluks magnetik
yang terjadi. Ukuran transformator sangat bervariasi dari ukuran sebesar ibu jari yang umumnya
digunakan sebagai transformator audio hingga ukuran raksasa dengan berat hingga ratusan ton
untuk digunakan dalam pembangkit listrik. Namun pada dasarnya semua transformator itu
memiliki cara kerja yang sama.

Macam-macam transformator:

1. Transformator step – down


Transformator ini digunakan untuk menurunkan tegangan listrik. trafo ini umum
digunakan sebagai penurun tegangan dalam adaptor. Adaptor adalah alat yang digunakan
untuk mengubah tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang lebih rendah. Gambar
1.26 menunjukan trafo stepdown.

Gambar 1.26 trafo step down

2. Transformator step-up
Transformator step-up digunakan untuk manaikan tegangan AC. Gambar 1.27
menunjukan trafo step-up.

23
Gambar 1.27 trafo step-up

3. Trafo frekuensi menengah (IF trafo)


Trafo ini bekerja pada frekuensi menengah, umum digunakan dalam rangkaian penerima
radio dan televisi. Gambar trafo ini dapat dilihat pada gambar 1.28

Gambar 1.28 trafi IF


4. Trafo frekuensi tinggi
Trafo ini bekerja pada frekuensi tinggi dan digunakan pada pemancar radio, gambar 1.29
menunjukan bentuk trafo frekuensi tinggi.

Gambar 1.29 trafo frekuensi tinggi


5. Flyback trafo

24
Flyback trafo adalah trafo step-up yang bekerja pada frekuensi tinggi, trafo ini digunakan
pada tabung sinar katoda seperti pada tabung televisi. Gambar 1.30 menunjukan bentuk
flyback trafo.

Gambar 1.30 flyback trafo


Dan masih banyak lagi jenis-jenis traformoator lainnya.

1.6 Induktor

Induktor adalah sebuah koil atau kumparan yang dapat berintikan udara, besi atau batang ferrite.
Ferrite adalah batang yang dibuat dari bubuk besi yang dipadatkan. Sifat listrik dari sebuah
induktor disebut induktansi dengan satuan Henry (H). Ukuran 1 H sangat besar sehingga dalam
praktisnya sering dinyatakan dalam satuan mH (miliHenry) atau mikro Henry. Inti besi atau
ferrite berfungsi untuk meningkatkan induktasi suatu kumparan. Induktor biasanya digunakan
dalam rangkaian turning frekuensi radio dan dapat juga digunakan untuk memblok frekuensi AC
yang tidak kita inginkan (biasanya disebut Choke). Choke akan melewatkan arus DC tetap
memblok arus AC, fungsi Choke berlawanan dengan fungsi kapasitor.
Induktor jarang sekali ditemukan dalam rangkaian sederhana, tetapi selalu ada dalam rangkaian
radio. Induktor dapat dibuat sendiri dengan menggulung kawat yang dilapisi isolator email
dengan ukuran tertentu pada sebuah inti besi atau inti ferrite, tentu saja harus memperhatikan
jumlah lilitan, diameter induktor, diameter kawat dan inti yang digunakan. Atau kita dapat
membeli langsung induktor yang sudah jadi dari pasaran. Gambar 1.31 menunjukan bentuk-
bentuk induktor dan lambang induktor.

25
Gambar 1.31 lambang dan macam-macam induktor

1.7 Relay

Relay adalah alat elektronika yang dapat dioperasikan sebagai saklar otomatis. Relay tersusun
atas sebuah kumparan elektromagnet dan dilengkapi dengan mekanisme kontak. Ketika arus
listrik mengalir melewati kumparan elektromagnet, maka kumparan akan berubah menjadi
magnet dan menarik suatu mekanisme kontak sehingga pin antar kontak akan terhubung. Jika
arus listrik diputus, maka sifat magnet pada kumparan akan hilang dan hubungan antar pin akan
terputus. Gambar 1.32 menunjukan bagian-bagian relay.

26
Gambar 1.32 Cara kerja relay

Fungsi relay adalah untuk memisahkan hubungan antara 2 rangkaian yang berbeda, misalnya jika
kita hendak menyalakan lampu AC 220V dengan menggunakan rangkaian otomatis yang bekerja
pada tegangan DC 6V, maka kita membutuhkan sebuah relay untuk menyalakan lampu tersebut.
Relay juga dapat berfungsi sebagai rangkaian logika.

Macam-macam relay
1. Relay SPDT (Single Pole Double Throw)
Adalah relay dengan kutub tunggal tetapi memiliki 2 kondisi, lihat gambar 1.33

Gambar 1.33 Relay SPDT

2. Relay DPDT (Double Pole Double Throw)

Adalah relay yang memiliki 2 kontak (kutub) dengan 2 kondisi (NO dan NC). NO :
normaly open dan NC : normaly closed. Gambar 1.34 memperlihatkan lambang dan
contoh relay DPDT.

27
Gambar 1.34 lambang dan contoh relay DPDT

3. Relay SPST (Single Pole Single Throw)

Adalah relay yang hanya memiliki 1 kontak dengan 1 kondisi (NO saja).

Gambar 1.35 lambang dan contoh relay SPST

4. Relay DPST (double Pole Single Throw)

Adalah relay yang hanya memiliki 2 kontak dengan 1 kondisi (NO saja).

28
Gambar 1.36 lambang dan contoh relay DPST

5. Kontaktor

Kontaktor adalah relay dengan ukuran daya yang cukup besar, biasanya digunakan untuk
menghubungkan mesin-mesin dengan sumber tegangan.

Gambar 1.37 contoh kontaktor

6. Solid state relay

Solid state relay adalah relay yang tidak mengunakan komponen mekanik, tetapi
menggunakan prinsip kerja seperti sebuah transistor namun memiliki ukuran yang besar.

Gambar 1.38 solid state relay

29
Umumnya relay memiliki konfigurasi SPDT atau DPDT tetapi mereka dapat dibuat dengan
memiliki banyak kontak, misalnya relay dengan 4 set kontak yang umum dijumpai dipasaran.
Beberapa relay ada yang di desain untuk dipasang langsung di PCB. Umumnya relay yang
dipasang langsung di PCB memiliki kaki berupa kawat yang dapat dimasukan ke lubang PCB
dan disolder langsung. Relay-relay ini memiliki ukuran yang kecil-kecil. Untuk relay dengan
ukuran yang besar, biasanya tidak dipasang di PCB tetapi dipasang di luar PCB dengan
menggunakan baut dan mur. Demikian juga terminalnya tidak lagi disolder, tetapi sudah
disediakan terminal berupa baut untuk mengencangkan kabel penghubungnya.

Pada saat relay dihidupkan dan dimatikan biasanya sering timbul percikan bunga api pada
kontaknya dan ini dapat merusak transistor atau IC yang terletak di dekatnya. Untuk mencegah
timbulnya percikan ini, kita dapat memasang sebuah dioda pada kaki relay tersebut.

1.8 IC dan soket IC

IC atau intergrated Circuit adalah rangkaian terpadu yang komplek yang dibuat dalam bentuk
sebuah chip kecil dari bahan semikonduktor (umumnya silikon). Chip ini dibungkus oleh sebuah
bungkusan plastik dengan kaki-kakai (terminal) keluaran pada sisi-sisinya.

IC atau sering juga disebut chip sangat rentan terhadap listrik statis dan panas sehingga pada
proses pemasangannya harus dilakukan dengan hati-
hati dan jauh dari gangguan listrik statis. Kaki IC
umumnya terdiri dari 8 kaki (2x4 kaki), 12 kaki (2x6
kaki), 14 kaki (2x7), 16 kaki (2x8), 18 kaki(2x9), 20
kaki (2x10) dan 40 kaki (2x20). Kaki nomor 1 selalu
diberi tanda berupa lingkaran kecil atau tanda segitiga
kecil. Gambar berikut ini menunjukan contoh IC atau Chip.

Gambar 1.39 contoh IC atau Chip

Soket IC.

Karena kaki memiliki kaki yang banyak, kita akan mengalami kesulitan pada saat mengantikan
IC yang rusak dari rangkaian. Atau bagi yang belum terbiasa menyolder dengan baik, maka IC
sangat mudah rusak. Oleh sebab itu untuk memudahkan pemasangan IC ke papan rangkaian, kita
dapat menggunakan soket IC.

Besar dan ukuran soket IC disesuaikan dengan ukuran IC yang kita gunakan. Dipasaran banyak
sekali dijual bermacam-macam tipe soket IC, kita dapat memilih soket IC yang sesuai dengan IC
yang kita gunakan dalam rangkaian. Soket IC yang baik adalah soket yang dibuat dari bahan
plastik yang tahan panas, memiliki ukuran yang presisi sehingga memudahkan kita untuk
memasang dan melepaskan IC dari rangkaiannya.

30
Gambar 1.40 menunjukan contoh bentuk soket IC yang umum terdapat di pasaran.

Gambar 1.40 contoh soket IC

Banyak IC yang sangat sensitif terhadap listrik statis dan IC tersebut dapat rusak hanya dengan
disentuh dengan tangan. Hal ini terjadi karena tubuh kita dapat menyimpan muatan listrik statis
yang berasal dari pakaian atau dari sekitar kita. IC – IC yang sensitif dengan listrik statis
umumnya disimpan dalam wadah antistatik dengan label peringatan diluarnya.

Penting bagi kita untuk membuang muatan listrik dari tubuh kita sebelum bekerja dengan IC-IC
ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menyentuh bahan-bahan logam yang terhubung dengan tanah
terlebih dahulu sebelum kita bekerja dengan IC-IC ini.

Datasheet

Umumnya IC dibuat untuk keperluan khusus, sehingga masing-masing jenis IC mempunyai


karakteristiknya sendiri-sendiri. Sehingga penting bagi kita untuk membaca terlebih dahulu
datasheet IC sebelum kita merangkai sebuah rangkaian. Datasheet adalah sejumlah informasi
penting tentang fungsi, konfigurasi, karakteristik dan dimensi IC yang diterbit oleh produsen IC.
Datasheet dapat dengan mudah kita peroleh secara Cuma-cuma dari website.

1.9 Tombol dan Sakelar


Sebelum memilih saklar dan tombol yang akan kita gunakan dalam suatu rangkaian, kita harus
mempertimbangkan 3 hal penting yaitu :
 Kontak yang kita butuhkan ( dapat berupa kotak tunggal, atau kontak ganda)
 Kekuatan atau daya saklar tersebut ( arus dan tegangan maksimum yang diijinkan)
 Cara kerja saklar tersebut ( toggle, slide, tekan dan sebagainya)

Jenis kontark saklar

Ada beberapa jenis kontak saklar yang harus kita ketahui yaitu :

 Pole (kutub) adalah banyaknya rangkaian kontak yang terdapat dalam saklar
 Throw adalah banyaknya posisi kontak dalam saklar umumnya NO dan NC atau hanya
NC atau NO saja)
 Momentary adalah saat atau waktu yang dibutuhkan oleh suatu saklar atau tombol untuk
berubah dari satu posisi ke posisi yang lainnya
 Way atau jalur adalah banyaknya jalur yang terdapat di dalam saklar.

31
 NO (normaly open) adalah dalam keadaan awalnya saklar pada posisi tidak terhubung
(OFF)
 NC (normaly closed) adalah dalam keadaan awalnya saklar pada posisi terhubung (ON)

Kekuatan atau daya saklar

Kontak saklar atau tombol umumnya dibuat dari bahan logam tertentu dengan ukuran yang kecil.
Luas permukaan kontak, ketebalan kontak dan jenis logam menentukan berapa besar arus dan
tegangan listrik yang dapat melewatinya tanpa menyebabkan timbulnya panas. Bahan isolator
pada saklar juga menentukan kekuatan saklar tersebut. Setiap produsen saklar atau tombol
umumnya sudah mencantumkan pada bodi saklar berapa kekuatan saklar tersebut.
Dalam penggunaannya kita harus memilih kekuatan saklar di atas arus dan tegangan maksimum
yang kita gunakan di dalam rangkaian. Hal ini penting selain untuk mejaga umur saklar juga
untuk keselamatan penggunaan alat tersebut, karena umumnya saklar berhubungan langsung
dengan sumber tegangan tinggi dari jala-jala.

Saklar dan tombol standar

Dari tabel beriku ini kita dapat melihat berbagai jenis saklar dan tombol standar yang umum
digunakan.

Lambang saklar /
Tipe Saklar atau Tombol Contoh saklar / tombol
tombol

ON-OFF
Single Pole, Single Throw = SPST

Saklar SPST sederhana yang umum


digunakan untuk menghubungkan
rangkaian ke sumber arus listrik
SPST toggle switch
(ON)-OFF
Push-to-make = SPST Momentary

Tombol SPST sederhana yang sering


digunakan untuk menghubungkan arus
dalam waktu tertentu. Tombol akan ON Push-to-make switch
bila ditekan dan OFF bila dilepas
ON-(OFF)
Push-to-break = SPST Momentary

Tombol SPST normaly closed, tombol


ini pada kondisi awal selalu terhubung
(ON) dan akan OFF bila ditekan, dan Push-to-break switch
akan terhubung kembali bila tekanan
dilepas.

32
ON-ON
Single Pole, Double Throw = SPDT
SPDT toggle switch
Ini adalah saklar SPDT yaitu jenis saklar
yang memiliki 2 posisi kontak. Tanpa
ada posisi off. (salah satu kontak pasti
terhubung)

ON-OFF-ON
SPDT Centre Off
Hasil pengembangan dari ON-ON SPDT slide switch
saklar. Saklar ini memiliki posisi OFF di (PCB mounting)
tengah.

SPDT rocker switch

Dual ON-OFF
Double Pole, Single Throw = DPST

Sama dengan SPST no 1 hanya saja


sakalar ini memiliki 2 jalur kontak.

DPST rocker switch

Dual ON-ON
Double Pole, Double Throw = DPDT

ON-OFF-ON DPDT slide switch


DPDT Centre Off
 

Wiring for Reversing Switch

33
Saklar-saklar khusus

Berikut ini adalah saklar-saklar fungsi khusus.

Type of Switch Example

Push-Push Switch (e.g. SPST = ON-OFF)

Microswitch (usually SPDT = ON-ON)

Keyswitch

Tilt Switch (SPST)

Reed Switch (usually SPST)

DIP Switch (DIP = Dual In-line Parallel)

Multi-pole Switch

34
Multi-way Switch Multi-way rotary switch

1-pole 4-way switch symbol

35
MODUL 2 ALAT – ALAT PRAKTIKUM

Sebelum kita memulai praktikum SISTEM KELISTRIKAN ada baiknya terlebih dahulu kita
mengenal beberapa alat kerja (tools) yang harus ada di dalam Laboratorium. Beberapa alat
tersebut antara lain :

2.1 Solder listrik

Solder listrik merupaka alat penting yang harus ada. Fungsi solder listrik adalah untuk
melelehkan timah solder yang akan kita gunakan untuk memasang komponen elektronika pada
PCB atau untuk melepas komponen elektronika dari PCB. Di pasaran terdapat banyak sekali tipe
solder listrik. Untuk keperluan pemasangan komponen elektronika, kita membutuhkan solder
listrik dengan daya 30 hingga 40 Watt. Berikut ini adalah contoh solder listrik yang umum
digunakan dalam pekerjaan elektronika.

Gambar 2.1 Solder listrik.

Perlengkapan tambahan yang dibutuhkan untuk mendukung kerja adalah dudukan solder listrik.
Solder listrik mengeluarkan panas yang cukup besar sehingga berbahaya bila tanpa sengaja
tersentuh langsung oleh tangan. Untuk menjaga agar solder pada posisi yang aman pada saat
tidak digunakan, kita membutuhkan sebuah dudukan solder. Dudukan ini juga dilengkapi dengan
serabut yang dapat digunakan untuk membersihkan mata solder sebelum digunakan. Gambar 2.2
menunjukan contoh dudukan solder listrik.

Gambar 2.2 dudukan solder listrik

36
2.2 Penghisap timah (desoldering pump)

Adalah alat yang digunakan untuk membantu melepaskan komponen elektronika dari papan
PCB. Penghisap timah bekerja seperti sebuah pompa. Di dalamnya terdapat sebuah pegas dan
sebuah piston. Pada saat pegas yang tertekan dilepas, maka pegas akan mendorong piston secara
cepat ke belakang sehingga timbul efek vakum pada lubang masuk penghisap timah dan efek
vakum ini dapat digunakan untuk menghisap timah yang sudah dicairkan dengan menggunakan
solder. Gambar 2.3 menunjukan contoh penghisap timah.

Gambar 2.3 contoh penghisap timah

2.3 Timah Solder

Timah yang digunakan untuk menyolder komponen elektronika adalah timah dengan ukuran 22
swg (swg = standar wire gauge). Timah ini dijual dalam bentuk gulungan berdasarkan beratnya.
Timah untuk menyolder komponen elektronika terbuat dari campuran timah (Sn) dengan timbal
(Pb) umumnya campuran berkisar pada 60% timah dan 40% timbal. Dengan kadar campuran ini
maka timah solder memiliki titik cari berkisar 190 oC hingga 2000C. Gambar 2.4 menunjukan
contoh timah solder.

Gambar 2.4 gulungan timah solder

2.4 Tang Potong

Tang potong adalah alat yang digunakan untuk memotong kawat ukuran kecil (maksimum 2
mm). Tang ini umum digunakan untuk memotong kaki komponen, kabel, atau bagian-bagian lain
yang memungkinkan untuk dipotong dengan menggunakan tang. Dipasaran banyak sekali jenis
tang potong, namun yang umum digunakan dalam praktikum elektronika adalah tang potong
diagonal ukuran kecil. Gambar 2.5 menunjukan contoh tang potong diagonal.

Gambar 2.5 contoh tang potong diagonal

37
2.5 Tang jepit

Tang jepit adalah jenis tang dengan bentuk penjepit yang meruncing seperti mocong buaya
sehingga sering disebut tang buaya. Tang ini berukuran kecil sehingga sangat cocok digunakan
untuk membengkokan kaki komponen, kabel, atau memasang baut dan mur ukuran kecil.
Gambar 2.6 menunjukan contoh tang jepit.

Gambar 2.6 contoh tang lancip (tang buaya)

2.6 Tang pengupas kabel

Adalah jenis tang yang dapat digunakan untuk membuka bungkus sebuah kabel. Selain dapat
digunakan untuk membuka (mengupas) kabel, tang ini juga dapat digunakan untuk memotong
kabel. Gambar 2.7 menunjukan contoh tang pengupas kabel.

Gambar 2.7 tang pengupas kabel

2.7 Obeng

Obeng yang digunakan untuk praktikum adalah jenis obeng ukuran kecil. Ada 2 tipe obeng yang
digunakan yaitu obeng + dan obeng -. Obeng digunakan untuk membuka atau memasang baut.
Gambar 2.8 menunjukan contoh obeng + dan obeng -.

Gambar 2.8 contoh obeng + dan obeng –

38
2.8 Cutter

Cutter adalah sejenis pisau kecil yang tajam. Cutter sering digunakan untuk memotong plastik,
kertas atau karton. Gambar 2.9 menunjukan contoh cutter.

Gambar 2.9 contoh cutter

2.9 Pinset

Pinset adalah penjepit kecil dari besi baja yang digunakan untuk memegang dan mengambil
komponen-komponen elektronika ukuran kecil dan sensitif. Gambar 2.10 menunjukan contoh
pinset.

Gambar 2.10 contoh pinset

2.10 Bor listrik

Bor listrik adalah alat elektronik yang dapat digunakan untuk membuat lubang pada papan PCB.
Dalam praktikum kita menggunakan bor listrik ukuran kecil (mini bor) 12V. Mata bor yang
sering digunakan adalah mata bor ukuran 0,8 mm untuk lubang kaki komponen, 1 mm untuk
lubang kabel, dioda dan beberapa jenis transistor dan 3 mm untuk lubang baut. Untuk
mengoperasikan bor ini kita membutuhkan sebuah adaptor 12 V, 5 A. Gambar 2.11 menunjukan
contoh bor listrik untuk praktikum.

Gambar 2.11 contoh bor PCB (mini bor)

39
2.11 Multimeter (AVO meter)

Multimeter adalah alat ukur yang umum digunakan dalam praktikum system kelistrikan. Alat
ukur ini terdiri dari 3 bagian yaitu Amperemeter (alat ukur arus listrik), Voltmeter (alat ukur
tegangan listrik) dan Ohmmeter (alat ukur hambatan listrik). Ada 2 jenis multimeter yaitu :
multimeter digital dan multimeter analog. Masing – masing jenis multimeter ini memiliki
kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kadang-kadang multimeter sering disebut
AVOmeter (AVO = Ampere Volt Ohm meter). Gambar 12 menunjukan contoh multimeter
digital dan gambar 2.13 menunjukan contoh multimeter analog.

Gambar 2.12 contoh multimeter analog

Gambar 2.13 contoh multimeter digital

Mengukur berbagai besaran listrik dengan menggunakan multimeter.

a. Cara mengukur tahanan (hambatan) listrik.

Berikut cara mengukur hambatan listrik dengan menggunakan multimeter:

1. Atur saklar putar pada pengukuran hambatan listrik (Ohmmeter)


2. Putar saklar pada skala yang sesuai dengan hambatan yang akan kita ukur, bisa 1X,
10 X, 100X atau 1K.
3. Temukan probe + dan – terlebih dahulu untuk mensetting kondisi awal ohmmeter
dan setel jarum agar menunjuk pada angka 0 Ohm. Hal ini hanya dilakukan pada
jenis multimeter analog saja, untuk multimeter digital proses kalibrasi ini tidak perlu
dilakukan lagi.

40
4. Setelah itu hubungkan probe + dan – ke kaki komponen yang akan kita ukur dan
baca pada skala berapa hambatan yang terukur.

b. Cara mengukur tegangan AC.

Berikut ini adalah cara mengukur tegangan AC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan tegangan yang diukur adalah tegangan AC dan bukan tegangan DC.
2. Pastikan tegangan AC yang akan diukur tidak lebih tinggi daripada batas alat ukur
yang kita gunakan
3. Atur posisi saklar putar multimeter pada skala tegangan AC, gunakan skala yang
lebih tinggi dari tegangan yang akan kita ukur. Contoh jika kita hendak mengukur
tegangan AC 220 V maka pilihlah skala di 220V bisa menggunakan skala 250V atau
500 V.
4. Hubungkan kabel probe + dan kabel probe – pada kedua terminal tegangan tersebut.
Berhati-hatilah jika bekerja dengan menggunakan tegangan AC yang tinggi, karena
bahaya bila tersentuh langsung oleh tubuh manusia.
5. Amatilah jarum multimeter, jika nilai tegangan sulit dibaca atau di posisi 0 dalam
skala tegangan AC, putar saklar pada skala tegangan yang lebih tinggi hingga nilai
tegangan tersebut terbaca oleh multimeter (hal ini hanya berlaku untuk multimeter
analog. Pada multimeter digital, nilai tegangan akan langsung ditampilkan dalam
bentuk angka).

c. Cara mengukur tegangan DC

Berikut adalah cara mengukur tegangan DC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan tegangan yang diukur adalah tegangan DC, bukan tegangan AC.
2. Pastikan tegangan listrik yang akan diukur tidak lebih tinggi daripada batas ukur alat
ukur yang kita gunakan.
3. Atur saklar putar multimeter pada posisi mengukur tegangan DC.
4. Gunakan skala ukur yang lebih tinggi dari pada tegangan yang akan kita ukur.
Contoh jika kita akan mengukur tegangan 5V, maka pilihlah skala ukur di atas 5 V
bisa menggunakan 10V atau 50 V.
5. Hubungkan kabel + ke kutub + sumber tegangan DC dan kabel – ke kutub – sumber
tegangan DC, perhatikan polaritas ini tidak terbalik, karena beberapa multimeter
akan rusak jika dalam mengukur tegangan DC kita terbalik menggunakan
polaritasnya.
6. Amatilah jarum multimeter, jika nilai tegangan sulit dibaca (khusus multimeter
analog), maka putar saklar ke skala yang lebih besar atau ke lebih kecil sehingga
jarum mudah dibaca.

Untuk mengukur tegangan listrik pada rangkaian elektronika, hubungkan ujung kabel
positif dan ujung kabel negatif multimete pada bagian rangkaian elektronika yang akan
diukur secara paralel.

d. Cara mengukur arus DC.

Berikut ini adalah cara mengukur arus listrik DC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan arus yang akan diukur adalah arus DC bukan arus AC. Karena kesalahan
mengukur jenis arus listrik ini dapat merusak alat ukur (multimeter).
2. Pastikan arus DC yang diukur lebih kecil atau sesuai dengan batasan jangkauan nilai
arus pada amperemeter yang terdapat di dalam multimeter.

41
3. Pastikan arus DC yang diukur tidak lebih tinggi dari pada batas ukur arus DC pada
multimeter.
4. Putar saklar putar pada multimeter pada skala pengukuran arus DC atau DcmA.
5. Gunakan skala terendah.
6. Hubungkan kabel positif ke kutub positif rangkaian dan kabel negatif ke kutub
negatif rangkaian secara seri.
7. Amatilah jarum pada multimeter, bila tidak terbaca, ubahlah skala pengukuran
hingga terbaca (khusus multimeter analog).

e. Cara mengukur dioda

Untuk mengukur komponen elektronika, lebih baik kita menggunakan multimeter analog
dari pada multimeter digital. Berikut ini cara mengukur dioda dengan menggunakan
multimeter analog.

1. Untuk memeriksa kondisi sebuah dioda, kita dapat menggunakan ohmmeter yang
terdapat pada multimeter analog.
2. Atur saklar putar pada posisi mengukur hambatan (ohmmeter) pada skala X10.
3. Hubungkan probe + ke kaki anoda (kaki positif) dan probe – ke kaki katoda (kaki
negatif). Jika jarum tidak bergerak maka dioda dalam kondisi baik jika jarum
bergerak menunjukan hambatan yang randah, maka dipastikan dioda sudah rusak.
4. Tukar polaritas pengukuran, probe + ke kaki katoda dan probe – ke kaki anoda. Jika
jarum bergerak menuju ke angka 0 maka dioda dalam keadaan bagus, jika jarum
tidak bergerak, maka dioda sudah putus (rusak).
5. Untuk pengecekan dioda zener, led atau photodioda, kita dapat menggunakan cara
yang sama pada point 3 dan 4.
6. Selain menggunakan ohmmeter, pengecekan dioda juga dapat dilakukan dengan
menggunakan rangkaian elektronika sederhana.

f. Cara menguji Kapasitor elektrolit

Berikut ini adalah cara menguji kapasitor elektrolit dengan menggunakan multimeter
analog.

Pengujian kapasitor dapat dilakukan dengan mengunakan ohmmeter. Pada kapasitor


yang bagus, jika probe + dihubungan ke kaki positif dan probe negatif dihubungkan ke
kaki negatif, maka kapasitor akan mengalami pengosongan dan pengisian kapasitor, ini
ditandai dengan jarum bergerak ke posisi mendekati nol, kemudian secara perlahan akan
kembali ke posisi tidak terhingga. Jika polaritas pengukuran dibalik, kondisi akan
terulang kembali.

Jika pada saat mengukur kapasitor jarum tidak bergerak sama sekali walaupun
polaritasnya sudah dibolak-balik, maka dipastikan kapasitor sudah rusak (dalam hal ini
putus). Dan jika dalam pengukuran jarum selalu menunjuk ke angka nol walaupun
polaritas sudah dibolak-balik, maka dipastikan kapasitor juga sudah rusak dalam hal ini
mengalami hubungan singkat.

Untuk menguji kapasitor non polar dengan kapasitas yang sangat kecil, hal ini sangat
sulit dilakukan. Namun kapasitor-kapasitor jenis non polar jarang sekali mengalami
kerusakan jika kondisi fisiknya tidak cacat atau pecah.

Penggunaan kapasitor polar harus selalu memperhatikan batas tegangan yang tertera
pada fisik kapasitor, karena penggunaan kapasitor pada batas tegangan yang melampaui
tegangan yang diijinkan dapat menyebabkan kapasitor kering atau meledak.

42
g. Cara menguji LDR

LDR adalah salah satu jenis hambatan yang peka terhadap cahaya. Berikut ini adalah
cara mengukur LDR dengan menggunakan multimeter analog.

1. Atur saklar putar pada posisi Ohmmeter X10.


2. Hubungkan probe + ke salah satu kaki LDR dan probe – ke kaki yang lainnya.
3. Amatilah hambatan yang terukur pada posisi terang dan gelap.
4. Jika terjadi perbedaan nilai hambatan yang signifikan dari kondisi gelap dan terang,
maka dipastikan LDR dalam kondisi baik. Jika tidak terdapat perbedaan hambatan
atau hambatan menunjuk angka 0, maka dipastikan LDR dalam kondisi rusak.

43
MODUL IIIa PRINTED CIRCUIT BOARD (PCB)

3.1 Macam-macam media untuk membuat rangkaian elektronika

Pada saat ini sudah tersedia banyak media yang dapat digunakan untuk membuat sebuah
rangkaian elektronika. Media ini ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat tidak
permanem. Media yang bersifat permanen artinya sekali sudah dibuat maka media untuk
membuat rangkaian ini tidak dapat diubah untuk membuat rangkaian elektronika jenis lain.
Contoh media permanen adalah PCB dan PCB dot matrik. Sedangkan media yang tidak
permanen adalah media yang dapat digunakan berkali-kali dan hanya bersifat untuk mencoba
atau mempelajari suatu jenis rangkaian. Contoh media yang bersifat tidak permanen adalah
Breadboard.

Sebelum kita membuat suatu rangkaian elektronika secara permanen dengan menggunalan PCB
atau PCB dot matrik, ada baiknya kita mencobanya terlebih dahulu dengan menggunakan media
tidka permanen seperti breadboard. Tujuannya adalah bila terjadi kesalahan, kita tidak akan
membuang waktu dan bahan secara sia-sia. Dengan menggunakan media seperti breadboard, kita
dapat melakukan eksperimen dengan mudah, sehingga kita dapat menghasilkan sebuah rangkaian
yang benar-benar baik sebelum dicetak menjadi PCB yang permanen. Gambar – gambar berikut
ini menunjukan macam-macam media yang dapat digunakan untuk membuat sebuah rangkaian
elektronika.

Gambar 3.1 contoh breadboard dan penggunaannya

Gambar 3.2 Contoh PCB dot matrik dan penggunaannya

44
Gambar 3.3 Contoh PCB dan penggunaannya

3.2 Printed Circuit Board (PCB)

PCB adalah papan rangkaian yang terbuat dari bahan isolator dan permukaannya dilapisi dengan
tembaga. PCB berguna sebagai tempat pemasangan dan penghubung komponen-komponen
elektronika. Dengan menggunakan PCB, pemasangan komponen menjadi lebih aman, teratur dan
praktis.

Berikut adalah bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat PCb

a. Papan Fenolik (pertinak)

Papan fenolik atau pertinak merupakan PCB dengan kualitas yang rendah daripada PCB
fiberglass, tetapi harganya lebih murah daripada PCB fiberglass. Gambar berikut ini menunjukan
contoh PCB dengan bahan papan fenolik (pertinak).

45
Gambar 3.4 PCB dengan bahan dasar pertinak (papan fenolik)

b. Papan fiberglass.

PCb jenis ini memiliki kualitas yang lebih baik daripada jenis fenolik. Tembaga pada PCB
fiberglass cepat luntur sehingga waktu pembuatan PCB lebih cepat. Karena fiberglass dilapisi
dengan serat gelas, maka papan PCB jenis ini jauh lebih kaku dan kuat sehingga tidak mudah
bengkok atau patah. Gambar berikut ini menunjukan contoh PCB dengan bahan fiberglass.

Gambar 3.5 contoh PCB dengan bahan dasar Fiberglass

Umumnya PCB dengan bahan dasar fiberglass setelah di etsa, akan tampak lebih transparan
dibandingkan dengan PCB dengan bahan dasar pertinak (fenolik).

Beberapa jenis PCB yang banyak dijumpai dipasaran Indonesia adalah :

1. PCB single layer


PCB single layer merupakan PCb polos yang hanya memiliki 1 lapisan konduktor
(tembaga) pada salah satu sisinya.
2. PCB double layer
PCB double layer adalah PCb yang memiliki 2 lapisan tembaga pada kedua sisinya
3. PCB matrik
PCB matrik adalah merupakan PCb yang memiliki 1 sisi tembaga dan memiliki lubang-
lubang dengan ukuran nornal 0,8 – 1 mm. PCB ini biasa disebut dengan prototipe board.

46
3.3 Teknik pembuatan PCB

Teknik pembuatan PCB dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu :

1. Pembuatan PCB secara manual

Pembuatan PCb secara manual relatif lebih sederhana dan cepat. Namun cara manual tidak
disarankan untuk pembuatan PCB yang komplek. Berikut adalah bahan yang dibutuhkan untuk
membuat PCB secara manual.

1. PCB Polos.

PCB polos yang digunakan berjenis single layer dengan bahan dasar fenolik atau fiberglass.
Namun sangat disarankan untuk menggunakan bahan dasar fiberglass agar didapat hasil yang
maksimal.

2. Skema rangkaian

Skema rangkaian berguna sebagai petunjuk dalam menggambar tata letak dan tata jalur
komponen pada PCB. Jalur-jalur komponen yang digambar sesuai dengan jalur yang
terdapat pada skema rangkaian.

3. Rugas electro set

Rugos yang digunakan merupakan rugos khusus elektronika. Rugos ini telah memiliki pola
seperti pada rangkaian – rangkaian elektronika.

4. Spidol permanen

Spidol permanen digunakan untuk mempertebal jalur rangkaian pada PCB. Jalur yang
digambat menggunakan spidol ini dapat luntur jika kena air atau minyak dalam waktu yang
lama.

5. Spon gosok atau amplas halus.

Spon yang dapat digunakan untuk membersihkan permukaan PCB adalah jenis spon busa
yang agak kasar yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Jika spon ini sulit didapat,
maka dapat diganti dengan menggunakan amplas halus no 1200. Perlu diperhatikan dalam
mengamplas, lakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan agar tidak merusak permukaan
tembaga atau jalur rangkaian.

6. Larutan FeCl3

Larutan ini bersifat korosif dan dapat melarutkan logam khususnya tembaga. Dalam
penggunaannya harus ditangani dengan hati-hati. Gunakan wadah plastik untuk membuat
larutan dan gunakan penjepit kayu untuk mengangkat atau mengatur PCb yang akan dicetak.
Jangan menggunakan tangan langsung karena akan menyebabkan iritasi pada kulit.

7. Cutter

Cutter digunakan untuk memotorng PCB dan merapikan tepi PCB agar tampak lebih baik.
Cutter juga berguna untuk merapikan jalur-jalur tembaga yang sudah dietsa.

47
8. Bor listrik

Bor listrik digunakan untuk membuat lubang tempat kaki-kaki komponen akan disolder.
Gunakan bor listrik kecil (mini bor) dengan ukuran mata bor 0,8 mm untuk kaki komponen
pada umumnya dan 1 mm untuk membuat lubang kabel, kaki dioda dan beberapa jenis kaki
transistor.

Berikut langkah-langkah untuk membuat PCB secara manual.

1. Siapkan skema rangkaian yang akan kita buat. Bentuk dan tata dengan baik dan rapi
setiap komponen dan hubungkan jalur-jalurnya. Kemudian periksa kembali apakah ada
jalur yang salah atau tertinggal. (lihat gambar dibawah ini).

Gambar 3.6 skema rangkaian yang akan kita buat

Gambar 3.7 jalur – jalur yang akan dibuat pada PCB

2. Siapkan PCb, Potong PCB sesuai ukuran yang kita inginkan dan bersihkan lapisan
tembaga PCb dengan mengosoknya perlahan-lahan dengan menggunakan amplas halus
atau spon gosok dan air. Lakukan hingga seluruh permukaan PCB bersih dan mengkilat.
Setelah bersih jangan menyentuh permukaan tembaga dengan tangan secara langsung
karena akan meninggalkan lapisan minyak tipis yang nantinya akan menjadi masalah dan
mengganggu proses etsa.

48
3. Gambar tata jalur pada bagian tembaga PCB yang sudah bersih dengan menggunakan
spidol permanen atau rugos. Lebar jalur biasanya 0,8 hingga 1 mm. Jika menggunakan
rogos, pilihlah rugos dengan pola garis lurus tipis dan pola lubang. Gunakan cutter untuk
memotong atau membentuk jalur.
4. Pastikan setiap jalur yang dibuat sesuai dengan skema rangkaian. Perhatikan jalur yang
tersambung dan jalur yang tidak tersambung.
5. Larutan bubuk FeCl3 ke dalam air dengan mengunakan wadah plastik. Hati-hati larutan
ini akan mengeluarkan gas dan panas pada saat terkena air. Kemudian dengan
menggunakan penjepit kayu, masukan lembar PCB yang sudah digambar. Goyang-
goyang wadah secara perlahan-lahan hingga semua tembaga yang tidak tertutup tinta
larut. Proses ini disebut proses etsa.
6. Setelah proses etsa selesai, segera angkat PCB dari dalam larutan dan bersihkan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir hingga benar-benar bersih.
7. Kemudian dengan menggunakan tinner dan kertas gosok, hilangkan lapisan tinta yang
masih tertinggal di PCB dan gosok hingga permukaan jalur tembaga mengkilat.
8. Siapkan bor listrik dengan mata bor yang sesuai dan lakukan pengeboran pada pad,
tempat kaki-kaki komponen akan dipasang. Untuk memudahkan proses pengeboran,
pada tiap-tiap pad, dapat ditandai terlebih dahulu dengan menggunakan paku kecil dan
palu.
9. Setelah selesai dibor, kembali bersihkan PCb dan gosok dengan spon hingga jalur
kembali mengkilat.
10. Untuk mencegah proses oksidasi pada tembaga, keringkan PCB dan lapisi permukaan
PCB dengan pernis.

49
MODUL IIIb Membuat Rangkaian Elektronika dengan menggunakan
Breadboard
Breadboard atau sering juga disebut project board adalah sejenis papan rangkaian yang umum
digunakan untuk mencoba sebuah rangkaian elektronika, sebelum rangkaian elektronika tersebut
dicetak pada papan rangkaian tercetak (PCB). Bentuk breadboard dapat dilihat seperti pada
gambar berikut ini.

Gambar 3.8 skema sebuab breadboard

Jalur A dan Jalur C adalah sama, tiap titik terhubung secara horizontal dan tidak terhubung
secara vertikal, sedangkan jalur B hanya terhubung secara vertikal tapi tidak terhubung secara
horizontal. Jalur A dan C umumnya digunakan sebagai jalur sumber arus listrik. Jalur B
digunakan sebagai tempat untuk memasang komponen elektronika yang akan kita rangkai.

Proses merangkai komponen elektronika dengan menggunakan breadboard sangat bebas,


tergantung kepada keinginan masing-masing pengguna. Sebelum kita membuat rangkaian
dengan menggunakan breadboard, terlebih dahulu kita harus menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan yaitu :

1. Breadboard
2. Kabel kawat tunggal diameter 0,5 mm, bila memungkinkan gunakan 2 warna kabel,
umumnya warna merah dan hitam. Kabel merah sebagai penanda positif dan kabel hitam
sebagai penanda negatif.
3. Tang potong, tang ini digunakan untuk memotong dan mengupas kabel.
4. Tang Jepit, berguna untuk membengkokan kaki komponen dan membantu memasang
komponen pada breadboard.
5. Power suplai DC dan kabel penghubungnya yang dilengkapi dengan jepit buaya
6. Beberapa komponen elektronika yang akan kita rangkai.

Selanjutnya kita akan lihat berbagai cara memasang komponen elektronika pada breadboard.

50
1. Membuat jalur sumber arus pada breadboard.

Sebelum kita membuat rangkaian elektronika dengan menggunakan media breadboard, terlebih
dahulu kita harus menyiapkan jalur sumber arus listrik DC pada breadboard. Gambar 3.9 berikut
ini menunjukan cara membuat jalur sumber arus listrik pada breadboard.

Gambar 3.9 cara memasang kabel pada breadboard untuk membuat sumber arus pada breadboard

Perhatikan gambar 2. Kabel berwarna merah adalah kabel untuk jalur positif sehingga semua
jalur yang terhubung dengan kabel merah akan menjadi jalur positif sedangkan kabel berwarna
hitam adalah kabel untuk jalur negatif sehingga semua jalur yang terhubung dengan kabel hitam
akan menjadi jalur negatif. Pada breadboard umumnya antara jalur horizontal sebelah kanan
dengan jalur horizontal sebelah kita terpisah, sehingga kita harus memasang kabel penghubung
(jumper) untuk menghubungkan kedua jalur ini (titik A pada gambar 3.9).

Sebagai alat untuk penanda apakah di dalam rangkaian sedang ada arus listrik atau tidak, maka
kita dapat memasangkan sebuah lampu LED dengan sebuah resistor 330 Ohm sebagai pembatas
arus. Masukan kaki anoda LED ke sisi atas dan kaki anoda ke sisi bawah, kemudian pada jalur
yang sama, hubungkan jalur yang kaki katoda dengan menggunakan sebuah kabel kecil ke jalur
negatif disebelah bawah dan jalur kaki anoda LED dihubungkan ke jalur positif dengan
menggunakan sebuah resistor 330 Ohm seperti pada gambar. Tempatkan lampu LED indikator
ini pada daerah tepi breadboard agar tidak mengganggu pada saat kita akan merangkai sebuah
rangkaian.

Untuk menghubungkan breadboard ini dengan sumber tegangan, dapat digunakan sebuah kabel
penghubung yang sudah dilengkapi dengan jepit buaya. Hubungkan kabel merah dari sumber
tegangan ke jalur positif (merah) dan hubungkan juga kabel hitam dari sumber tegangan ke jalur
negatif (hitam). Aturlah besar tegangan listrik dari sumber tegangan agar sesuai dengan tegangan
kerja rangkaian yang akan kita buat.

Buatlah rangkaian sumber arus ini dengan rapi karena rangkaian sumber arus ini akan terus kita
gunakan pada percobaan-percobaan berikutnya.

51
2. Membuat rangkaian transistor sebagai saklar dengan menggunakan breadboard

Pada percobaan berikut ini kita akan belajar membuat rangkaian sederhana sebuah transistor
sebagai saklar. Terdapat 2 jenis transistor yang dapat kita gunakan sebagai saklar yaitu transistor
PNP dan transistor NPN. Rangkaian transistor sebagai saklar dapat dilihar pada gambar 3 berikut
ini.

Gambar 3.10 rangkaian sederhana transistor sebagai saklar

Beberapa komponen elektronika yang kita butuhkan antara lain :

1. Breadboard yang sudah dipasang jalur sumber arus


2. Transistor NPN BD 139 1 buah
3. Transistor PNP BD 140 1 buah
4. Resistor 1 Kohm 4 buah
5. Resistor 330 Ohm 2 buah
6. LED 2 buah
7. Tombol 2 buah
8. Beberapa potong kabel penghubung.

Cara kerja rangkaian.

Kedua jenis transistor ini memiliki sifat yang unik. Pada transistor NPN prinsip kerjanya adalah
menghubungkan beban pada kolektor dengan ground (menggroundkan suatu beban) sedangkan
pada transistor PNP menyalurkan arus listrik ke beban (menghubungkan beban ke positif). Beban
dalam hal ini adalah lampu LED yang akan kita nyalakan.

R2 pada rangkaian transistor NPN berfungsi sebagai pulldown resistor. R2 akan menghubungkan
kaki basis transistor NPN ke ground (negatif) sehingga transistor akan menyumbat atau tidak
dapat mengalirkan arus listrik dari kolektor ke emitor. Sedangkan R1 berfungsi sebagai pemberi

52
arus basis. Bila transistor NPN diberi arus basis (tombol ditekan), maka akan mengalir arus listrik
ke kaki basis transistor sehingga transistor akan mengalirkan arus listrik dari kolektor ke emitor
sehingga beban pada kolektor (lampu LED) akan terhubung ke ground dan menyala. R3 berfungsi
sebagai pembatas arus listrik yang mengalir melewati LED.

Pada rangkaian transistor PNP sebagai saklar cara kerjanya adalah kebalikan dari cara kerja
transistor NPN sebagai saklar. R1 pada rangkaian transistor PNP berfungsi sebagai pull-up, yang
akan selalu memberikan arus listrik ke kaki basis transistor. Sifat transistor PNP adalah bila kaki
basis diberi arus listrik, maka transistor akan menyumbat atau tidak mengalirkan arus dari emitor
ke kolektor. Bila tombol di tekan maka R2 akan menggroundkan atau menghubungkan kaki basis
ke ground (negatif). Akibatnya transistor akan mengalirkan arus listrik ke beban (LED). R3
bergungsi sebagai pembatas arus listrik yang mengalir pada LED.

Transistor NPN yang kita gunakan pada percobaan ini adalah dari jenis BD 139 sedangkan
transistor PNP yang kita gunakan adalah BD 140. Konfigurasi kaki kedua jenis transistor dapat
dilihat pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 3.11 konfigurasi kaki BD 139 dan BD 140

Cara merangkai pada breadboard dapat dilihat seperti pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 3.12 rangkaian transistor NPN dan PNP pada breadboard

53
Latihan 1

Perhatikan rangkaian lampu flip-flop pada gambar berikut ini.

Gambar 3.13 rangkaian lampu flip-flop

1. Buat daftar komponen yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian lampu flip-flop pada
gambar 5
2. Buatlah rangkaian tersebut dengan menggunakan breadboard, setelah selesai periksakan
terlebih dahulu kepada asisten sebelum anda mencobanya.

54
MODUL 4HUKUM OHM DAN RANGKAIAN RESISTOR

A. Pembuktian Hukum Ohm.

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari hubungan arus listrik, tegangan listrik dan
hambatan listrik yang lebih dikenal dengan hukum Ohm.

2. Teori Dasar

Hukum Ohm menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir di dalam suatu rangkaian listrik akan
berbanding lurus dengan tegangan listrik dan berbanding terbalik dengan hambatan listrik. Atau
secara matematis dapat ditulis :

V
I=
R

Atau V =R . I

Dimana V adalah tegangan listrik (Volt), I adalah arus listrik (Ampere) dan R adalah hambat
listrik (Ohm).

3. Prosedur Percobaan

 Alat dan bahan percobaan adalah :


1. Resistor 1 KOhm sebanyak 1 buah
2. Digital multi meter 2 buah
3. Papan rangkaian 1 set
4. Sumber tegangan DC 1 set
5. Kabel – kabel penghubung secukupnya.
 Buatlah rangkaian pada gambar 4.1 berikut ini pada papan rangkaian

Gambar 4.1 skema pengujian

 Pasanglah alat ukur pada rangkaian pengujian yang sudah dibuat, pasang voltmeter paralel
dengan resistor dan ampere meter seri dengan resistor.
 Nyalakan sumber tegangan secara bertahap dan amatilah arus listrik dan tegangan listrik yang
terukur.
 Catatlah hasil pengamatan anda dalam tabel berikut ini.

55
Tabel 4.1 hasil pengukuran tegangan dan arus listrik

Tegangan listrik Arus listrik

4. Pertanyaan

1. Dari data yang anda dapat buatlah grafik tegangan terhadap arus listrik.
2. Dari grafik yang sudah anda buat, dengan menggunakan regresi linier, carilah persamaan
regresi linier untuk grafik tersebut.
3. Dari persamaan linier yang sudah anda dapat tentukan berapa hambatan resistor .
Bandingkan hasil pengukuran dengan besar hambatan resistor yang sebenarnya.. jelaskan
jawaban anda.
4. Ulangilah percobaan untuk nilai resistor yang lainnya, kemudian buatlah hubungan
matenatika antara tegangan listrik, arus listrik dan hambatan listrik. Bandingkan dengan
hukum Ohm.

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

B. Resistor Seri dan Paralel

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari rangkaian seri dan paralel pada resistor.

2. Teori Dasar

Beberapa resistor bila dihubungkan secara seri seperti pada gambar 2a, maka hambatan totalnya
akan meningkat, dan bila dihubungkan secara paralel seperti gambar 2b maka hambatan totalnya
akan turun. Untuk resistor yang dipasang secara seri, maka hambatan total resistor dapat dihitung
dengan persamaan

R S=R1 + R2 + R3 +…+ R n ……………………………………. 1

Sedangkan untuk resistor yang dirangkai secara paralel, hambatan totalnya dapat dihitung dengan
persamaan :

1 1 1 1 1
= + + + …+ …………………………………….... 2
R p R1 R2 R3 Rn

56
R1 R2 R3

R1 R2 R3
Gambar 4.2a

Gambar 4.2b
3. Prosedur percobaan
 Alat dan bahan :
1. Resistor dengan nilai 1,5 kOhm, 680 Ohm, 3,3 KOhm, masing-masing 1 buah
2. Papan rangkaian
3. Digital multimeter sebanyak 2 buah
4. Sumber arus DC 1 set
5. Kabel – kabel penghubung secukupnya.
 Untuk percobaan pertama, buatlah rangkaian seperti pada gambar 3a berikut ini.

1,5 kOhm 3,3 kOhm 680 Ohm


I I

1,5 kOhm

3,3 kOhm

680 Ohm
V

Gambar 4.3a Gambar 4.3b

 Nyalakan sumber tegangan secara bertahap dan lakukan pengukuran arus dan tegangan
seperti pada percobaan A untuk mendapatkan harga hambatan total rangkaian resistor seri.
 Hitung dengan menggunakan regresi linier nilai hambatn total untuk gambar 4.3a.
 Hitung hambatan total resistor seri dengan menggunakan persamaan 1.
 Bandingkan hasil pengujian dan hasil perhitungan, buatlah analisanya.
 Untuk selanjutnya ganti rangkaian dengan rangkaian pada gambar 4.3b.
 Setelah rangkaian dan alat ukur terpasang, nyalakan sumber tegangan secara bertahap dan
ukurlah arus listrik dan tegangan listrik untuk mendapatkan harga hambatan total rangkaian
resistor paralel.
 Hitung dengan menggunakan regresi linier nilai hambatan total untuk gambar 4.3b.
 Hitung hambatan total resistor paralel dengan menggunakan persamaan 4.3b.
 Bandingkan hasil pengujian dan hasil perhitungan dan buatlah analisa.

4. Pertanyaan.

1. Bagaimanakah hasil pengujian resistor seri bila dibandingkan dengan perhitungan nilai
hambatan total resistor seri ?, berikan penjelasan anda.

57
2. Jelaskan faktor – faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya perbedaan pada hasil
pengujian dan perhitungan.
3. Dengan menggunakan persamaan hukum Ohm, buktikan persamaan 1.
4. Bagaimanakah hasil pengujian resistor paralel bila dibandingkan dengan hasil perhitungan
nilai hambatan total resistor paralel ?, berikan penjelasan anda
5. Jelaskan faktor – faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya perbedaan pada hasil
perngujian dan perhitungan?
6. Dengan mengunakan persamaan hukum Ohm, buktikan persamaan 2.

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan ini.

C. Pembagi Arus dan Tegangan Listrik

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari fungsi resistor sebagai pembagi arus dan
tegangan listrik.

2. Teori Dasar

Fungsi utama resistor di dalam suatu rangkaian listrik selain berfungsi sebagai pembatas arus
listrik, resistor juga dapat digunakan sebagai pembagi arus dan tegangan listrik. Bila beberapa
resistor dirangkaikan secara seri dengan sumber tegangaan listrik DC, maka pada tiap-tiap kaki
resistor akan timbul beda potensial listrik yang berbeda-beda yang besarnya berbanding lurus
dengan nilai hambatan resistor yang bersangkutan. Sebaliknya bila beberapa resistor
dihubungkan secara paralel dengan sumber tegangan listrik DC maka akan terjadi pembagian
arus listrik.

Bila resistor hendak digunakan sebagai pembagi tegangan, maka resistor harus dipasang secara
seri. Resistor sebagai pembagi tegangan dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.

R1 I1 R2 I2 R3 I3

V1 V2 V3
I

V
Gambar 4.4 resistor pembagi tegangan listrik

Maka tegangan untuk tiap resistor dapat di hitung :


I =I 1=I 2=I 3

58
V V1 V2 V3
= = =
R S R1 R 2 R3

dimana R s=R1 + R2 + R3

R1 . V R2 . V R3 . V
Maka : V 1= ; V 2= ; V 3=
R1 + R2 + R3 R 1 + R 2 + R3 R1 + R2 + R3

Bila resistor hendak digunakan sebagai pembagi arus, maka resistor harus dipasang secara
paralel. Resistor sebagai pembagi arus dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.

I1 R1

I I2 R2

I3 R3

V
Gambar 4.5 resistor pembagi arus listrik
Maka arus listrik yang mengalir melalui tiap-tiap resistor dapat dihitung sebagai berikut:
V =V 1=V 2=V 3

I . R p =I 1 . R1 =I 2 . R 2=I 3 . R3

1 1 1 1
Dimana : = + +
R P R 1 R2 R 3

1 ( R1 + R2 ) R 3+ R 1 . R2
=
Rp R1 . R2 . R 3

R 1 . R 2 . R3
Rp=
( R 1+ R2 ) . R3 + R1 . R2

Maka :

I . RP V I . RP V I . RP V
I 1= = ; I 2= = ; I 3= =
R1 R1 R2 R2 R3 R3

3. Prosedur Percobaan

 Alat dan bahan yang dibutuhkan:

59
1. Resistor dengan nilai 1,5 kOhm, 680 Ohm, 3,3 KOhm, masing-masing 1 buah
2. Papan rangkaian
3. Digital multimeter sebanyak 2 buah
4. Sumber arus DC 1 set
5. Kabel – kabel penghubung secukupnya

 Untuk bagian pertama, buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.


 Nyalakan sumber arus DC dan ukurlah tegangan di tiap-tiap resistor dan catat dalam tabel
berikut ini.

Tabel 4.2 hasil pengukuran pembagi tegangan

Tegangan R1 Tegangan R2 Tegangan R3 Tegangan Arus Listrik


Sumber

 Untuk bagian yang kedua, buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.5.
 Nyalakan sumber arus DC dan ukurlah tegangan di tiap-tiap resistor dan catat dalam tabel
berikut ini.

Tabel 4.3 hasil pengukuran pembagi tegangan

Arus listrik R1 Arus listrik R2 Arus listrik R3 Arus listrik Tegangan


total

 Untuk bagian yang ketiga ini kita akan mengukur pembagian arus dan tegangan listrik pada
rangkaian kombinasi seri parallel resistor.
 Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut ini.

I1 R1

R2 I2 V1

V2 I3 R3

V3

V
Gambar 4.6 resistor pembagi arus dan tegangan listrik

60
 Nyalakan sumber tegangan pada tegangan 9 Volt. Dan ukurlah I 1, I2, I3, V1, V2, V3, Itotal,
dan catatlah kedalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4 hasil pengukuran pembagi arus dan tegangan listrik

Rtotal Itotal I1 I2 I3 V1 V2 V3

4. Pertanyaan
1. Hitung secara teoritis untuk pembagi tegangan listrik pada soal praktikum yang pertama.
Dan kemudian hitung juga secara teoritis untuk pembagi arus listrik pada soal praktikum
yang kedua
2. Bandingkan hasil pengujian pembagi tegangan listrik dengan hasil perhitungan secara
teori kemudian jelaskan mengapa terjadi perbedaan hasil !.
3. Bandingkan hasil pengujian pembagi arus listrik dengan hasil perhitungan secara teori
kemudian jelaskan mengapa terjadi perbedaan hasil!
4. Untuk percobaan yang ketiga, hitunglah nilai I 1, I2, I3, V1, V2, dan V3 dan bandingkan
hasilnya dengan hasil pengujian pada tabel 4.

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

61
MODUL 5 TEOREMA THEVENIN & NORTON

A. Percobaan Teorema Thevenin dan Teorema Norton

1. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah mempelajari teorema Thevenin dan teorema Norton pada rangkaian
arus searah

2. Teori Dasar

Teorema Thevenin
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan atau sumber arus dependen maupun
independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan suatu
tegangan VT seri dengan resistor RT.

Gambar 5.1 Teorema Thevenin

VT = tegangan pada a-b dalam keadaan tanpa beban (open circuit) = V OC


RT = resistansi pada a-b “dilihat” kearah rangkaian dengan semua sumber independen diganti
dengan resistansi dalamnya.
Dengan teorema ini kita dapat menghitung arus beban dengan cepat bila beban diubah-ubah.

Teorema Norton
Suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan ataua sumber arus dependen maupun
independen) yang bersifat linier dengan 2 kutub (terminal) a dan b, dapat diganti dengan satu
sumber arus IN paralel dengan satu resistor dengan resistansi RN.

62
Gambar 5.2 Teorema Norton

IN = arus melalui a-b dalam keadaan hubung singkat (short circuit) = I SC


RN = resistansi pada a-b “dilihat” ke arah rangkaian dengan semua sumber independen diganti
dengan resistansi dalamnya.

3. Prosedur percobaan

 Kit Thevenin dan Norton (1 set)


 Power Supply DC (2 buah)
 Multimeter (2 buah)
 Kabel Penghubung (secukupnya)

Teorema Thevenin (rangkaian 1)

Dalam percobaan ini, teorema Thevenin dipergunakan untuk mencari arus pada beban R (R 1, R2,
atau R3) pada cabang C-D secara tidak langsung dengan mengukur VT, RT, dan R. Kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pengukuran arus melalui beban secara langsung dengan membaca
milli Ammeter.
1. Gunakan kit Thevenin dan Norton. Pasanglah sumber tegangan searah 12 Volt pada A-B.
pada cabang C-D pasanglah mA meter seri dengan beban R 1. Catat arus yang melalui R1.

12 V

2. Bukalah beban dan mA-meter, sehingga C-D terbuka (open circuit). Ukurlah tegangan open
circuit C-D dengan Voltmeter Elektronik yang mempunyai impendansi input tinggi, catatlah
tegangan open circuit ini sebagai nilai VT. Perhatikan bahwa tegangan sumber A-B harus
tetap = 12 Volt.

63
12 V

3. Untuk mengukur RT, yaitu resistansi yag “dilihat” pada terminal C-D ke arah kiri,
bukalah/lepaskan sumber tegangan dari A-B dan hubung singkatkan A-B. Ukurlah resistansi
pada terminal C-D dengan ohm meter (atau jembatan).

4. Ukurlah resistansi R1

5. Hitunglah arus melalui R1 dari :

6. Bandingkan hasil perhitungan tersebut dengan hasil yang saudara peroleh dari pengukuran
pada langkah no 3.
7. Ulangilah percobaan Thevenin ini (langkah 3 sampai 7) untuk harga R = R 2 dan R = R3.
8. Tuliskan hasil percobaan di atas pada lembar jawaban

Teorema Thevenin (rangkaian 2)

1. Buatlah rangkaian sebagai berikut.

64
Aturlah tegangan sama dengan harga VT yang telah diukur pada langkah no 4 rangkaian 1.
Sebagai RT dipergunakan rangkaian N dengan A-B dihubung singkatkan dan dipasang menurut
gambar di atas
2. Ukurlah arus yang mengalir melalui R1 dengan mA-meter.
3. Ulangilah percobaan tersebut untuk R = R2, R = R3, dan R = 0 (hubungsingkat).
4. Tulislah hasil percobaan ini pada lembar jawaban

Teorema Norton

Dalam percobaan ini, rangkaian pada percobaan thevenin 1 di atas diganti dengan sebuah sumber
arus IN paralel dengan suatu resistansi RN yang besarnya sama dengan RT.
1. Mencari besar IN. Pasanglah sumber tegangan searah 12 Volt pada A-B. Ukurlah arus
hubung singkat pada C-D (pasanglah mA-meter pada C-D).

12 V

2. RN = RT dapat diperoleh pada langkah 6 pada percobaan sebelumnya, tetapi dalam hal ini
rangkaian N akan kita pergunakan sebagai R N. Aturlah sumber arus sehingga menghasilkan
arus sebesar IN seperti telah diperoleh dari langkah nomor ke 15. Buatlah rangkaian seperti
berikut:

65
3. Ukurlah arus melalui mA-meter untuk R = R1, R2 dan RN2
4. Tulislah hasil pengamatan anda pada lembar jawaban

4. Pertanyaan
1. Bagaimana perbandingan hasil pengukuran arus secara langsung dengan pengukuran
arus tidak langsung pada beban untuk rangkaian Thevenin?, bila berbeda berikan
penjelasan anda.
2. Bagaimana hasil pengukuran arus pada rangkaian Norton ?, jelaskan
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan pengukuran arus pada beban untuk teorema
Thevenin dan teorema Norton

5. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari percobaan ini!

66
MODUL 6 PENGISIAN DAN PENGOSONGAN KAPASITOR

A. Praktikum Pengisian dan Pengosongan Kapasitor

1. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses pengisian dan pengosongan muatan listrik
pada kapasitor elektrolit. Beberapa hal yang akan dipelajari adalah :

1. Pengukur teganan kapasitor pada saat diisi dan dikosongkan


2. Menghitung nilai RC secara eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan RC yang
sebenarnya.

2. Teori Dasar

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat digunakan untuk menyimpan muatan listrik
dalam waktu tertentu. Kapasitor umumnya terbuat dari 2 buah lempeng konduktor yang ditengah-
tengahnya disisipkan lempengan isolator yang disebut dielektrika. Apabila sebuah kapasitor
dihubungkan dengan sumber arus searah maka dalam beberapa saat aka nada arus listrik yang
mengalir masuk ke dalam kapasitor, kondisi ini disebut proses pengisian kapasitor, apabila
muatan listrik di dalam kapasitor sudah penuh, maka aliran arus listrik akan berhenti. Bila
hubungan ke kapasitor di tukar polaritasnya, maka muatan listrik akan kembali mengalir keluar
dari kapasitor.

Tegangan listrik pada kapasitor besarnya berbanding lurus dengan muatan listrik yang tersimpan
di dalam kapasitor, hubungan ini dapat dituliskan menjadi :

67
q
V= …………………………………………. (1)
C

Dimana V : tegangan listrik (V)

Q : muatan listrik (Coulomb ( C ))

C : kapasitas kapasitor (Farad (F)

Perhatikan gambar 6.1 berikut ini, sebuah kapasitor yang tersisi penuh muatan listrik dihubungan
dengan menggunakan sebuah resistor.

Gambar 6.1 kapasitor yang dihubungkan dengan sebuah resistor

Maka besar tegangan yang terjadi pada resistor akan sebanding dengan arus listrik yang mengalir.
Atau dapat ditulis :

V =R . I

dq
V =R . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …( 2)
dt

Dengan menghubungkan persamaan 1 dan 2 maka diperoleh :

q dq
=R .
C dt

dq 1
atau = . q … … … … … … … … … … … … … … … … … .(3)
dt R . C

Penyelesaian untuk persamaan 3 adalah :


−t
q=q 0 .e RC

Dengan membagi kedua ruas dengan C maka akan di dapat :

−t
V =V 0 . e RC … … … … … … … … … … … … … … … … … .( 4)

68
Persamaan 4 adalah persamaan yang menyatakan proses pengisian pada sebuah kapasitor. Proses
pengisian ini berlangsung secara eksponensial. Umumnya RC dituliskan dengan  yaitu konstanta
waktu pengisian atau pengosongan kapasitor. Untuk proses pengosongan kapasitor persamaan 4
dapat ditulis ulang menjadi :

V =V (1−e ) … … … … … … … … … … … … … … … … … .(4)
−t
RC
0

Proses pengisian pengosongan kapasitor Proses pengisian pengisian kapasitor


Gambar 6.2 proses pengisian dan pengosongan kapasitor

Dengan mengukur kenaikan tegangan sebuah kapasitor sebagai fungsi waktu dan menggunakan
persamaan 4, maka kita akan dapat menentukan besarnya nilai konstanta waktu (RC). Bila
hambatan R diketahui nilainya, maka kapasitas sebuah kapasitor dapat kita tentukan.

3. Prosedur Percobaan
 Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Sebuah kapasitor dengan kapasitas 2200 mikroFarad 16 V.
2. Sebuah voltmeter digital
3. Sebuah Stopwatch
4. Sebuah sumber arus DC 12 .
5. Sebuah resistor 30 kOhm, 1 Watt.
 Buatlah rangkaian sederhana untuk percobaan ini seperti pada gambar berikut ini.

30 kOhm

12VDC
2200 mF V

S1

69
Gambar 6.3 skema rangkaian praktikum

 Aktifkan sumber arus bersamaan dengan mengaktifkan Stopwatch.


 Kemudian isi tabel berikut ini.

Tabel 6.1, hasil pengujian pengisian kapasitor

Waktu (s) Tegangan (V)


5
10
15
20
30
40
50
60
70
80
90
100
120
130
140
150
160
170
180
190
200
300
400

 Lanjutkan praktikum dengan proses pengosongan kapasitor.


 Setelah kapasitor tersisi penuh ditandai dengan tidak ada lagi kenaikan tegangan kapasitor,
reset stopwatch.
 Matikan sumber arus, bersamaan dengan mengaktifkan kembali stopwatch.
 Baca dan isi tabel 2
 Lakukan pengukuran hingga muatan listrik di dalam kapasitor habis keluar.

Tabel 6.2, hasil pengujian pengisian kapasitor

Waktu (s) Tegangan (V)


5
10
15
20
30
40
50
60
70

70
80
90
100
120
130
140
150
160
170
180
190
200
300
400

4. Pertanyaan

1. Dari hasil pengujian pada tabel 6.1 dan tabel 6.2, buatlah kurva antara V terhadap t untuk
kedua hasil pengujian.
2. Lakukan fitting kurva dengan menggunakan metode exponensial untuk mendapatkan
persamaan exponensial.
3. Dari persamaan exponensial yang diperoleh, hitunglah berapa kontanta waktu pengisi
dan pengosongan kapasitor.
4. Apakah kedua konstanta waktu tersebut sama?, jelaskan!
5. Dari konstanta waktu tersebut, hitung berapa kapasitas kapasitor, dan bandingkan dengan
nilai sebenarnya.
6. Bila proses pengisian dan pengosongan kapasitor berlangsung konstan, maka gambarkan
fluktuasi kenaikan dan penuruanan tegangan (V) sebagai fungsi waktu (t)

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

71
MODUL 7 PRAKTIKUM KARAKTERISTIK

DAN APLIKASI DIODA

A. Praktikum pengukuran karakteristik dioda

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik dioda dengan cara mengukur arus
dan tegangan pada dioda

2. Teori Dasar

Hubungan arus dan tegangan pada dioda untuk tegangan maju (forward bias) dapat dituliskan
dengan rumus :

( )
VD
n .V T
I D =I S e −1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . ( 1 )

Persamaan 1 hampir berlaku untuk semua jenis dioda, namun untuk masing-masing jenis dioda
mempunyai kurva I vs V sendiri-sendiri. Dalam mendesain rangkaian, akan sangat berguna jika
kita dapat mengetahui harga n dan I s. Bila harga VD lebih besar dari 0,2 V maka persamaan 1
dapat ditulis ulang menjadi :

72
( )… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .( 2)
VD
n .V T
I D =I S e

Untuk mengukur karakteristik dioda dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter dapat
digunakan rangkaian berikut ini.

a. Forward bias b. Reverse bias


Gambar 7.1 rangkaian untuk pengukuran karakteristik dioda

Arus ID dapat diukur dengan mengukur tegangan di resistor (V R) dan tegangan VD diukur dengan
mengunakan voltmeter (V). Arus ID dapat dihitung dengan menggunakan hokum Ohm yaitu:

VR
I D= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(3)
R

Resistor R digunakan sebagai pembatas arus untuk mengamankan dioda dari arus listrik yang
berlebih. Kurva I vs V untuk dioda secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7.2 kurva ID terhadap VD untuk dioda


Tegangan cut in untuk dioda silikon 0,7 V dan untuk dioda germanium 0,2 V.

3. Prosedur percobaan

 Alat – alat yang dibutuhkan untuk praktikum ini adalah


1. Digital multimeter 2 buah
2. Sumber arus DC dengan variable tegangan 1 set
3. Resistor 1000 Ohm 1 Watt 1 buah
4. Papan rangkaian 1 buah
5. Beberapa potong kabel penghubung
6. Dioda germanium tipe 1N4739A, dioda silikon tipe 1N4002 dan dioda zener tipe
BZY887V5 masing-masing 1 buah
 Buatlah rangkaian pada papan rangkaian seperti pada gambar 1a.

73
 Ubahlah tegangan sumber arus dari 0 hingga 0,7 untuk dioda silikon dan 0 hingga 0,2 untuk
dioda germanium dan bacalah pengukuran V R dan VD. kemudian catat hasilnya ke dalam
tabel 7.1.
 Kemudian baliklah polaritas sumber arus
 Ubah tegangan sumber arus dari 0 hingga 20 V dan catat hasilnya ke dalam tabel 7.2.
 Dengan menggunakan data dari tabel 7.1 dan tabel 7.2 gambarkan kurva I D vs VD.

Tabel 7.1 Pengukuran Forward Bias Dioda


VS (V) VR (V) VD (V) ID (A) PD = VD x ID
(W)

Tabel 2 Pengukuran Reverse Bias Dioda


VS (V) VR (V) VD (V) ID (A) PD = VD x ID
(W)

4. Pertanyaan

1. Jelaskan karakteristik dioda dari gambar kurva I D vs VD !


2. Jelaskan apakah hasil eksperimen baik untuk dioda tipe germanium, dioda tipe silikon
dan dioda tipe zener memiliki kurva yang sama dengan kurva sebenarnya? (bandingkan
dengan kurva karakteristik yang sebenarnya)
3. Jelaskan fungsi Resistor pada rangkaian eksperimen ini.
4. Bila kita hanya meliliki satu buah digital multimeter, terangkan bagaimana caranya kita
mendapatkan nilai VR
5. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan tegangan cut in
6. Jelaskan juga apa yang dimaksud dengan tegangan breakdown
7. Dari kurva ID vs VD, hitunglah harga Is dengan menggunakan persamaan 2

B. Praktikum regulator tegangan sederhana dengan menggunakan dioda zener

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari dioda zener yang digunakan sebagai pengatur
tegangan sederhana.

2. Teori Dasar

Dioda zener dibuat dengan tegangan breakdown yang relative rendah bila dibandingkan dengan
dioda silikon dan germanium. Bila pada dioda biasa (silikon dan germanium) memiliki tegangan

74
breakdown dalam orde ratusan volt, maka zener biasannya dibuat dengan tegangan breakdown
yang rendah yaitu 1,5 V; 3,5 V, 6 V dan seterusnya. Fungsi ini dapat digunakan untuk
menstabilkan tegangan listrik yang berubah-ubah. Pada dioda biasa, bila tegangan reverse
melampaui tegangan breakdown, maka dioda akan rusak tidak demikian dengan dioda zener,
tegangan reverse yang melampaui tegangan breakdown akan dipotong sehingga tegangan pada
dioda besarnya tetap yaitu sebesar tegangan breakdown dioda zener.

Gambar 7.3 karakteristik dan daerah pengaturan tegangan zener

Pada gambar 7.3 dapat dilihat sebuah dioda zener dengan tegangan breakdown sebesar V Z Bila
tegangan sumber arus (VS) melebihi tegangan VZ, maka tegangan pada dioda akan diatur
besarnya tetap yaitu sebesar VZ, karena dioda ini dipasang parallel dengan beban, maka tegangan
beban juga akan sebesar V Z. Eksperimen ini kita akan mempelajari proses pengaturan tegangan
yang terjadi pada sebuah dioda zener. Rangkaian eksperimen adalah sebagai berikut ini.

Gambar 7.4 rangkaian eksperimen


3. Prosedur percobaan

 Alat – alat yang dibutuhkan untuk praktikum ini adalah


1. Digital multimeter 3 buah
2. Sumber arus DC dengan variable tegangan 1 set
3. Resistor 33 Ohm 1 Watt 1 buah
4. Resistor 27 Ohm 1 Watt 1 buah
5. Variabel resistor 220 ohm 1 buah
6. Papan rangkaian 1 buah

75
7. Beberapa potong kabel penghubung
8. Dioda zener tipe BZY887V5 masing-masing 1 buah
 Buatlah rangkaian pada papan rangkaian seperti pada gambar 4.
 Atur potensiometer beban hingga I B = 0, dan kemudian atur sumber tegangan perlahan-lahan
hingga arus dioda (ID) di 1 mA. Untuk tahap berikutnya arus dioda ini harus dibuat konstan
di 1 mA. Tuliskan VS dan IB= 0 pada baris pertama kolom tabel 3.
 Sekarang atur potensiometer pada kondisi maksimum (searah jarum jam). Maka arus beban
akan meningkat sehingga arus dioda turun.
 Naikkan sumber tegangan hingga 12 V, maka arus dioda (I D) akan naik, atur kembali
potensiometer beban hingga arus dioda kembali ke 1 mA. Bacalah V S dan IB, kemudian
tuliskan ke dalam tabel data.
 Ulangi untuk sumber tegangan VS 14V, 16V, 18V, dan 20 V.
Tabel 7.3
VS (V) IB (mA) VD (V)
0
12
14
16
18
20

 Gambar grafik IB terhadap VS.


 Ulangi kembali percobaan dengan mengatur potensiometer beban pada kondisi minimum
(putar berlawanan arah jarum jam). Kemudian atur tegangan sumber (V S) pada kondisi
maksimum (20V) dan atur potensiometer beban perlahan-lahan hingga arus yang mengalir
pada dioda (ID) sebesar 150 mA.
 Baca arus beban yang terukur (IB) dan catatlah ke dalam tabel 4.
Tabel 7.4
VS (V) IB (mA) VD (V)
20
19
18
17
16
15

 Kurangi sumber tegangan sebesar 1V , atur kembali potensiometer beban hingga arus dioda
(ID) menjadi konstan di 150 mA.
 Baca arus beban (IB) dan catatlah ke dalam tabel 4
 Ulangi percobaan ini hingga tegangan sumber menjadi 15V
 Gambarkan grafik VS terhadap IB
 Arsirlah area pada grafik mu yang merupakan daerah kerja dioda zener ini.

76
MODUL 8 PRAKTIKUM KARAKTERISTIK BIPOLAR JUNCTION
TRANSISTOR
A. Pengukuran Karakteristik Bipolar Junction Transistor

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik bipolar junction transistor atau lebih
dikenal dengan sebutan transistor.

2. Teori Dasar

Dioda terbuat dari pengabungan 2 jenis semikonduktor yang berbeda. Pengabungan ini
menyebabkan terjadinya 1 sambungan dengan 2 buah terminal sehingga diode mempunyai 2 buah
terminal (kaki) yaitu kaki positif (anoda) dan kaki negatif (katoda).

Kaki positif (anoda) Kaki negatif (Katoda)


P N

Semikonduktor tipe P Semikonduktor tipe N

sambungan (juction)

Gambar 8.1 struktur sebuah diode

Jika kita mengabungkan 2 buah diode dengan kutub yang sama saling menjadi satu maka kita
akan mendapatkan komponen baru yang tersusun atas 3 lapis semikonduktor yang berbeda

77
dengan 2 sambungan dan 3 buah terminal (kaki). Komponen ini disebut bipolar junction transistor
atau sering disebut transistor saja.

Sambungan Sambungan

P N P N P N

Tipe PNP Tipe NPN

Gambar 8.2 pengabungan 2 buah diode menjadi transistor

Kurva karakteristik transistor dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 8.3 kurva karakteristik transistor

Faktor yang paling penting dalam menentukan karakteristik sebuah transistor adalah tegangan
antara kolektor-emitor (Vce) dan arus kolektor (Ic). Dari kurva karakteristik dapat dilihat dalam
daerah aktifnya, kenaikan arus kolektor (I c) tidak dipengaruhi oleh kenaikan tegangan Vce, tetapi
lebih ditentukan oleh arus basis (Ib). sedangkan arus emitor adalah penjumlahan dari arus kolektor
dan arus basis (Ie = Ib+Ic) (lihat gambar 4).

78
Gambar 8.4 aliran arus listrik dalam transistor

Rangkaian percobaa untuk mengukur karakteristik transistor dapat dilihat pada gambar 5 berikut
ini

I E =I C + I B

Gambar 8.5 skema pengukuran karakteristik transistor

Efek Early

Secara ideal, pada daerah aktif arus kolektor (I C) tidak akan naik seiring dengan naiknya tegangan
kolektor – emitor (Vce). Namun dalam pengujian arus kolektor selalu mengalami kenaikan bila
tegangan kolektor-emitor naik. Efek ini di sebut efek Early. Cara menentukan tegangan Early
adalah dengan cara melakukan esktrapolasi dua titik pengukuran pada arus basia yang konstan
(lihat gambar 8.6 berikut ini.)

79
Gambar 8.6 cara menentukan tegangan Early

3. Prosedur percobaan
 Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah :
1. Transistor NPN tipe BD139 dan PNP tipe BD 140 masing-masing 1 buah
2. Digital multimeter 3 buah
3. Sumber tegangan (S1) 1 buah
4. Sumber Arus (S2) 1 buah
5. Papan rangkaian 1 buah
6. Kabel-kabel penghubung secukupnya
 Untuk percobaan pertama buatlah rangkaian seperti pada gambar 8.5 untuk transistor NPN.
 Atur sumber arus S2 pada posisi nol, kemudian variasikan sumber tegangan (S1), amatilah
pengukuran arus kolektor (Ic) dan tegangan kolektor-emitor (Vce).
 Atur sumber arus (S2) pada posisi paling minimum, kemudian naikan sumber tegangan (S1) 1
tingkat (3 volt), baca dan catat Ic dan Vce. (Ib harus dalam kondisi konstan).
 Naikan sumber tegangan S1 dan jaga sumber arus S2 tetap konstan, baca kembali I c dan Vce.
 Lakukan percobaan ini hingga sumber tegangan maksimum.
 Setelah mencapai maksimum, turunkan kembali sumber tegangan ke posisi awal.
 Naikkan sumber arus S2 1 tingkat dan catat Ib .
 Ulang kembali percobaan ini hingga dicapai S1 maksimum.
 Ulang kembali untuk tingkat Ib yang lainnya hingga maksimum.
 Ulang percobaan ini dengan transistor tipe PNP, perlu diperhatikan untuk transistor PNP kita
mengukur arus emitor bukan arus kolektor.
 Catat semua hasil anda ke dalam tabel 8.1 dan tabel 8.2 berikut ini.

Tabel 8.1 hasil pengukuran karakteristik transistor NPN


S2 S1 (V) Ib (mA) IC (mA) Ie (mA) Vce (V)

80
(mA)
3
6
9
12
3
6
9
12
3
6
9
12
3
6
9
12

Tabel 8.2 hasil pengukuran karakteristik transistor PNP


S2 S1 (V) Ib (mA) IC (mA) Ie (mA) Vce (V)
(mA)
3
6
9
12
3
6
9
12
3
6
9
12
3
6
9
12

4. Pertanyaan

1. Buatlah kurva karakteristik transistor dari hasil pengujian anda


2. Bandingkan dengan kurva karakteristik yang sebenarnya. Bagaimana hasilnya? Bila
terdapat perbedaan, berikan penjelasan anda

81
3. Pada kurva tersebut tentukan dengan memberikan arsiran daerah aktif dan daerah
saturasi transistor tersebut.
4. Tentukan juga daerah cut region transistor tersebut.
5. Jelaskan perbedaan pemberian arus pada basis untuk kedua jenis transistor tersebut.
6. Tentukan  dan  dari kedua jenis transistor tersebut.
7. Tentukan tegangan Early dari kedua transistor tersebut.

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

B. Praktikum aplikasi transistor sebagai saklar

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari kerja transistor sebagai sebuah saklar.

2. Teori Dasar

Transistor baik yang NPN atau PNP dapat digunakan sebagai saklar on/off. Dalam rangkaian
digital, transistor digunakan sebagai saklar untuk mengendalikan berbagai alat-alat seperti, motor
DC atau AC, lampu, solenoid dan sebagainya. Selain itu transistor ini juga digunakan sebagai
rangkaian input logic pada sistem digital.

Bila transistor digunakan sebagai saklar, maka transistor harus dioperasikan pada daerah saturasi
untuk kondisi ON dan pada daerah cut off untuk kondisi OFF di dalam kurva karakteristik I-V
diagram (lihat gambar 7).

82
Gambar 8.7 daerah kerja transistor sebagai saklar dalam I-V diagram

Pada kondisi OFF, maka basis transistor harus diberikan potensial negative (digroundkan). Pada
kondisi ini maka transistor akan berada pada kondisi cut off. Skema rangkaian transistor pada
kondisi off dapat dilihat seperti gambar berikut ini

Gambar 8.8 skema transistor sebagai saklar pada kondisi OFF

Pada kondisi ON, maka kaki basis harus diberi tegangan positif. Pada kondisi ini arus akan
mengalir dari kolektor ke emitor sehingga transistor dapat mengalirkan arus ke beban atau
kondisi transistor ON. Rangkaian transistor pada kondisi ON dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

83
Gambar 8.9 skema transistor sebagai saklar pada kondisi ON

3. Prosedur Percobaan

 Alat yang dibutuhkan:


1. Transistor NPN tipe BD 139 2 buah
2. Transistor PNP tipe BD 140 2 buah
3. Resistor 1 KOhm 4 buah
4. LED 2 buah
5. Motor listrik DC 1 buah
6. Papan rangkaian 1 buah
7. Kabel penghubung secukupnya
8. Power suplay DC 1 buah

 Percobaan 1. Buat rangkaian berikut ini pada papan rangkaian.

Gambar 8.10 transistor NPN sebagai saklar

 Periksa kembali rangkaian, kemudian nyalakan power suplay dan amati lampu LED.
 Hubungkan ujung resistor basis (A) ke tegangan positif dan amati lampu LED

84
 Hubungkan ujung resistor basis (A) ke tegangan negative (ground) dan amati lampu LED.

 Percobaan 2. Buat rangkaian berikut ini pada papan rangkaian.

Gambar 8.11 transistor PNP sebagai saklar

 Periksa kembali rangkaian, kemudian nyalakan power suplay dan amatilah lampu LED.
 Hubungkan ujung resistor basis (A) ke tegangan positif dan amati LED
 Hubungkan ujung resistor basis (A) ke tegangan negative (ground) dan amati lampu LED.
 Jawab pertanyaan 1, 2, dan 3.

 Percobaan 3 buat rangkaian berikut ini pada papan rangkaian.

85
Gambar 8.12 rangkaian controller untuk motor DC

 Periksa kembali rangkaian dan nyalakan power suplai.


 Hubungkan titik A dengan tegangan positif dan titik B dengan tegangan negatif, amatilah
motor DC
 Balik polaritas A dan B dan amatilah motor DC
 Jawab pertanyaan 4 dan 5.

4. Pertanyaan

1. Jelaskan cara kerja rangkaian pada percobaan 1.!


2. Jelaskan cara kerja rangkaian pada percobaan 2.!
3. Jelaskan perbedaan cara kerja rangkaian percobaan 1 dan percobaan 2.!
4. Jelaskan cara kerja rangkaian pada percobaan 3!
5. Buatlah aplikasi sederhana dengan mengunakan transistor sebagai saklar !.
6. Buat kesimpulan dari percobaan ini

MODUL 9 PRAKTIKUM MEMBUAT

ADAPTOR SEDERHANA
1. Tujuan Praktikum

86
Tujuan praktikum ini adalah untuk membuat adaptor sederhana yang dapat digunakan untuk
melakukan percobaan – percobaan elektronika sederhana.

2. Dasar teori

Adaptor adalah sebuah alat yang digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dan mengubah
tegangan listrik AC (Alternating Current) menjadi tegangan listrik DC (Direct Current). Pada
saat ini ada banyak rangkaian adaptor mulai dari adaptor yang sangat sederhana hingga adaptor
yang canggih. Pada dasarnya semua jenis adaptor ini memiliki prinsip kerja yang sama. Prinsip
kerja adaptor dapat dilihat pada diagram blok berikut ini.

Step Down tranformatorRectifier (penyearah) Filter dan stabilisator Output Arus DC


Sumber arus AC

Gambar 9.1 diagram blok adaptor

1. Sumber arus AC

Sumber arus AC adalah sumber arus listrik yang akan kita gunakan. Sumber arus AC ini
umumnya didapat dari tegangan jaringan listrik PLN. Untuk Indonesia tegangan jaringan listrik
PLN memiliki tegangan 220V AC dengan frekuensi 50 Hz. Untuk mengambil sumber arus ini
dapat menggunakan sebuah steker listrik yang dihubungkan dengan kabel ke adaptor. Sebagai
pengaman, biasanya dipasang sebuah sekering sebagai alat pembatas arus listrik.

2. Step down Transformator.

Step down transformator umumnya disebut trafo saja adalah sebuah komponen elektronika yang
digunakan untuk menurunkan tegangan listrik AC 220V ke tegangan listrik AC yang kita
inginkan. Perlu diperhatikan, trafo tidak mengubah bentuk tegangan AC menjadi tegangan DC
tetapi hanya menurunkannya saja. Ukuran kapasitas sebuah trafo dinyatakan dalam satuan
ampere, yaitu menunjukan berapa besar arus listrik yang dapat disediakan oleh trafo tersebut.
Ukuran trafo yang terdapat dipasaran adalah mulai dari 500 mA, 1A, 2A, 3A, 5A, 10A, 20A, 30A,
50A, hingga 100A. semakin besar ukuran kapasitas trafo, maka semakin besar pula ukuran fisik
dari trafo. Kapasitas sebuah adaptor secara umum ditentukan oleh kapasitas dari trafo yang
terdapat di dalamnya.

Besar tegangan keluar dari trafo bermacam-macam dari ukuran terkecil 3V, 4.5V, 6 V, 9V, 12V,
15V, 20V, 24V, 30V, 32V, hingga 45 V. Dipasaran dikenal 2 jenis trafo yaitu:

a. Trafo Engkel

Trafo engkel adalah trafo tunggal. Trafo ini hanya memiliki 1 jalur lilitan sekunder saja.
Lambang dan contoh trafo engkel adalah sebagai berikut

87
Gambar 9.2 skema trafo engkel dan bentuk trafo engkel

b. Trafo ganda (Trafo CT)

Trafo ganda atau sering disebut trafo CT adalah trafo yang memiliki 2 lilitan sekunder, titik
tengah lilitan ini disebut center tap (CT) merupakan titik 0 trafo. Trafo CT dapat juga diubah
menjadi trafo engkel. Trafo jenis CT memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan
trafo engkel. Berikut adalah lambang dan contoh trafo CT.

Gambar 9.3 skema trafo CT dan bentuk trafo CT

3. Rectifier (penyearah)

Rectifier atau penyearah adalah rangkaian yang digunakan untuk mengubah arus AC menjadi
arus DC. Rectifier terdiri dari rangkaian beberapa buah dioda. Ada 2 jenis penyearah yaitu
penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Penyearah setengah
gelombang jarang digunakan pada adaptor, biasanya bentuk penyearah ini digunakan untuk
keperluan khusus. Untuk adaptor biasanya digunakan bentuk penyearah gelombang penuh.
Untuk trafo engkel diperlukan 4 buah dioda yang dipasang dalam bentuk jembatan untuk
mendapatkan bentuk gelombang penuh, sedangkan untuk trafo CT hanya dibutuhkan 2 buah
dioda untuk membentuk penyearah gelombang penuh.

Jenis dioda yang umum digunakan untuk penyearah adalah jenis dioda silikon. Berikut gambar
rangkaian penyearah dan bentuk gelombangnya.

88
Gambar 9.4 penyearah gelombang penuh dengan rangkaian trafo engkel dan 4 buah dioda yang
dirangkaian berbentuk jembatan

Gambar 9.5 penyearah gelombang penuh dengan rangkaian trafo CT dan 2 buah dioda

Gambar 9.6 rangkaian penyearah gelombang penuh untuk adaptor bipolar. Biasanya adaptor ini
digunakan untuk keperluan khusus seperti untuk OP-Amp

89
Gambar 9.7 rangkaian penyearah setengah gelombang

4. Filter dan Stabilisator Tegangan

Filter dalam sebuah adaptor berguna untuk meratakan bentuk gelombang DC yang dihasilkan
oleh penyearah. Umumnya digunakan sebuah kapasitor dengan ukuran kapasitas yang cukup
besar untuk membentuk filter. Jenis kapasitor yang digunakan adalah kapasitor polar dengan
ukuran 1000 mikro Farrad hingga 47.000 mikro Farrad, tergantung keperluannya. Namun untuk
adaptor biasanya dengan ukuran 2200 mikroFarrad sudah menghasilkan arus DC yang cukup
baik.

Stabilisator adalah alat yang digunakan untuk menstabilkan arus dan tegangan listrik yang keluar
dari filter. Pada adaptor yang akan dibuat tidak menggunakan stabilisator. Komponen
elektronika berupa rangkaian transistor atau dioda zener sering digunakan sebagai stabilisator.
Berikut ini gambar beberapa rangkaian filter dan stabilisator yang umum digunakan.

Gambar 9.8 pemasangan filter kapasitor pada kedua jenis trafo

90
Pada gambar 8 tampak penggunaan filter kapasitor pada sebuah rangkaian adaptor sederhana.
Kapasitor yang digunakan ini harus memiliki kapasitas yang cukup besar dan umumnya
menggunakan kapasitor polar. Tegangan listrik yang dihasilkan dengan menggunakan filter
kapasitor ini sudah cukup baik, walaupun riak-riak tegangan masih tetap ada. Untuk
menghasilkan arus DC yang lebih baik, maka dapat dipasang sebuah stabilisator tegangan pada
sisi setelah filter.

Gambar 9.9 stabilisator tegangan dengan menggunakan dioda zener.

Gambar 9 memperlihatkan skema rangkaian adaptor sederhana yang menggunakan kapasitor


sebagai filter tegangan dan sebuah dioda zener sebagai stabilisator tegangan. Tegangan yang
dihasilkan sudah sangat baik, namun rangkaian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat
mengeluarkan 1 tingkat tegangan saja, yaitu sebesar tegangan cut-off dioda zener. Misalnya jika
tegangan cut-off dioda zener 6,7 volt, maka tegangan listrik DC yang keluar dari adaptor ini juga
6,7 volt, walaupun inputnya kita naikkan.

Gambar 9.10 stabilisator tegangan dengan menggunakan transistor

91
Penggunaan transistor sebagai stabilisator tegangan akan menghasilkan tegangan yang lebih baik
lagi. Namun adaptor yang menggunakan transistor sebagai stabilisator tegangan membuat
rangkaian menjadi lebih rumit. Beberapa kelebihan rangkaian stabilisator tegangan dengan
menggunakan transistor adalah dapat divariasikannya tegangan keluaran dari adaptor secara
kontinyu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan transistor sebagai
stabilisator tegangan adalah perlu memasang keping pendingin dan kipas pendingin pada
transistor karena transistor yang digunakan akan mengeluarkan panas yang berlebih. Semakin
besar arus yang dilewatkan, maka semakin banyak tingkatan transistor yang digunakan sebagai
stabilisator tegangan.

Pada saat ini telah tersedia IC (Integrated Circuit) yang dapat digunakan sebagai stabilisator
tegangan yaitu IC 78XX dan 79XX. Perbedaan kedua jenis IC ini adalah pemasangannya di
dalam rangkaian. Angka XX menunjukkan nilai tegangan listrik yang dikeluarkan oleh IC
misalnya 7805 menyatakan IC ini akan mengeluarkan tegangan DC stabil sebesar 5 volt. Berikut
rangkaian IC stabilisator tegangan pada adaptor.

Gambar 9.11 rangkaian adaptor dengan menggunakan IC 78XX dan 79XX

92
5. Output DC

Output dari adaptor adalah tegangan DC yang sudah difilter. Tegangan ini akan disalurkan untuk
berbagai keperluan. Banyak sekali jenis socket dan terminal yang dapat digunakan untuk
keperluan output adaptor. Namun yang perlu diperhatikan, terminal dan socket yang digunakan
sebagai sarana output adaptor ini harus dapat menunjukkan perbedaan kutub positif dan negatif,
supaya dalam penggunaan adaptor tidak menimbulkan kekeliruan yang dapat menyebabkan
rusaknya alat elektronika yang di suplai oleh adaptor. Berikut gambar beberapa jenis terminal
dan soket yang dapat digunakan sebagai output adaptor.

Gambar 9.12 beberapa contoh soket yang dapat digunakan sebagai terminal output adaptor

3. Skema dan Komponen yang dibutuhkan

Praktikum ini akan membuat sebuah adaptor sederhana dengan filter kapasitor, tanpa
menggunakan stabilisator tegangan. Berikut ini adalah skema adaptor yang akan dibuat.

Gambar 9.13 skema adaptor yang akan dibuat

Komponen-komponen yang dibutuhkan adalah :

1. Trafo engkel 500 mA dengan tegangan primer 0 dan 220 V; tegangan sekunder 0, 3V,
4.5V, 6V, 9V dan 12V sebanyak 1 buah
2. Saklar on-off sebanyak 1 buah
3. Saklar putar untuk 5 posisi sebanyak 1 buah
4. Dioda silikon tipe 1N4002, 1A sebanyak 4 buah

93
5. Kapasitor elektrolit 2200 mikroFarrad 25 volt sebanyak 1 buah
6. PCB ukuran 6cm x 10cm sebanyak 1 buah
7. Socket banana merah dan hitam masing-masing 1 buah
8. Socket AC sebanyak 1 buah
9. Lampu led 5 mm 1 buah
10. Resistor 680 Ohm 1 buah
11. Kabel secukupnya
12. Timah solder
13. Baut dan mur diameter 3 mm secukupnya
14. Box plastik ukuran 50mm x 85mm x 125 mm sebanyak 1 buah

Alat-alat kerja yang dibutuhkan :

1. Solder listrik 30 Watt = 1 buah


2. Tang potong = 1 buah
3. Tang lancip = 1 buah
4. Tang pengupas kabel = 1 buah
5. Obeng + dan - = 1 set
6. Sedotan timah = 1 buah
7. Ferrid clorida = secukupnya
8. Wadah ferrid clorida = 1 buah
9. Bor pcd = 1 set
10. Spon gosok = 1 set
11. Tinner = secukupnya
12. Dudukan solder = 1 set

4. Cara kerja

Proses pembuatan PCB

Perhatikan gambar 14 berikut ini.

1. Pindahkanlah gambar 9.14 berikut ini ke permukaan tembaga PCB yang telah
dibersihkan dengan tinner dan sudah digosok dengan spon halus.

Gambar 9.14 layout PCB yang akan dicetak

94
2. Pindahkan gambar 9.14 ke permukaan PCB dengan menggambar jalur biru dan
coklat saja. Gunakan spidol permanen untuk menggambar jalur tersebut. Ikutilah
petunjuk dari asisten.
3. Setelah jalur selesai digambar, periksa kembali jalur tersebut dan teliti ulang apakah
ada jalur yang tertinggal atau berhimpit.
4. Bila sudah bagus, siapkan larutan ferrit klorid dengan melarutkan sejumlah kecil
bubuk ferrit klorid ke dalam air. Hati-hati bila bekerja dengan menggunakan ferrit
klorid karena zat ini sangat korosif dan bersifat racun. Gunakan wadah plastik untuk
melarutkannya dan sebaiknya lakukan di luar ruangan.
5. Kemudian rendam PCB yang sudah digambar ke dalam larutan. Untuk mempercepat
proses pelarutan tembaga, goyang perlahan-lahan wadah. Lakukan hingga semua
tembaga yang tidak tertutup spidol larut. Proses ini disebut etching.
6. Setelah proses etching selesai. Angkat PCB dengan menggunakan jepitan kayu dan
bersihkan pada air yang mengalir dengan menggunakan sabun. Lakukan hingga
permukaan PCB benar – benar bersih dari sisa-sisa ferrit klorid.
7. Setelah itu bersihkan permukaan PCB dari bekas tinta spidol dengan menggunakan
tinner. Kemudian gosok dengan menggunakan spon halus hingga jalur tembaga yang
sudah terbentuk mengkilap dan bebas dari oksida tembaga. Perhatikan, untuk
menjaga jalur tetap mengkilap, jangan sentuh jalur dengan menggunakan tangan,
karena asam pada kulit akan menyebabkan jalur tembaga teroksidasi dan menjadi
buram.
8. Buatlah titik-titik kecil dengan mengunakan paku kecil pada PAD yang akan di bor.
9. Setelah semua PAD ditandai dengan titik, mulailah membuat lubang dengan
menggunakan bor listrik kecil ukuran 0,8 mm. Lakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak jalur tembaga.
10. Setelah selesai proses pengeboran, bersihkan kembali dengan menggunakan spon
halus dan PCB siap untuk dipasang komponen.

Proses Penyolderan komponen

1. Sebelum memasang komponen ke PCB, periksa terlebih dahulu PCB yang sudah anda
buat ke asisten untuk benar-benar menyakinkan PCB anda sudah benar.
2. Kemudian panaskan solder listrik dan tempatkan pada dudukannya.
3. Pasangkan komponen pada lubang PCB dengan mengikuti petunjuk gambar 9.14.
4. Solder dengan menggunakan timah kaki-kaki komponen tersebut. Perhatikan jangan
menyolder terlalu lama, karena panas yang berlebih dapat merusak komponen yang
digunakan. Perhatikan juga letak kaki komponen jangan sampai terbalik.
5. Potong dan rapikan kaki komponen yang tersisa dengan menggunakan tang potong
6. Setelah selesai periksa kembali PCB yang sudah dipasang komponen ke asisten untuk
menyakinkan pemasangan komponen sudah benar.
7. Bila ada komponen yang salah pasang, cabut komponen dengan menggunakan bantuan
penyedot timah. Ikuti petunjuk asisten.
8. Setelah semua komponen terpasang, pasang trafo ke PCB dengan menggunakan baut dan
kencangkan.

95
Proses pengawatan

1. Potong kabel sepanjang 10 cm sebanyak 14 buah.


2. Kemudian solder, kabel dari terminal 3V, 4.5V, 6V, 9V dan 12V ke sakelar putar dan 1
buah kabel juga di solder ke terminal output sakelar putar.
3. Hubungkan kabel dari terminal 0 sekunder trafo ke PCB dan terminal output sakelar
putar ke PCB (ikuti petunjuk asisten).
4. Pasang kabel merah pada lubang output PCB yang positif dan kabel hitam ke lubang
output PCB (negatif).
5. Pasang kabel di terminal primer trafo pilih titik 0V dan 220V. Titik 0V langsung
dihubungkan ke socket AC, sedangkan titik 220V ke sakelar on-off.
6. Hubungkan kabel dari sakelar on-off ke socket AC.
7. Pasang lampu indikator Led dan resistor (ikuti petunjuk asisten)
8. Periksa ulang rangkaian pengawatan yang sudah anda buat ke asisten.

Proses pembuatan box dan perakitan ke dalam box

1. Siapkan box sebagai tempat adaptor.


2. Buat lubang dudukan untuk sakelar on-off, sakelar putar, soket AC dan socket banana
jack pada box. Lakukan menurut selera anda tetapi harus proporsional.
3. Pasang PCB pada tutup box. Kencangkan dengan baut.
4. Pasang socket AC pada tempatnya, demikian juga sakelar putar, sakelar on-off dan
socket banana jack.
5. Pasang kabel dari terminal output PCB ke banana jack. Kabel merah ke socket merah
dan kabel hitam ke socket hitam.
6. Sebelum anda menutup box, periksa kembali box ke asisten
7. Tutup box dengan rapi dan kencangkan dengan baut yang tersedia.
8. Adaptor sederhana telah selesai dibuat dan siap di uji coba.

Proses pengujian

1. Siapkan multimeter.
2. Hubungkan socket AC dengan jaringan PLN dengan menggunakan kabel listrik yang
sesuai.
3. Aktifkan sakelar AC dan perhatikan apakah ada asap yang keluar dari box. Bila ada asap,
segera matikan dan periksakan adaptor anda ke asisten.
4. Putar sakelar putar pada tegangan tertentu, kemudian ukur tegangan yang keluar dari
socket banana jack dengan menggunakan mutilmeter.
5. Ukuran untuk setiap tegangan listrik yang tersedia.

96
MODUL 10 PRAKTIKUM RANGKAIAN LOGIKA

A. Praktikum Gerbang – Gerbang Logika

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum gerbang – gerbang logika adalah :

1. Mempelajari secara eksperimental cara kerja gerbang-gerbang logika pada IC logic seri
40XX dan 74XX
2. Membuat tabel kebenaran untuk gerbang-gerbang logika tersebut.

2. Teori Dasar

Dalam kuliah tentang gerbang logika, dikenal 2 kondisi logic yaitu 1 untuk ada dan 0 untuk tidak
ada. Dalam aplikasinya ke perangkat elektronika, nilai 1 dinyatakan dengan adanya tegangan
sebesar Vcc dan nilai 0 dinyatakan dengan tegangan 0 Volt. Ada 7 gerbang logika yang harus
dikenal yaitu : AND, OR, NOR, NAND, NOT, EX-OR dan EX-NOR. Gerbang logika
mempunyai dua atau lebih lebih input yang dinyatakan dengan huruf A, B, C dst dan memiliki 1
output yang dinyatakan dengan Q, kecuali NOT yang hanya memiliki 1 input dan 1 output.

IC logika yang terdapat dipasaran ada 2 jenis yaitu IC CMOS seri 40XX dan IC TTL seri 74XX.
IC logika ini umumnya sangat rentan terhadap listrik statis dari tubuh manusia, sehingga
memerlukan penanganan yang khusus, namun bila IC ini sudah terhubung dalam rangkaian akan
menjadi sangat handal. Berikut ini akan diulang kembali secara singkat symbol gerbang logika,
contoh IC dan tabel kebenarannya.

Gerbang Simbol
Simbol IEC Contoh IC Tabel kebenaran
logic lama

Input Output
NOT 1 0
0 1

Input Input Outp


A B ut
0 0 0
AND
1 0 0
0 1 0
1 1 1

97
Input Input Outp
A B ut
0 0 0
OR
1 0 1
0 1 1
1 1 1

Input Input Outp


A B ut
0 0 1
NAND
1 0 1
0 1 1
1 1 0

Input Input Outp


A B ut
0 0 1
NOR
1 0 0
0 1 0
1 1 0

Input Input Outp


A B ut
0 0 0
EX-OR
1 0 1
0 1 1
1 1 0

98
Input Input Outp
A B ut
0 0 1
EX-NOR
1 0 0
0 1 0
1 1 1

3. Prosedur percobaan

Pengujian gerbang NOT

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.1 berikut ini

Gambar 10.1 rangkaian uji gerbang NOT

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED


3. Coba on-kan saklar S1 dan perhatikan lampu LED.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang NOT dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur.

Pengujian Gerbang AND

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 2 berikut ini

99
Gambar 10.2 rangkaian uji Gerbang AND

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED


3. Coba on-kan saklar S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan dan perhatikan nyala
lampu LED.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang AND dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur.

Pengujian Gerbang OR

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.3 berikut ini

Gambar 10.3 rangkaian uji Gerbang OR

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED


3. Coba on-kan saklar S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan dan perhatikan nyala
lampu LED.

100
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang OR dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur.

Pengujian Gerbang NAND

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.4 berikut ini

Gambar 10.4 skema pengujian gerbang NAND

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED


3. Coba on-kan saklar S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan dan perhatikan nyala
lampu LED.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang NAND dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur.

Pengujian Gerbang NOR

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.5 berikut ini

Gambar 10.5 skema pengujian gerbang NOR

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED

101
3. Coba on-kan saklar S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan dan perhatikan nyala
lampu LED.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang NOR dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur

Pengujian Gerbang EX-OR

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 10.6 berikut ini

Gambar 10.6 skema pengujian gerbang EX-OR

2. Aktifkan power suplai, dan amatilah nyala lampu LED


3. Coba on-kan saklar S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan dan perhatikan nyala
lampu LED.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk Gerbang EX-OR dan bandingkan dengan tabel kebenaran
yang ada diliteratur

4. Pertanyaan

1. Rangkailah gerbang NOR dan Gerbang And, kemudian buatlah tabel kebenarnya dan
cobalah uji tabel kebenaran tersebut dengan rangkaian elektronika gerbang NOR dan
AND.
2. Jelaskan dimanakah aplikasi gerbang-gerbang logika?
3. Bila ternyata di pasaran tidak ada dijual gerbang EX-NOR, coba cari solusi lain untuk
membuat gerbang EX-NOR dan ujilah.
4. Dengan menggunakan transistor, coba rangkai gerbang AND dan OR.

5. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan ini.

102
MODUL 11 PRAKTIKUM MEMBUAT RUNNING LED

1. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah membuat rangkaian running LED dengan menggunakan IC NE555
sebagai sumber clock dan IC logika CD4017 sebagai divide counter

2. Dasar teori

Pada praktikum ini kita akan membuat sebuah rangkaian sederhana yang bersifat dekorasi yaitu
running LED 10. Rangkaian ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sumber denyut (clock) dan
bagian logika. Untuk membuat sumber clock kita menggunakan IC NE 555 yang sudah sangat
terkenal. IC NE 555 ini akan dikonfigurasikan menjadi sebuah generator denyut yang
membangkitkan gelombang kotak. Berikut rangkaian NE 555 sebagai pembangkit denyut
gelombang kotak.

Gambar 11.1 rangkaian NE555 yang digunakan sebagai pembangkit denyut

Denyut (clock) yang keluar dari IC NE 555 dibaca oleh IC 4017. IC 4017 adalah IC counter-
divider dengan 10 titik output. Setiap perubahan dari low ke high pada clock yang diberikan oleh
NE 555 ke kaki Clock IC 4017 akan menyebabkan IC 4017 menghitung dari satu titik output ke
titik output berikutnya. Jika proses menghitung sudah sampai pada titik output terakhir (9) maka
proses menghitung akan diulang dari awal. Frekuensi clock NE 555 dapat dihitung dengan
rumus :

1,44
f=
(R1 +2 × ( R 2+ R3 ) ) ×C 2

103
Berikut ini rangkaian CD4017 yang dihubungkan ke 10 buah LED.

Gambar 11.2 Rangkaian CD 4017 sebagai counter divider

Untuk output IC 4017 ini dihubungkan dengan 10 buah lampu LED. Lampu LED ini
membutuhkan arus listrik maksimal 20 mA. Untuk mencegah arus yang berlebih maka sebuah
resistor dengan nilai 1 kiloOhm dihubungkan ke kaki negatif LED.

R3 adalah potensiometer yang dapat digunakan untuk mengubah nilai clock, sehingga kecepatan
running LED dapat diatur dengan mengubah-ngubah nilai potensiometer ini.

104
3. Skema dan Komponen yang dibutuhkan

Praktikum ini akan membuat sebuah running Led 10 lampu dengan menggunakan IC NE 555
sebagai clock dan CD 4017 sebagai counter divider. Berikut rangkaian elektronika yang akan
dibuat.

Gambar 11.3 rangkaian running led 10

Komponen-komponen yang dibutuhkan adalah :

1. IC CD 4017 = 1 buah
2. IC NE 555 = 1 buah
3. Resistor 1kOhm = 2 buah
4. Resistor 4k7 = 1 buah
5. Capasitor 100nF = 2 buah
6. Capasitor 10F/16V = 1 buah
7. Potensiometer 100K = 1 buah
8. LED 5 mm = 10 buah
9. PCD 8cm x 8cm = 1 lembar
10. Kabel = secukupnya
11. Soket IC 2 x 4 kaki = 1 buah
12. Soket IC 2 x 8 kaki = 1 buah

Alat-alat kerja yang dibutuhkan :

13. Solder listrik 30 Watt = 1 buah


14. Tang potong = 1 buah
15. Tang lancip = 1 buah
16. Tang pengupas kabel = 1 buah
17. Obeng + dan - = 1 set
18. Sedotan timah = 1 buah
19. Ferrid clorida = secukupnya
20. Wadah ferrid clorida = 1 buah
21. Bor pcd = 1 set

105
22. Spon gosok = 1 set
23. Tinner = secukupnya
24. Dudukan solder = 1 set

4. Cara kerja

Proses pembuatan PCB

11. Pindahkanlah gambar 11.4 berikut ini ke permukaan tembaga PCB yang telah
dibersihkan dengan tinner dan sudah digosok dengan spon halus. Perhatikan skala
pada gambar 5 adalah skala 1:1.

Gambar 11.4 layout PCB yang akan dicetak

12. Pindahkan gambar 5 ke permukaan PCB dengan menggambar jalur biru dan coklat
saja. Gunakan spidol permanen untuk menggambar jalur tersebut. Ikutilah petunjuk
dari asisten.
13. Setelah jalur selesai digambar, periksa kembali jalur tersebut dan teliti ulang apakah
ada jalur yang tertinggal atau berhimpit.
14. Bila sudah bagus, siapkan larutan ferrit klorid dengan melarutkan sejumlah kecil
bubuk ferrit klorid ke dalam air. Hati-hati bila bekerja dengan menggunakan ferrit
klorid karena zat ini sangat korosif dan bersifat racun. Gunakan wadah plastik untuk
melarutkannya dan sebaiknya lakukan di luar ruangan.
15. Kemudian rendam PCB yang sudah digambar ke dalam larutan. Untuk mempercepat
proses pelarutan tembaga, goyang perlahan-lahan wadah. Lakukan hingga semua
tembaga yang tidak tertutup spidol larut. Proses ini disebut etching.
16. Setelah proses etching selesai. Angkat PCB dengan menggunakan jepitan kayu dan
bersihkan pada air yang mengalir dengan menggunakan sabun. Lakukan hingga
permukaan PCB benar – benar bersih dari sisa-sisa ferrit klorid.
17. Setelah itu bersihkan permukaan PCB dari bekas tinta spidol dengan menggunakan
tinner. Kemudian gosok dengan menggunakan spon halus hingga jalur tembaga yang
sudah terbentuk mengkilap dan bebas dari oksida tembaga. Perhatikan, untuk

106
menjaga jalur tetap mengkilap, jangan sentuh jalur dengan menggunakan tangan,
karena asam pada kulit akan menyebabkan jalur tembaga teroksidasi dan menjadi
buram.
18. Buatlah titik-titik kecil dengan mengunakan paku kecil pada PAD yang akan di bor.
19. Setelah semua PAD ditandai dengan titik, mulailah membuat lubang dengan
menggunakan bor listrik kecil ukuran 0,8 mm. Lakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak jalur tembaga.
20. Setelah selesai proses pengeboran, bersihkan kembali dengan menggunakan spon
halus dan PCB siap untuk dipasang komponen.

Proses Penyolderan komponen

9. Sebelum memasang komponen ke PCB, periksa terlebih dahulu PCB yang sudah anda
buat ke asisten untuk benar-benar menyakinkan PCB anda sudah benar.
10. Kemudian panaskan solder listrik dan tempatkan pada dudukannya.
11. Pasangkan komponen pada lubang PCB dengan mengikuti petunjuk gambar 5.
12. Solder dengan menggunakan timah kaki-kaki komponen tersebut. Perhatikan jangan
menyolder terlalu lama, karena panas yang berlebih dapat merusak komponen yang
digunakan. Perhatikan juga letak kaki komponen jangan sampai terbalik.
13. Untuk memasang IC gunakan soket IC jangan menyolder langsung kaki IC, karena
komponen ini mudah rusak bila terkena panas berlebih.
14. Perhatikan kaki lampu LED, jangan terbalik.
15. Potong dan rapikan kaki komponen yang tersisa dengan menggunakan tang potong
16. Setelah selesai periksa kembali PCB yang sudah dipasang komponen ke asisten untuk
menyakinkan pemasangan komponen sudah benar.
17. Bila ada komponen yang salah pasang, cabut komponen dengan menggunakan bantuan
penyedot timah. Ikuti petunjuk asisten.

Proses pengawatan

9. Pembuatan running led ini tidak memerlukan banyak pengawatan.


10. Bila semua komponen sudah terpasang rapi, pasang kabel merah dan kabel hitam pada
lubang power suplay, kabel merah pada lubang + dan kabel hitam pada lubang GND.

Proses pengujian

1. Sebelum melakukan pengujian, periksa kembali rangkaian untuk memastikan semua


komponen sudah terpasang dengan benar ke asisten anda.
2. Siapkan adaptor yang sudah anda buat pada praktikum sebelumnya. Dan atur tegangan
adaptor pada 6 volt.
3. Hubungkan kabel + dengan kutup + adaptor dan kabel GND dengan kutub negatif
adaptor.
4. Hidupkan adaptor dan perhatikan nyala lampu LED, untuk mengatur kecepatan nyala
lampu dapat memutar potensiometer dengan menggunakan obeng kecil.

107

Anda mungkin juga menyukai