Anda di halaman 1dari 69

BAB 1 PENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA

1.1 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika pasif yang berukuran kecil dengan 2 buah kaki dan memiliki
hambatan listrik tertentu. Bila sebuah resistor dihubungkan dengan sumber tegangan DC, maka
pada resistor akan mengalir arus listrik yang besarnya proporsional terhadap tegangan listrik. Besar
arus dan tegangan listrik pada sebuah resistor akan selalu mengikuti aturan dalam hukum Ohm.
Hukum Ohm secara matematika dapat dituliskan :

V
R= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(1)
I

Dimana R adalah hambatan listrik dengan satuan Ohm (), V adalah tegangan listrik dengan satuan
Volt (V) dan I adalah kuat arus listrik dengan satuan Ampere (A). Jadi nilai hambatan sebuah resistor
dinyatakan dengan satuan Ohm ().

Dalam perkembangannya resistor dapat digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain :

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)

Resistor tetap adalah jenis resistor yang nilai hambatannya tetap dan tidak bisa diubah-ubah.
Resistor ini sangat banyak dipasaran. Dalam gambar rangkaian elektronika resistor tetap
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 lambang resistor

Gambar 1a adalah lambang resistor menurut standar Amerika sedangkan gambar 1b adalah lambang
resistor menurut standar IEC. Bentuk resistor dapat dilihat pada gambar berikut ini.

1
Gambar 1.2 contoh resistor

Karena ukurannya yang sangat kecil, maka untuk menyatakan besar hambatan sebuah resistor
digunakan kode gelang warna yang terdapat pada badan resistor. Ada 2 macam kode warna resistor
yaitu resistor dengan 4 gelang warna dan resistor dengan 5 gelang warna. Hubungan kode warna
resistor dengan nilai hambatannya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

Gambar 1.3 kode gelang warna pada resistor

Contoh soal 1

Sebuah resistor dengan 4 gelang warna memiliki warna sebagai berikut :


Kuning – merah – hijau – emas , carilah nilai hambatan resistor ini.
Dari tabel warna di gambar 3 didapat :
Gelang 1 kuning = 4
Gelang 2 merah = 2
Gelang 3 hijau = x 100.000
Gelang 4 emas = toleransi 5%
Maka nilai hambatan resistor 42 x 100.000 = 4.200.000  5% Ohm atau 4,2  5% megaOhm

Contoh soal 2

Sebuah resistor dengan 5 gelang warna sebagai berikut :


Merah – merah – hitam - hitam – coklat, carilah nilai hambatan resistor ini.

2
Dari tabel gambar 3 didapat :
Gelang 1 merah = 2
Gelang 2 merah = 2
Gelang 3 hitam = 0
Gelang 4 hitam = -
Gelang 5 coklat = toleransi 1%
Maka nilai hambatan resistor adalah : 220  1% Ohm
Untuk mempermudah penulisan nilai resistor dalam rangkaian elektronika, maka nilai dalam ribuan
sering disingkat dengan huruf K dan nilai dalam jutaan disingkat dengan huruf M. contoh : 1K2
artinya 1,2 KiloOhm, 15M2 artinya 15,2 MegaOhm. Tujuan penulisan ini untuk mempermudah
membaca dan mambuat gambar rangkaian elektronika.

Resistor Seri dan Paralel

Beberapa resistor bila dihubungkan secara seri seperti pada gambar 4a, maka hambatan totalnya
akan meningkat, dan bila dihubungkan secara paralel seperti gambar 4b maka hambatan totalnya
akan turun. Untuk resistor yang dipasang secara seri, maka hambatan total resistor dapat dihitung
dengan persamaan

R S=R1 + R2 + R3 +…+ R n ……………………………………. 1

Sedangkan untuk resistor yang dirangkai secara paralel, hambatan totalnya dapat dihitung dengan
persamaan :

1 1 1 1 1
= + + + …+ …………………………………….... 2
R p R1 R2 R3 Rn
R1 R2 R3

R1 R2 R3
Gambar 4a

Gambar 4b
Gambar 1.4 rangkaian seri dan paralel resistor

Resistor sebagai pembagi tegangan dan pembagi arus listrik.


R1 R2 R3

V1 V2 V3

Gambar 1.5 resistor sebagai pembagi tegangan listrik

3
Bila resistor dipasang secara seri terhadap sumber tegangan maka resistor akan membagi tegangan
listrik. Besar tegangan untuk tiap resistor pada gambar 1.5 dapat dihitung sebagai berikut

R1
V 1= .V
R1 + R2 + R3

R2
V 2= .V
R 1 + R2 + R 3

R3
V 3= .V
R1 + R2 + R3

Bila resistor dipasang paralel terhadap sumber tegangan seperti pada gambar 1.6, maka resistor
akan berfungsi sebagai pembagi arus listrik.

I
I1 I2 I3

V
R1 R2 R3

Gambar 1.6 resistor paralel untuk membagi arus listrik

Arus untuk tiap-tiap resistor dapat dihitung dengan persamaan :

V =V 1=V 2=V 3

I . R P=I 1 . R1=I 2 . R2=I 3 . R3

Maka arus yang mengalir untuk tiap resistor adalah :

I . RP V
I 1= =
R1 R1

I . RP V
I 2= =
R2 R2

I . RP V
I 3= =
R3 R3

4
2. Variabel Resistor

Variabel resistor adalah resistor yang nilainya dapat diubah-ubah. Variabel resistor ada 2 jenis yaitu :

-Potensiometer,
Adalah variabel resistor yang besar hambatannya dapat diubah-ubah dengan menggunakan
tangan. Berikut adalah lambang dan gambar variabel resistor.

Gambar 1.7 lambang dan contoh potensiometer

Gambar 1.8 cara kerja potensiometer

Sebuah potensiometer memiliki 3 buah terminal (kaki), seperti tampak pada gambar 8. Kaki A dan
B adalah sebuah resistor tetap sedangkan kaki W (kaki tengah) memiliki kontak yang dapat
bergeser sepanjang hambatan A dan B, sehingga bila kontak digeser maka hambatan A-W dan W-
B akan berubah.
-Trimmer Potensiometer (Trimpot)
Merupakan potensiometer yang hanya bisa diubah nilai hambatannya dengan menggunakan alat
bantu sebuah obeng untuk memutar kontaknya. Berikut lambang dan gambar trimpot.

5
Gambar 1.9 lambang dan contoh trimpot

3. Termistor

Termistor adalah hambatan yang nilainya dapat berubah secara linier terhadap kenaikan
temperatur. Jadi hambatan sebuah termistor dipengaruhi oleh temperatur alat tersebut. Termistor
sering digunakan sebagai sensor panas atau dapat juga digunakan untuk menjaga suhu suatu
rangkaian atau alat supaya tetap stabil. Lambang dan bentuk termistor dapat dilihat pada gambar
10.

Termistor ada 2 jenis yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature
Coefficient). Pada NTC hambatannya akan turun bila temperaturnya naik sedangkan pada PTC
sebaliknya, hambatan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.

Gambar 1.10 termistor

6
4. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR adalah resistor yang hambatannya berubah seiring dengan intensitas cahaya yang diterimanya.
LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya. Nama lain LDR adalah Photo-resistor. Hambatan
sebuah LDR akan turun jika intensitas cahaya yang mengenainya meningkat. Gamabr 11 menunjukan
bentuk dan lambang sebuah LDR.

Gambar 1.11 lambang dan bentuk LDR (photo-resistor)

1.2 Kapasitor
Kapasitor pertama kali dibuat pada tahun 1745 oleh ilmuwan Jerman Ewald Georg von Kleist dan
secara terpisah juga di buat oleh ilmuwan Belanda Pieter van Musschenbroek pada tahun 1746.
Pieter van Musschenbroek membuat kapasitor pertamanya di universitas Leyden (University of
Leyden) dan menamakannya sebagai kapasitor Leyden atau lebih dikenal dengan sebutan Leyden
Jar. berikut gambar Leyden Jar.

Gambar 1.12 Leyden Jar

7
Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik dalam
jangka waktu tertentu. Seperti sebuah baterai, kapasitor juga digunakan untuk menyimpan energi
listrik hanya saja proses penyimpanan energi listrik pada kapasitor berbeda dengan proses
penyimpanan energi listrik pada baterai. Di dalam kapasitor juga terdapat 2 buah terminal sama
seperti baterai. Di dalam baterai terjadi reaksi kimia yang akan menyebabkan salah satu terminal
menghasilkan elektron dan terminal yang lainnya menyerap elektron , sehingga terjadilah aliran
muatan listrik. Sebuah kapasitor jauh lebih sederhana dibandingkan dengan baterai, kapasitor tidak
menghasilkan elektron, tetapi kapasitor menyimpan muatan listrik.

Di dalam kapasitor terdiri dari 2 buah terminal atau sering disebut lempeng konduktor dan bahan
dielektrik yang disisipkan di antara kedua lempeng konduktor. Dielektrik adalah bahan isolator yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas sebuah kapasitor.

Secara teori, bahan dielektrik adalah sejenis isolator. Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan dielektrik sebuah kapasitor antara lain : keramik, mika, kaca, kertas, udara, serat selulosa,
porselein, mylar, teflon dan bahan kimia cair. Penggunaan bahan-bahan dielektrik ini disesuaikan
dengan penggunaan kapasitor itu sendiri. Berikut adalah contoh penggunaan kapasitor yang
disesuaikan dengan bahan dielektriknya :

 Bahan dielektrik udara atau lebih dikenal dengan variabel kapasitor, umumnya digunakan
untuk men-turning frekuensi radio.
 Kapasitor mylar dengan bahan dielektrik mylar umum digunakan pada rangkaian clock
frekuensi, alarm atau counter.
 Gelas atau kaca untuk digunakan pada kapasitor yang bekerja pada tegangan tinggi.
 Kapasitor keramik banyak digunakan pada frekuensi tinggi. Seperti pada rangkaian pemancar
dan antena, mesin sinar X dan mesin MRI.
 Kapasitor elektrolit dengan bahan dielektrika dari bahan kimia cair, umum digunakan pada
frekuensi rendah dan rangkaian daya. Kapasitor elektrolit ini umumnya memiliki kapasitas
yang besar-besar.
 Super kapasitor adalah kapasitor dengan muatan yang cukup besar bekerja pada tegangan
rendah dan memiliki waktu pengisian yang sangat singkat. Super kapasitor umum digunakan
pada rangkaian daya listrik dan mobil – mobil tenaga listrik.

Macam-Macam kapasitor

Secara garis besar kapasitor dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1. Kapasitor polar
Kapasitor polar adalah kapasitor yang memiliki 2 kutub pada kaki keluarannya yaitu kutub
positif dan kutub negatif dan memiliki bahan dielektrik yang bersifat polar. Kaki yang panjang
merupakan kutub positif dan kaki yang pendek atau kaki yang memiliki tanda khusus adalah
kaki negatif. Pemasangan kapasitor elektrolit dalam rangkaian elektronika tidak boleh terbalik,
khususnya untuk rangkaian arus DC namun untuk arus AC tidak jadi masalah. Kapasitor ini tidak
boleh terkena panas yang berlebih pada saat proses penyolderan karena bahan elektrolit yang
terdapat di dalam kapasitor dapat mendidih dan menyebabkan kapasitor menjadi rusak. berikut
gambar kapasitor elektrolit
Contoh kapasitor polar adalah : kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum. Gambar 1.13
menunjukan lambang dan bentuk kapasitor polar

8
Gambar 1.13 lambang dan bentuk kapasitor polar

2. Kapasitor non polar


Kapasitor non polar adalah kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik yang bersifat non-
polar. Pada kapasitor jenin ini tidak ada perbedaan kutub pada kedua kakinya. Umumnya
kapasitor non polar memiliki ukuran yang kecil. Pemberian nama kapasitor non polar sesuai
dengan nama bahan dielektriknya. Contoh kapasitor keramik dengan bahan dielektrik keramik,
kapasitor mylar, dengan bahan dielektrik dari bahan mylar, kapasitor kertas dengan bahan
dielektrik dari kertas dan sebagainya. Gambar 1.14 menunjukan simbol dengan bentuk kapasitor
non-polar.

Gambar 1.14 lambang dan bentuk kapasitor non – polar

3. Variabel kapasitor
Variabel kapasitor adalah jenis kapasitor yang besar kapasitasnya bisa diubah-ubah dengan
mengatur luas bidang elektroda yang berhadapan. Variabel kapasitor umumnya menggunakan
bahan dielektrik udara. Variabel kapasitor dirangkai bersama dengan induktor dan resistor,
digunakan sebagai alat untuk men-turning frekuensi radio. Karena menggunakan bahan dielektrik
udara maka kapasitor ini memiliki kapasitas yang kecil dalam orde picoFarrad. berikut adalah
gambar varibel kapasitor.

Gambar 1.15 menunjukan contoh dan lambang kapasitor

9
Gambar 1.15 variabel kapasitor

Satuan Kapasitas Kapasitor

Kapasitas sebuah kapasitor dinyatakan dalam satuan Farrad (F) namum 1 Farrad adalah harga yang
sangat besar sekali untuk sebuah kapasitor. Di pasaran kapasitor umumnya dijual dalam ukuran
kapasitas yang jauh lebih kecil dari 1 Farrad. Untuk kapasitor polar (dwikutub) dengan bahan
dielektrik larutan elektrolit dijual dengan satuan mikro Farrad, umumnya dari 0,1 mikroFarrad hingga
47000 mikroFarrad (47 miliFarrad). Sedangkan untuk kapasitor non polar umumnya tersedia dengan
kapasitas yang lebih kecil lagi, berkisar dari 1000 nanoFarrad hingga 1 pikoFarrad.

Kapasitor seri dan paralel

Bila sebuah kapasitor kita hubungkan dengan sebuah sumber tegangan DC seperti pada gambar
berikut ini, maka besar kapasitas kapasitor dapat dinyatakan dengan persamaan :

10
Gambar 1.16 rangkaian kapasitor dengan sumber arus DC

dengan C adalah kapasitas kapasitor, Q besar muatan yang tersimpan di dalam kapasitor dan V
adalah beda potensial pada kapasitor.

Bila beberapa buah kapasitor dipasang seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan
terjadi proses pembagian tegangan pada tiap kapasitor (lihat gambar 1.17)

Gambar 1.17 kapasitor yang dipasang seri

maka besar tegangan total pada rangkaian seri kapasitor di atas adalah :

11
karena

maka didapat :

atau dapat ditulis :

Sebaliknya bila beberapa kapasitor dipasang secara paralel, maka tegangan yang terjadi di kaki tiap-
tiap kapasitor akan sama, namun muatan yang diisikan ke kapasitor akan terbagi ke masing – masing
kapasitor. Lihat gambar berikut ini.

Gambar 1.18 beberapa kapasitor yang dirangkai secara paralel

12
Maka jumlah muatan yang disimpan di dalam kapasitor adalah :

karena

maka didapat:

Atau dapat ditulis :

1.3 Dioda
Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub positif yang disebut anoda
dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik DC hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda
dan tidak dapat mengalir dari katoda ke anoda. Fungsi dioda secara umum adalah sebagai
penyearah arus listrik, oleh sebab itu dioda umum digunakan sebagai pengubah arus AC menjadi
arus DC.

Dioda terbuat dari pengabungan 2 jenis semikonduktor yang berbeda. Pengabungan ini
menyebabkan terjadinya 1 sambungan dengan 2 buah terminal sehingga diode mempunyai 2 buah
terminal (kaki) yaitu kaki positif (anoda) dan kaki negatif (katoda).

Kaki positif (anoda) Kaki negatif (Katoda)


. P N

Semikonduktor tipe P Semikonduktor tipe N

sambungan (juction)

Gambar 1.19 struktur dioda

13
Dioda terbagi menjadi beberapa macam antara lain :

1. Dioda silikon
Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak digunakan
sebagai penyerah arus AC ke DC
2. Cristal diode (Cat’s Whisker)
Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio sebagai alat
demodulasi
3. Varactor diode
Varactor diode adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik
4. Silicon Controler Rectifier (SCR)
SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila dibandingkan
dengan varaktor
5. Photodioda
Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor
6. Laser dioda
Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar menjadi
cahaya monokromatik yang koheren
7. Dioda Zener
Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik, diode zener
memiliki tegangan breakdown yang rendah.
8. Light emitting Diode (LED)
LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya
9. Gunn diode
Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam mikrowave
10. Thermal diode
Thermal diode adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dengan mengatur
besarnya tegangan yang melawatinya. Diode ini banyak digunakan dalam sistem pendingin
termoelektrik.

Dan masih banyak lagi jenis-jenis dioda lainnya. Berikut ini contoh dan lambang dioda

14
Gambar 1.20 macam-macam dioda

Ukuran dioda

Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran sebuah dioda dinyatakan dalam
satuan berapa kuat arus dan tegangan maksimum yang dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran
ukuran dioda dinyatakan dalam bentuk no tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik yang
membuatnya. Contoh tipe-tipe dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15 dan sebagainya

Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :

Gambar 1.21 macam-macam lambang dioda

1.4 Transistor
Transistor adalah komponen elektronika aktif yang banyak digunakan sebagai penguat, sakelar,
rangkaian logika dan sebagainya. Transistor ada 2 jenis yaitu transistor PNP dan Transistor NPN.
Kedua jenis transistor ini dapat dengan mudah dibedakan dari gambar lambangnya. Gambar 1.22
menunjukan perbedaan lambang transistor PNP dan NPN.

15
Gambar 1.22 lambang transistor PNP dan NPN

Transistor memiliki 3 buah kaki, yiatu kaki basis (b), kaki emitor (e) dan kaki kolektor (c). Bentuk dan
ukuran transistor sangat beragam sehingga untuk menentukan kaki-kakinya pun memiliki cara –cara
tersendiri. Namun secara garis besar konfigurasi kaki transistor dapat dilihat seperti pada gambar
1.23 berikut ini.

Gambar 1.23 konfigurasi kaki macam-macam transistor

Menguji transistor

Transistor termasuk jenis komponen elektronika yang tidak tahan panas, sehingga untuk menyolder
transistor harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu lama. Untuk mengetahui sebuah
transistor dalam keadaaan baik atau tidak kita dapat mengukur hambatan antar kaki-kaki transistor
dengan mengunakan multimeter analog. Berikut langkah-langkah untuk menguji transistor:

16
1. Siapkan mutilmeter analog dan set pada pengukuran Ohmmeter 10X.
2. Siapkan transistor dan lakukan pengujian sebagai berikut :
Untuk transistor PNP :

Probe Positif Probe negatif Hasil pembacaan


Basis emitor Hambatan rendah
Emitor basis Hambatan tinggi
basis kolektor Hambatan rendah
Kolektor basis Hambatan tinggi
kolektor emitor Hambatan tinggi
emitor kolektor Hambatan tinggi
Untuk Transistor NPN:

Probe Positif Probe negatif Hasil pembacaan


Basis emitor Hambatan tinggi
Emitor basis Hambatan rendah
basis kolektor Hambatan tinggi
Kolektor basis Hambatan rendah
kolektor emitor Hambatan tinggi
emitor kolektor Hambatan tinggi
3. Perhatikan juga, untuk transistor yang masih baik, kondisi fisiknya tidak boleh ada yang rusak
atau mengeluarkan cairan.

Pengkodean pada transistor

Secara garis besar, kode sebuah transistor dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Transistor dengan kode awal B atau A


Kode B digunakan untuk transistor dengan bahan dasar silikon dan kode awal A untuk
transistor dengan bahan dasar germanium, namun pada saat ini bahan dasar germanium
sudah sangat jarang ditemukan di pasaran. Huruf kedua mengindikasikan tipe dari transistor
yaitu : C artinya daya rendah bekerja pada frekuensi audio, D artinya daya tinggi pada
frekuensi audio, dan F artinya daya rendah pada frekuensi tinggi. Contoh : BD 139 artinya
bahan dasar transistor silikon bekerja pada daya tinggi frekuensi audio.
2. Dengan kode awal TIP
TIP artinya Texas Instrument Power transistor. Umumnya transistor ini digunakan sebagai
sakelar pada daya tinggi frekuensi rendah.
3. Transistor dengan kode awal 2N
Transistor dengan kode awal 2N adalah transistor dengan daya tinggi pada frekuensi rendah.

Tabel berikut ini memberikan contoh macam-macan transistor dan kegunaannya.

NPN transistors
Tipe IC VCE hFE Ptot
Kode Struktur Penggunaan Pengganti
bodi max. max. min. max.

17
BC107 NPN TO18 100mA 45V 110 300mW Audio, low power BC182 BC547
General purpose, BC108C BC183
BC108 NPN TO18 100mA 20V 110 300mW low power BC548
General purpose,
BC108C NPN TO18 100mA 20V 420 600mW low power
 

Audio (low noise),


BC109 NPN TO18 200mA 20V 200 300mW low power
BC184 BC549

General purpose,
BC182 NPN TO92C 100mA 50V 100 350mW low power
BC107 BC182L

General purpose,
BC182L NPN TO92A 100mA 50V 100 350mW low power
BC107 BC182

BC547B NPN TO92C 100mA 45V 200 500mW Audio, low power BC107B
General purpose,
BC548B NPN TO92C 100mA 30V 220 500mW low power
BC108B

Audio (low noise),


BC549B NPN TO92C 100mA 30V 240 625mW low power
BC109

General purpose,
2N3053 NPN TO39 700mA 40V 50 500mW low power
BFY51

General purpose,
BFY51 NPN TO39 1A 30V 40 800mW medium power BC639

General purpose,
BC639 NPN TO92A 1A 80V 40 800mW medium power BFY51

General purpose,
TIP29A NPN TO220 1A 60V 40 30W high power
 

General purpose,
TIP31A NPN TO220 3A 60V 10 40W high power
TIP31C TIP41A

General purpose,
TIP31C NPN TO220 3A 100V 10 40W high power
TIP31A TIP41A

General purpose,
TIP41A NPN TO220 6A 60V 15 65W high power
 

General purpose,
2N3055 NPN TO3 15A 60V 20 117W high power
 

Please note: the data in this table was compiled from several sources which are not entirely consistent! Most of
the discrepancies are minor, but please consult information from your supplier if you require precise data.
PNP transistors
Tipe IC VCE hFE Ptot
Kode Struktur Penggunaan Pengganti
bodi max. max. min. max.
BC177 PNP TO18 100mA 45V 125 300mW Audio, low power BC477
General purpose,
BC178 PNP TO18 200mA 25V 120 600mW low power
BC478

Audio (low noise),


BC179 PNP TO18 200mA 20V 180 600mW low power
 

BC477 PNP TO18 150mA 80V 125 360mW Audio, low power BC177
General purpose,
BC478 PNP TO18 150mA 40V 125 360mW low power
BC178

General purpose,
TIP32A PNP TO220 3A 60V 25 40W high power
TIP32C

General purpose,
TIP32C PNP TO220 3A 100V 10 40W high power
TIP32A

Keterangan :

18
Struktur : menyatakan jenis transistor (PNP atau NPN)

Tipe bodi : bentuk transistor dan konfigurasi kakinya dipasaran

ICmax : arus kolektor maksimum

VCEmax : tegangan kolektor – emitor maksimum

hFEmax : penguatan arus maksimum

Ptot : daya total transistor

1.5 Tranformator

Transformator adalah alat yang digunakan untuk memindahkan energi listrik dari satu kumparan ke
kumparan lainnya dengan cara induksi. Perubahan arus listrik di kumparan primer transformator
menyebabkan perubahan fluks magnetik di dalam inti transformator dan kemudian menimbulkan
perubahan flus magnetik pula di kumparan sekunder. Perubahan medan magnet induksi
menimbulkan perubahan tegangan induksi dikumparan sekunder, sehingga di kumparan sekunder
timbul arus listrik bila dihubungkan dengan sebuah beban. Arus listrik akan mengalir di kumparan
sekunder dan energi listrik dipindahkan dari kumparan primer ke kumparan sekunder dan terus ke
beban. Gambar 1.24 menunjukan cara kerja sebuah transformator.

Gambar 1.24 cara kerja transformastor

Pada transformator ideal, induksi tegangan di kumparan sekunder besarnya proporsional terhadap
kumparan primer dan ditentukan oleh rasio jumlah lilitan kawat pada kumparan primer dan
kumparan sekundernya. Secara matematis dapat ditulis :

V s Ns
=
V p Np

19
Gambar 1.25 lambang dan aliran arus dan tegangan pada transformator

Dimana : Vs : tegangan sekunder; V p : tegangan primer; Ns : jumlah lilitan kumparan sekunder dan
Np : jumlah lilitan kumparan primer.

Karena transformator bekerja jika ada perubahan tegangan listrik, maka transformator hanya
bekerja pada arus listrik AC dan gelombang-gelombang sinusoidal, untuk tegangan DC transformator
tidak memberikan efek apa, kecuali mamberikan seuatu nilai hambatan akibat panjangnya kawat
yang digunakan untuk membuat suatu kumparan.

Pada transformator terdapat sebuah inti besi yang berfungsi untuk memperbesar fluks magnetik
yang terjadi. Ukuran transformator sangat bervariasi dari ukuran sebesar ibu jari yang umumnya
digunakan sebagai transformator audio hingga ukuran raksasa dengan berat hingga ratusan ton
untuk digunakan dalam pembangkit listrik. Namun pada dasarnya semua transformator itu memiliki
cara kerja yang sama.

Macam-macam transformator:

1. Transformator step – down


Transformator ini digunakan untuk menurunkan tegangan listrik. trafo ini umum digunakan
sebagai penurun tegangan dalam adaptor. Adaptor adalah alat yang digunakan untuk
mengubah tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang lebih rendah. Gambar 1.26
menunjukan trafo stepdown.

Gambar 1.26 trafo step down

2. Transformator step-up
Transformator step-up digunakan untuk manaikan tegangan AC. Gambar 1.27 menunjukan
trafo step-up.

20
Gambar 1.27 trafo step-up

3. Trafo frekuensi menengah (IF trafo)


Trafo ini bekerja pada frekuensi menengah, umum digunakan dalam rangkaian penerima
radio dan televisi. Gambar trafo ini dapat dilihat pada gambar 1.28

Gambar 1.28 trafi IF


4. Trafo frekuensi tinggi
Trafo ini bekerja pada frekuensi tinggi dan digunakan pada pemancar radio, gambar 1.29
menunjukan bentuk trafo frekuensi tinggi.

Gambar 1.29 trafo frekuensi tinggi


5. Flyback trafo

21
Flyback trafo adalah trafo step-up yang bekerja pada frekuensi tinggi, trafo ini digunakan
pada tabung sinar katoda seperti pada tabung televisi. Gambar 1.30 menunjukan bentuk
flyback trafo.

Gambar 1.30 flyback trafo


Dan masih banyak lagi jenis-jenis traformoator lainnya.

1.6 Induktor
Induktor adalah sebuah koil atau kumparan yang dapat berintikan udara, besi atau batang ferrite.
Ferrite adalah batang yang dibuat dari bubuk besi yang dipadatkan. Sifat listrik dari sebuah induktor
disebut induktansi dengan satuan Henry (H). Ukuran 1 H sangat besar sehingga dalam praktisnya
sering dinyatakan dalam satuan mH (miliHenry) atau mikro Henry. Inti besi atau ferrite berfungsi
untuk meningkatkan induktasi suatu kumparan. Induktor biasanya digunakan dalam rangkaian
turning frekuensi radio dan dapat juga digunakan untuk memblok frekuensi AC yang tidak kita
inginkan (biasanya disebut Choke). Choke akan melewatkan arus DC tetap memblok arus AC, fungsi
Choke berlawanan dengan fungsi kapasitor.
Induktor jarang sekali ditemukan dalam rangkaian sederhana, tetapi selalu ada dalam rangkaian
radio. Induktor dapat dibuat sendiri dengan menggulung kawat yang dilapisi isolator email dengan
ukuran tertentu pada sebuah inti besi atau inti ferrite, tentu saja harus memperhatikan jumlah
lilitan, diameter induktor, diameter kawat dan inti yang digunakan. Atau kita dapat membeli
langsung induktor yang sudah jadi dari pasaran. Gambar 1.31 menunjukan bentuk-bentuk induktor
dan lambang induktor.

22
Gambar 1.31 lambang dan macam-macam induktor

1.7 Relay
Relay adalah alat elektronika yang dapat dioperasikan sebagai saklar otomatis. Relay tersusun atas
sebuah kumparan elektromagnet dan dilengkapi dengan mekanisme kontak. Ketika arus listrik
mengalir melewati kumparan elektromagnet, maka kumparan akan berubah menjadi magnet dan
menarik suatu mekanisme kontak sehingga pin antar kontak akan terhubung. Jika arus listrik diputus,
maka sifat magnet pada kumparan akan hilang dan hubungan antar pin akan terputus. Gambar 1.32
menunjukan bagian-bagian relay.

23
Gambar 1.32 Cara kerja relay

Fungsi relay adalah untuk memisahkan hubungan antara 2 rangkaian yang berbeda, misalnya jika
kita hendak menyalakan lampu AC 220V dengan menggunakan rangkaian otomatis yang bekerja
pada tegangan DC 6V, maka kita membutuhkan sebuah relay untuk menyalakan lampu tersebut.
Relay juga dapat berfungsi sebagai rangkaian logika.

Macam-macam relay
1. Relay SPDT (Single Pole Double Throw)
Adalah relay dengan kutub tunggal tetapi memiliki 2 kondisi, lihat gambar 1.33

Gambar 1.33 Relay SPDT

2. Relay DPDT (Double Pole Double Throw)

Adalah relay yang memiliki 2 kontak (kutub) dengan 2 kondisi (NO dan NC). NO : normaly
open dan NC : normaly closed. Gambar 1.34 memperlihatkan lambang dan contoh relay
DPDT.

24
Gambar 1.34 lambang dan contoh relay DPDT

3. Relay SPST (Single Pole Single Throw)

Adalah relay yang hanya memiliki 1 kontak dengan 1 kondisi (NO saja).

Gambar 1.35 lambang dan contoh relay SPST

4. Relay DPST (double Pole Single Throw)

Adalah relay yang hanya memiliki 2 kontak dengan 1 kondisi (NO saja).

25
Gambar 1.36 lambang dan contoh relay DPST

5. Kontaktor

Kontaktor adalah relay dengan ukuran daya yang cukup besar, biasanya digunakan untuk
menghubungkan mesin-mesin dengan sumber tegangan.

Gambar 1.37 contoh kontaktor

6. Solid state relay

Solid state relay adalah relay yang tidak mengunakan komponen mekanik, tetapi
menggunakan prinsip kerja seperti sebuah transistor namun memiliki ukuran yang besar.

Gambar 1.38 solid state relay

26
Umumnya relay memiliki konfigurasi SPDT atau DPDT tetapi mereka dapat dibuat dengan memiliki
banyak kontak, misalnya relay dengan 4 set kontak yang umum dijumpai dipasaran. Beberapa relay
ada yang di desain untuk dipasang langsung di PCB. Umumnya relay yang dipasang langsung di PCB
memiliki kaki berupa kawat yang dapat dimasukan ke lubang PCB dan disolder langsung. Relay-relay
ini memiliki ukuran yang kecil-kecil. Untuk relay dengan ukuran yang besar, biasanya tidak dipasang
di PCB tetapi dipasang di luar PCB dengan menggunakan baut dan mur. Demikian juga terminalnya
tidak lagi disolder, tetapi sudah disediakan terminal berupa baut untuk mengencangkan kabel
penghubungnya.

Pada saat relay dihidupkan dan dimatikan biasanya sering timbul percikan bunga api pada kontaknya
dan ini dapat merusak transistor atau IC yang terletak di dekatnya. Untuk mencegah timbulnya
percikan ini, kita dapat memasang sebuah dioda pada kaki relay tersebut.

1.8 IC dan soket IC

IC atau intergrated Circuit adalah rangkaian terpadu yang komplek yang dibuat dalam bentuk sebuah
chip kecil dari bahan semikonduktor (umumnya silikon). Chip ini dibungkus oleh sebuah bungkusan
plastik dengan kaki-kakai (terminal) keluaran pada sisi-sisinya.

IC atau sering juga disebut chip sangat rentan terhadap listrik statis dan panas sehingga pada proses
pemasangannya harus dilakukan dengan hati-hati
dan jauh dari gangguan listrik statis. Kaki IC umumnya
terdiri dari 8 kaki (2x4 kaki), 12 kaki (2x6 kaki), 14 kaki (2x7),
16 kaki (2x8), 18 kaki(2x9), 20 kaki (2x10) dan 40 kaki
(2x20). Kaki nomor 1 selalu diberi tanda berupa
lingkaran kecil atau tanda segitiga kecil. Gambar
berikut ini menunjukan contoh IC atau Chip.

Gambar 1.39 contoh IC atau Chip

Soket IC.

Karena kaki memiliki kaki yang banyak, kita akan mengalami kesulitan pada saat mengantikan IC
yang rusak dari rangkaian. Atau bagi yang belum terbiasa menyolder dengan baik, maka IC sangat
mudah rusak. Oleh sebab itu untuk memudahkan pemasangan IC ke papan rangkaian, kita dapat
menggunakan soket IC.

Besar dan ukuran soket IC disesuaikan dengan ukuran IC yang kita gunakan. Dipasaran banyak sekali
dijual bermacam-macam tipe soket IC, kita dapat memilih soket IC yang sesuai dengan IC yang kita
gunakan dalam rangkaian. Soket IC yang baik adalah soket yang dibuat dari bahan plastik yang tahan

27
panas, memiliki ukuran yang presisi sehingga memudahkan kita untuk memasang dan melepaskan IC
dari rangkaiannya.

Gambar 1.40 menunjukan contoh bentuk soket IC yang umum terdapat di pasaran.

Gambar 1.40 contoh soket IC

Banyak IC yang sangat sensitif terhadap listrik statis dan IC tersebut dapat rusak hanya dengan
disentuh dengan tangan. Hal ini terjadi karena tubuh kita dapat menyimpan muatan listrik statis
yang berasal dari pakaian atau dari sekitar kita. IC – IC yang sensitif dengan listrik statis umumnya
disimpan dalam wadah antistatik dengan label peringatan diluarnya.

Penting bagi kita untuk membuang muatan listrik dari tubuh kita sebelum bekerja dengan IC-IC ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyentuh bahan-bahan logam yang terhubung dengan tanah
terlebih dahulu sebelum kita bekerja dengan IC-IC ini.

Datasheet

Umumnya IC dibuat untuk keperluan khusus, sehingga masing-masing jenis IC mempunyai


karakteristiknya sendiri-sendiri. Sehingga penting bagi kita untuk membaca terlebih dahulu
datasheet IC sebelum kita merangkai sebuah rangkaian. Datasheet adalah sejumlah informasi
penting tentang fungsi, konfigurasi, karakteristik dan dimensi IC yang diterbit oleh produsen IC.
Datasheet dapat dengan mudah kita peroleh secara Cuma-cuma dari website.

1.9 Tombol dan Sakelar


Sebelum memilih saklar dan tombol yang akan kita gunakan dalam suatu rangkaian, kita harus
mempertimbangkan 3 hal penting yaitu :
 Kontak yang kita butuhkan ( dapat berupa kotak tunggal, atau kontak ganda)
 Kekuatan atau daya saklar tersebut ( arus dan tegangan maksimum yang diijinkan)
 Cara kerja saklar tersebut ( toggle, slide, tekan dan sebagainya)

Jenis kontark saklar

Ada beberapa jenis kontak saklar yang harus kita ketahui yaitu :

 Pole (kutub) adalah banyaknya rangkaian kontak yang terdapat dalam saklar

28
 Throw adalah banyaknya posisi kontak dalam saklar umumnya NO dan NC atau hanya NC
atau NO saja)
 Momentary adalah saat atau waktu yang dibutuhkan oleh suatu saklar atau tombol untuk
berubah dari satu posisi ke posisi yang lainnya
 Way atau jalur adalah banyaknya jalur yang terdapat di dalam saklar.
 NO (normaly open) adalah dalam keadaan awalnya saklar pada posisi tidak terhubung (OFF)
 NC (normaly closed) adalah dalam keadaan awalnya saklar pada posisi terhubung (ON)

Kekuatan atau daya saklar

Kontak saklar atau tombol umumnya dibuat dari bahan logam tertentu dengan ukuran yang kecil.
Luas permukaan kontak, ketebalan kontak dan jenis logam menentukan berapa besar arus dan
tegangan listrik yang dapat melewatinya tanpa menyebabkan timbulnya panas. Bahan isolator pada
saklar juga menentukan kekuatan saklar tersebut. Setiap produsen saklar atau tombol umumnya
sudah mencantumkan pada bodi saklar berapa kekuatan saklar tersebut.
Dalam penggunaannya kita harus memilih kekuatan saklar di atas arus dan tegangan maksimum
yang kita gunakan di dalam rangkaian. Hal ini penting selain untuk mejaga umur saklar juga untuk
keselamatan penggunaan alat tersebut, karena umumnya saklar berhubungan langsung dengan
sumber tegangan tinggi dari jala-jala.

Saklar dan tombol standar

Dari tabel beriku ini kita dapat melihat berbagai jenis saklar dan tombol standar yang umum
digunakan.

Lambang saklar /
Tipe Saklar atau Tombol Contoh saklar / tombol
tombol

ON-OFF
Single Pole, Single Throw = SPST

Saklar SPST sederhana yang umum


digunakan untuk menghubungkan rangkaian
ke sumber arus listrik
SPST toggle switch
(ON)-OFF
Push-to-make = SPST Momentary

Tombol SPST sederhana yang sering


digunakan untuk menghubungkan arus
dalam waktu tertentu. Tombol akan ON bila Push-to-make switch
ditekan dan OFF bila dilepas
ON-(OFF)
Push-to-break = SPST Momentary

Tombol SPST normaly closed, tombol ini


Push-to-break switch
pada kondisi awal selalu terhubung (ON) dan
akan OFF bila ditekan, dan akan terhubung

29
kembali bila tekanan dilepas.

ON-ON
Single Pole, Double Throw = SPDT SPDT toggle switch

Ini adalah saklar SPDT yaitu jenis saklar yang


memiliki 2 posisi kontak. Tanpa ada posisi off.
(salah satu kontak pasti terhubung)

ON-OFF-ON
SPDT Centre Off
Hasil pengembangan dari ON-ON saklar. SPDT slide switch
Saklar ini memiliki posisi OFF di tengah. (PCB mounting)

SPDT rocker switch

Dual ON-OFF
Double Pole, Single Throw = DPST

Sama dengan SPST no 1 hanya saja sakalar ini


memiliki 2 jalur kontak.

DPST rocker switch


Dual ON-ON
Double Pole, Double Throw = DPDT

ON-OFF-ON
DPDT Centre Off

DPDT slide switch

30
Wiring for Reversing Switch

Saklar-saklar khusus

Berikut ini adalah saklar-saklar fungsi khusus.

Type of Switch Example

Push-Push Switch (e.g. SPST = ON-OFF)

Microswitch (usually SPDT = ON-ON)

Keyswitch

Tilt Switch (SPST)

Reed Switch (usually SPST)

DIP Switch (DIP = Dual In-line Parallel)

31
Multi-pole Switch

Multi-way Switch Multi-way rotary switch

1-pole 4-way switch symbol

32
BAB 2 ALAT – ALAT PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Sebelum kita memulai praktikum elektronika dasar dasar ada baiknya terlebih dahulu kita mengenal
beberapa alat kerja (tools) yang harus ada di dalam bengkel elektronika dasar. Beberapa alat
tersebut antara lain :

2.1 Solder listrik


Solder listrik merupaka alat penting yang harus ada di bengkel elektronika dasar. Fungsi solder listrik
adalah untuk melelehkan timah solder yang akan kita gunakan untuk memasang komponen
elektronika pada PCB atau untuk melepas komponen elektronika dari PCB. Di pasaran terdapat
banyak sekali tipe solder listrik. Untuk keperluan pemasangan komponen elektronika, kita
membutuhkan solder listrik dengan daya 30 hingga 40 Watt. Berikut ini adalah contoh solder listrik
yang umum digunakan dalam pekerjaan elektronika.

Gambar 2.1 Solder listrik.

Perlengkapan tambahan yang dibutuhkan untuk mendukung kerja adalah dudukan solder listrik.
Solder listrik mengeluarkan panas yang cukup besar sehingga berbahaya bila tanpa sengaja
tersentuh langsung oleh tangan. Untuk menjaga agar solder pada posisi yang aman pada saat tidak
digunakan, kita membutuhkan sebuah dudukan solder. Dudukan ini juga dilengkapi dengan serabut
yang dapat digunakan untuk membersihkan mata solder sebelum digunakan. Gambar 2.2
menunjukan contoh dudukan solder listrik.

33
Gambar 2.2 dudukan solder listrik

2.2 Penghisap timah (desoldering pump)


Adalah alat yang digunakan untuk membantu melepaskan komponen elektronika dari papan PCB.
Penghisap timah bekerja seperti sebuah pompa. Di dalamnya terdapat sebuah pegas dan sebuah
piston. Pada saat pegas yang tertekan dilepas, maka pegas akan mendorong piston secara cepat ke
belakang sehingga timbul efek vakum pada lubang masuk penghisap timah dan efek vakum ini dapat
digunakan untuk menghisap timah yang sudah dicairkan dengan menggunakan solder. Gambar 2.3
menunjukan contoh penghisap timah.

Gambar 2.3 contoh penghisap timah

2.3 Timah Solder


Timah yang digunakan untuk menyolder komponen elektronika adalah timah dengan ukuran 22 swg
(swg = standar wire gauge). Timah ini dijual dalam bentuk gulungan berdasarkan beratnya. Timah
untuk menyolder komponen elektronika terbuat dari campuran timah (Sn) dengan timbal (Pb)
umumnya campuran berkisar pada 60% timah dan 40% timbal. Dengan kadar campuran ini maka
timah solder memiliki titik cari berkisar 190 oC hingga 2000C. Gambar 2.4 menunjukan contoh timah
solder.

Gambar 2.4 gulungan timah solder

2.4 Tang Potong

34
Tang potong adalah alat yang digunakan untuk memotong kawat ukuran kecil (maksimum 2 mm).
Tang ini umum digunakan untuk memotong kaki komponen, kabel, atau bagian-bagian lain yang
memungkinkan untuk dipotong dengan menggunakan tang. Dipasaran banyak sekali jenis tang
potong, namun yang umum digunakan dalam praktikum elektronika adalah tang potong diagonal
ukuran kecil. Gambar 2.5 menunjukan contoh tang potong diagonal.

Gambar 2.5 contoh tang potong diagonal

2.5 Tang jepit


Tang jepit adalah jenis tang dengan bentuk penjepit yang meruncing seperti mocong buaya sehingga
sering disebut tang buaya. Tang ini berukuran kecil sehingga sangat cocok digunakan untuk
membengkokan kaki komponen, kabel, atau memasang baut dan mur ukuran kecil. Gambar 2.6
menunjukan contoh tang jepit.

Gambar 2.6 contoh tang lancip (tang buaya)

2.6 Tang pengupas kabel


Adalah jenis tang yang dapat digunakan untuk membuka bungkus sebuah kabel. Selain dapat
digunakan untuk membuka (mengupas) kabel, tang ini juga dapat digunakan untuk memotong kabel.
Gambar 2.7 menunjukan contoh tang pengupas kabel.

Gambar 2.7 tang pengupas kabel

2.7 Obeng

35
Obeng yang digunakan untuk praktikum elektronika adalah jenis obeng ukuran kecil. Ada 2 tipe
obeng yang digunakan yaitu obeng + dan obeng -. Obeng digunakan untuk membuka atau
memasang baut. Gambar 2.8 menunjukan contoh obeng + dan obeng -.

Gambar 2.8 contoh obeng + dan obeng –

2.8 Cutter
Cutter adalah sejenis pisau kecil yang tajam. Cutter sering digunakan untuk memotong plastik, kertas
atau karton. Gambar 2.9 menunjukan contoh cutter.

Gambar 2.9 contoh cutter

2.9 Pinset
Pinset adalah penjepit kecil dari besi baja yang digunakan untuk memegang dan mengambil
komponen-komponen elektronika ukuran kecil dan sensitif. Gambar 2.10 menunjukan contoh
pinset.

Gambar 2.10 contoh pinset

2.10 Bor listrik


Bor listrik adalah alat elektronik yang dapat digunakan untuk membuat lubang pada papan PCB.
Dalam praktikum elektronika kita menggunakan bor listrik ukuran kecil (mini bor) 12V. Mata bor
yang sering digunakan adalah mata bor ukuran 0,8 mm untuk lubang kaki komponen, 1 mm untuk

36
lubang kabel, dioda dan beberapa jenis transistor dan 3 mm untuk lubang baut. Untuk
mengoperasikan bor ini kita membutuhkan sebuah adaptor 12 V, 5 A. Gambar 2.11 menunjukan
contoh bor listrik untuk praktikum elektronika.

Gambar 2.11 contoh bor PCB (mini bor)

2.11 Multimeter (AVO meter)


Multimeter adalah alat ukur yang umum digunakan dalam praktikum elektronika. Alat ukur ini terdiri
dari 3 bagian yaitu Amperemeter (alat ukur arus listrik), Voltmeter (alat ukur tegangan listrik) dan
Ohmmeter (alat ukur hambatan listrik). Ada 2 jenis multimeter yaitu : multimeter digital dan
multimeter analog. Masing – masing jenis multimeter ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri-sendiri. Kadang-kadang multimeter sering disebut AVOmeter (AVO = Ampere Volt Ohm
meter). Gambar 12 menunjukan contoh multimeter digital dan gambar 2.13 menunjukan contoh
multimeter analog.

Gambar 2.12 contoh multimeter analog

37
Gambar 2.13 contoh multimeter digital

Mengukur berbagai besaran listrik dengan menggunakan multimeter.

a. Cara mengukur tahanan (hambatan) listrik.

Berikut cara mengukur hambatan listrik dengan menggunakan multimeter:

1. Atur saklar putar pada pengukuran hambatan listrik (Ohmmeter)

2. Putar saklar pada skala yang sesuai dengan hambatan yang akan kita ukur, bisa 1X, 10 X,
100X atau 1K.

3. Temukan probe + dan – terlebih dahulu untuk mensetting kondisi awal ohmmeter dan
setel jarum agar menunjuk pada angka 0 Ohm. Hal ini hanya dilakukan pada jenis
multimeter analog saja, untuk multimeter digital proses kalibrasi ini tidak perlu
dilakukan lagi.

4. Setelah itu hubungkan probe + dan – ke kaki komponen yang akan kita ukur dan baca
pada skala berapa hambatan yang terukur.

b. Cara mengukur tegangan AC.

Berikut ini adalah cara mengukur tegangan AC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan tegangan yang diukur adalah tegangan AC dan bukan tegangan DC.

2. Pastikan tegangan AC yang akan diukur tidak lebih tinggi daripada batas alat ukur yang
kita gunakan

3. Atur posisi saklar putar multimeter pada skala tegangan AC, gunakan skala yang lebih
tinggi dari tegangan yang akan kita ukur. Contoh jika kita hendak mengukur tegangan AC
220 V maka pilihlah skala di 220V bisa menggunakan skala 250V atau 500 V.

4. Hubungkan kabel probe + dan kabel probe – pada kedua terminal tegangan tersebut.
Berhati-hatilah jika bekerja dengan menggunakan tegangan AC yang tinggi, karena
bahaya bila tersentuh langsung oleh tubuh manusia.

5. Amatilah jarum multimeter, jika nilai tegangan sulit dibaca atau di posisi 0 dalam skala
tegangan AC, putar saklar pada skala tegangan yang lebih tinggi hingga nilai tegangan
tersebut terbaca oleh multimeter (hal ini hanya berlaku untuk multimeter analog. Pada
multimeter digital, nilai tegangan akan langsung ditampilkan dalam bentuk angka).

c. Cara mengukur tegangan DC

Berikut adalah cara mengukur tegangan DC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan tegangan yang diukur adalah tegangan DC, bukan tegangan AC.

2. Pastikan tegangan listrik yang akan diukur tidak lebih tinggi daripada batas ukur alat
ukur yang kita gunakan.

38
3. Atur saklar putar multimeter pada posisi mengukur tegangan DC.

4. Gunakan skala ukur yang lebih tinggi dari pada tegangan yang akan kita ukur. Contoh jika
kita akan mengukur tegangan 5V, maka pilihlah skala ukur di atas 5 V bisa menggunakan
10V atau 50 V.

5. Hubungkan kabel + ke kutub + sumber tegangan DC dan kabel – ke kutub – sumber


tegangan DC, perhatikan polaritas ini tidak terbalik, karena beberapa multimeter akan
rusak jika dalam mengukur tegangan DC kita terbalik menggunakan polaritasnya.

6. Amatilah jarum multimeter, jika nilai tegangan sulit dibaca (khusus multimeter analog),
maka putar saklar ke skala yang lebih besar atau ke lebih kecil sehingga jarum mudah
dibaca.

Untuk mengukur tegangan listrik pada rangkaian elektronika, hubungkan ujung kabel positif
dan ujung kabel negatif multimete pada bagian rangkaian elektronika yang akan diukur
secara paralel.

d. Cara mengukur arus DC.

Berikut ini adalah cara mengukur arus listrik DC dengan menggunakan multimeter

1. Pastikan arus yang akan diukur adalah arus DC bukan arus AC. Karena kesalahan
mengukur jenis arus listrik ini dapat merusak alat ukur (multimeter).

2. Pastikan arus DC yang diukur lebih kecil atau sesuai dengan batasan jangkauan nilai arus
pada amperemeter yang terdapat di dalam multimeter.

3. Pastikan arus DC yang diukur tidak lebih tinggi dari pada batas ukur arus DC pada
multimeter.

4. Putar saklar putar pada multimeter pada skala pengukuran arus DC atau DcmA.

5. Gunakan skala terendah.

6. Hubungkan kabel positif ke kutub positif rangkaian dan kabel negatif ke kutub negatif
rangkaian secara seri.

7. Amatilah jarum pada multimeter, bila tidak terbaca, ubahlah skala pengukuran hingga
terbaca (khusus multimeter analog).

e. Cara mengukur dioda

Untuk mengukur komponen elektronika, lebih baik kita menggunakan multimeter analog
dari pada multimeter digital. Berikut ini cara mengukur dioda dengan menggunakan
multimeter analog.

1. Untuk memeriksa kondisi sebuah dioda, kita dapat menggunakan ohmmeter yang
terdapat pada multimeter analog.

2. Atur saklar putar pada posisi mengukur hambatan (ohmmeter) pada skala X10.

39
3. Hubungkan probe + ke kaki anoda (kaki positif) dan probe – ke kaki katoda (kaki negatif).
Jika jarum tidak bergerak maka dioda dalam kondisi baik jika jarum bergerak
menunjukan hambatan yang randah, maka dipastikan dioda sudah rusak.

4. Tukar polaritas pengukuran, probe + ke kaki katoda dan probe – ke kaki anoda. Jika
jarum bergerak menuju ke angka 0 maka dioda dalam keadaan bagus, jika jarum tidak
bergerak, maka dioda sudah putus (rusak).

5. Untuk pengecekan dioda zener, led atau photodioda, kita dapat menggunakan cara yang
sama pada point 3 dan 4.

6. Selain menggunakan ohmmeter, pengecekan dioda juga dapat dilakukan dengan


menggunakan rangkaian elektronika sederhana.

f. Cara menguji Kapasitor elektrolit

Berikut ini adalah cara menguji kapasitor elektrolit dengan menggunakan multimeter analog.

Pengujian kapasitor dapat dilakukan dengan mengunakan ohmmeter. Pada kapasitor yang
bagus, jika probe + dihubungan ke kaki positif dan probe negatif dihubungkan ke kaki
negatif, maka kapasitor akan mengalami pengosongan dan pengisian kapasitor, ini ditandai
dengan jarum bergerak ke posisi mendekati nol, kemudian secara perlahan akan kembali ke
posisi tidak terhingga. Jika polaritas pengukuran dibalik, kondisi akan terulang kembali.

Jika pada saat mengukur kapasitor jarum tidak bergerak sama sekali walaupun polaritasnya
sudah dibolak-balik, maka dipastikan kapasitor sudah rusak (dalam hal ini putus). Dan jika
dalam pengukuran jarum selalu menunjuk ke angka nol walaupun polaritas sudah dibolak-
balik, maka dipastikan kapasitor juga sudah rusak dalam hal ini mengalami hubungan
singkat.

Untuk menguji kapasitor non polar dengan kapasitas yang sangat kecil, hal ini sangat sulit
dilakukan. Namun kapasitor-kapasitor jenis non polar jarang sekali mengalami kerusakan jika
kondisi fisiknya tidak cacat atau pecah.

Penggunaan kapasitor polar harus selalu memperhatikan batas tegangan yang tertera pada
fisik kapasitor, karena penggunaan kapasitor pada batas tegangan yang melampaui tegangan
yang diijinkan dapat menyebabkan kapasitor kering atau meledak.

g. Cara menguji LDR

LDR adalah salah satu jenis hambatan yang peka terhadap cahaya. Berikut ini adalah cara
mengukur LDR dengan menggunakan multimeter analog.

1. Atur saklar putar pada posisi Ohmmeter X10.

2. Hubungkan probe + ke salah satu kaki LDR dan probe – ke kaki yang lainnya.

3. Amatilah hambatan yang terukur pada posisi terang dan gelap.

40
4. Jika terjadi perbedaan nilai hambatan yang signifikan dari kondisi gelap dan terang,
maka dipastikan LDR dalam kondisi baik. Jika tidak terdapat perbedaan hambatan atau
hambatan menunjuk angka 0, maka dipastikan LDR dalam kondisi rusak.

BAB IIIa PRINTED CIRCUIT BOARD (PCB)

3.1 Macam-macam media untuk membuat rangkaian elektronika


Pada saat ini sudah tersedia banyak media yang dapat digunakan untuk membuat sebuah rangkaian
elektronika. Media ini ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat tidak permanem. Media
yang bersifat permanen artinya sekali sudah dibuat maka media untuk membuat rangkaian ini tidak
dapat diubah untuk membuat rangkaian elektronika jenis lain. Contoh media permanen adalah PCB

41
dan PCB dot matrik. Sedangkan media yang tidak permanen adalah media yang dapat digunakan
berkali-kali dan hanya bersifat untuk mencoba atau mempelajari suatu jenis rangkaian. Contoh
media yang bersifat tidak permanen adalah Breadboard.

Sebelum kita membuat suatu rangkaian elektronika secara permanen dengan menggunalan PCB
atau PCB dot matrik, ada baiknya kita mencobanya terlebih dahulu dengan menggunakan media
tidka permanen seperti breadboard. Tujuannya adalah bila terjadi kesalahan, kita tidak akan
membuang waktu dan bahan secara sia-sia. Dengan menggunakan media seperti breadboard, kita
dapat melakukan eksperimen dengan mudah, sehingga kita dapat menghasilkan sebuah rangkaian
yang benar-benar baik sebelum dicetak menjadi PCB yang permanen. Gambar – gambar berikut ini
menunjukan macam-macam media yang dapat digunakan untuk membuat sebuah rangkaian
elektronika.

Gambar 3.1 contoh breadboard dan penggunaannya

Gambar 3.2 Contoh PCB dot matrik dan penggunaannya

42
Gambar 3.3 Contoh PCB dan penggunaannya

3.2 Printed Circuit Board (PCB)


PCB adalah papan rangkaian yang terbuat dari bahan isolator dan permukaannya dilapisi dengan
tembaga. PCB berguna sebagai tempat pemasangan dan penghubung komponen-komponen
elektronika. Dengan menggunakan PCB, pemasangan komponen menjadi lebih aman, teratur dan
praktis.

Berikut adalah bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat PCb

a. Papan Fenolik (pertinak)

Papan fenolik atau pertinak merupakan PCB dengan kualitas yang rendah daripada PCB fiberglass,
tetapi harganya lebih murah daripada PCB fiberglass. Gambar berikut ini menunjukan contoh PCB
dengan bahan papan fenolik (pertinak).

Gambar 3.4 PCB dengan bahan dasar pertinak (papan fenolik)

b. Papan fiberglass.

PCb jenis ini memiliki kualitas yang lebih baik daripada jenis fenolik. Tembaga pada PCB fiberglass
cepat luntur sehingga waktu pembuatan PCB lebih cepat. Karena fiberglass dilapisi dengan serat

43
gelas, maka papan PCB jenis ini jauh lebih kaku dan kuat sehingga tidak mudah bengkok atau patah.
Gambar berikut ini menunjukan contoh PCB dengan bahan fiberglass.

Gambar 3.5 contoh PCB dengan bahan dasar Fiberglass

Umumnya PCB dengan bahan dasar fiberglass setelah di etsa, akan tampak lebih transparan
dibandingkan dengan PCB dengan bahan dasar pertinak (fenolik).

Beberapa jenis PCB yang banyak dijumpai dipasaran Indonesia adalah :

1. PCB single layer


PCB single layer merupakan PCb polos yang hanya memiliki 1 lapisan konduktor (tembaga)
pada salah satu sisinya.
2. PCB double layer
PCB double layer adalah PCb yang memiliki 2 lapisan tembaga pada kedua sisinya
3. PCB matrik
PCB matrik adalah merupakan PCb yang memiliki 1 sisi tembaga dan memiliki lubang-lubang
dengan ukuran nornal 0,8 – 1 mm. PCB ini biasa disebut dengan prototipe board.

3.3 Teknik pembuatan PCB


Teknik pembuatan PCB dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu :

1. Pembuatan PCB secara manual

Pembuatan PCb secara manual relatif lebih sederhana dan cepat. Namun cara manual tidak
disarankan untuk pembuatan PCB yang komplek. Berikut adalah bahan yang dibutuhkan untuk
membuat PCB secara manual.

1. PCB Polos.

PCB polos yang digunakan berjenis single layer dengan bahan dasar fenolik atau fiberglass.
Namun sangat disarankan untuk menggunakan bahan dasar fiberglass agar didapat hasil yang
maksimal.

44
2. Skema rangkaian

Skema rangkaian berguna sebagai petunjuk dalam menggambar tata letak dan tata jalur
komponen pada PCB. Jalur-jalur komponen yang digambar sesuai dengan jalur yang terdapat
pada skema rangkaian.

3. Rugas electro set

Rugos yang digunakan merupakan rugos khusus elektronika. Rugos ini telah memiliki pola
seperti pada rangkaian – rangkaian elektronika.

4. Spidol permanen

Spidol permanen digunakan untuk mempertebal jalur rangkaian pada PCB. Jalur yang digambat
menggunakan spidol ini dapat luntur jika kena air atau minyak dalam waktu yang lama.

5. Spon gosok atau amplas halus.

Spon yang dapat digunakan untuk membersihkan permukaan PCB adalah jenis spon busa yang
agak kasar yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Jika spon ini sulit didapat, maka dapat
diganti dengan menggunakan amplas halus no 1200. Perlu diperhatikan dalam mengamplas,
lakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan agar tidak merusak permukaan tembaga atau jalur
rangkaian.

6. Larutan FeCl3

Larutan ini bersifat korosif dan dapat melarutkan logam khususnya tembaga. Dalam
penggunaannya harus ditangani dengan hati-hati. Gunakan wadah plastik untuk membuat
larutan dan gunakan penjepit kayu untuk mengangkat atau mengatur PCb yang akan dicetak.
Jangan menggunakan tangan langsung karena akan menyebabkan iritasi pada kulit.

7. Cutter

Cutter digunakan untuk memotorng PCB dan merapikan tepi PCB agar tampak lebih baik. Cutter
juga berguna untuk merapikan jalur-jalur tembaga yang sudah dietsa.

8. Bor listrik

Bor listrik digunakan untuk membuat lubang tempat kaki-kaki komponen akan disolder.
Gunakan bor listrik kecil (mini bor) dengan ukuran mata bor 0,8 mm untuk kaki komponen pada
umumnya dan 1 mm untuk membuat lubang kabel, kaki dioda dan beberapa jenis kaki
transistor.

Berikut langkah-langkah untuk membuat PCB secara manual.

1. Siapkan skema rangkaian yang akan kita buat. Bentuk dan tata dengan baik dan rapi setiap
komponen dan hubungkan jalur-jalurnya. Kemudian periksa kembali apakah ada jalur yang
salah atau tertinggal. (lihat gambar dibawah ini).

45
Gambar 3.6 skema rangkaian yang akan kita buat

Gambar 3.7 jalur – jalur yang akan dibuat pada PCB

2. Siapkan PCb, Potong PCB sesuai ukuran yang kita inginkan dan bersihkan lapisan tembaga
PCb dengan mengosoknya perlahan-lahan dengan menggunakan amplas halus atau spon
gosok dan air. Lakukan hingga seluruh permukaan PCB bersih dan mengkilat. Setelah bersih
jangan menyentuh permukaan tembaga dengan tangan secara langsung karena akan
meninggalkan lapisan minyak tipis yang nantinya akan menjadi masalah dan mengganggu
proses etsa.
3. Gambar tata jalur pada bagian tembaga PCB yang sudah bersih dengan menggunakan spidol
permanen atau rugos. Lebar jalur biasanya 0,8 hingga 1 mm. Jika menggunakan rogos,
pilihlah rugos dengan pola garis lurus tipis dan pola lubang. Gunakan cutter untuk
memotong atau membentuk jalur.
4. Pastikan setiap jalur yang dibuat sesuai dengan skema rangkaian. Perhatikan jalur yang
tersambung dan jalur yang tidak tersambung.
5. Larutan bubuk FeCl3 ke dalam air dengan mengunakan wadah plastik. Hati-hati larutan ini
akan mengeluarkan gas dan panas pada saat terkena air. Kemudian dengan menggunakan
penjepit kayu, masukan lembar PCB yang sudah digambar. Goyang-goyang wadah secara
perlahan-lahan hingga semua tembaga yang tidak tertutup tinta larut. Proses ini disebut
proses etsa.

46
6. Setelah proses etsa selesai, segera angkat PCB dari dalam larutan dan bersihkan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir hingga benar-benar bersih.
7. Kemudian dengan menggunakan tinner dan kertas gosok, hilangkan lapisan tinta yang masih
tertinggal di PCB dan gosok hingga permukaan jalur tembaga mengkilat.
8. Siapkan bor listrik dengan mata bor yang sesuai dan lakukan pengeboran pada pad, tempat
kaki-kaki komponen akan dipasang. Untuk memudahkan proses pengeboran, pada tiap-tiap
pad, dapat ditandai terlebih dahulu dengan menggunakan paku kecil dan palu.
9. Setelah selesai dibor, kembali bersihkan PCb dan gosok dengan spon hingga jalur kembali
mengkilat.
10. Untuk mencegah proses oksidasi pada tembaga, keringkan PCB dan lapisi permukaan PCB
dengan pernis.

47
BAB IIIb Membuat Rangkaian Elektronika dengan menggunakan
Breadboard
Breadboard atau sering juga disebut project board adalah sejenis papan rangkaian yang umum
digunakan untuk mencoba sebuah rangkaian elektronika, sebelum rangkaian elektronika tersebut
dicetak pada papan rangkaian tercetak (PCB). Bentuk breadboard dapat dilihat seperti pada gambar
berikut ini.

Gambar 3.8 skema sebuab breadboard

Jalur A dan Jalur C adalah sama, tiap titik terhubung secara horizontal dan tidak terhubung secara
vertikal, sedangkan jalur B hanya terhubung secara vertikal tapi tidak terhubung secara horizontal.
Jalur A dan C umumnya digunakan sebagai jalur sumber arus listrik. Jalur B digunakan sebagai
tempat untuk memasang komponen elektronika yang akan kita rangkai.

Proses merangkai komponen elektronika dengan menggunakan breadboard sangat bebas,


tergantung kepada keinginan masing-masing pengguna. Sebelum kita membuat rangkaian dengan
menggunakan breadboard, terlebih dahulu kita harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu :

1. Breadboard
C
2. Kabel kawat tunggal diameter 0,5 mm, bila memungkinkan gunakan 2 warna kabel,
umumnya warna merah dan hitam. Kabel merah sebagai penanda positif dan kabel hitam
sebagai penanda negatif.
3. Tang potong, tang ini digunakan untuk memotong dan mengupas kabel.
4. Tang Jepit, berguna untuk membengkokan kaki komponen dan membantu memasang
komponen pada breadboard.
5. Power suplai DC dan kabel penghubungnya yang dilengkapi dengan jepit buaya
6. Beberapa komponen elektronika yang akan kita rangkai.

Selanjutnya kita akan lihat berbagai cara memasang komponen elektronika pada breadboard.

48
1. Membuat jalur sumber arus pada breadboard.

Sebelum kita membuat rangkaian elektronika dengan menggunakan media breadboard, terlebih
dahulu kita harus menyiapkan jalur sumber arus listrik DC pada breadboard. Gambar 3.9 berikut ini
menunjukan cara membuat jalur sumber arus listrik pada breadboard.

Gambar 3.9 cara memasang kabel pada breadboard untuk membuat sumber arus pada breadboard

Perhatikan gambar 2. Kabel berwarna merah adalah kabel untuk jalur positif sehingga semua jalur
yang terhubung dengan kabel merah akan menjadi jalur positif sedangkan kabel berwarna hitam
adalah kabel untuk jalur negatif sehingga semua jalur yang terhubung dengan kabel hitam akan
menjadi jalur negatif. Pada breadboard umumnya antara jalur horizontal sebelah kanan dengan jalur
horizontal sebelah kita terpisah, sehingga kita harus memasang kabel penghubung (jumper) untuk
menghubungkan kedua jalur ini (titik A pada gambar 3.9).

Sebagai alat untuk penanda apakah di dalam rangkaian sedang ada arus listrik atau tidak, maka kita
dapat memasangkan sebuah lampu LED dengan sebuah resistor 330 Ohm sebagai pembatas arus.
Masukan kaki anoda LED ke sisi atas dan kaki anoda ke sisi bawah, kemudian pada jalur yang sama,
hubungkan jalur yang kaki katoda dengan menggunakan sebuah kabel kecil ke jalur negatif disebelah
bawah dan jalur kaki anoda LED dihubungkan ke jalur positif dengan menggunakan sebuah resistor
330 Ohm seperti pada gambar. Tempatkan lampu LED indikator ini pada daerah tepi breadboard
agar tidak mengganggu pada saat kita akan merangkai sebuah rangkaian.

Untuk menghubungkan breadboard ini dengan sumber tegangan, dapat digunakan sebuah kabel
penghubung yang sudah dilengkapi dengan jepit buaya. Hubungkan kabel merah dari sumber
tegangan ke jalur positif (merah) dan hubungkan juga kabel hitam dari sumber tegangan ke jalur
negatif (hitam). Aturlah besar tegangan listrik dari sumber tegangan agar sesuai dengan tegangan
kerja rangkaian yang akan kita buat.

Buatlah rangkaian sumber arus ini dengan rapi karena rangkaian sumber arus ini akan terus kita
gunakan pada percobaan-percobaan berikutnya.

49
2. Membuat rangkaian transistor sebagai saklar dengan menggunakan breadboard

Pada percobaan berikut ini kita akan belajar membuat rangkaian sederhana sebuah transistor sebagai
saklar. Terdapat 2 jenis transistor yang dapat kita gunakan sebagai saklar yaitu transistor PNP dan
transistor NPN. Rangkaian transistor sebagai saklar dapat dilihar pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3.10 rangkaian sederhana transistor sebagai saklar

Beberapa komponen elektronika yang kita butuhkan antara lain :

1. Breadboard yang sudah dipasang jalur sumber arus


2. Transistor NPN BD 139 1 buah
3. Transistor PNP BD 140 1 buah
4. Resistor 1 Kohm 4 buah
5. Resistor 330 Ohm 2 buah
6. LED 2 buah
7. Tombol 2 buah
8. Beberapa potong kabel penghubung.

Cara kerja rangkaian.

Kedua jenis transistor ini memiliki sifat yang unik. Pada transistor NPN prinsip kerjanya adalah
menghubungkan beban pada kolektor dengan ground (menggroundkan suatu beban) sedangkan
pada transistor PNP menyalurkan arus listrik ke beban (menghubungkan beban ke positif). Beban
dalam hal ini adalah lampu LED yang akan kita nyalakan.

R2 pada rangkaian transistor NPN berfungsi sebagai pulldown resistor. R2 akan menghubungkan kaki
basis transistor NPN ke ground (negatif) sehingga transistor akan menyumbat atau tidak dapat

50
mengalirkan arus listrik dari kolektor ke emitor. Sedangkan R1 berfungsi sebagai pemberi arus basis.
Bila transistor NPN diberi arus basis (tombol ditekan), maka akan mengalir arus listrik ke kaki basis
transistor sehingga transistor akan mengalirkan arus listrik dari kolektor ke emitor sehingga beban
pada kolektor (lampu LED) akan terhubung ke ground dan menyala. R3 berfungsi sebagai pembatas
arus listrik yang mengalir melewati LED.

Pada rangkaian transistor PNP sebagai saklar cara kerjanya adalah kebalikan dari cara kerja transistor
NPN sebagai saklar. R1 pada rangkaian transistor PNP berfungsi sebagai pull-up, yang akan selalu
memberikan arus listrik ke kaki basis transistor. Sifat transistor PNP adalah bila kaki basis diberi arus
listrik, maka transistor akan menyumbat atau tidak mengalirkan arus dari emitor ke kolektor. Bila
tombol di tekan maka R2 akan menggroundkan atau menghubungkan kaki basis ke ground (negatif).
Akibatnya transistor akan mengalirkan arus listrik ke beban (LED). R3 bergungsi sebagai pembatas
arus listrik yang mengalir pada LED.

Transistor NPN yang kita gunakan pada percobaan ini adalah dari jenis BD 139 sedangkan transistor
PNP yang kita gunakan adalah BD 140. Konfigurasi kaki kedua jenis transistor dapat dilihat pada
gambar 4 berikut ini.

Gambar 3.11 konfigurasi kaki BD 139 dan BD 140

Cara merangkai pada breadboard dapat dilihat seperti pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 3.12 rangkaian transistor NPN dan PNP pada breadboard

51
Latihan 1

Perhatikan rangkaian lampu flip-flop pada gambar berikut ini.

Gambar 3.13 rangkaian lampu flip-flop

1. Buat daftar komponen yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian lampu flip-flop pada gambar 5
2. Buatlah rangkaian tersebut dengan menggunakan breadboard, setelah selesai periksakan terlebih
dahulu kepada asisten sebelum anda mencobanya.

52
3. Membuat rangkaian IC NE 55 dengan menggunakan Breadboard

Pada bagian ini kita akan membuat rangkaian elektronika dengan menggunakan IC NE 555 dengan
menggunakan media breadboard. Sebelumnya mari kita lihat selintas tentang IC NE 555 yang
terkenal ini.

Selintas IC NE 555

IC NE 555 atau biasa disebut dengan IC 555 saja adalah sebuah rangkaian terintegrasi dalam bentuk
sebuah IC monolith yang umum digunakan untuk membuat berbagai jenis timer, generator pulsa dan
aplikasi untuk osilator. IC 555 dapat digunakan untuk membuat delay waktu, osilator dan rangkaian
flip-flop. Di dalam IC 555 terdapat 4 buah timer yang terintegrasi yang dapat digunakan secara satuan
atau bersamaan. IC NE 555 dapat dijumpai dalam bentuk PDIP 8 kaki seperti pada gambar dibawah
ini.

Gambar 3.14 bentuk fisik IC 555

Konfigurasi kaki 555 dapat dilihat seperti pada gambar 8 berikut ini.

Gambar 3.15 konfigurasi kaki IC 555

Penjelasan untuk tiap-tiap kaki IC 555 adalah sebagai berikut :

Kaki no fungsi keterangan


1 GND Kaki ini digunakan sebagai kaki ground (0 V)
2 Trigger Kaki ini adalah kaki pemicu
3 Output Kaki ini untuk terminal keluaran signal

53
4 RESET Timing interbal dapat direset dengan menghubungkan kaki
ini dengan ground, tetapi timing interbal tidak akan mulai
sampai tegangan pada kaki reset naik hingga 0,7 V.
5 Control Digunakan untuk pembagi tegangan dalam
6 Threshold Interval waktu akan berakhir jika tegangan Threshold > dari
tegangan Control
7 Discharge Digunakan bersamaan dengan kapasitor
8 Vcc Tegangan positif

Latihan 3 rakitlah rangkaian berikut ini pada sebuah breadboard

1.

Gambar 3.16 rangkaian relay yang digerakan oleh NE555

54
BAB IV ADAPTOR

1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk membuat adaptor sederhana yang dapat digunakan untuk
melakukan percobaan – percobaan elektronika sederhana.

2. Dasar teori
Adaptor adalah sebuah alat yang digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dan mengubah
tegangan listrik AC (Alternating Current) menjadi tegangan listrik DC (Direct Current). Pada saat ini
ada banyak rangkaian adaptor mulai dari adaptor yang sangat sederhana hingga adaptor yang
canggih. Pada dasarnya semua jenis adaptor ini memiliki prinsip kerja yang sama. Prinsip kerja
adaptor dapat dilihat pada diagram blok berikut ini.

Sumber arus AC Step Down tranformator Rectifier (penyearah) Filter dan stabilisator Output Arus DC

Gambar 4.1 diagram blok adaptor

1. Sumber arus AC

Sumber arus AC adalah sumber arus listrik yang akan kita gunakan. Sumber arus AC ini umumnya
didapat dari tegangan jaringan listrik PLN. Untuk Indonesia tegangan jaringan listrik PLN memiliki
tegangan 220V AC dengan frekuensi 50 Hz. Untuk mengambil sumber arus ini dapat menggunakan
sebuah steker listrik yang dihubungkan dengan kabel ke adaptor. Sebagai pengaman, biasanya
dipasang sebuah sekering sebagai alat pembatas arus listrik.

2. Step down Transformator.

Step down transformator umumnya disebut trafo saja adalah sebuah komponen elektronika yang
digunakan untuk menurunkan tegangan listrik AC 220V ke tegangan listrik AC yang kita inginkan.
Perlu diperhatikan, trafo tidak mengubah bentuk tegangan AC menjadi tegangan DC tetapi hanya
menurunkannya saja. Ukuran kapasitas sebuah trafo dinyatakan dalam satuan ampere, yaitu
menunjukan berapa besar arus listrik yang dapat disediakan oleh trafo tersebut. Ukuran trafo yang
terdapat dipasaran adalah mulai dari 500 mA, 1A, 2A, 3A, 5A, 10A, 20A, 30A, 50A, hingga 100A.
semakin besar ukuran kapasitas trafo, maka semakin besar pula ukuran fisik dari trafo. Kapasitas
sebuah adaptor secara umum ditentukan oleh kapasitas dari trafo yang terdapat di dalamnya.

Besar tegangan keluar dari trafo bermacam-macam dari ukuran terkecil 3V, 4.5V, 6 V, 9V, 12V, 15V,
20V, 24V, 30V, 32V, hingga 45 V. Dipasaran dikenal 2 jenis trafo yaitu:

55
a. Trafo Engkel

Trafo engkel adalah trafo tunggal. Trafo ini hanya memiliki 1 jalur lilitan sekunder saja. Lambang dan
contoh trafo engkel adalah sebagai berikut

Gambar 4.2 skema trafo engkel dan bentuk trafo engkel

b. Trafo ganda (Trafo CT)

Trafo ganda atau sering disebut trafo CT adalah trafo yang memiliki 2 lilitan sekunder, titik tengah
lilitan ini disebut center tap (CT) merupakan titik 0 trafo. Trafo CT dapat juga diubah menjadi trafo
engkel. Trafo jenis CT memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan trafo engkel. Berikut
adalah lambang dan contoh trafo CT.

Gambar 4.3 skema trafo CT dan bentuk trafo CT

3. Rectifier (penyearah)

Rectifier atau penyearah adalah rangkaian yang digunakan untuk mengubah arus AC menjadi arus
DC. Rectifier terdiri dari rangkaian beberapa buah dioda. Ada 2 jenis penyearah yaitu penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Penyearah setengah gelombang jarang
digunakan pada adaptor, biasanya bentuk penyearah ini digunakan untuk keperluan khusus. Untuk
adaptor biasanya digunakan bentuk penyearah gelombang penuh. Untuk trafo engkel diperlukan 4
buah dioda yang dipasang dalam bentuk jembatan untuk mendapatkan bentuk gelombang penuh,
sedangkan untuk trafo CT hanya dibutuhkan 2 buah dioda untuk membentuk penyearah gelombang
penuh.

56
Jenis dioda yang umum digunakan untuk penyearah adalah jenis dioda silikon. Berikut gambar
rangkaian penyearah dan bentuk gelombangnya.

Gambar 4.4 penyearah gelombang penuh dengan rangkaian trafo engkel dan 4 buah dioda yang
dirangkaian berbentuk jembatan

Gambar 4.5 penyearah gelombang penuh dengan rangkaian trafo CT dan 2 buah dioda

57
Gambar 4.6 rangkaian penyearah gelombang penuh untuk adaptor bipolar. Biasanya adaptor ini
digunakan untuk keperluan khusus seperti untuk OP-Amp

Gambar 4.7 rangkaian penyearah setengah gelombang

4. Filter dan Stabilisator Tegangan

Filter dalam sebuah adaptor berguna untuk meratakan bentuk gelombang DC yang dihasilkan oleh
penyearah. Umumnya digunakan sebuah kapasitor dengan ukuran kapasitas yang cukup besar untuk
membentuk filter. Jenis kapasitor yang digunakan adalah kapasitor polar dengan ukuran 1000 mikro
Farrad hingga 47.000 mikro Farrad, tergantung keperluannya. Namun untuk adaptor biasanya
dengan ukuran 2200 mikroFarrad sudah menghasilkan arus DC yang cukup baik.

Stabilisator adalah alat yang digunakan untuk menstabilkan arus dan tegangan listrik yang keluar
dari filter. Pada adaptor yang akan dibuat tidak menggunakan stabilisator. Komponen elektronika
berupa rangkaian transistor atau dioda zener sering digunakan sebagai stabilisator. Berikut ini
gambar beberapa rangkaian filter dan stabilisator yang umum digunakan.

Gambar 4.8 pemasangan filter kapasitor pada kedua jenis trafo

Pada gambar 4.8 tampak penggunaan filter kapasitor pada sebuah rangkaian adaptor sederhana.
Kapasitor yang digunakan ini harus memiliki kapasitas yang cukup besar dan umumnya
menggunakan kapasitor polar. Tegangan listrik yang dihasilkan dengan menggunakan filter kapasitor
ini sudah cukup baik, walaupun riak-riak tegangan masih tetap ada. Untuk menghasilkan arus DC
yang lebih baik, maka dapat dipasang sebuah stabilisator tegangan pada sisi setelah filter.

58
Gambar 4.9 stabilisator tegangan dengan menggunakan dioda zener.

Gambar 4.9 memperlihatkan skema rangkaian adaptor sederhana yang menggunakan kapasitor
sebagai filter tegangan dan sebuah dioda zener sebagai stabilisator tegangan. Tegangan yang
dihasilkan sudah sangat baik, namun rangkaian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat
mengeluarkan 1 tingkat tegangan saja, yaitu sebesar tegangan cut-off dioda zener. Misalnya jika
tegangan cut-off dioda zener 6,7 volt, maka tegangan listrik DC yang keluar dari adaptor ini juga 6,7
volt, walaupun inputnya kita naikkan.

Gambar 4.10 stabilisator tegangan dengan menggunakan transistor

Penggunaan transistor sebagai stabilisator tegangan akan menghasilkan tegangan yang lebih baik
lagi. Namun adaptor yang menggunakan transistor sebagai stabilisator tegangan membuat rangkaian
menjadi lebih rumit. Beberapa kelebihan rangkaian stabilisator tegangan dengan menggunakan
transistor adalah dapat divariasikannya tegangan keluaran dari adaptor secara kontinyu. Beberapa

59
hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan transistor sebagai stabilisator tegangan adalah
perlu memasang keping pendingin dan kipas pendingin pada transistor karena transistor yang
digunakan akan mengeluarkan panas yang berlebih. Semakin besar arus yang dilewatkan, maka
semakin banyak tingkatan transistor yang digunakan sebagai stabilisator tegangan.

Pada saat ini telah tersedia IC (Integrated Circuit) yang dapat digunakan sebagai stabilisator
tegangan yaitu IC 78XX dan 79XX. Perbedaan kedua jenis IC ini adalah pemasangannya di dalam
rangkaian. Angka XX menunjukkan nilai tegangan listrik yang dikeluarkan oleh IC misalnya 7805
menyatakan IC ini akan mengeluarkan tegangan DC stabil sebesar 5 volt. Berikut rangkaian IC
stabilisator tegangan pada adaptor.

Gambar 4.11 rangkaian adaptor dengan menggunakan IC 78XX dan 79XX

5. Output DC

Output dari adaptor adalah tegangan DC yang sudah difilter. Tegangan ini akan disalurkan untuk
berbagai keperluan. Banyak sekali jenis socket dan terminal yang dapat digunakan untuk keperluan

60
output adaptor. Namun yang perlu diperhatikan, terminal dan socket yang digunakan sebagai sarana
output adaptor ini harus dapat menunjukkan perbedaan kutub positif dan negatif, supaya dalam
penggunaan adaptor tidak menimbulkan kekeliruan yang dapat menyebabkan rusaknya alat
elektronika yang di suplai oleh adaptor. Berikut gambar beberapa jenis terminal dan soket yang
dapat digunakan sebagai output adaptor.

Gambar 4.12 beberapa contoh soket yang dapat digunakan sebagai terminal output adaptor

3. Skema dan Komponen yang dibutuhkan


Praktikum ini akan membuat sebuah adaptor sederhana dengan filter kapasitor, tanpa
menggunakan stabilisator tegangan. Berikut ini adalah skema adaptor yang akan dibuat.

Gambar 4.13 skema adaptor yang akan dibuat

Komponen-komponen yang dibutuhkan adalah :

1. Trafo engkel 500 mA dengan tegangan primer 0 dan 220 V; tegangan sekunder 0, 3V, 4.5V,
6V, 9V dan 12V sebanyak 1 buah
2. Saklar on-off sebanyak 1 buah
3. Saklar putar untuk 5 posisi sebanyak 1 buah
4. Dioda silikon tipe 1N4002, 1A sebanyak 4 buah
5. Kapasitor elektrolit 2200 mikroFarrad 25 volt sebanyak 1 buah
6. PCB ukuran 6cm x 10cm sebanyak 1 buah

61
7. Socket banana merah dan hitam masing-masing 1 buah
8. Socket AC sebanyak 1 buah
9. Lampu led 5 mm 1 buah
10. Resistor 680 Ohm 1 buah
11. Kabel secukupnya
12. Timah solder
13. Baut dan mur diameter 3 mm secukupnya
14. Box plastik ukuran 50mm x 85mm x 125 mm sebanyak 1 buah

Alat-alat kerja yang dibutuhkan :

1. Solder listrik 30 Watt = 1 buah


2. Tang potong = 1 buah
3. Tang lancip = 1 buah
4. Tang pengupas kabel = 1 buah
5. Obeng + dan - = 1 set
6. Sedotan timah = 1 buah
7. Ferrid clorida = secukupnya
8. Wadah ferrid clorida = 1 buah
9. Bor pcd = 1 set
10. Spon gosok = 1 set
11. Tinner = secukupnya
12. Dudukan solder = 1 set

4. Cara kerja
Proses pembuatan PCB

Perhatikan gambar 4.14 berikut ini.

1. Pindahkanlah gambar 4.14 berikut ini ke permukaan tembaga PCB yang telah
dibersihkan dengan tinner dan sudah digosok dengan spon halus.

Gambar 4.14 layout PCB yang akan dicetak

62
2. Pindahkan gambar 4.14 ke permukaan PCB dengan menggambar jalur biru dan coklat
saja. Gunakan spidol permanen untuk menggambar jalur tersebut. Ikutilah petunjuk dari
asisten.
3. Setelah jalur selesai digambar, periksa kembali jalur tersebut dan teliti ulang apakah ada
jalur yang tertinggal atau berhimpit.
4. Bila sudah bagus, siapkan larutan ferrit klorid dengan melarutkan sejumlah kecil bubuk
ferrit klorid ke dalam air. Hati-hati bila bekerja dengan menggunakan ferrit klorid karena
zat ini sangat korosif dan bersifat racun. Gunakan wadah plastik untuk melarutkannya
dan sebaiknya lakukan di luar ruangan.
5. Kemudian rendam PCB yang sudah digambar ke dalam larutan. Untuk mempercepat
proses pelarutan tembaga, goyang perlahan-lahan wadah. Lakukan hingga semua
tembaga yang tidak tertutup spidol larut. Proses ini disebut etching.
6. Setelah proses etching selesai. Angkat PCB dengan menggunakan jepitan kayu dan
bersihkan pada air yang mengalir dengan menggunakan sabun. Lakukan hingga
permukaan PCB benar – benar bersih dari sisa-sisa ferrit klorid.
7. Setelah itu bersihkan permukaan PCB dari bekas tinta spidol dengan menggunakan
tinner. Kemudian gosok dengan menggunakan spon halus hingga jalur tembaga yang
sudah terbentuk mengkilap dan bebas dari oksida tembaga. Perhatikan, untuk menjaga
jalur tetap mengkilap, jangan sentuh jalur dengan menggunakan tangan, karena asam
pada kulit akan menyebabkan jalur tembaga teroksidasi dan menjadi buram.
8. Buatlah titik-titik kecil dengan mengunakan paku kecil pada PAD yang akan di bor.
9. Setelah semua PAD ditandai dengan titik, mulailah membuat lubang dengan
menggunakan bor listrik kecil ukuran 0,8 mm. Lakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak jalur tembaga.
10. Setelah selesai proses pengeboran, bersihkan kembali dengan menggunakan spon halus
dan PCB siap untuk dipasang komponen.

Proses Penyolderan komponen

1. Sebelum memasang komponen ke PCB, periksa terlebih dahulu PCB yang sudah anda buat
ke asisten untuk benar-benar menyakinkan PCB anda sudah benar.
2. Kemudian panaskan solder listrik dan tempatkan pada dudukannya.
3. Pasangkan komponen pada lubang PCB dengan mengikuti petunjuk gambar 4.14.
4. Solder dengan menggunakan timah kaki-kaki komponen tersebut. Perhatikan jangan
menyolder terlalu lama, karena panas yang berlebih dapat merusak komponen yang
digunakan. Perhatikan juga letak kaki komponen jangan sampai terbalik.
5. Potong dan rapikan kaki komponen yang tersisa dengan menggunakan tang potong
6. Setelah selesai periksa kembali PCB yang sudah dipasang komponen ke asisten untuk
menyakinkan pemasangan komponen sudah benar.
7. Bila ada komponen yang salah pasang, cabut komponen dengan menggunakan bantuan
penyedot timah. Ikuti petunjuk asisten.
8. Setelah semua komponen terpasang, pasang trafo ke PCB dengan menggunakan baut dan
kencangkan.

63
Proses pengawatan

1. Potong kabel sepanjang 10 cm sebanyak 14 buah.


2. Kemudian solder, kabel dari terminal 3V, 4.5V, 6V, 9V dan 12V ke sakelar putar dan 1 buah
kabel juga di solder ke terminal output sakelar putar.
3. Hubungkan kabel dari terminal 0 sekunder trafo ke PCB dan terminal output sakelar putar ke
PCB (ikuti petunjuk asisten).
4. Pasang kabel merah pada lubang output PCB yang positif dan kabel hitam ke lubang output
PCB (negatif).
5. Pasang kabel di terminal primer trafo pilih titik 0V dan 220V. Titik 0V langsung dihubungkan
ke socket AC, sedangkan titik 220V ke sakelar on-off.
6. Hubungkan kabel dari sakelar on-off ke socket AC.
7. Pasang lampu indikator Led dan resistor (ikuti petunjuk asisten)
8. Periksa ulang rangkaian pengawatan yang sudah anda buat ke asisten.

Proses pembuatan box dan perakitan ke dalam box

1. Siapkan box sebagai tempat adaptor.


2. Buat lubang dudukan untuk sakelar on-off, sakelar putar, soket AC dan socket banana jack
pada box. Lakukan menurut selera anda tetapi harus proporsional.
3. Pasang PCB pada tutup box. Kencangkan dengan baut.
4. Pasang socket AC pada tempatnya, demikian juga sakelar putar, sakelar on-off dan socket
banana jack.
5. Pasang kabel dari terminal output PCB ke banana jack. Kabel merah ke socket merah dan
kabel hitam ke socket hitam.
6. Sebelum anda menutup box, periksa kembali box ke asisten
7. Tutup box dengan rapi dan kencangkan dengan baut yang tersedia.
8. Adaptor sederhana telah selesai dibuat dan siap di uji coba.

Proses pengujian

1. Siapkan multimeter.
2. Hubungkan socket AC dengan jaringan PLN dengan menggunakan kabel listrik yang sesuai.
3. Aktifkan sakelar AC dan perhatikan apakah ada asap yang keluar dari box. Bila ada asap,
segera matikan dan periksakan adaptor anda ke asisten.
4. Putar sakelar putar pada tegangan tertentu, kemudian ukur tegangan yang keluar dari
socket banana jack dengan menggunakan mutilmeter.
5. Ukuran untuk setiap tegangan listrik yang tersedia.

64
BAB V PRAKTIKUM MEMBUAT ”RUNNING LED”

1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah membuat rangkaian running LED dengan menggunakan IC NE555
sebagai sumber clock dan IC logika CD4017 sebagai divide counter

2. Dasar teori
Pada praktikum ini kita akan membuat sebuah rangkaian sederhana yang bersifat dekorasi yaitu
running LED 10. Rangkaian ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sumber denyut (clock) dan bagian
logika. Untuk membuat sumber clock kita menggunakan IC NE 555 yang sudah sangat terkenal. IC NE
555 ini akan dikonfigurasikan menjadi sebuah generator denyut yang membangkitkan gelombang
kotak. Berikut rangkaian NE 555 sebagai pembangkit denyut gelombang kotak.

Gambar 5.1 rangkaian NE555 yang digunakan sebagai pembangkit denyut

Denyut (clock) yang keluar dari IC NE 555 dibaca oleh IC 4017. IC 4017 adalah IC counter-divider
dengan 10 titik output. Setiap perubahan dari low ke high pada clock yang diberikan oleh NE 555 ke
kaki Clock IC 4017 akan menyebabkan IC 4017 menghitung dari satu titik output ke titik output
berikutnya. Jika proses menghitung sudah sampai pada titik output terakhir (9) maka proses
menghitung akan diulang dari awal. Frekuensi clock NE 555 dapat dihitung dengan rumus :

1,44
f=
( R1 +2 × ( R 2+ R3 ) ) ×C 2

65
Berikut ini rangkaian CD4017 yang dihubungkan ke 10 buah LED.

Gambar 5.2 Rangkaian CD 4017 sebagai counter divider

Untuk output IC 4017 ini dihubungkan dengan 10 buah lampu LED. Lampu LED ini membutuhkan arus
listrik maksimal 20 mA. Untuk mencegah arus yang berlebih maka sebuah resistor dengan nilai 1
kiloOhm dihubungkan ke kaki negatif LED.

R3 adalah potensiometer yang dapat digunakan untuk mengubah nilai clock, sehingga kecepatan
running LED dapat diatur dengan mengubah-ngubah nilai potensiometer ini.

3. Skema dan Komponen yang dibutuhkan


Praktikum ini akan membuat sebuah running Led 10 lampu dengan menggunakan IC NE 555 sebagai
clock dan CD 4017 sebagai counter divider. Berikut rangkaian elektronika yang akan dibuat.

66
Gambar 5.3 rangkaian running led 10

Komponen-komponen yang dibutuhkan adalah :

1. IC CD 4017 = 1 buah
2. IC NE 555 = 1 buah
3. Resistor 1kOhm = 2 buah
4. Resistor 4k7 = 1 buah
5. Capasitor 100nF = 2 buah
6. Capasitor 10F/16V = 1 buah
7. Potensiometer 100K = 1 buah
8. LED 5 mm = 10 buah
9. PCD 8cm x 8cm = 1 lembar
10. Kabel = secukupnya
11. Soket IC 2 x 4 kaki = 1 buah
12. Soket IC 2 x 8 kaki = 1 buah

Alat-alat kerja yang dibutuhkan :

1. Solder listrik 30 Watt = 1 buah


2. Tang potong = 1 buah
3. Tang lancip = 1 buah
4. Tang pengupas kabel = 1 buah
5. Obeng + dan - = 1 set
6. Sedotan timah = 1 buah
7. Ferrid clorida = secukupnya
8. Wadah ferrid clorida = 1 buah
9. Bor pcd = 1 set
10. Spon gosok = 1 set
11. Tinner = secukupnya
12. Dudukan solder = 1 set

67
4. Cara kerja
Proses pembuatan PCB

1. Pindahkanlah gambar 5.5 berikut ini ke permukaan tembaga PCB yang telah dibersihkan
dengan tinner dan sudah digosok dengan spon halus. Perhatikan skala pada gambar 5.5
adalah skala 1:1.

Gambar 5.5 layout PCB yang akan dicetak

2. Pindahkan gambar 5.5 ke permukaan PCB dengan menggambar jalur biru dan coklat
saja. Gunakan spidol permanen untuk menggambar jalur tersebut. Ikutilah petunjuk dari
asisten.
3. Setelah jalur selesai digambar, periksa kembali jalur tersebut dan teliti ulang apakah ada
jalur yang tertinggal atau berhimpit.
4. Bila sudah bagus, siapkan larutan ferrit klorid dengan melarutkan sejumlah kecil bubuk
ferrit klorid ke dalam air. Hati-hati bila bekerja dengan menggunakan ferrit klorid karena
zat ini sangat korosif dan bersifat racun. Gunakan wadah plastik untuk melarutkannya
dan sebaiknya lakukan di luar ruangan.
5. Kemudian rendam PCB yang sudah digambar ke dalam larutan. Untuk mempercepat
proses pelarutan tembaga, goyang perlahan-lahan wadah. Lakukan hingga semua
tembaga yang tidak tertutup spidol larut. Proses ini disebut etching.
6. Setelah proses etching selesai. Angkat PCB dengan menggunakan jepitan kayu dan
bersihkan pada air yang mengalir dengan menggunakan sabun. Lakukan hingga
permukaan PCB benar – benar bersih dari sisa-sisa ferrit klorid.
7. Setelah itu bersihkan permukaan PCB dari bekas tinta spidol dengan menggunakan
tinner. Kemudian gosok dengan menggunakan spon halus hingga jalur tembaga yang
sudah terbentuk mengkilap dan bebas dari oksida tembaga. Perhatikan, untuk menjaga
jalur tetap mengkilap, jangan sentuh jalur dengan menggunakan tangan, karena asam
pada kulit akan menyebabkan jalur tembaga teroksidasi dan menjadi buram.

68
8. Buatlah titik-titik kecil dengan mengunakan paku kecil pada PAD yang akan di bor.
9. Setelah semua PAD ditandai dengan titik, mulailah membuat lubang dengan
menggunakan bor listrik kecil ukuran 0,8 mm. Lakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak jalur tembaga.
10. Setelah selesai proses pengeboran, bersihkan kembali dengan menggunakan spon halus
dan PCB siap untuk dipasang komponen.

Proses Penyolderan komponen

1. Sebelum memasang komponen ke PCB, periksa terlebih dahulu PCB yang sudah anda buat
ke asisten untuk benar-benar menyakinkan PCB anda sudah benar.
2. Kemudian panaskan solder listrik dan tempatkan pada dudukannya.
3. Pasangkan komponen pada lubang PCB dengan mengikuti petunjuk gambar 5.5.
4. Solder dengan menggunakan timah kaki-kaki komponen tersebut. Perhatikan jangan
menyolder terlalu lama, karena panas yang berlebih dapat merusak komponen yang
digunakan. Perhatikan juga letak kaki komponen jangan sampai terbalik.
5. Untuk memasang IC gunakan soket IC jangan menyolder langsung kaki IC, karena komponen
ini mudah rusak bila terkena panas berlebih.
6. Perhatikan kaki lampu LED, jangan terbalik.
7. Potong dan rapikan kaki komponen yang tersisa dengan menggunakan tang potong
8. Setelah selesai periksa kembali PCB yang sudah dipasang komponen ke asisten untuk
menyakinkan pemasangan komponen sudah benar.
9. Bila ada komponen yang salah pasang, cabut komponen dengan menggunakan bantuan
penyedot timah. Ikuti petunjuk asisten.

Proses pengawatan

1. Pembuatan running led ini tidak memerlukan banyak pengawatan.


2. Bila semua komponen sudah terpasang rapi, pasang kabel merah dan kabel hitam pada
lubang power suplay, kabel merah pada lubang + dan kabel hitam pada lubang GND.

Proses pengujian

1. Sebelum melakukan pengujian, periksa kembali rangkaian untuk memastikan semua


komponen sudah terpasang dengan benar ke asisten anda.
2. Siapkan adaptor yang sudah anda buat pada praktikum sebelumnya. Dan atur tegangan
adaptor pada 6 volt.
3. Hubungkan kabel + dengan kutup + adaptor dan kabel GND dengan kutub negatif adaptor.
4. Hidupkan adaptor dan perhatikan nyala lampu LED, untuk mengatur kecepatan nyala lampu
dapat memutar potensiometer dengan menggunakan obeng kecil.

69

Anda mungkin juga menyukai