Anda di halaman 1dari 4

RANGKAIAN ARUS SEARAH

3.2 Mengevaluasi prinsip kerja peralatan listrik searah (DC) dalam kehidupan sehari hari.
4.2 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki prinsip kerja rangkaian listrik searah

A. Hukum Ohm
1. Pengukuran Arus dan Tegangan Listrik
Arus listrik mengalir dari potensial tinggi menuju potensial rendah, arah arus listrik
berlawanan arah dengan arah gerak electron atau searah dengan arah gerak muatan positip.
Kuat arus listrik : jumlah muatan listrik yang melewati penghantar tiap satuan waktu.

Q nq
I= =
t t

Keterangan :
I = kuat arus (A) ne= jumlah elektron
Q = muatan listrik ( C) q = muatan electron ( 1,6 19-19C)
t = waktu (s)
Pengukuran Arus Listrik
Ampermeter harus dipasang secara seri dengan alat yang akan diukur arus listriknya.
Jika arus listrik yang akan diukur melebihi kemampuan alat, maka diperlukan hambatan
shunt yang dipasang secara parallel dengan ampermater. Maka perimisannya :

RA I
R s h= , n=
(n−1) IA
Keterangan :
n = kelipatan kenaikan I = kuat arus yang diukur
RA= hambatan ampermeter IA= kuat arus maksimal
Rsh=hambatan shunt

Pengukuran Tegangan listrik


Votl meter harus dipasang scara parallel dengan alat yang akan diukur tegangan listriknya.
Votl meter dapat digunakan untuk mengukur tegangan yang melebihi jangkauan, dengan cara
memasang hambatan muka pada volt meter yang dipasang secara seri.perumusannya :
V
Rt =( n−1 ) RV , n=
VV
Keterangan :
Rt= hambatan muka V = tegangan yang diukur
Rv=hambatan volt meter VV= tegangan maksimum
n = kelipatan kenaikan

2. Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Tegangan Listrik


Dari hasil pengamatan percobaan diperoleh hasil, hubungan matematis antara kuat arus
listrik, tegangan listrik dan hambatan listrik sbb:
V
=R atau V =I R
I
Keterangan:
V = beda potensial listrik (volt)
I = kuat arus listrik (A)
R = hambatan penghantar (ohm)
3. Hambatan Listrik
a. Resistansi (hambatan)
Resistansi suatu penghantar akan mempengaruhi kuat arus listrik yang mengalir pada
penghantar tersebut.
Yang mempengaruhi resistensi suatu penghantar adalah panjang, luas penampang dan
jenis bahan ( Resistivitas)
l
R=ρ
A
Keterangan :
ρ = hambatan jenis atau resistivitas
l = panjang penghantar (m)
A= luas penampang (m2)
b. Resistivitas /Hambatan Jenis
Adalah resistansi suatu penghantar yang memiliki panjang satu satuan panjang dan luas
satu satuan luas. Resistivitas akan berubah ketika suhunya berubah.
ρ=ρ0 (1+α ∆T )
Karena resistivitas mempengaruhi resistensi suatu penghantar maka :
R=R 0 (1+α . ∆ T )
Keterangan :
ρ = resistivitas pada suhu tertentu
ρ0 = resistivitas pada suhu 00(nol derajad)
R = resistensi/hambatan pada suhu tertentu
R0 = resistensi/hambatan pada suhu nol derajad (0 0)
α = koefisien suhu
∆ T = kenaikan suhu

B. Rangkaian Hambatan dan Hukum Kirchhof


1. Rangkaian Hambatan
a. Rankaian Seri
Apabila beberapa hambatan/resistor dirangkai secara seri maka :
- Kuat arus listrik yang melewati masing masing resistor besarnya sama.
- Jumlah beda potensial masing masing hambatan sama dengan besar beda potensial
sumbernya.
Perumusannya sbb :
R1 R2 R3
Rt =R1 + R2 + R3
Vt
I=
Rt
VAB = I. RAB , VBC = I. RBC , VCD = I. RCD

b. Rangkaian Paralel
Apabila beberapa resistor/hambatan disusun secara parallel dan dihubungkan dengan
sumber tegangan maka :
- Beda potensial pada masing masing hambatan besarnya sama.
- Kuat arus listrik pada masing masing resistor besarnya tidak sama, jika kuat arus
tersebut dijumlahkan maka besarnya sama dengan kuat arus totalnya.

1 1 1 1
= + +
R t R1 R2 R 3
V AB
I=
Rt
V V V
I 1= AB , I 2= AB , I 3= AB
R1 R2 R3

c. Rangkaian Delta
Resistor yang dirangkai dalam rangkaian delta, maka tidak dapat diselesaikan dengan
cara seri maupun parallel. Penyelasaiannya dengan cara di transformasi ke rangkaian
star/bintang.

R1 R 2 R1 R 3 R2 R 3
R12= , R13= , R23=
R 1+ R 2 + R 3 R 1+ R 2+ R 3 R 1 + R 2+ R 3

d. Rangkaian Jembatan Wheatstone


Rangkaian jembatan wheatstone , digunakan jika perkalian dua resistor yang
berhadapan nilainya sama dan dianggab R5 tidak ada (arus yang lewat R5 adalah nol)
R1 . R3 = R2 . R4
penyelesaian selanjutnya dengan cara rangkaian seri dan parallel.

2. Hokum Khirchhof
a. Hukum I Khirchhof
Jumlah arus listrik yang masuk pada sebuah titik percabangan sama dengan jumlah arus
yang meninggalkan titik percabangan tersebut.
∑ I =0
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
b. Hukum II Kirchhof
Pada suatu rangkaian tertutup jumlah aljabar ggl (gaya gerak listrik) sumber arus dengan
penurunan potensial (hasil perkalian antara kuat arus dan hambatan) sama dengan nol.
Sehingga perumusannya sbb :
∑E +∑(IR)=0
Ketentuan perumusan :
a. Semua hambatan dihitung positip.
b. Dalam penelusuran rangkaian(loop) jika arah loop bertemu dengan kutub negatip
maka ggl nya ditulis negatip ( -E ). Dan sebaliknya.
c. Arus yang searah dengan penelusuran loop dihitung positip dan sebaliknya.
d. Jika hasil akhir perhitungan kuat arus bernilai negatip maka kuat arus yang
sebenarnya kebalikan dari arah yang ditetapkan.

- Kuat Arus Listrik dalam Rangkaian Sederhana


Pada rangkaian sederhana yang terdiri dari satu hambatan dan satu sumber tegangan
maka perumusannya sbb :
−E+ I r + I R=0 atau−E+ I ( r + R )=0
Tegangan jepit adalah tegangan penggunaan di luar sumber arus.
K=IR
- Kuat Arus Listrik dalam Rangkaian Tertutup
Pada suatu rangkaian tertutub yang terdiri dari beberapa sumber tegangan dan
beberapa hambatan, maka sesuai Hukum II Kirchhof perumusannya sebagai berikut :
E1 + E2 – E3 + I ( r1+R1+r2+R2+r3+R3) = 0
Untuk menentukan tegangan atau beda potensial antara dua titik adalah :
V a d =∑ E+∑(I R)

- Rangkaian Listrik tertutup majemuk


Apabila beberapa hambatan dan sumber tegangan di rangkai secara majemuk atau lebih
dali satu loop, maka prinsip penyelesaiannya sama dengan rangkaian loop
tunggal.karena persamaannya lebih dari satu sehingga hasilakhir dengan cara eliminasi
atau substitusi.

Anda mungkin juga menyukai