Anda di halaman 1dari 10

LISTRIK ARUS SEARAH

Pada dasarnya rangkaian listrik dibedakan menjadi dua, yaitu rangkaian listrik terbuka dan rangkaian
listrik tertutup. Rangkaian listrik terbuka adalah suatu rangkaian yang belum dihubungkan dengan
sumber tegangan, sedangkan rangkaian listrik tertutup adalah suatu rangkaian yang sudah dihubungkan
dengan sumber tegangan.
1. Arus Listrik
Arus listrik yang mengalir pada penghantar dapat berupa arus searah atau direct current
(DC) dan dapat berupa arus bolak-balik atau alternating current (AC). Aliran arus listrik pada
kawat kita kenal sebagai arus listrik. Aliran muatan dapat berupa muatan positif (proton) dan
muatan negatif (elektron)

Kuat Arus Listrik


Pengertian arus listrik, yaitu aliran muatan listrik positif pada suatu penghantar dari potensial
tinggi ke potensial rendah. Percobaan arus listrik dibawah sebaiknya dilakukan dengan 1 batre
dan 2 batre untuk mengetahui perbedaan arus listriknya.

Pada baterai terdapat dua kutub yang potensialnya berbeda. Jika kedua kutub tersebut
dihubungkan dengan lampu melalui kabel, maka akan terjadi perpindahan elektron dari kutub
negatif ke kutub positif atau terjadi arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif, sehingga
lampu dapat menyala
Selanjutnya, jika baterai yang digunakan dua buah, maka lampu akan menyala lebih terang. Jika
baterai yang digunakan tiga buah, maka lampu menyala makin terang. Mengapa demikian? Hal
ini disebabkan beda potensial kutub positif dan kutub negatifnya makin besar sehingga
muatanmuatan listrik yang mengalir pada penghantar makin banyak atau arus listriknya makin
besar. Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan listrik
yang mengalir. Kuat arus listrik merupakan kecepatan aliran muatan listrik. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang melalui penampang
suatu penghantar setiap satuan waktu. Bila jumlah muatan q melalui penampang penghantar
dalam waktu t, maka kuat arus I secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:
I : kuat arus listrik (A)
q : muatan listrik yang mengalir (C)
t : waktu yang diperlukan (s)

Mengukur Kuat Arus Listrik


Bagaimana cara mengetahui besarnya arus listrik? Alat yang dapat digunakan untuk mengetahui
kuat arus listrik adalah amperemeter. Pada pengukuran kuat arus listrik, amperemeter disusun
seri pada rangkaian listrik sehingga kuat arus yang mengalir melalui amperemeter sama
dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar

Cara memasang amperemeter pada rangkaian listrik adalah sebagai berikut.


a. Terminal positif amperemeter dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan (baterai).
b. Terminal negatif amperemeter dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan
(baterai).
Jika sakelar pada rangkaian dihubungkan, maka lampu pijar menyala dan jarum pada
amperemeter menyimpang dari angka nol. Besar simpangan jarum penunjuk pada amperemeter
tersebut menunjukkan besar kuat arus yang mengalir.
Jika sakelar dibuka, maka lampu pijar padam dan jarum penunjuk pada amperemeter kembali
menunjuk angka nol. Artinya tidak ada aliran arus listrik pada rangkaian tersebut. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa arus listrik hanya mengalir pada rangkaian tertutup

2. Tegangan Listrik
Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi listrik antara dua
titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial
sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik.
Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra
rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
V= I .R
V : Tegangan adalah volt (V)
I : Arus Listrik (Ampere)
R : Hambatan Listrik (Ohm)

3. Hambatan Listrik

Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik
(misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan listrik dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Dengan:
R : hambatan listrik (Ohm)
 : hambatan jenis penghantar (m)
l : panjang penghantar (m)
A : luas penampang penghantar (m2)

Jadi, hambatan listrik suatu penghantar dipengaruhi oleh jenis, panjang dan luas penghantar.

Contoh Soal:
Suatu nikelin dengan panjang 100 m, dengan diameter 2 mm, hitunglah nilai hambatan nikelin
jika hambatan jenis kawat nikelin 0,42 Ω mm2/m!

Penyelesaian:
Diketahui : ρ kawat nikelin = 0,42 Ω mm2/m
d = 2 mm
r = 1 mm
l = 100 m
Ditanya : R = ?
Jawab:
Langkah pertama :
Menghitung luas penampang atau luas alas, karena suatu kawat memiliki luas penampang
berbentuk lingkaran maka mengunakan rumus luas lingkaran
( ) mm2

Langkah kedua:
Menghitung hambatan listrik

Mengukur Hambatan Listrik secara Langsung


Kita tentu telah mengenal multimeter, yaitu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kuat
arus, beda potensial, dan hambatan. Untuk mengukur hambatan dengan menggunakan
multimeter, terlebih dahulu kita putar sakelar pilih pada multimeter ke arah yang bertanda R.
Dengan demikian, multimeter telah berfungsi sebagai ohmmeter (pengukur hambatan).
Hubungkan ujung-ujung terminal multimeter dengan ujung-ujung benda yang akan diukur
hambatannya, kemudian perhatikan skala yang ditunjukkan pada multimeter

Mengukur Hambatan Listrik secara Tidak Langsung

Selain menggunakan multimeter, kita juga dapat menggabungkan voltmeter dan amperemeter
secara bersama-sama pada rangkaian listrik yang diukur hambatannya. Voltmeter dipasang
secara paralel, sedangkan amperemeter dipasang seri dengan benda yang akan diukur
hambatannya

Setelah rangkaian terpasang seperti terlihat pada gambar diatas, bacalah skala yang ditunjukkan
voltmeter maupun amperemeter, kemudian hitunglah nilai hambatan R dengan persamaan
hukum ohm.

Untuk ketelitian yang lebih baik, ulangilah pengukuran tersebut dengan cara mengubah-ubah
beda potensialnya baterai sehingga diperoleh nilai hambatan listrik yang tepat.

Hukum Ohm

Bunyi Hukum Ohm:

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding
lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R)”

Dengan:

R : hambatan listrik (ohm)

V : tegangan listrik (volt)

I : arus listrik (Ampere)

Contoh Soal:
Suatu hambatan 12 Ω dihubungkan dengan baterai. Setelah diukur dengan amperemeter,
ternyata kuat arus yang mengalir adalah 1/2 ampere. Berapakah nilai tegangan pada baterai
tersebut?
Jawab:
R = 12 
I =½A
Maka, V = I.R = ½.12 = 6 volt
Jenis Rangkaian Hambatan Listrik
Rangkaian hambatan listrik dibedakan menjadi dua, yaitu seri dan paralel.
1. Rangkaian Hambatan Listrik Seri
Rangkaian hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris). Pada
rangkaian hambatan seri yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, besar kuat arus di
setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Jadi, semua hambatan yang terpasang pada
rangkaian tersebut dialiri arus listrik yang besarnya sama. Bila salah satu hambatan ada yang
putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut juga putus/tidak mengalir.

Pada rangkain seri ini berlaku ketentuan sebagai berikut.


1. Besarnya kuat arus pada masing masing tahanan (resistor) akan sama besar
I1 = I 2 = I3 = I
2. Besarnya beda potensial (tegangan listrik) pada masing – masing hambatan akan berbeda –
beda jika nilai hambatannya berbeda sesuai dengan prinsip hukum ohm.
V di R1 = I x R1
V di R2 = I x R2
V di R3 = I x R3
3. Besarnya hambatan total pada rangkaian ini merupakan total penjumlahan dari masing –
masing nilai resistor yang terhubung
Rtotal = R1 + R2 + R3

2. Rangkaian Hambatan Listrik Paralel


Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan/berjajar. Jika hambatan
yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka tegangan pada ujung-
ujung tiap hambatan adalah sama. Sesuai dengan Hukum I Kirchoff, jumlah kuat arus yang
mengalir pada masing-masing hambatan sama dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar
utama

Pada rangkaian paralel berlaku ketentuan sebagai berikut:


1. Besarnya kuat arus pada masing – masing resistor berbeda – beda bergantung pada
besarnya nilai hambatan resistor.
I1 ≠ I2 ≠ I3 ≠ I tetapi I = I1 + I2 + I3
2. Besarnya beda potensial atau tegangan pada masing – masing resistor akan sama
I1.R1 = I2.R2 = I3.R3 = I.Rp
3. Besarnya hambatan total dapat dihitung dengan dengan rumus berikut:

Contoh Soal:
Tiga buah hambatan dihubungkan secara paralel. Hambatan tersebut masing masing bernilai 2 ohm, 1
ohm dan 2 ohm. Jika rangkaian hambatan tersebut dihubungkan pada tegangan 12 volt, hitunglah
besarnya kuat arus total dan kuat arus yang mengalir pada hambatan 1 ohm.

Jawab:
R1 = 2 ohm
R2 = 1 ohm
R3 = 2 ohm
V = 12 volt

Kuat arus totalnya adalah:

Kuat arus pada resistor 1 ampere adalah:

Hukum Kirchoff I
Hukum Kirchhoff I merupakan ilmu yang berkaitan dengan arah arus yang menghadaip percabangan.
Hukum ini sering disebut KCL (Kirchhoff's Current Law).

Bunyi Hukum Kirchhoff I :


Arus total yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total
yang keluar dari titik percabangan tersebut.
∑ ∑

Contoh rangkaian dan rumus Hukum Kirchhoff I :

Hukum Kirchoff II
Hukum kirchhoff II yaitu ilmu yang digunakan untuk menganalisa tegangan (beda potensial) komponen
elektronika pada rangkaian tertutup. Hukum ini sering disebut KVL (Kirchhoff's Voltage Law).

Bunyi Hukum Kirchhoff I :


Total tegangan (beda potensial) pada rangkaian tertutup adalah nol
∑ ∑

ΣE = jumlah ggl sumber arus (V)


ΣIR = jumlah penurunan tegangan. (V)
I = arus listrik (A)
R = hambatan (W)

Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang
dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau diserap.
Contoh rangkaian dan rumus Hukum Kirchhoff II :
Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam
keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup). Perhatikan gambar berikut!

Dari gambar diatas kuat arus yang mengalir dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa aturan
sebagai berikut:
1. Tentukan arah putaran arusnya untuk masing-masing loop
2. Arus yang searah dengan arah perumpamaan dianggap positif
3. Arus yang mengalir dari kutub negatif ke kutup positif di dalam elemen dianggap positif
4. Pada loop dari satu titik cabang ke titik cabang berikutnya kuat arusnya sama
5. Bila saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub
positif, maka gaya gerak listrik bertanda positif, sebaliknya bila kutub negatif maka penurunan
tegangan (IR) bertanda negatif
6. Jika hasil perhitungan kuat arus positif maka arah perumpamaannya benar, bila negatif berarti
arah arus berlawanan dengan arah pada perumpamaan

Contoh soal:

Apabila R1 = 2 Ω, R2 = 4 Ω, dan R3 = 6 Ω, berapa kuat arus yang mangalir pada rangkaian?

Jawab:
Karena rangkaiannya tidak bercabang, jadi arah loopnya cukup digambar satu saja. Tegangan tinggal
dijumlah dan kuat arusnya adalah sama.

E2 – E1 + I.R1 + I.R2 + I.R3 = 0


3 – 9 + I.2 + I.4 + I.6 = 0
-6 +12.I = 0
12.I = 6
I = 6/12 = 0,5 A

Contoh soal:

Hitung kuat arus pada R = 4 ohm dan R = 2 !


Jawab:
Tentukan mana arus pertama (I1) dan arus kedua (I2) sebelum memulai.

Gambar dulu arah arusnya. Terserah mau searah atau berlawanan jarum jam. Misalnya searah jarum jam

Sesuai dengan hukum Kirchoff II, maka:


-12 + 2.I1 + 4.I2 = 0
2.I1 + 4.I2 = 12 … persamaan 1

Lalu kita cari persamaan kedua

Sesuai dengan hukum Kirchoff II, maka:


-6 + 2.I1 = 0
2.I1 = 6
I1 = 6/2 = 3 A

Kemudian, mencari I2 dengan memasukkan nilai I1 ke persamaan 1.


2.I1 + 4.I2 = 12
2.3 + 4.I2 = 12
6 + 4.I2 = 12
4.I2 = 12 – 6
4.I2 = 6
I2 = 6/4 = 1,5 A

Jadi, kuat arus pada hambatan 2 adalah 3A dan kuat arus pada hambatan 4 adalah 1,5A.

Energi dan Daya Listrik

Energi Listrik
Besarnya energi listrik dapat dicari dengan persamaan berikut:

Dengan,
W = energi listrik (Joule atau J)
V = tegangan listrik (volt atau v)
I = kuat arus listrik (Ampere atau A)
t = waktu (s)
Daya Listrik
Daya listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu.
Besar daya listrik dapat dicari dengan persamaan berikut:

Dengan,
P = daya listrik (watt atau W)

SOAL
1. Perhatikan skala alat ukur berikut!

a. Jika jarum menunjuk dan berhenti di tengah-tengah angka 10 dan 5 pada ohm meter skala x100,
maka berapakah nilai tahanannya?
b. Jika jarum menunjuk dan berhenti di angka 2 lebih satu garis pada VDC skala 10, maka
berapakah nilai tegangannya?
c. Jika jarum menunjuk dan berhenti di angka 200 lebih 4 garis pada VAC skala 250, maka
berapakah nilai tegangannya?
d. Jika jarum menunjuk dan berhenti di angka 150 pada ampere meter skala 2.5 mA, maka
berapakah nilai arusnya?
e. Jika jarum menunjuk dan berhenti di tengah-tengah angka 100 dan 150 pada ampere meter
skala 0.25A, maka berapakah nilai arusnya?

2. Dalam suatu penghantar mengalir arus listrik 2 Ampere. Berapa coulumb muatan yang mengalir
dalam penghantar selama satu menit?

3. Seutas kawat penghantar memiliki panjang 10 m dan luas penampang 0,1 mm, kawat tersebut diberi
tegangan 10 volt. Ternyata pada kawat mengalir arus listrik 0,25 A.
Tentukan:
a. Hambatan kawat penghantar
b. Hambatan jenis bahan kawat penghantar
1. Terdapat tiga hambatan dengan nilai masing-masing 300 Ω, 400 Ω, dan 800 Ω yang disusun secara
seri. Pada ujung susunan hambatan dipasang tegangan sebesar 15 V.
Tentukan: :
a. Hambatan Pengganti (hambatan total)
b. Arus listrik dalam rangkaian
c. Tegangan pada masing – masing hambatan

2. Perhatikan rangkaian berikut!

Tentukan arus pada rangkaian!


1. Perhatikan rangkaian berikut!

Tentukan besar kuat arus listrik pada rangkaian tersebut!

2. Perhatikan rangkaian berikut!

Tentukan besar kuat arus pada hambatan 2 dan 8!

3. Perhatikan rangkaian berikut!

Jika E1, E2 dan E3 berturut – turut 6 volt, 4 volt dan 8 volt, tentukan:
a. Kuat arus pada R1, R2 dan R3!
b. Tegangan antara titik B dan C!

Anda mungkin juga menyukai