Anda di halaman 1dari 26

LISTRIK DINAMIS

Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus padalistrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb dan
satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuata arus yang
masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus tetap sama
disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian
seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak
berpengaruh pada hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi
"jumlah kuat arus listrik yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar".
berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur tegangan listrik adalah kuat arus ×
hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus.
tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.

Hukum Ohm

Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar
kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan
antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air yang mengalir pada
suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara arus listrik, tegangan. dan
hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854) seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut
lebih dikenal dengan sebutan hukum Ohm.
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika
hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R,
V, dan I secara matematis dapat ditulis:

Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua
ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data
percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada
pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai
pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis).
Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai
hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu
bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik.
Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat).
Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada
rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada
rangkaian yang rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai
pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat
berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara
nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai
hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter
dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut
multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung
dengan metode amperemeter voltmeter.
Hambatan Kawat Penghantar

Berdasarkan percobaan di atas. dapat disimpulkan bahwa besar hambatan suatu kawat
penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar,
makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan
jenis kawat), dan 3. berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas
penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ,
dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat dapat ditulis :

Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial
hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui
sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang
sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu
dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan
tegangan listrik.

Hukum Kirchoff

Arus listrik yang melalui suatu penghantar dapat kita pandang sebagai aliran air sungai. Jika
sungai tidak bercabang, jumlah air di setiap tempat pada sungai tersebut sama. Demikian halnya
dengan arus listrik.
Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar dari titik percabangan tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum I Kirchhoff
karena dikemukakan pertama kali oleh Kirchhoff.
Maka diperoleh persamaan :
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk = I keluar

Rangkaian Hambatan
 Rangkaian Seri
Berdasarkan hukum Ohm: V = IR, pada hambatan R1 terdapat teganganV1 =IR1 dan pada
hambatan R2 terdapat tegangan V2 = IR 2. Karena arus listrik mengalir melalui hambatan R1 dan
hambatan R2, tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2.
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian
seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka

VAC = IR1 + IR2


I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total

Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs =
R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara
seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal
inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai
secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu
lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
 Rangakaian Paralel
Mengingat hukum Ohm: I = V/R dan I = I1+ I2, maka

Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian,


diperoleh persamaan

Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena
itu, selanjutnya Rt ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan

Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai
hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R1 dan R2).
Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu pada
intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu yang
lain tetap menyala.

MUATAN LISTRIK DAN ARUS LISTRIK

Muatan Listrik

- Muatan listrik (Q) terbagi dua yaitu muatan listrik positif (+) dan muatan listrik negatif (-).
- Jika batang ebonit digosok dengan kain wol, maka ebonit bermuatan listrik negatif sedangkan
jika kaca digosok dengan kain sutra, maka kaca bermuatan listrik positif.
- Muatan listrik sejenis tolak menolak sedangkan yang berlainan jenis tarik menarik.
- Konduktor adalah zat yang mudah dilalui/menyimpan muatan listrik. Contoh : besi, tembaga,
emas.
- Isolator adalah zat yang sulit dilalui/menyimpan muatan listrik.Contoh: karet, kaca.
Arus Listrik

- Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan listrik dalam arah tertentu.
- Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor adalah dari potensial tinggi ke
potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak elektron).
- Arus searah (DC) adalah arus listrik yang nilainya hanya positif atau hanya negatif saja (tidak
berubah dari positif kenegatif, atau sebaliknya).
- Arus bolak-balik (AC) adalah arus listrik yang berubah dari positif ke negatif atau sebaliknya.
- Kuat arus listrik (I) adalah jumlah muatan listrik yang menembus penampang konduktor tiap
satuan waktu.

Rumusnya :
I = Q/t = n . e . v . A
Q = muatan listrik.
n = jumlah elektron/volume.
v = kecepatan elektron.

- Rapat arus (J) adalah kuat arus per satuan luas penampang.
Rumusnya :
J = I/A = n . e . v
e = muatan 1 eleltron = 1,6 x 10E-19.
A = luas penampang yang dilalui arus.

SUMBER ARUS LISTRIK


Arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian karena adanya beda potensial antara dua titik dalam
rangkaian yaitu dari titik berpotensial tinggi ke titik berpotensial rendah. Agar arus terus
mengalir dalam rangkaian harus ada alat yang dapat mempertahankan beda potensial yang
disebut sumber gaya gerak listrik. Sumber gaya gerak listrik adalah suatu alat yang dapat
mengubah energi kimia, gerak atau energi bentuk lain ke bentuk energi listrik yang diperlukan
untuk mempertahankan muatan listrik terus mengalir secara kontinyu. Jadi GGL merupakan beda
potensial dan GGL dapat menyebabkan arus mengalir, sehingga sumber GGL dapat juga dikatakan
sumber beda potensial atau sumber arus listrik.

A. MACAM- MACAM SUMBER ARUS LISTRIK

· Berdasarkan arus yang dihasilkan sumber arus dibedakan menjadi :


1. Sumber arus AC (Alternating Curent ) adalah sumber arus listrik yang menghasilkan arus
bolak-balik. Misalnya: Generator, dinamo sepeda.
2. Sumber arus DC (Direct Curent ) adalah sumber arus listrik yang menghasilkan arus searah.
Misalnya:
Elemen.

Elemen adalah sumber arus listrik searah yang berasal dari reaksi kimia. Ketika digunakan
elemen mengubah energi kimia menjadi energi listrik.

· Berdasarkan sifat bahan yang digunakan elemen dibedakan menjadi :


1. Elemen primer adalah elemen yang reaksi kimia didalamnya tidak dapat diperbaharui lagi.
sehingga jika energi listriknya telah habis tidak dapat dimuati lagi atau diisi lagi (sekali
pakai).Contoh : elemen volta, elemen daniel, elemen kering (baterai ).
2. Elemen sekunder adalah elemen yang reaksi kimia di dalamnya dapat diperbaharui sehingga
jika energi listriknya telah habis dapat diisi ulang (dicharge). Contoh : accumulator, sel Nicad

· Berdasarkan bentuk bahan elektrolit yang digunakan :


1. Elemen kering yaitu elemen yang lektrolitnya berupa campuran seperti pasta.
2. Elemen basah yaitu elemen yang elektrolitnya berupa cairan.
Elektrolit adalah zat kimia yang dapat menghantarkan arus listrik.

B. SUSUNAN DAN CARA KERJA ELEMEN LISTRIK:

1. Elemen Volta

Susunan elemen Volta sebagai berikut :


Elektroda positif (anoda ) : tembaga (Cu)
Elektroda negatif (katoda) : seng (Zn)
Elektrolit : asam sulfat (H2SO4)

Cara kerja :
Ketika kedua elektroda dihubungkan dengan suatu penghantar akan terjadi reaksi kimia . Ion-
ion seng positif melarut dalam asam sehingga seng memiliki banyak elektron ( bermuatan
negatif). Elektron-elektron dari seng mengalir melalui penghantar menuju tembaga. Arus listrik
mengalir dari tembaga menuju seng. Pada tembaga elektron-elektron ditangkap oleh ion-ion
positif hidrogen dalam larutan asam, sehingga ion hidrogen berubah menjadi gas hidrogen dan
mengumpul pada tembaga (terjadi polarisasi ). Karena terjadinya polarisasi ini maka pada
elemen volta arus mengalir hanya sebentar. Agar arus terus-menerus mengalir, gelembung gas
harus dibersihkan.
Polarisasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung gas hidrogen hasil reaksi kimia
yang menyelimuti lapisan plat tembaga.
Beda potensial yang dihasilkan + 1,5 volt.

2. Elemen Daniel

Susunan elemen Daniel sebagai berikut :


Anoda : tembaga (Cu)
Katoda : seng (Zn)
Elektrolit : asam sulfat (H2SO4)
Depolarisator : tembaga sulfat ( CuSO4)

Cara kerja sama seperti pada elemen volta hanya sebelum hasil reaksi menutup tembaga akan
bereaksi dulu dengan CuSO4 sehingga tidak terjadi polarisasi.
Depolarisator adalah larutan yang berfungsi mencegah terjadinya polarisasi sehingga arus
dapat mengalir lebih lama.
Beda potensial yang dihasilkan + 1,5 Volt
3. Elemen Kering (Baterai)
Elemen kering yang paling umum digunakan adalah sel karbon seng . Susunannya sebagai
berikut :.
Anoda : batang karbon (C)
Katoda : seng (Zn)
Elektrolit : Amonium Clorida
(NH4Cl)
Depolarisator : Mangan dioksida dan serbuk karbon ( MnO2 + C ).

Cara kerja :
Ketika kedua elektroda dihubungkan dengan suatu penghantar maka akan terjadi reaksi kimia
yang menghasilkan aliran arus listrik. Pada saat yang sama akan terjadi gelembung gas
Hidrogen yang kemudian diserap oleh campuran MnO2 + C sehingga tidak menempel pada
anoda.
Baterai mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Beda potensial yang dihasilkan + 1,5 volt.
Sel karbon seng termasuk elemen primer karena jika muatanya habis maka tidak dapat diisi
ulang. Namun ada juga sel kering yang bias diisi ulang. Contohnya sel Nicad.

4. Accumulator (aki )
Susunan Accumulator sebagai berikut :
Anoda : timbal dioksida (PbO2)
Katoda : timbal (Pb)
Elektrolit : asam sulfat (H2SO4)

Beda potensial yang dihasilkan satu sel accumulator + 2 volt.


Sebuah aki 12 volt memiliki 6 sel yang disusun seri.

Cara Kerja :
Ketika accumulator digunakan terjadi :
- perubahan energi kimia menjadi energi listrik
- Reaksi kimia : PbO2 + Pb + 2 H2SO4 2PbSO4 + 2H2O
Timbal diosida dan timbal mejadi timbal sulfat. Dalam reaksi ini dilepaskan electron-elektron
sehingga arus listrik mengalir pada penghantar luar dari kutub + ke kutub -. Reaksi kimia yang
terjadi mengencerkan asam sulfat sehingga massa jenisnya berkurang. Pada nilai massa jenis
tertentu, aki tidak dapat menghasilkan muatan listrik (accumulator mati/ soak). Agar dapat
digunakan kembali accu harus di muati ulang.

Ketika accumulator diisi (dicharge) terjadi :


- perubahan energi listrik menjadi energi kimia
- reaksi kimia : 2PbSO4 + 2H2O PbO2 + Pb + 2H2SO4

Pengisian aki dilakukan dengan mengalirkan arus searah yang memiliki beda potensial lebih
besar dari beda potensial aki dengan cara menghubungkan kutub positif sumber arus pengisi
dengan kutub positif aki (PbO2) dan kutub negatif sumber arus pengisi dengan kutub negatif aki
( Pb).
Kapasitas penyimpanan aki diukur dalam satuan ampere hour(AH).Contoh: sebuah aki memiliki
12 V 40 AH berarti ggl aki 12 volt dan dapat mengalirkan arus 1 ampere selama 40 jam atau 0,5
ampere selama 80 jam sebelum aki dimuati ulang.

C. GAYA GERAK LISTRIK (GGL ) DAN PENGUKURANNYA

1. Gaya gerak listrik

Gaya gerak listrik suatu sumber arus listrik adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber
arus listrik ketika sumber arus tidak mengalirkan arus listrik ( pada rangkaian terbuka ).

Lambang GGL :

Satuan GGL adalah Volt.

Cara mengukur beda potensial atau tegangan dengan menggunakan voltmeter :

Cara mengukur GGL

Rangkaian GGL :
a. Susunan seri

ET = E1 +E2 +E3 + …+En


Jika besar GGL setiap sumber arus sama,
maka :
Es = E +E +E+ …+En
=nxE
rs = r + r + r … = n x r

b. Susunan paralel

Ep = E1 =E2 =E3 = …=En


Jika besar GGL setiap sumber arus sama, maka :
Ep = E
rp = r
n

Keterangan :
Ep = GGL pengganti parallel satuannya volt ( V)
rp = hambatan dalam satuannya ohm ( W )
Es = GGL pengganti seri satuannya volt ( V)
rs = hambatan dalam satuannya ohm ( W )
n = banyaknya sumber arus

2. Tegangan Jepit (tegangan terpakai )


Tegangan jepit adalah beda potensial antara kutub-kutub sumber arus listrik ketika sumber
arus lisrtrik mengalirkan arus ( rangkaian tertutup ).
Nilai tegangan jepit bergantung pada nilai bebannya.
Lambang : VCara mengukur tegangan jepit :
Hambatan seri
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berurutan disebut hambatan seri. Hambatan yang
disusun seri akan membentuk rangkaian listrik tak bercabang. Kuat arus yang mengalir di setiap
titik besarnya sama. Tujuan rangkaian hambatan seri untuk memperbesar nilai hambatan listrik
dan membagi beda potensial dari sumber tegangan. Rangkaian hambatan seri dapat diganti
dengan sebuah hambatan yang disebut hambatan pengganti seri (Rs).
Tiga buah lampu masing-masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun seri dihubungkan dengan
baterai yang tegangannya V menyebabkan arus listrik yang mengalir I. Tegangan sebesar V
dibagikan ke tiga hambatan masing-masing V1, V2, dan V3, sehingga berlaku:
V = V1 + V2 + V3
Berdasarkan Hukum I Kirchoff pada rangkaian seri (tak bercabang) berlaku:
I = I1 = I2 = I3

Hambatan Paralel
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berdampingan disebut hambatan paralel.
Hambatan yang disusun paralel akan membentuk rangkaian listrik bercabang dan memiliki lebih
dari satu jalur arus listrik. Susunan hambatan paralel dapat diganti dengan sebuah hambatan
yang disebut hambatan pengganti paralel (Rp).

Rangkaian hambatan paralel berfungsi untuk membagi arus listrik. Tiga buah lampu masing
masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun paralel dihubungkan dengan baterai yang
tegangannya V menyebabkan arus listrik yang mengalir I. Besar kuat arus I1, I2, dan I3 yang
mengalir pada masingmasing lampu yang hambatannya masing-masing R1, R2, dan R3. sesuai
Hukum Ohm dirumuskan:
I1 = V/R1 I2 = V/R2 I3 = V/R3
Ujung-ujung hambatan R1, R2, R3 dan baterai masing masing bertemu pada satu titik
percabangan. Besar beda potensial (tegangan) seluruhnya sama, sehingga berlaku:
V = V1 = V2 = V3
Besar kuat arus I dihitung dengan rumus:
I = V/Rp
rumus hambatan pengganti paralel:
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

DAYA HANTAR LISTRIK (DHL)

Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan
erat dengan nilai salinitas. kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan
dalam µmhos/cm (µS/cm).

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL) adalah gambaran numeric dari kemampuan air untuk
meneruskan listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi,
semakin banyak pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan kosentrasi ion-ion terlarut
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai DHL. Senyawa organic adalah penghantar listrik (konduktor)
yang baik, sedangkan senyawa anorganik adalah penghantar listrik (konduktor) yang lemah. Alat
yang digunakan adalah SCT (SALINO CONDUCTIVITY METER).

Pada umumnya air laut dapat menghantarkan Listrik sebesar 10.000 UMHOS/CM dikarenakan
senyawa-senyawa terlarut yang berupa garam lebih besar dibandingkan air tawar, sehingga
diperairan air Tawar nilai DHL nya adalah dibawah 10.000 UMHOS/CM, yang idealnya 600 – 800
UMHOS/CM, 20 – 500 KURANG IDEAL.

Demikian materi Fisika Kelas 9 Bab Listri Dinamis, meliputi hukum Ohm, Hukum Kirchoff,
Muatan listrik, arus listrik, sumber arus listrik, gaya gerak listrik (GGL), dan daya hantar listrik.
Semoga bermanfaat
LISTRIK DINAMIS
Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik
dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb dan satuan
waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama dengan kuata arus yang masuk sama
dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus tetap sama disetiap ujung-
ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian seri tegangan sangat
tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada
hambatan. semua itu telah dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik
yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat
disimpulkan cara mengukur tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu
sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus
adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.

ARUS LISTRIK

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-
elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik (I) yang
mengalir melalui penghantar didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik
(Q) yang mengalir setiap satu satuan waktu (t).

Secara matematis dapat dituliskan:


I = arus listrik (A)
I = Q/t
Q = muatan listrik (C)
t = selang waktu

Contoh cara menghitung arus listrik:


1. Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebanyak 60 coulomb selama 0,5 menit.
Hitung besar arus listrik yang mengalir pada penghantar tersebut ?
Penyelesaian:
Diketahui: Q = 60 C
t = 0,5 menit
= 30 sekon
Ditanyakan: I = ........ ?
Dijawab:
I = Q/t
I = 60 / 30
I = 2 ampere
Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada penghantar 2 ampere.

Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam
kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μA) seperti di
dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi
pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik
adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan
resistansi sesuai dengan hukum Ohm.
Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan
internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere didefinisikan sebagai
arus konstan yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 Newton/meter di
antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat diabaikan, berjarak 1 meter
satu sama lain dalam ruang hampa udara.
Fisika
Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang mengalir keluar dari
percabangan tersebut. i1 + i4 = i2 + i3
Untuk arus yang konstan, besar arus I dalam Ampere dapat diperoleh dengan persamaan:
I=Q/t
di mana I adalah arus listrik, Q adalah muatan listrik, dan t adalah waktu (time).
Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu adalah
I =dQ/dt
Dengan demikian dapat ditentukan jumlah total muatan yang dipindahkan pada rentang waktu 0
hingga t melalui integrasi:
Sesuai dengan persamaan di atas, arus listrik adalah besaran skalar karena
baik muatan Q maupun waktu t merupakan besaran skalar. Dalam banyak hal sering digambarkan arus
listrik dalam suatu sirkuit menggunakan panah, salah satunya seperti pada diagram di atas. Panah
tersebut bukanlah vektor dan tidak membutuhkan operasi vektor. Pada diagram di atas ditunjukkan
arus mengalir masuk melalui dua percabangan dan mengalir keluar melalui dua percabangan lain.
Karena muatan listrik adalah kekal maka total arus listrik yang mengalir keluar haruslah sama dengan
arus listrik yang mengalir ke dalam sehingga i1 + i4 = i2 + i3. Panah arus hanya menunjukkan arah aliran
sepanjang penghantar, bukan arah dalam ruang.
Arah arus
DeFinisi arus listrik yang mengalir dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-) baterai (kebalikan arah
untuk gerakan elektronnya)

Pada diagram digambarkan panah arus searah dengan arah pergerakan partikel bermuatan
positif (muatan positif) atau disebut dengan istilah arus konvensional. Pembawa muatan positif
tersebut akan bergerak dari kutub positif baterai menuju ke kutub negatif. Pada kenyataannya,
pembawa muatan dalam sebuah penghantar listrik adalah partikel-partikel elektron bermuatan negatif
yang didorong olehmedan listrik mengalir berlawan arah dengan arus konvensional. Sayangnya,
dengan alasan sejarah, digunakan konvensi berikut ini:
Panah arus digambarkan searah dengan arah pergerakan seharusnya dari pembawa muatan positif,
walaupun pada kenyataannya pembawa muatan adalah muatan negatif dan bergerak pada arah
berlawanan.
Konvensi demikian dapat digunakan pada sebagian besar keadaan karena dapat diasumsikan bahwa
pergerakan pembawa muatan positif memiliki efek yang sama dengan pergerakan pembawa muatan
negatif.
Rapat arus
Rapat arus (bahasa Inggris: current density) adalah aliran muatan pada suatu luas penampang
tertentu di suatu titik penghantar.]Dalam SI, rapat arus memiliki satuan Ampere per meter persegi
(A/m2).
di mana I adalah arus pada penghantar, vektor J adalah rapat arus yang memiliki arah sama
dengan kecepatan gerak muatan jika muatannya positif dan berlawan arah jika muatannya negatif,
dan dA adalah vektor luas elemen yang tegak lurus terhadap elemen. Jika arus listrik seragam
sepanjang permukaan dan sejajar dengan dA maka J juga seragam dan sejajar terhadap dA
di mana A adalah luas penampang total dan J adalah rapat arus dalam satuan A/m2 .
Kelajuan hanyutan
Saat sebuah penghantar tidak dilalui arus listrik, elektron-elektron di dalamnya bergerak
secara acak tanpa perpindahan bersih ke arah mana pun juga. Sedangkan saat arus listrik mengalir
melalui penghantar, elektron tetap bergerak secara acak namun mereka cenderung hanyut sepanjang
penghantar dengan arah berlawanan dengan medan listrik yang menghasilkan aliran
arus. Tingkat kelajuan hanyutan (bahasa Inggris: drift speed) dalam penghantar adalah kecil
dibandingkan dengan kelajuan gerak-acak, yaitu antara 10-5 dan 10-4 m/s dibandingkan dengan sekitar
106 m/s pada sebuah penghantar tembaga.

TEGANGAN LISTRIK

Sumber tegangan listrik yaitu peralatan yang dapat menghasilkan beda potensial listrik
secara terus menerus. Beda potensial listrik diukur dalam satuan volt (V). Alat yang digunakan adalah
volmeter.
Beda potensial adalah usaha yang digunakan untuk memindahkan satuan muatan listrik . hubungan
antara energi listrik, muatan listrik dan beda potensial dapat dituliskan dalam persamaan:

V= W/ Q

V = Beda potensial listrik dalam volt (V)


W = energi listrik dalam joule (J)
Q = muatan listrik dalam coulomb (C).
Arus listrik hanya akan terjadi dalam penghantar jika antara ujung-ujung penghantar terdapat beda
potensial (tegangan listrik). Alat ukur beda potensial listrik adalah volmeter. Dalam rangkaian
voltmeter dipasang paralel dengan hambatan (beban).
Contoh, Beda potensial antara ujung penghantaradalah 12 volt, hitunglah besarnya energi listrik jika
jumlah muatan yang mengalir sebesar 4 coulomb.

Diketahui:
V = 12 volt
Q=4C
W=?

Jawab:
W = V. Q
W = 12 volt x 4 C
W = 48 joule

Dalam rangkaian tertutup pemasangan voltmeter dan amperemeter dapat dilakukan bersama-sama.
Voltmeter dipasang paralel terhadap hambatan dan amperemeter dipasang seri terhadap hambatan.
Di laboratorium volmeter dapat dibuat dari rangkaian basic mater dan multiplier, sedangkan ampere
meter dapat di buat dari rangkaian basic meter dan shun. Baik shun maupun multiplier memiliki batas
ukur. Oleh karena itu dalam pembacaan sekalanya perlu diperhatikan antara batas ukur dan
pembacaan pada skala basic meter. Berikut ini cara menggunakan basic meter dan cara
pembacaannya.

Dalam rangkaian listrik, volt meter dipasang paralel terhadap alat listrik.
Jika voltmeternya dengan menggunakan kombinasi basic meter dan multiplier, maka pembacaan hasil
pengukurannya perlu memperhatikan sekala maksimum dan batas ukurnya.
Batas ukur maksimumnya = 10 volt
Sekala maksimumnya = 30 volt

Pengukuran dengan menggunakan basic mater dan multiplier yang memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
Contoh, Batas ukur multiplier adalah 12 volt, skala maksimum basik meter adalah 120 volt, jika jarum
pada saat digunakan menunjukkan angka 40, maka hitunglah besrnya tegangan listrik yang terukur

Diketahui:
Batas ukur : 12 volt
Skala maksimum : 120 volt
Pembacaan skala = 40

Jawab:
Hasil pengukuran = (12/120) x 40 volt
= 0,1 x 40 volt
= 4 volt
HUKUM OHM
Hukum Ohm merupakan hukum dasar dalam rangkaian elektronik. Hukum Ohm menjelaskan
hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan listrik dalam rangkaian.

Besarnya tegangan listrik dalam sebuah rangkaian sebanding dengan kuat arus listrik. Pernyataan ini
di kenal sebagai hukum Ohm. Hal ini menyatakan bahwa tegangan listrik dalam rangkaian akan
bertambah jika arus yang mengalir dalam rangkaian bertambah. Hubungan tersebut dapat di tuliskan
dalam persamaan matematika.

V ~ I atau

V = R I (Hukum Ohm)

R adalah konstanta yang disebut hambatan penghantar, satuannya adalah ohm (W)
Contoh, Arus listrik sebesar 2 A mengalir dalam rangkaian yang memiliki hambatan sebesar 2 ohm,
hitunglah besarnya beda potensial antara ujung-ujung hambatan tersebut.

Diketahui:
I=2A
R = 2 ohm
V=?
Jawab:
V=IxR
V = 2 A x 2 ohm
V = 4 volt

Jika dalam hambatan R mengalir arus listrik I, maka antara ujung-ujung hambatan timbul beda
potensial V.
V = IR
Jika diantara ujung-ujung hambatan R terdapat beda potensial V, maka dalam hambatan pasti
mengalir arus listrik I
I = V/R
Jika arus listrik I mengalir dalam suatu penghantar dan antara ujung-ujung penghantar muncul beda
potensial V, maka dalam penghantar tersebut terdapat hambatan.

R = V/I

SUMBER 2

KUAT ARUS LISTRIK (I)

Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik
(I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.

Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam
satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik

yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik
sebesarQ, maka kuat arus listrik I adalah:

para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.

BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)

Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub

positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub
positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.

Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik
dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.

HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)

Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang
bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara
ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.

Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R)
dengan satuan ohm.

HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT

Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui

suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan
tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi
dengan baik.

Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:

HUKUM I KIRCHOFF

Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan

tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan

pada cabang tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang

melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang, hambatannya kecil maka arus
listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya besar.

Hukum I Kirchoff berbunyi:

Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang
keluar dari titik simpul tersebut.

Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.

Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:


HUKUM II KIRCHOFF

Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat
disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.

Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit

sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk dapat menjelaskan

atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-
rangkaian tersebut yang berbunyi:

Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan
(IR) sama dengan nol.

Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:

ENERGI LISTRIK

Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha

yang dilakukan adalah:

W=V.I.t

Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah

DAYA LISTRIK
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat listrik adalah merupakan besar energi listrik (W) yang muncul tiap
satuan waktu (t), kita tuliskan.

SUMBER 3

LISTRIK DINAMIS
06.30 Agus Dwianto

Pernahkah kamu berpikir bahwa kamu telah memanfaatkan listrik dalam kehidupan sehari-hari?
Lampu untuk belajar

di malam hari dan setrika listrik untuk melicinkan pakaian merupakan contoh pemanfaatan listrik.
Namun, tidakkah

kamu bertanya-tanya apa yang menyebabkan peralatan tersebut berfungsi? Temukan


jawabannya dengan mempelajari materi ini
Kuat Arus Listrik

Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Secara
matematis dituliskan :

keterangan :

I = Kuat arus listrik (ampere)

Q = muatan listrik (coulomb)

t = waktu (sekon)

Arus listrik hanya mengalir pada rangkaian tertutup. Sehingga, ketika saklar dimatikan maka arus
listrik akan terhenti.

Simulasi mengenai "Kuat Arus Listrik" silahkan [klik di sini]

Beda Potensial Listrik

Beda Potensial listrik adalah banyaknya energi untuk memindahkan muatan listrik dari satu titik ke
titik lain. Secara matematis dituliskan :

V = beda potensial (volt)

W = energi listrik (joule)


Q = muatan listrik (coulomb)

Rangkaian sumber tegangan

a. Rangkaian tunggal

pada rangkaian tunggal sumber tegangan berlaku persamaan :

atau

b. Rangkaian seri

pada rangkaian seri sumber tegangan berlaku persamaan :

c. Rangkaian paralel
pada rangkaian paralel sumber tegangan berlaku persamaan :

keterangan :

E = GGL sumber tegangan (volt)

I = Kuat arus listrik (ampere)

R = Hambatan luar (ohm)

r = hambatan dalam (ohm)

n = jumlah GGL/baterai

Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial pada ujung-ujung penghantar.

keterangan :

V = beda potensial (volt)

I = kuat arus listrik (ampere)

R = hambatan listrik (ohm)

Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff menyatakan “Jumlah kuat arus yang masuk pada rangkaian bercabang besarnya
sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan”

secara matematis dituliskan :

I = I1 + I2 + I3 = I’

Rangkaian Hambatan

a. Rangkain Seri

pada rangkaian hambatan seri berlaku persamaan :

b. Rangkaian Paralel
UMBpada rangkaian hambatan paralel berlaku persamaan :

keterangan :

I = kuat arus total (A)

I1 = kuat arus pada R1 (A)

I2 = kuat arus pada R2 (A)

I3 = kuat arus pada R3 (A)

V = tegangan total (A)

V1 = tegangan pada R1 (A)

V2 = tegangan pada R2 (A)

V3 = tegangan pada R3 (A)

Rs = Hambatan pengganti seri (ohm)

Rp = Hambatan pengganti parallel (ohm)

sumber 4

Anda mungkin juga menyukai