PERCOBAAN IV
4.1 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran Pengukuran Resistansi, Kapasitansi
Dan Induktansi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat ukur dalam pengukuran
Resistansi, Kapasitansi Dan Induktansi
Resistan tidak dapat menyimpan energi panas tetapi hanya bisa menghasilkan
panas , contohnya : heater, setrika, lampu pijar. Yang menyimpan panas hanyalah
ironnya atau elemen. Besar tahanan pada suatu konduktor dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu :
1. Luas penampang
2. Panjang penghantar
3. Jenis bahan
4. Temperatur
Jadi Luas penampang dan panjang konduktor yang sama, nilai tahanannya bisa
berbeda jika bahan dan tahanan jenisnya berbeda. Berikut adalah tabel yang
menjelaskan tentang tahanan dan satuannya.
Tabel 4.1 Resistansi atau Tahanan dan satuannya
Luas penampang konduktor yang kecil mempunyai tahanan yang lebih besar
dibanding konduktor dengan penampang yang lebih besar. Konduktor yang lebih
panjang mempunyai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor yang
pendek meskipun luas penampangnya sama. Konduktor dengan temperatur yang
tinggi mempunyai nilai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor dengan
temperatur yang rendah. Berikut ini gambar ilustrasinya.
B. Pengertian kapasitansi
Q = CV
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dari rumus tersebut dapat diturunkan rumus kapasitansi kapasitor, yaitu :
C = Q/V
Kapasitans dapat menyimpan energi medan listrik dari celah suatu komponen
kekomponen lain. Simbol (C) satuannya farad (F). Kapasitor adalah komponen
elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan electron-elektron selama
waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator dalam menyimpan
muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor, besarnya
kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad.
Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan
dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat
metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang
umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas, elektrolit dan lain-lain. Jika
kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan
mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif
tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif
tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang
non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada
ujung-ujung kakinya. Kemampuan untuk menyimpan muatan listrik pada kapasitor
disebuat dengan kapasitansi atau kapasitas.
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1
coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus
dapat ditulis :
Q = CV
Dimana :
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif
pada elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan pesangannya pada rangkaian
elektronika dan tidak boleh terbalik. Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum
adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau polar, sering disebut juga dengan nama
kapasitor polar. Kapasitor film terdiri dari beberapa jenis yaitu polyester film, poly
propylene film atau polysterene film.
C. Pengertian induktansi
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik (dijelaskan oleh hukum ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika
mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di
dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk
memusatkan medan magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
emf yang terjadi akan menghasilkan arus yang menentang setiap perubahan fluks
magnetik, penentangan ini disebut dengan induktansi diri (self inductance). pernyataan ini
sesuai hukum lenz yang dikemukan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865). besaran
satuan nilai induktansi dinyatakan dalam Henry (H), sebuah induktor dikatakan memiliki
nilai induktansi sebesar 1H, jika perubahan arus yang mengaliri pada rating 1
ampere/detik menginduksi tegangan 1 volt didalamnya. definisi ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Semakin banyak jumlah lilitan dalam sebuah induktur maka semakin bertambah
juga nilai induktansinya. Besarnya nilai induktansi terhadap jumlah lilitan pada suatu
induktor dapat dihitung dengan rumus:
L = N x (φ/I)
N = jumlah lilitan,
I = arus (A)
B = kerapatan fluks,
jika sebuah induktor dapat diketahui jumlah lilitan (N), maka induksi
magnetik/kerapatan fluks(B) dalam inti, dapat diketahui dengan rumus :
B = µo x H = N x (I/l)
untuk menggabungkan pernyataan rumus persamaan diatas maka untuk mengetahui nilai
induktansi sebuah induktor dapat diketahui dengan uraian rumus:
dan pengelompokan dari peryataan diatas, maka nilai induktansi dari sebuah induktor
dapat sederhanakan dengan rumus persamaan akhir sebagai berikut:
N = jumlah lilitan,
Kesimpulannya adalah Induktansi dari koil / kumparan disebabkan dari fluks magnet yang
terjadi disekitarnya. semakin kuat fluks magnet maka induktansi yang dihasilkan akan
semakin besar. untuk menaikan nilai induktansi dari koil/kumparan kita dapat menambah
jumlah lilitan kawat, atau menambah ukuran diameter atau panjang dari kore inti (inti
pusat) dan juga dengan cara mengganti kore inti (inti pusat) dengan bahan feromagnetik
seperti dengan bahan besi lunak atau jenis ferit.
bahan feromagnetik seperti besi lunak, kobalt atau jenis nikel dll. yang digunakan
sebagai kore inti (inti pusat) akan meanikan nilai induktansi dari koil. Ini karena dengan
garis-garis gaya yang dihasilkan dari bahan konsentrat feromagnetik lebih kuat. Sebagai
contoh; jika bahan inti permeabilitas 1000 kali lebih besar dari ruang bebas seperti besi
lunak atau baja, maka induktansi yang dihasilkan akan 1000 kali lebih besar. Sehingga
dapat dikatakan induktansi dari koil akan meningkat secara proposional sebagai
permeabilitas dari bahan inti.
4.6 ANALISA
Berdasarkan dari Tabel hasil pengamatan, buatlah analisa perhitungan nilai
komponen berdasarkan nilai pengamatan kemudian bandingkan dengan nilai hasil
pengukuran selanjutnya tentukan kondisi /kelayakan dari komponen tersebut.