A. Arus Listrik
Arus Listrik
Dalam setiap sumber listrik terdapat kutub positif dan kutub negatif. Jika kedua kutub
dihubungkan dengan kabel, maka akan menghasilkan arus listrik. Arus listrik adalah aliran
muatan listrik pada rangkaian tertutup yang mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi
ketempat yang berpotensial rendah. Tempat yang berpotensial tinggi disebut kutub positif dan
tempat berpotensial rendah disebut kutub negatif. Perbedaan potensial antara kutub negatif dan
kutub positif disebut tegangan listrik atau potensial listrik. Satuan tegangan listrik adalah volt
yang diukur menggunakan alat voltmeter. Alat pengukur yang merupakan penggabungan dari
amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter disebut avometer atau multimeter. Ketika ditindaklanjuti
oleh medan listrik, muatan mengalami gaya, dan dengan demikian bergerak. Salah satu definisi
arus yang terkait dengan aliran muatan sebagaimana jumlah muatan Q yang mengalir melewati
suatu titik dalam interval waktu ∆𝒕
𝑰 = ∆𝑸/∆t
Satuan arus seperti ini C/s, yang diberi nama Ampere (A). Dengan konvensi, aliran arus
dalam arah gerakan muatan positif. Salah satu diantara bahan yang dapat menghubungkan arus I
adalah bahan dengan sifat muatan atom. Misalkan dalam bahan ada muatan n per satuan volume,
masing-masing membawa muatan q. ketika ditindaklanjuti oleh medan listrik muatan ini mulai
bergerak, marilah kita menghubungkan kecepatan aliran rata-rata 𝑣d dengan masing-masing
muatan individu. Listrik dinamis adalah materi pelajaran kelistrikan yang gejalanya banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyatannya siswa cenderung masih
kesulitan karena materi ini termasuk materi yang abstrak dan memiliki kompleksitas yang tinggi
sehingga siswa sering mengalami kesulitan terutama dalam mengaplikasikan pemecahan
masalah listrik dinamis (Andriani, Indrawati & Harijanto 2015).
Suatu besaran yang menggambarkan jumlah muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu
disebut dengan kuat arus listrik. Kuat arus listrik merupakan salah satu dari tujuh besaran pokok.
Besaran ini mempunyai satuan ampere yang disingkat A.
Secara umum, arus listrik yang timbul jika selama t sekon terjadi perpindahan muatan listrik
sebesar q coulomb adalah sebesar dengan
Rumus Kuat Arus
t = waktu (sekon)
Jika selama 1 s terjadi aliran muatan listrik sebesar 4 C, kita katakana ada arus listrik
sebesar 4 A. jika selama 10 s terjadi aliran 100 c muatan listrik, kita katakan ada arus listrik
sebesar 10 A.
Contoh:
Dalam suatu kabel tembaga terjadi perpindahan 20 mC muatan selama 4 s. berapakah kuat arus
listrik yang mengalir dalam kabel tersebut?
Jawab :
Waktu aliran, t = 4 s
𝐼 = 𝑞/ 𝑡
= 0,005 𝐴
= 5 𝑚𝐴
Jadi, arus listrik yang mengalir adalah 5 mA.
Arah aliran muatan listrik didefinisikan searah dengan arah aliran muatan positif. Dengan
demikian, jika muatan yang mengalir bertanda positif, arah arus listriknya searah dengan arah
aliran muatan. Sebaliknya, jika muatan yang mengalir bertanda negative, arah arus listriknya
berlawanan dengan arah aliran muatan. Untuk mengukur kuat arus listrik dipergunakan
amperemeter (disingkat ammeter). Alat ini memiliki dua buah kaki penyentuh (probe) yang
dipasang di antara kedua titik yang akan diukur arus listriknya. Besar arus listrik yang terukur
dapat dilihat pada penunjukan jarum .(pada ammeter analog) atau angka (pada ammeter digital).
C. Hukum Ohm
George Simon Ohm, yang pada tahun 1827 mempublikasikan sebuah pamphlet yang
memaparkan hasil-hasil dari usahanya mengukur arus dan tegangan serta hubungan matematika
diantara keduanya. Salah satu yang diperolehnya adalah pernyataan relasi fundamental yang saat
ini kita sebut sebagai Hukum Ohm, meskipun sesungguhnya hal ini telah ditemukan 46 tahun
sebelumnya di Inggris oleh Henry Cavendish. Pamphlet yang dipublikasikan George Simon Ohm
banyak menerima kritik yang pantas dan menjadi bahan tertawaan selama beberapa tahun setelah
publikasi pertamanya sebelum akhirnya karya nya itu diterima beberapa tahun setelahnya.
George Simon Ohm (1789-1854) merumuskan hubungan antara kuat arus listrik (I),
hambatan (R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal dengan hukum Ohm. Jika suatu
kawat diberi beda tegangan pada ujung-ujungnya dan diukur arus yang melewati penghantar
tersebut, maka menurut hukum Ohm akan dipenuhi :
Hukum Ohm
dengan V merupakan beda tegangan kedua ujung kawat, I adalah arus listrik yang lewat
pada penghantar, dan R hambatan penghantar. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Hukum
Ohm berlaku jika hubungan tegangan dan arus adalah linier.
Contoh Soal
1. Pada ujung-ujung sebuah resistor diberi beda potensial 1,5 volt. Saat diukur kuat arusnya
ternyata sebesar 0,2 A. Jika beda potensial ujung-ujung resistor diubah menjadi 4,5 volt
maka, berapakah kuat arus yang terukur?
Penyelesaian:
𝑉1= 1,5 𝑣
𝐼1 = 0,2 𝐴
𝑉2 = 4,5 𝑣
𝑉1 = 𝐼1. 𝑅 V1
1,5 = 0,2 . 𝑅
𝑅 = 7,5 Ω
𝑉2 = 𝐼2. 𝑅
𝐼2 = 0,6 𝐴
Pada umumnya rangkaian dalam sebuah alat listrik terdiri dari banyakjenis komponen yang
terangkain secara tidak sederhana, akan tetapi untuk mempermudah mempelajarinya biasanya
jenis rangkaian itu biasa dikelompokkan dalam rangkaian seri dan rangkaian parallel.
a. Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan. Susunan seri
digunakan untuk menghasilkan hambatan ekuivalen lebih besar dari pada setiap tahanan.
Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan, seperti pada gambar berikut:
Cara membuat rangkaian seri yaitu sebagai berikut ini :
http://https://youtube.com/shorts/TwMBuT5JTR8?feature=share
Pada rangkaian seri, besar arus di tiap titik adalah sama. Hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I = I¹ = I²
Rangkaian seri memiliki hambatan total yang lebih besar daripada hambatan
penyusunannya. Nilai hambatan pengganti rangkaian seri dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 = 𝑅3
Tegangan atau beda potensial total dari rangkaian seri merupakan hasil penjumlahan Antara
beda tegangan pada tiap resistor.
b. Rangkaian Paralel
Rangkaian parallel adalah rangkaian listrik yang komponen resistornya dipasang bercabang,
dan menyebabkan hambatan total rangkaian inilebih kecil daripada hambatan resistor
penyusunnya. Pada rangkaian parallel, tegangan di setiap titik adalah sama, sedangkan arusnya
di tiap titik berbeda, berdasarkan besar hambatannya. Hambatan yang kecil memiliki arus yang
besar, dan sebaliknya. Persamaan yang berlaku pada rangkaian paralel ialah:
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝑉 = 𝑉1 = 𝑉2
Hambatan yang disusun parallel berfungsi untuk membagi arus atau memperkecil hambatan
total. Pada susunan parallel, setiap hambatan saling tersambung pada kedua terminalnya.
Rangkaian Paralel
E. Hukum Kirchoff
1. Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff Berbunyi "Jumlah Kuat arus
masuk kedalam suatu titik cabang sama dengan
jumlah arus listrik yang keluar"
2. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff Berbunyi " Didalam sebuah rangkaian tertutup jumlah rangkaian
aljabar gaya gerak listrik (E) dengan penurunan, tegangan IR sama dengan nol"
Pembahasan:
Diketahui :
I1 = 20 Ampere
I2 = 4 Ampere
I4 = 8 Ampere
Ditanyakan: I3 =… ?
Jawaban :
Berdasarkan data-data yang ada soal ini dapat diselesaikan dengna hukum Kirchoff 1
yaitu,
ΣImasuk = ΣIkeluar
I1 = I2 + I3 + I4
20 = 4 + I3 + 8
20 = 12 +I3
I3 = 20-12= 8 Ampere
Ditanyakan: I =… ?
Jawab:
Pertama, tentukan arah loop.